Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“Pendidikan Inklusi”

karakteristik anak berkebutuhan khusus


berdasarkan klasifikasinya

Oleh Kelompok:

Rodiah Tanjung (20129068)

Jeyan permana (20002051)

Dosen Pembimbing:

Dra.Hj Zulmiyetri,M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata
kuliah pembelajaran Pendidikan Inklusi.Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang tulus memberikan do’a, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memerikan manfaat bagi
kami, dan pembaca, serta perkembangan dunia pendidikan.

Padang, 05 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN....................................................................................................................................2
A. Memahami Anak Berkebutuhan Khusus....................................................................................2
B. Anak berkesulitan belajar...........................................................................................................5
C. Anak Lamban belajar.....................................................................................................................8
D.Autisme………………………………………………………………………………….........9

E. Anak tunaganda……………………………………………………………………….…..…10

BAB III................................................................................................................................................12
PENUTUP...........................................................................................................................................12
1. Kesimpulan..............................................................................................................................12
2. Saran........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................13
BAB I
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus bukan berarti tidak pintar, tidak berbakat, atau tidak
mampu. Hanya saja, mereka memiliki tantangan khusus yang tidak dihadapi kebanyakan
anak-anak lain yang ‘normal’.
Kondisi ini terjadi ketika anak memiliki keterbatasan atau keluarbiasaan yang
berpengaruh pada proses pertumbuhan dan perkembangannya. Hal tersebut membuat anak
memerlukan pendampingan yang tepat.
Pengertian anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang mengalami
keterlambatan dalam perkembangan, memiliki kondisi medis, kondisi kejiwaan, dan/atau
kondisi bawaan tertentu. Mereka membutuhkan perhatian dan penanganan khusus supaya
bisa mencapai potensinya.
Gangguan perkembangan motorik disebut dispraksia, mencakup gangguan pada motorik
kasar, penghayatan tubuh, dan motorik halus. Gangguan persepsi mencakup persepsi
penglihatan atau persepsi visual, persepsi pendengaran atau persepsi auditoris, persepsi
heptik, dan intelegensi system persepsual. Dispraksia atau sering disebut ‘clumsy’ adalah
keadaan sebagai akibat adanya gangguan dalam intelegensi auditori-motor. Manifestasinya
dapat berupa disfasia verbal (berbicara) dan non verbal (menulis, bahasa isyarat, dan
pantomim).
B. Rumusan masalah
1. Apa Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
2. Apa Pengertian Anak Lamban belajar
3. Sebutkan Ciri–Ciri Umum Siswa Lamban Belajar

C. Tujuan penulisan
1. Untuk Mengetahui Anak Berkebutuhan Khusus
2. Untuk Mengetahui Anak Lamban belajar
3. Untuk Mengetahui Ciri–Ciri Umum Siswa Lamban Belajar
BAB II
PEMBAHASAN

A. Memahami Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus bukan berarti tidak pintar, tidak berbakat, atau tidak mampu.
Hanya saja, mereka memiliki tantangan khusus yang tidak dihadapi kebanyakan anak-anak
lain yang ‘normal’.

Kondisi ini terjadi ketika anak memiliki keterbatasan atau keluarbiasaan yang berpengaruh
pada proses pertumbuhan dan perkembangannya. Hal tersebut membuat anak memerlukan
pendampingan yang tepat.

Pengertian anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang mengalami keterlambatan


dalam perkembangan, memiliki kondisi medis, kondisi kejiwaan, dan/atau kondisi bawaan
tertentu. Mereka membutuhkan perhatian dan penanganan khusus supaya bisa mencapai
potensinya.

Istilah anak berkebutuhan khusus biasanya ditentukan oleh apa yang tidak bisa dilakukan
seorang anak, misalnya:
 Pencapaian perkembangan fisik, mental-intelektual, maupun emosional yang belum
terpenuhi
 Makanan yang dilarang
 Aktivitas yang dihindari
Kebutuhan khusus adalah istilah umum untuk beragam diagnosis, mulai dari kondisi yang
bisa sembuh dengan cepat hingga kondisi yang dapat menjadi tantangan seumur hidup. Baik
kondisi yang relatif ringan hingga kondisi yang berat.
B. Anak berkesulitan belajar
Mengenal anak berkesulitan belajar spesifik (specific learning disability), juga dapat
dibagi menjadi dua jenis, ialah kesulitan belajar praakademik dan kesulitan belajar
akademik.
1. Kesulitan Belajar Praakademik
Kesulitan belajar praakademik sering disebut juga sebagai kesulitan belajar
developmental. Ada tiga jenis anak dengan kesulitan belajar developmental yaitu sebagai
berikut.
a. Gangguan Motorik dan Persepsi
Gangguan perkembangan motorik disebut dispraksia, mencakup gangguan pada
motorik kasar, penghayatan tubuh, dan motorik halus. Gangguan persepsi mencakup persepsi
penglihatan atau persepsi visual, persepsi pendengaran atau persepsi auditoris, persepsi
heptik, dan intelegensi system persepsual. Dispraksia atau sering disebut ‘clumsy’ adalah
keadaan sebagai akibat adanya gangguan dalam intelegensi auditori-motor. Manifestasinya
dapat berupa disfasia verbal (berbicara) dan non verbal (menulis, bahasa isyarat, dan
pantomim).
Ada beberapa jenis dispraksia, yaitu sebagai berikut.
1) Dispraksia ideomotoris: ditandai kurangnya kemampuan dalam melakukan gerakan
praktis sederhana, seperti menggunting, menggosok gigi, atau menggunakan sendok
makan. Dispraksia ini sering merupakan kendala bagi perkembangan bicara.
2) Dispraksia ideosional: anak dapat melakukan gerakan kompleks tetapi tidak mampu
menyelesaikan secara keseluruhan terutama dalam kondisi lingkungan yang tidak
tenang. Anak sering bingung mengawali suatu aktivitas.
3) Dispraksia konstruksional: anak mengalami kesulitan dalam melakukan gerakan-
gerakan kompleks yang berkaitan dengan bentuk, seperti menyusun balok dan
menggambar. Kondisi ini dapat mempengaruhi gangguan menulis (disgrafia).
4) Dispraksia oral: sering ditemukan pada anak yang mengalami disfasia perkembangan.
Anak mempunyai gangguan dalan bicara karena adanya gangguan dalam konsep
gerakan motorik di dalam mulut.
b. Kesulitan Belajar Kognitif
Pengertian kognitif mencakup berbagai aspek struktur intelek yang dipergunakan
untuk mengetahui sesuatu. Dengan demikian, kognitif merupakan fungsi mental yang
mencakup persepsi, pikiran, simbolisasi, penalaran, dan pemecahan masalah. Perwujudan
fungsi kognitif dapat dilihat dari kemampuan anak dalam penggunaan bahasa dan
penyelesaian soal-soal matematika. Gangguan kognitif hendaknya ditangani sejak anak masih
berada pada usia prasekolah.
c.Gangguan Perkembangan Bahasa (disfasia)
Disfasia adalah ketidakmampuan atau keterbatasan kemampuan anak untuk
menggunakan symbol linguistik dalam rangka berkomunikasi verbal. Gangguan pada anak
yang terjadi pada frase perkembangan ketika anak belajar berbicara disebut sebagai disfasia
perkembangan (development dysphasia).
Disfasia ada dua jenis, yaitu disfasia reseptif dan disfasia ekspresif. Pada disfasia
reseptif anak mengalami gangguan pemahaman dalam penerimaan bahasa. Anak dapat
mendengar kata-kata yang diucapkan, tetapi tidak mengerti apa yang didengar karena
mengalami gangguan dalam memproses stimulus yang masuk. Pada disfasia ekspresif, anak
tidak mengalami gangguan pemahaman bahasa, tetapi ia sulit mengekspresikan kata secara
verbal.
d.Kesulitan dalam Penyesuaian Perilaku Sosial
Ada anak yang perilakunya tidak dapat diterima oleh lingkungan sosialnya, ia ditolak
karena sering mengganggu, tidak sopan, tidak tahu aturan, atau berbagai perilaku negatif
lainnya. Jika kesulitan penyesuaian perilaku sosial ini tidak secepatnya ditangani maka tidak
hanya menimbulkan kerugian bagi anak itu sendiri, tetapi juga bagi lingkungannya.

C. Anak Lamban belajar

Anak dengan lamban belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga
ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki
taraf potensi intelektual yang sama. Lamban belajar adalah siswa yang kurang mampu
menguasai pengetahuan dalam batas waktu yang telah ditentukan karena ada faktor tertentu
yang mempengaruhinya.

Siswa yang lamban belajar dan berprestasi rendah dapat pula diakibatkan oleh factor
IQ. Menurut penelitian Binet dan Simon anak yang lemah mental memiliki IQ antara 50
sampai 69, tergolong anak yang lamban belajar. Mereka itu sangat sulit dididik. Jika
memungkinkan untuk dididik mereka membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
memahami pelajaran kendatipun pada akhirnya prestasi yang di capainya tidak semaksimal
siswa yang lainnya. Siswa lamban belajar yang di sebabkan oleh factor IQ, pada umumnya
memiliki prestasi rendah, lain halnya dengan siswa lamban belajar yang diakibatkan oleh
lemahnya kemampuan menguasai pengetahuan dan keterampilan dasar tertentu pada sebagian
materi pelajaran yang harus dikuasi sebelumnya

1.Ciri–Ciri Umum Siswa Lamban Belajar

Ciri-ciri umum siswa lamban belajar dapt dipahami melalui pengamatan fisik siswa,
Perkembangan mental, intelektual, sosial, ekonomi, kepribadian dan proses-proses belajar
yang dilakukannya di sekolah dan di rumah.

Ciri-ciri itu dianalisa agar diperoleh kejelasan yang konkret tentang gejala dan sebab-
sebab kesulitan belajar siswa di sekolah dan di rumah.

Rincian analisis tersebut mencakup:

a.Fisik

Pengamatan pertama yang dilakukan untuk menemukan sebab-sebab kesulitan belajar siswa
adalah dengan pengamatan cermat terhadap keadaan fisiknya, meliputi intensitas
pendengarannya, penglihatannya, pembicaraannya, vitamin dan gizi makanan pada waktu
kecil.

b.Perkembangan mental

Kemampuan mental adalah kemampuan individu dalam berfikir dan berbuat. Perkembangan
mental dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan fisik, peristiwa-peristiwa tertentu yang terjadi
dalam kehidupannya dan asuhan intensif yang diberikan lingkungannya. Cacat fisik sebelum
atau setelah kelahiran dapat berpengaruh pula terhadap perkembangan mental seseorang.

c.Perkembangan intelek

Intelek adalah kekuatan pikiran dalam menyampaikan pemikiran (reasoning) dan


pemahaman pengetahuan yang dikuasainya. Manusia intelektual adalah manusia yang
berkemampuan menganalisis pengetahuan, menyatakannya kembali dalam bentuk kata dan
kalimat yang baik dan benar yang disampaikan secara sistematis dan logis sehingga dapat
diterima oleh lingkungannya. Perkembangan intelek dapat dipengaruhi oleh keadaan mental.
Sesorang yang memiliki IQ berkisar antara 50 sampai 69 sulit diharapkan memiliki
perkembangan intelek yang baik.

d.Sosial

Keadaan sosial ekonomi manusia berpengaruh terhadap kemajuan belajar siswa di sekolah.
Berdasarkan Penelitian Kirk (1962), terdapat 5 kali lebih banyak siswa lamban belajar yang
berasal dari keluarga ekonomi lemah dibandingkan siswa lamban belajar yang berasal dari
keluarga ekonomi tinggi.

e.Perkembangan kepribadian

Siswa yang mengalami kesulitan belajar pada umumnya berkaitan erat dengan masalah-
masalah emosional, agresif, takut, malu-malu dan nakal. Kadang siswa yang mengalami
kesulitan belajar itu menunjukan ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitarnya yang diakibatkan kegagalan belajar di sekolah. Jika kegagalan itu bertambah
banyak maka akan mengakibatkan kelesuan konsentrasi dalam belajar.

D. Autisme

Autisme adalah kelainan perkembangan saraf yang menyebabkan gangguan perilaku


dan interaksi sosial. Gejala penyakit ini lebih sering terdeteksi pada masa kanak-kanak,
tetapi juga dapat ditemukan ketika dewasa.

Penyebab dan Gejala Autisme

Penyebab autisme belum diketahui secara pasti. Namun, terdapat faktor risiko yang dapat
meningkatkan kejadian autisme, seperti jenis kelamin, riwayat autisme dalam keluarga, dan
kelahiran prematur.

Gejala dan tingkat keparahan autisme bervariasi. Penderita yang mengalami gejala ringan
umumnya tidak mengalami hambatan aktivitas. Namun, jika gejalanya berat, penderita
membutuhkan bantuan untuk menjalani aktivitas sehari-hari.

Gejala yang dapat dialami oleh penderita autisme antara lain:

 Gangguan komunikasi dan interaksi sosial, seperti lebih senang menyendiri, enggan
berbicara dengan orang lain, dan sering mengulang kata yang sama
 Gangguan perilaku, seperti melakukan gerakan yang sama secara berulang, misalnya
selalu berjalan dengan berjinjit
 Gangguan lain, seperti gangguan kognitif yang menghambat belajar, gangguan mood
atau reaksi emosional, dan kejang
Cara Mengobati dan Mencegah Autisme

Autisme tidak bisa disembuhkan. Akan tetapi, ada sejumlah metode yang bisa dilakukan
agar penderita autisme dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
terapi perilaku dan komunikasi, atau konsumsi obat untuk mengatasi gangguan perilaku dan
mood.
Risiko kejadian autisme dapat dihindari, terutama oleh ibu hamil, dengan melakukan kontrol
kehamilan rutin dan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat.

E. Anak tunaganda

Tunaganda (doble handicap atau multiple handicap) adalah anak yang memiliki kombinasi
kelainan (baik dua jenis kelainan atau lebih) yang menyebabkan adanya masalah pendidikan
yang serius, sehingga dia tidak hanya dapat diatas dengan suatu program pendidikan khusus
untuk satu kelainan saja, melainkan harus didekati dengan variasi program pendidikan sesuai
kelainan yang dimiliki.

Macam-macam Tunaganda

 Tunanetra-tunawicara.
 Tunanetra-tunarungu.
 Tunanetra-tunadaksa.
 Tunanetra-tunagrahita.
 Tunanetra-tunalaras.
 Tunanetra-kesulitan belajar khusus
Penyebab Tunaganda

Anak tunaganda disebabkan oleh faktor yang variatif, yang dapat terjadi pada saat
sebelum kelainan, saat kelahiran, dan atau setelah kelahiran.

1. Faktor Prenatal: ketidaknormalan kromosom komplikasi-komplikasi pada anak dalam


kandungan ketidakcocokan Rh infeksi pada ibu, kekurangan gizi ibu yang sedang
mengadung, serta terlalu banyak menkonsumsi obat dan alkohol.
2. Faktor Natal: kelahiran prematur kekurangan oksigen pada saat kelahiran luka pada
otak saat kelahiran.
3. Faktor eksternal: dalam perkembangan hidupnya kepala mengalami kecelakaan
kendaraan, keracunan, jatuh, mendapat pukulan atau siksaan.
4. Nutrisi yang salah: anak tidak dirawat dengan baik, keracunan makanan atau penyakit
tertentu yang sama, sehingga dapat berpengaruh terhadap otak (meningitis atau
encephalities).
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Anak berkebutuhan khusus bukan berarti tidak pintar, tidak berbakat, atau tidak
mampu. Hanya saja, mereka memiliki tantangan khusus yang tidak dihadapi kebanyakan
anak-anak lain yang ‘normal’.

Kondisi ini terjadi ketika anak memiliki keterbatasan atau keluarbiasaan yang
berpengaruh pada proses pertumbuhan dan perkembangannya. Hal tersebut membuat anak
memerlukan pendampingan yang tepat.

Gangguan perkembangan motorik disebut dispraksia, mencakup gangguan pada


motorik kasar, penghayatan tubuh, dan motorik halus. Gangguan persepsi mencakup persepsi
penglihatan atau persepsi visual, persepsi pendengaran atau persepsi auditoris, persepsi
heptik, dan intelegensi system persepsual. Dispraksia atau sering disebut ‘clumsy’ adalah
keadaan sebagai akibat adanya gangguan dalam intelegensi auditori-motor. Manifestasinya
dapat berupa disfasia verbal (berbicara) dan non verbal (menulis, bahasa isyarat, dan
pantomim).

B.Saran
Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan karena
keterbatasan saya sebagai manusia biasa, untuk itu kritik dan saran amat kami harapkan demi
kesempurnaan kami dalam menyelesaikan tugas-tugas dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.sehatq.com/artikel/memahami-anak-berkebutuhan-khusus-dan-peran-orangtua-
dalam-mendidiknya
http://mettaadnyana.blogspot.com/2014/07/babk-anak-berkesulitan-belajar.html
https://beritamadani.co.id/2017/01/anak-dengan-lamban-belajar-slow-learner/
https://www.alodokter.com/autisme
https://id.wikipedia.org/wiki/Tunaganda

Anda mungkin juga menyukai