BATASAN
Fraktur tulang hidung adalah patah, pecah atau hilangnya kontinuitas tulang hidung
(os nasale) disertai atau tidak kerusakan pada septum nasi dan tulang yang berhubungan
dengan tulang hidung. Tidak termasuk disini fraktur yang mengenai tulang maksila.
PATOFISIOLOGI
Fraktur tulang hidung dapat tertutup, terbuka atau kombinasi. Dapat terjadi akibat
rudapaksa seperti pukulan, benturan dalam kecelakaan lalu lintas, perkelahian atau
olahraga. Bentuk fraktur dapat dipengaruhi oleh ara tekanan dan besar tekanan. Arah
tekanan dari depan dapat menyebabkan hidung melesak, sedang tekanan dari samping
keras dapat merusak pula tulang dan tulang rawan septum nasi, menyebabkan deviasi.
DIAGONOSIS
Anamnesis:
Adanya riwayat trauma yang mengenai hidung. Sering kali diikuti epistakis dan buntu
Pemeriksaan:dapat terlihat adanya udim dan hiperemi pada hidung bagian tulang rawan.
Bila arah tekanan dari samping dapat terlihat deviasi hidung. Bila tekanan dari depan dan
kuat hidung dapat melesak ke dalam (mendatar/flat). Pada palpasi terdapat nyeri tekan
dan terasa krepitasi. Pada fraktur terbuka tampak adanya luka terbuka pada kulit dan
Pada rinoskopi anterior setelah pemberian tampon liodokain dan dekongestan, dapat
dievaluasi adanya luka terbuka pada mukosa rongga hidung atau adanya deviasi pada
septum nasi.
Pemeriksaan tambahan:
Pemeriksaan radiologi tidak banyak membantu terutam bila tanda klinis tidak
mendukung. Bila perlu dikerjakan untuk tujuan dokumentasi. Dapat dibuat x-foto
tengkorak lateral. Pada orang Indonesia yang tulang hidungnya kecil seringkali tidak jelas
hasilnya.
PENATALAKSANAAN
Reposisi sedapat mungkin dilakukan segera. Bila dilakukan dalam 3 jam trauma
memberikan hasil maksimal. Penundaan dapat dilakukan sampai 3-7 hari bila ada
Reposisi tertutup
Dilakukan dengan anestesi lokal yakni dengan memasukkan kapas yang dibasahi dengan
0,05%) ke dalam rongga hidung selama 10-15 menit. Dapat juga dilakukan dengan
penyuntikan lidokain 1-2% dicampur dengan adrenalin 1/100.000 sepanjang dorsum nasi,
Alat yang digunakan adalah: spekulum hidung Killian, pinset hidung, elevator, forsep
Asch/Walsham.
Setelah dilakukan anestesi dilakukan reposisi dengan memasukkan elevator yang sudah
dilindungi dengan lapisan kain kasa seteril. Levator dimasukkan menyusuri bagian depan
atas rongga hidung dengan kedalaman mendekati daerah deformitas. Elevator diangkat ke
depan atau atau kearah berlawanan dari arah deviasi, dai luar jari tangan mendorong ke
Setelah reposisi dilakukan fiksasi intranasal dengan tampon yang mengandung antibiotik
selama 3-4 hari, dan fiksasi eksternal dengan plaster (gips kupu-kupu) selama 7-14 hari.
Bila fraktur multipel dan kerusakan juga mengenai septum nasi serta deformitas yang
RUJUKAN
1. Bailey BJ. Nasal Fracture in: Bailey BJ and Pillsburry III HC. Eds. Head and
1993:991-1007.
2. Beekhuis GJ. Nasal Fracture in: Paparella NN, Shumrick DD, Stuckman JL,
Meyerhoff WL, eds. Otolaryngology Vol. III, 3rd ed. Philadelphia, Lomdom,