DI SUSUN OLEH :
CI LAHAN CI INSTITUSI
A.DEFENISI
B. ANATOMI FISIOLOGI
Klasifikasi Anemia
Menurut Wong (2009:1117) anemia dapat diklasifikasikan menurut:
- Bentuk sel darah merah: tidak teratur, misalnya: poikilosit (sel darah merah
yang bentuknya tidak teratur), sferosit (sel darah merah yang bentuk nya
globular) dan depranosit (sel darah merah yang bentuk nya sabit/sel sabit).
C. ETIOLOGI
Anemia defisiensi zat besi dapat disebabkan oleh sejumlah factor yang
mengurangi pasokan zat besi, mengganggu absorbsinya, meningkatkan kebutuhan
tubuh akan zat besi atau yang memenuhi sintesis Hb atau anemia defisiensi besi
terjai karena kandungan zat besi yang tidak memadai dalam
makanan(Wong,2009:1120).
2. Anemia Hemolitik,
3. Anemia sel sabit, Anemia sel sabit merupakan salah satu kelompok penyakit
yang secara kolektif disebut hemoglobinopati, yaitu hemoglobin A (HbA) yang
normal digantikan sebagian atau seluruhnya dengan hemoglobin sabit (HbS) yang
abnormal. Gambaran klinis anemia sel sabit terutama karena obstruksi yang
disebabkan oleh sel darah merah yang menjadi sel sabit dan peningkatan destruksi
sel darah merah. Keadaan sel-sel yang berbentuk sabit yang kaku yang saling
terjalin dan terjaring akan menimbulkan obstruksi intermiten dalam mikrosirkulasi
sehingga terjadi vaso-oklusi. Tidak adanya aliran darah pada jaringan disekitarnya
mengakibatkan hipoksia lokal yang selanjutnya diikuti dengan iskemia dan infark
jaringan (kematian sel). Sebagian besar komplikasi yang terlihat pada anemia sel
sabit dapat ditelusuri hingga proses ini dan dampaknya pada berbagai organ tubuh.
Manifestasi klinis anemia sel sabit memiliki intensitas dan frekuensi yang sangat
bervariasi, seperti adanya retardasi pertumbuhan, anemia kronis (Hb 6-9 g/dL),
kerentanan yang mencolok terhadap sepsis, nyeri, hepatomegali dan splenomegali
(Wong,2009:1121).
Anemia aplastik terbagi menjadi primer (kongenital, atau yang telah ada saat lahir)
atau sekunder (didapat). Kelainan anemia yang paling dikenal dengan anemia
aplastik sebagai gambaran yang mencolok adalah syndrom fanconi yang
merupakan kelainan herediter yang langka, dengan ditandai oleh pansitopenia,
hipoplasia sumsum tulang dan pembentukan bercak-bercak cokelat pada kulit yang
disebabkan oleh penimbunan melanin dengan disertai anomali kongenital multipel
pada sistem muskuloskeletal dan genitourinarius.
9. Anemia yang berkaitan dengan gizi buruk, Banyak vitamin dan mineral
diperlukan untuk membuat sel-sel darah merah. Selain zat besi, vitamin B12 dan
folat diperlukan untuk produksi hemoglobin yang tepat. Kekurangan dalam salah
satu dapat menyebabkan anemia karena kurangnya produksi sel darah merah.
10. Anemia pernisiosa, Masalah dalam perut atau usus dapat menyebabkan
gangguan penyerapan vitamin B12. Hal ini dapar menyebabkan anemia karena
kekurangan vitamin B12.
12. Alkoholisme
Alkohol sendiri dapat menjadi racun bagi sumsum tulang dan dapat
memperlambat produksi sel darah merah.
Kehilangan darah pada pasien kanker biasa terjadi akibat perdarahan yang
berasal dari tumor yang sering terjadi pada kanker gastrointestinal atau
kanker ginekologi. Perdarahan juga dapat terjadi akibat perdarahan saat
prosedur pembedahan atau akibat proses plebotomi untuk keperluan
pemeriksaan laboratorium(Jeffrey A dkk., 2014).
Anemia terjadi melalui tiga mekanisme (patofisiologi) utama, yaitu : 1)
adanya masalah produksi dan maturasi sel darah merah atau eritropoiesis yang
tidak efektif sehingga sel darah merah yang dihasilkan sedikit atau tidak
berkualitas, kondisi ini disebut hipoploriferatif, 2) adanya peningkatan
penghancuran atau lisis sel darah merah, ini disebut kondisi hemolisis, dan 3)
kehilangan darah melalui perdarahan akut (segera) atau kronis (menahun)
(Peterson & Cornacchia, 2018).
