Anda di halaman 1dari 4

1.

OTITIS EKSTERNA

Sri Rukmini, Soepriyadi, Sri Harmadji

BATASAN: Otitis eksterna adalah infeksi pada kulit Meatus Akustikus Eksternus
(MAE).
Kuman penyebab paling sering adalah S. aureus. Penyebab lain adalah
P.aeruginosa, jamur golongan Aspergilus atau Kandida.

PATOFISIOLOGI
A. Sebagai faktor predisposisi:
a. Faktor endogen : Keadaan umum yang buruk akibat anemia,
hipovitaminosis, diabetes melitus, atau dermatitis seboroik
b. Faktor eksogen : Terlalu sering membersihkan telinga, mengakibatkan
serumen yang berfungsi sebagai pertahanan kulit MAE hilang.
Trauma karena tindakan mengorek telinga, kuman masuk lewat lesi
yang ada.
Suasana yang lembab, panas, atau alkalis di dalam MAE menyebabkan
meningkatnya pertumbuhan kuman dan jamur. Kelembaban kulit
terjadi akibat MAE kemasukan air waktu setelah berenang, mandi atau
udara yang terlalu panas / berkeringat.
Bentuk MAE yang tidak lurus menyulitkan penguapan dan
mengakibatkan kulit MAE lebih sering dalam keadaan lembab.
Keadaan tersebut menimbulkan udem di kulit MAE yang dirasa gatal
sehingga mendorong penderita mengorek telinga, trauma yang timbul
akan memperberat infeksi.
Korek-korek telinga juga dapat menyebabkan hilangnya protective
lipid layer dan acid mantle. Hal ini menyebabka meningkatnya
kelembaban dan suhu di MAE. MAE yang lembab, hangat dan kotor
merupakan media pertumbuhan kuman yang baik. Penetrasi kuman
lebih mudah terjadi. Pada awalnya terjadi penyumbatan pada
apopilosebaseus unit yang dilanjutkan dengan terjadinya radang akut
yang disebut furunkel.

1
B. Eczomatoid otitis eksterna: Terjadi akibat reaksi hhipersensitifitas,
misalkan karena obat tetes telinga yang mengandung antibiotik,
pemakaian bahan kimia / logam misalkan hairspray, anting-anting
(kontak dematitis), reaksi atopik, atau akibat rangsangan sekret dari
otitis media. Termasuk golongan ini adalah Psoriasis dan
neudermatitis.
C. Otitis eksterna seboroik: Merupakan bagian dari dermatitis seboroik.
Penyebabnya tidak diketahui, penyakit ini bersifat heriditer. Kelainan
berupa sisik-sisik atau lapisan tebal berminyak terutama terdapat pada
kulit kepala. Di telinga kelainan dapat ditemukan di MAE, konka atau
di retro aurikuler.

DIAGNOSIS
Anamnesis:
- Rasa gatal sampai rasa nyeri di dalam telinga. Rasa gatal dapat dirasakan
sampai tenggorok. Kadang-kadang disertai sedikit rasa nyeri. Awalnya sekret
encer, bening, tetapi dapaat berubah menjadi sekret kental purulen. Pada
bentuk kronik sekret tidak ada atau hanya sedikit atau berupa gumpalan,
berbau akibat adanya bakteri saprofit ataupun jamur.
- Pendengaran normal atau sedikit berkurang.
- Pada furunkel MAE gejala yang paling dominan adalah nyeri telinga (otalgi).
Nyeri akan bertambah saat gerakan mengunyah atau bila telinga disentuh.

Pemeriksaan:
- MAE terisi sekret serus (alergi), purulen (infeksi kuman), keabu-abuan atau
kehitam-hitaman (jamur).
- Kulit MAE udim, hiperemi merata sampai ke membrana timpani.
- Pembesaran kelenjar regional: daerah servikal antero superior, parotis atau
retro aurikuler. P
- ada furunkel didapatkan udim, hiperemi pada pars katrilagenus MAE, nyeri
tarik aurikulum dan nyeri tekan tragus. Bila udim hebat membran timpani
dapat tidak tampak

DIAGNOSIS BANDING:

2
- Otitis media akut
- Otits eksterna bulosa

PENYULIT:
- Perikondritis
- Dermatitis aurikularis
- Erisipelas

PENATALAKSANAAN:
- MAE dibersihkan dengan menggunakan kapas lidi.
Pemasangan tampon pita ½ cm x 5 cm yang telah dibasahi dengan larutan Burowi
filtrata (3%) pada MAE. Tampon secukupnya, tidak boleh diletakkan terlalu ke
dalam (nyeri/bahaya melukai membran timpani, sulit mengeluarkan).
Tampon setiap 2-3 jam sekali ditetsi dengan larutan Burowi agar tetap basah.
Tampon diganti setiap 2 hari sekali. Obat tetes diberikan sampai 2-3 hari setelah
gejala nyeri/gatal hilang.
Larutan Burowi dapat diganti dengan tetes telinga yang mengandung steroid dan
antibiotik.
Apabila diduga infeksi kuman Pseudomonas berikan tetes neomisin hidrokortison.
Pada infeksi jamur digunakan tetes telinga asam sailisilat 2-5% dalam alkohol 20
%.
Pada otitis eksterna kronik difus dapat diberikan triamsinolon 0.25% krim/salep
atau deksametason 0,1% .
Antibiotika oral tidak perlu diberikan.

DAFTAR PUSTAKA:
1. Linstrom JL, Lucente FE. Infections of the external ear. In: Bailey BJ and
Pillsburry III HC. Eds. Head and Neck Surgery – Otolaryngology Vol. II
Philadelphia: JB Lippincott Company. 1993:1542-56.
2. Meyerhoff WL, Caruso VG. Trauma and infections of the external ear. In:
Paparella NN, Shumrick DD, Stuckman JL, Meyerhoff WL, eds.
Otolaryngology 3rd ed. Vol. II. Otology and Neuro-otology. Philadelphia,
London, Toronto: WB Saunders, Co, 1991:1227-36.

3
3. Austin DF. Diseases of the external ear. In: Ballenger JJ. Ed. Diseases of the
Nose, Throat, Ear, Head and Neck. 14th ed. Philadelphia, London: Lea &
Febiger, 1991:1069-80.

Anda mungkin juga menyukai