Penyebab langsung dari anemia pada pasien kanker disebabkan oleh
substansi atau protein yang dihasilkan oleh kanker sendiri. Deposit dari
amiloid pada mieloma dan amiloidosis dapat secara ekstensif menggantikan
sumsum tulang. Terbentuknya antibodi pada leukemia limfositik kronik,
limfoma dan kadang-kadang kanker padat yang akan menyebabkan timbulnya
anemia hemolitik imun. Terjadinya anemia hemolitik mikroangioati yang dapat
dilihat pada sebagian kanker padat, dapat menghasilkan prokoagulans pada kanker
(Suega 2015).
Efek mielosupresif kemoterapi merupaka faktor yang secara signifikan
berkontribusi terhadap anemia pada pasien yang menjalani pengobatan
sitotoksik.Kemoterapi dengan regimen berbasis platinum seperti yang biasa
digunakan dalam kasus kanker paru-paru, ovarium, serviks dan kanker di daerah
kepala dan leher akan dapat menyebabkan gangguan pada ginjal dan penekanan
sumsum tulang sehingga akan meningkatkan terjadinya anemia.
Efek mielosupresi dari kemoterapi akan terakumulasi, yang berarti
tingkat resiko terjadinya anemia akan meningkat seiring dengan makin banyaknya
pasien menerima pengobatan kemoterapi. Hal ini dapat terlihat dari studi ECAS
dimana prevalensi anemia terlihat meningkat dari 19,5% pada siklus pertama
kemoterapi menjadi 46,7% pada siklus kemoterapi yang kelima ( Janis, 2012).
E. PATHWAY
Hemolisis
ANEMIA
Transport O2 menurun
Deficit Nutrisi
F. MANIFESTASI KLINIS
G. KOMPLIKASI
Komplikasi dapat terjadi kesulitan melakukan aktifitas akibat kelelahan,
masalah pada jantung seperti gangguan irama jantung (Aritmia) dan gagal jantung.
Gangguan pada paru-paru, misalnya Hipertensi pulmonal. Komplikasi Anemia
pada kehamilan, antara lain melahirkan premature atau bayi lahir dengan Berat
Badan Rendah (BBLR), dan perdarahan persalinan.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Muscari (2005:284) pemeriksaan diagnostik pada anemia adalah:
1. Jumlah pemeriksaan darah lengkap dibawah normal (Hemoglobin <12 g/dL,
Hematokrit < 33%, dan sel darah merah)
2. Feritin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisiensi besi
3. Kadar B12 serum rendah pada anemia pernisiosa
4. Tes comb direk positif menandakan anemia hemolitik autoimuN
5. Hemoglobin elektroforesis mengidentifikasi tipe hemoglobin abnormal pada
penyakit sel sabit
6. Tes schilling digunakan untuk mendiagnosa defisiensi vitamin B12
1) Metode Sahli,
Metode pemeriksaan hemoglobin yang pertama kali ditemukan yang
menggunakan teknik kimia adalah metode sahli dengan
membandingkan senyawa akhir secara visual terhadap standar gelas
warna. Hasil hemoglobin dalam darah dengan metode sahli memiliki
subjektifitas yang tinggi karena hasil pemeriksaan sangat tergantung
kepada subjektifitas pemeriksa, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu, faktor penglihatan tenaga pemeriksa, penyinaran, gelas yang
digunakan sebagai standar warna dan kelanjutan.
Kekurangan dan kelebihan metode sahli menurut Suparyanto (2014),
diantaranya :
a.Kekurangan metode sahli
a) Pembacaan secara visual kurang teliti
b) Alat (Hemoglobinometer) tidak dapat distandarkan
c) Tidak semua bentuk hemoglobin dapat diubah menjadi hematin
asam
b. Menambah asupan zat besi ke dalam tubuh dengan minum tablet tambah darah
(TTD).
c. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia, seperti
kecacingan, malaria, TB paru.
J. ASUHAN KEPERAWATAN
Dari hasil pengkajian di atas dapat disimpulkan
diagnosa keperawatan sebagai berikut:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan inadekuat intake makanan
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar dengan
informasi.
6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh sekunder
menurun (penurunan Hb), prosedur invasif.
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA