Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DISLEKSIA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

KELOMPOK 5

Cristi Monica : 4002170109


Eka Indah Ramadhani : 4002170111

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA BANDUNG
TAHUN AJARAN 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Disleksia”.
Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Anak. Dalam penyusunan makalah ini tentunya penulis membutuhkan
banyak bimbingan, pengetahuan, dan dukungan dari semua pihak yang selama ini
dengan tulus dan ikhlas membantu penulis dalam menyelesaikan makalah.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi
kesempuarnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat untuk perkembangan
ilmu kesehatan dan keperawatan, Amin.
Bandung, 2018
Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................


DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................
B. Tujuan Penulisan .............................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Disleksia ...........................................................................
B. Klasifikasi Disleksia .......................................................................
C. Etiologi Disleksia ............................................................................
D. Manifestasi Klinis Disleksia............................................................
E. Klasifikasi Disleksia .......................................................................
F. Patofisiologi Disleksia ....................................................................
G. Penatalaksanaan Disleksia...............................................................
H. Terapi Disleksia...............................................................................
I. Komplikasi Disleksia ......................................................................
J. Pencegahan Disleksia .....................................................................
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata disleksia berasal dari kata “dys” yang berarti gangguan atau
ketidakmampuan, dan kata “lexis” yang menunjuk kepada kata-kata atau berbahasa.
Dari asal katanya disleksia berarti gangguan/ketidakmampuan dalam berbahasa dan
mengeja kata. Disleksia bukan disebabkan oleh kurangnya motivasi belajar,
kerusakan indera, atau kondisi lingkungan. Disleksia disebabkan karena adanya
gangguan pada sistem syaraf pusat yang memengaruhi persepsi visual anak
terhadap objek huruf, angka, atau kata. Anak dengan disleksia mengalami kesulitan
dalam membaca, menulis, mengeja, menyimak, dan berhitung. Disleksia termasuk
dalam kategori kesulitan belajar spesifik/khusus (specific learning disabilities).
Disleksia mengenai sekitar 3-5% anak. Gangguan ini lebih sering ditemukan
pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan, namun biasanya ganguan ini
kurang dikenali pada anak perempuan. Disleksia cenderung menurun dalam
keluarga.
Disleksia dapat mempengaruhi orang secara berbeda. Hal ini tergantung,
sebagian atau seberapa besar tingkat keparahan dari kesulitan belajar dan
keberhasilan dari metode pembelajaran alternatif. Pada beberapa orang dengan
disleksia dapat mengalami masalah dengan membaca dan mengeja, sementara yang
lain berjuang untuk menulis bisa dari kiri ke kanan atau sebaliknya. Beberapa anak
menunjukkan sedikit tanda-tanda kesulitan pada awal membaca dan menulis. Tapi
kemudian, mereka mungkin mengalami kendala pada keterampilan bahasa yang
kompleks, seperti tata bahasa, pemahaman bacaan dan penulisan yang lebih
mendalam.

B. Tujuan
Tujuan yang diharapkan dapat dicapai dari penyusunan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami mengenai disleksia pada anak
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak yang mengalami disleksia.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Disleksia
Disleksia didefinisikan sebagai gangguan membaca primer, yang dibedakan
dari bentuk sekunder.Kata dyslexia berasal dari bahasa Yunani, dys artinya tanpa,
tidak adekuat atau kesulitan dan lexis/lexia yang artinya kata atau bahasa, sehingga
diartikan sebagai kesulitan membaca kata-kata.Disleksia sekunder yaitu kesulitan
membaca yang disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti gangguan visual atau
pendengaran, cacat intelektual, kurangnya pembelajaran/latihan atau sebab lainnya.
Terdapat 5 kriteria yang harus terpenuhi untuk mendefinisikan disleksia,
yaitu: 1) anak tidak menderita kelainan neurologis mayor, misal palsi serebral; 2)
fungsi sensorik utama harus normal, dan anak tidak buta atau tuli; 3) anak tidak
mengalami masalah psikiatri yang berat (karena seringkali ditemukan masalah
rendah diri pada anak disleksia); 4) intelegensia anak harus normal; 5) anak tinggal
dalam lingkungan sosial dan pendidikan yang kondusif untuk belajar membaca.
Menurut WHO, disleksia didefinisikan sebagai gangguan pada kemampuan
membaca yang spesifik dan bermakna, yang tidak dapat dijelaskan atas dasar
berbagai defisit intelegensia umum, kesempatan dalam belajar, kemauan atau
kemampuan indra.
Menurut DSM IV, disleksia adalah gangguan kemampuan membaca,
meskipun penderita mempunyai intelegensia normal, tidak terdapat kecacatan fisik
dan psikologis, dan mendapatkan pendidikan formal yang memadai.

B. Klasifikasi Disleksia
Ada dua tipe disleksia, yaitu tipe auditoris (pendengaran) dan tipe visual
(penglihatan), di bawah ini akan dijelaskan mengenai tipe-tipe tersebut:
1. Tipe Auditoris (Auditory Processing Problems)
Kemampuan untuk membedakan antara bunyi-bunyi ynag sama dari katakata
yang diucapkan, atau untuk membedakan antara bagian-bagian kalimat yang
terucap dengan suara-suara lain yang menjadi latar belakang dari dialog ketika
kalimat-kalimat tersebut diucapkan. Seorang ahli fisika Perancis, Alfred

5
Tomatis, dalam buku “Deteksi dini masalah-masalah psikologi anak”
menegaskan bahwa anak-anak yang mengalami gangguan belajar tidak
memiliki kemampuan dalam memahami kata-kata atau kalimat-kalimat yang
mereka dengarkan. Sebuah teori serupa juga dirumuskan oleh seorang dokter
di Perancis, Guy Berard, ia menegaskan bahwa beberapa orang mendengar
suara-suara melalui cara-cara yang tidak lazim, baik karena suara-suara
tersebut berubah ataupun karena pendengaran mereka atas suara-suara tersebut
terlalu sensitive.13 Teori lainnya dikemukakan oleh Jean Ayres, dalam buku
“Deteksi dini masalah-masalah psikologi anak” seorang praktisi pengobatan,
menegaskan bahwa disleksia disebabkan oleh adanya gangguan pada system
vestibular. Vestibular merupakan bagian dalam telinga yang menjadi alat
detector posisi kepala terhadap gravitasi bumi (apa yang di atas dan apa yang
di bawah) dan mentransmisikan informasi ini ke dalam otak. Anak-anak yang
memiliki permasalahan dengan system vestibular mereka memiliki kesulitan
dalam hal keseimbangan, misalnya ketika mereka belajar menaiki sepeda.
Gejala-gejala yang dimiliki oleh tipe auditoris adalah:
1) Kesulitan dalam diskriminasi auditoris dan persepsi sehingga mengalami
kesulitan dalam analisis fonetik. Contohnya: anak tidak dapat membedakan
kata: katak, kakak, dan bapak.
2) Kesulitan analisis dan sintesis auditoris, contohnya: kata “ibu” tidak dapat
diuraikan menjadi “i-bu”
3) Kesulitan auditoris bunyi atau kata. Jika diberi huruf tidak dapat mengingat
bunyi huruf atau kata tersebut, atau jika melihat kata tidak dapat
mengungkapkannya walaupun mengerti arti kava tersebut
4) Membaca dalam hati lebih baik dari pada membaca dengan lisan
5) Kadang-kadang disertai gangguan urutan auditoris
6) Anak cenderung melakukan aktivitas visual
Dari ciri-ciri di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa anak disleksia dengan tipe
auditoris anak lebih mengandalkan pembelajaran dengan visual. Dan pada saat
belajar anak tersebut lebih suka membaca dalam hati dari pada dengan lisan.

6
2. Tipe Visual
Permasalahan penglihatan yang akut memang sangat berpengaruh terhadap
kemampuan membaca anak. Sebuah teori yang dikemukakan oleh Drs. Carl
Ferrei dan Richard Wainwright dalam buku “Deteksi dini masalah-masalah
psikologi anak”mereka berpendapat bahwa permasalahan gangguan dalam
belajar disebabkan oleh adanya ketidakcocokan antara Sphenoid dan tulang
rawan pada tengkorak. Ketidaksesuaian ini diduga berpengaruh terhadap caara
kerja syaraf-syaraf yang mempengaruhi kerja otot-otot mata, yang mana
kondisi ini berakibat pada terganggunya koordinasi mata. Seorang psikolog
pendidikan dari California, Helen Irlen memperkenalkan sebuah teori bahwa
orang-orang yang terkena disleksia memiliki gangguan serius pada indera
penglihatan mereka yang menyebabkan matanya mengalami kesulitan ketika
harus menyesuaikan cahaya dari sumber-sumber tertentu, dengan tingkat
kokontrasan tertentu.Gejala-gejala yang dimiliki oleh tipe visual adalah
sebagai berikut:
1) Terdensi terbalik, misalnya b dibaca d, p dibaca g, u dibaca n, m dibaca w
dan sebagainya
2) Kesulitan diskriminasi, mengacaukan huruf-huruf atau kata yang mirip

C. Etiologi Disleksia
Disleksia diketahui sebagai gangguan yang diturunkan dan familial.
Penurunannya terjadi secara autosomal dominan pada beberapa keluarga dan
kemungkinan pembawa sifatnya adalah gen pada kromosom 15. Bukti ini semakin
menunjukkan bahwa disleksia merupakan kelainan yang diturunkan. Kemungkinan
50% orang tua disleksia mempunyai anak disleksia, 50% saudara kandung
penderita mungkin menderita kelainan yang sama dan 50% penderita anak-anak
mempunyai orang tua yang menderita disleksia. Sebuah bukti penelitian
menunjukkan bahwa kelainan disleksia ini melibatkan lokus pada kromosom 2, 3,
6, 15, dan 18.

7
D. Manifestasi Klinis Disleksia
Gejala Disleksia bisa sulit untuk dikenali sebelum anak Anda masuk sekolah,
tetapi beberapa petunjuk awal mungkin menunjukkan adanya masalah. Setelah anak
Anda mencapai usia sekolah, guru anak Anda mungkin menjadi yang pertama untuk
melihat masalah. Kondisi ini sering menjadi jelas saat seorang anak mulai belajar
membaca.
1. Sebelum Sekolah
a. Terlambat berbicara
b. Lambat dalam belajar kata-kata baru
c. Kesulitan bermain
2. Usia Sekolah
Setelah anak anda masuk sekolah, tanda dan gejala disleksia mungkin menjadi
lebih jelas, termasuk:
a. Keahliahan membaca pada tingkat jauh di bawah tingkat yang diharapkan untuk
usia anak Anda
b. Kesulitan dalam memproses dan memahami apa yang dia dengar
c. Kesulitan memahami instruksi yang cepat
d. Kesulitan mengikuti lebih dari satu perintah pada waktu yang bersamaan
e. Kesulitan mengingat urutan kejadian suatu hal
f. Kesulitan melihat (dan kadang-kadang mendengar) persamaan dan perbedaan
dalam huruf dan kata
g. Ketidakmampuan untuk menjajaki pengucapan sebuah kata asing
h. Melihat huruf atau kata-kata secara terbalik ("b" untuk "d" atau "melihat" untuk
"adalah," misalnya) - ini adalah umum pada anak-anak, tetapi akan lebih terasa
pada anak-anak dengan disleksia
i. kesulitan dalam meng-eja
j. Kesulitan belajar bahasa asing
3. Remaja dan Dewasa
Gejala Disleksia pada remaja dan orang dewasa adalah sama dengan yang pada
anak-anak. Meskipun intervensi awal akan bermanfaat untuk pengobatan disleksia,
tidak pernah terlalu terlambat untuk mencari bantuan untuk disleksia. Beberapa gejala
disleksia umum pada remaja dan orang dewasa meliputi:

8
a. Kesulitan membaca
b. Kesulitan memahami lelucon atau idiom
c. Membaca dengan suara keras
d. Kesulitan dalam mengatur waktu
e. Kesulitan meringkas cerita
f. Kesulitan belajar bahasa asing
g. Kesulitan menghafal
Disleksia ditandai dengan keterlambatan dalam usia di mana seorang anak mulai
membaca. Kebanyakan anak sudah siap untuk belajar membaca saat TK atau kelas satu,
tetapi anak-anak dengan disleksia sering tidak dapat memahami dasar-dasar membaca
pada saat itu.
Ketika disleksia tidak terdiagnosis dan tidak diobati, kesulitan membaca anak terus
terjadi walaupun pada usia dewasa.
Dalam Model Kurikulum Bagi Peserta Didik Yang Mengalami Kesulitan Belajar Pusat
Kurikulum Badan Penelitian Dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional
(2007). Adapun bentuk-bentuk kesulitan membaca (disleksia) di antaranya berupa:
a. Penambahan (Addition)
Menambahkan huruf pada suku kata
Contoh : suruh  disuruh; gula  gulka; buku  bukuku
b. Penghilangan (Omission)
Menghilangkan huruf pada suku kata
Contoh : kelapa  lapa; kompor  kopor; kelas  kela
c. Pembalikan kiri-kanan (Inversion)
Membalikkan bentuk huruf, kata, ataupun angka dengan arah terbalik kirikanan.
Contoh : buku  duku; palu  lupa; 3  ε; 4  μ
d. Pembalikan atas-bawah (ReversalI)
Membalikkan bentuk huruf, kata, ataupun angka dengan arah terbalik
atasbawah.
Contoh : m  w; u n; nana  uaua; mama  wawa; 2  5; 6  9
e. Penggantian (Substitusi)
Mengganti huruf atau angka.
Contoh : mega  meja; nanas  mamas; 3  8

9
E. Patofisiologi
Disleksia dikarakteristikkan sebagai gangguan kemampuan membaca tanpa
atau dengan masalah psikologi. Membaca merupakan proses yang berlangsung di
daerah spasio-temporal, yang melibatkan pengkodean berurutan terhadap simbol-
simbol visual. Kemampuan spasio-temporal seperti mendeteksi perubahan huruf-
huruf mempunyai peranan yang penting dalam proses membaca.
Pemeriksaan neurobiologik pada penderita disleksia menunjukkan adanya
gangguan fungsi membaca pada bagian posterior hemisfer kiri, terutama di daerah
temporo-parieto-oksipitalis.
Gyrus angularis merupakan bagian lobus parietalis posterior yang paling
inferior, terletak tepat di belakang area Wernicke dan di sebelah posterior
bergabung dengan area visual lobus oksipitalis. Bila daerah ini mengalami
kerusakan sedangkan area Wernicke di lobus temporalis tetap utuh, pasien masih
dapat menginterpretasikan pengalaman auditorik seperti biasanya, namun
rangkaian pengalaman visual yang berjalan dari korteks visual ke area Wernicke
benar-benar terhambat. Oleh karena itu, pasien mungkin masih mampu melihat
kata-kata dan bahkan tahu mengenai kata-kata itu, tetapi tidak dapat
menginterpretasikan arti kata-kata itu. Keadaan ini disebut disleksia, atau buta kata-
kata (word blindness).Sebuah teori disleksia yang bersumber pada defisit proses di
temporal, yang menggabungkan gejala klinis dengan kompleks neuropsikologis dan
keragaman bentuk disleksia. Teori ini berdasarkan pendekatan neuropsikologis
yang mengarah pada defisit fonologis dan gangguan visual.Dalam teori ini
dikemukakan bahwa pada anak disleksia didapatkan kesulitan untuk menyatukan
perubahan stimulus yang berlangsung cepat (khas pada disleksia). Kesulitan ini
akan mengakibatkan kegagalan persepsi pendengaran pada konsonan, defisit dalam
penilaian perintah temporal, dan defisit dalam berbagai tingkat membaca cepat.
Diskalkulia, biasanya terdapat pada disleksia berat juga merupakan hasil dari
kegagalan fungsi proses numerik temporal. Koordinasi motorik halus juga dapat
terganggu pada penderita disleksia, yang akan mengakibatkan disgrafia atau
kesulitan dalam menulis, dan dispraksia atau kesulitan dalam koordinasi gerakan
motorik.

10
Perkembangan Dispraksia, Diskalkulia
terlambat pada disgrafia
daerah temporal
Gangguan
bicara
Defisit proses
di temporal
Gangguan
diskriminasi Gangguan
fonem awareness fonem

Aturan
morfosintaktik Gangguan
Gangguan memori
persepsi visual jangka pendek

Gangguan pengucapan Disleksia

Gambar 1.Mekanisme terjadinya disleksia dan kelainan penyerta

Para ilmuwan telah menggunakan teori membaca untuk membantu memahami


disleksia.Salah satu teori membaca yang paling banyak diterima adalah teori jalur
ganda.Dalam teori ini terdapat dua mekanisme yang digunakan untuk membaca sebuah
kata, yaitu jalur langsung (ortografi) dan jalur tidak langsung (fonologis).Jalur
langsung adalah melihat kata dan otomatis mengetahui apa yang dibaca. Untuk orang
yang sering melihat kata-kata, dan kata-kata tersebut telah dikenali sebelumnya, maka
kemungkinan besar jalur inilah yang digunakan. Pembaca terlatih menggunakan jalur
ini untuk sebagian besar yang mereka baca, meskipun mereka dapat menggunakan jalur
lain ketika mereka menemukan kata-kata yang baru atau kata asing. Jalur tidak
langsung menterjemahkan huruf-huruf menjadi suara, dan mengetahui pengucapan
kata-kata dari kombinasi suara yang dihasilkan. Jalur ini menggunakan proses
fonologis dan biasanya digunakan pada awal perkembangan keterampilan membaca.
Pembaca yang menemukan kata-kata baru maka kata-kata tersebut dibaca dengan hati-

11
hati.Banyak penderita disleksia memiliki kesulitan menggunakan jalur ini karena
keterampilan fonologis mereka kurang. Pada dasarnya, membaca terdiri dari 2 proses
utama, yaitu pengkodean dan pemahaman. Pada penderita disleksia, terdapat defisit
fonologis sehingga terjadi kegagalan dalam memisahkan fonem sebagai segmen dasar
sebuah kata-tulis.

F. Diagnosis Disleksia
Disleksia merupakan diagnosis klinis. Diagnosis ditentukan berdasarkan
riwayat penderita, pengamatan dan penilaian psikometri.Dasar diagnosis ICD-10
dan DSM-IV adalah gambaran klinis yang ditandai oleh kegagalan perkembangan
proses membaca dan mengeja. Namun, penelitian terkini menunjukkan terdapat 3
kelainan yang terpisah, yaitu 1) kombinasi gangguan membaca dan mengeja atau
disleksia, 2) gangguan membaca, dan 3) gangguan mengeja.
Sebagian besar gangguan membaca tidak terdiagnosis sampai anak di kelas 3
atau sekitar umur 6-9 tahun. Anak usia prasekolah mempunyai faktor risiko untuk
menderita disleksia, antara lain kalo ada riwayat keterlambatan bahasa atau tidak
dapat mengeluarkan suara tertentu (kesulitan dalam permainan kata-kata,
kerancuan pada kata-kata dengan bunyi yang sama, kesulitan belajar mengenal
huruf), dan ada keluarga lain yang menderita disleksia. Pada usia sekolah, anak
sering dikeluhkan tidak dapat mengerjakan tugas-tugas dengan baik. Orang tua dan
guru seringkali tidak menyadari bahwa penyebabnya adalah gangguan membaca.
Untuk menentukan apakah anak berisiko menderita disleksia, skrining biasanya
dilakukan pada akhir masa taman kanak-kanak atau memasuki sekolah dasar. Siswa
dengan kemampuan membaca di bawah teman seusianya pada skrining dicurigai
berisiko dan diberikan intervensi.
1. Penilaian kemampuan membaca
Pada saat ini, penilaian kemampuan membaca yang paling diterima adalah
penilaian berdasarkan fonologis.Anak dinilai dengan mengukur pengkodean,
kelancaran, dan pemahaman dalam membaca.Pemeriksaan analisis fonologis
untuk anak yang tersedia saat ini adalah Comprehensive Test of Phonological
Processing (CTOPP). Tes ini terdiri atas pengukuran pengetahuan fonologis,

12
pengkodean fonologis, dan kemampuan mengingat dan memberi nama dengan
cepat.
Pada anak usia sekolah, salah satu elemen yang penting untuk dievaluasi adalah
seberapa akurat anak dapat mengkode kata (membaca kata-kata tunggal).
Kelancaran membaca dapat dinilai dengan menggunakan the Gray Oral
Reading Test. Tes ini terdiri atas 13 bagian yang semakin sulit dan masing-
masing diikuti oleh lima pertanyaan pemahaman. Kemampuan membaca kata
tunggal dapat diketahui dengan menggunakan Test of Word Reading Efficiency
(TOWRE), sebuah tes untuk kecepatan membaca kata-kata.Skrining oleh dokter
dapat dilakukan dengan mendengarkan anak membaca dengan keras
berdasarkan tingkat kemampuan membacanya.
2. Pemeriksaan Fisik, Neurologis dan Laboratorium
Pemeriksaan fisik secara umum memiliki peran yang sangat kecil untuk
mengevaluasi disleksia.Gangguan sensorik primer harus disingkirkan terutama
pada anak-anak.Jenis pemeriksaan ditentukan oleh gejala-gejala non-disleksia
yang menunjukkan kelainan khusus.Hasil pemeriksaan neurologis rutin
biasanya normal. Pemeriksaan lain, seperti MRI atau analisis kromosom, hanya
dilakukan jika terdapat indikasi klinis spesifik. 1

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan disleksia terdiri atas menentukan kelainan serta memberi
pengetahuan kepada orang tua dan guru. Selanjutnya, penatalaksanaan
tergantung pada beratnya disleksia dan kelainan psikologis lain yang menyertai.
Medikamentosa tidak bermanfaat untuk disleksia.Apabila disleksia disertai
dengan ADHD, medikamentosa dapat memperbaiki kesulitan belajar yang
ditimbulkan.
Intervensi ditujukan untuk memperbaiki kemampuan memanipulasi
fonem pada suku kata dengan cara memfokuskan intruksi pada satu atau dua
jenis fonem, mengajar anak-anak dalam kelompok kecil, dan memberikan
instruksi yang eksplisit (daripada insidentil). Keberhasilan terapi mengacu pada
kemampuan membaca secara oral dengan kecepatan, akurasi dan ekspresi yang
tepat.Metode yang digunakan adalah membangun minat baca dengan panduan,

13
yaitu anak membaca dengan suara yang keras berulang kali dihadapan guru,
orang dewasa, atau teman-temannya, dan menerima umpan balik.Bukti-bukti
menunjukkan bahwa membaca oral dengan panduan memiliki dampak yang
jelas dan positif terhadapap pengenalan kata, kelancaran, dan pemahaman
membaca.Metode yang harus dihindari adalah mendorong membaca dalam
jumlah besar dan membaca dalam hati (diam), tanpa umpan balik kepada siswa.
Perangkat untuk terapi disleksia dapat berupa komputer dan perekam
suara.Penderita disleksia biasanya mempunyai tulisan tangan yang tidak dapat
dibaca. Komputer akan sangat bermanfaat karena dilengkapi dengan program
pemantau ejaan, sehingga dapat mengoreksi kesalahan ejaan yang sering
didapatkan pada penderita disleksia. Perekam suara dapat menyimpan gagasan-
gagasan penderita yang susah dituangkan dalam bentuk tulisan. Pada terapi
dengan Read Write and Type (RWT) dan Lindamood Phoneme Sequencing
Program for Reading, Spelling, and Speech (LIPS) selama 1 tahun, didapatkan
perbaikan pada phonological awareness, rapid naming, phonemic decording,
akurasi dan kelancaran membaca, mengeja, membaca secara komprehensif.
Intervensi jangka panjang sering dilakukan pada disleksia.Namun, terapi
dengan intervensi jangka pendek pada anak kelas I sekolah dasar yang berisiko
disleksia pada sebuah studi memberikan perbaikan yang bermakna terhadap
kemampuan membaca. Intervensi keluarga dilakukan pada lingkungan keluarga
yang berisiko yang berfokus pada phoneme awareness dan pengenalan huruf
pada tahun-tahun sebelum anak diberi pendidikan formal.Anak yang diberi
intervensi keluarga mempunyai pengenalan huruf yang lebih baik.
Besar dan bentuk huruf dapat memengaruhi kemampuan membaca
anak.Didapatkan hubungan yang berbanding lurus antara besar huruf dengan
kemampuan membaca.Penderita disleksia memerlukan ukuran huruf yang lebih
besar untuk mencapai kecepatan membaca maksimum.

14
H. Terapi Disleksia

Anak dengan disleksia primer perlu bimbingan khusus untuk diajar


membaca. Untuk itu anak perlu ditempatkan pada Remedial Teaching yang akan
mengajar anak dalam 3 hal, yaitu:

1. Menggunakan ketajaman penyerapan panca indera, terutama ketajaman


penglihatan, perabaan, skema badan.
1) Penglihatan,
a. Disuruh meniru bentuk-bentuk geometrik, bila bentuk geometrik yang
ditiru sudah benar, anak disuruh menggambarkan masing-masing
bentuk geometrik tersebut tanpa contoh. Misalnya: Coba gambar
bentuk segitiga, bulatan, persegi panjang, bujur sangkar dan
sebagainya.

b. Ditanya beda bentuk yang satu dengan yang lain (visual figure-back
ground perception). Diminta untuk meniru garis-garis yang
menghubungkan titik-titik (spatial relationship).
c. Ditanyakan pada anak (position in space).

Posisi yang terbalik pada urutan kursi.

15
gambar bulatan mana dari urutan bulatan y yang sama dengan bulatan
x

Position in space dipakai pada anak yang sukar membedakan


huruf: b, d, p (reversals).
2) Pendengaran,
a. Anak disuruh menirukan nada tinggi dan nada rendah
do do, do/00' re 7 mi
b. Anak disuruh menirukan kata-kata:
bar-dar, dor-tor, stop-top taman-tamat, parit-parut muda-mudi, bolak-
balik
c. Dilatih diskriminasi irama dalam nyanyian, sajak-sajak, perabaan.
Diminta untuk meraba benda:
 Bundar: bola
 Kotak persegi panjang
 Kubus:
 Tabung bulat dan sebagainya.
 Ditanya apakah bentuk benda ini, sesudah benda tersebut diraba
 Bundar, tabung, kubus, kotak dan sebagainya.
3) Skema badan, posisi anggota badan:
a. Ditanya mana: telinga kiri, tangan kanan, mata kiri, telinga kanan.
b. Coba ditarik : tungkai ke muka, tungkai ke belakang, lengan ke
samping kanan/kiri, lengan ke atas, lengan ke bawah dan sebagainya.
c. Dihitung semua jumlah jari jari, yang mana ibu jari, jari manis, jari
kelingkung, jari telunjuk, jari tengah.
2. Mengembangkan integrasi dua atau tiga macam penyerapan : penglihatan,
perabaan, dan pendengaran.
16
Contoh: lonceng berlagu -- bentuk bulat.
Ditanya : benda apa ini? -- coba raba.
Bentuknya bagaimana? -- coba tirukan lagu benda ini!
3. Mengembangkan kemampuan bahasa: bahasa reseptif, dan bahasa ekspresif.
Latihan:
a. Bahasa reseptif: mengerti isi kalimat atau isi cerita.
b. Bahasa ekspresif: menceritakan kembali isi cerita, mengutarakan maksud
hati atau isi pikirannya.

Untuk disleksia sekunder karena dasar kemampuan membaca sebenarnya baik,


pengobatan terutama ditujukan untuk menghilangkan gangguan emosi atau tingkah
lakunya, yang biasanya dapat ditangani oleh seorang psikolog atau psikiater.
Latihan membaca atau menulis dapat dilakukan di tempat Remedial Teaching.
Kemajuan biasanya cepat karena dasar kemampuan membacanya memang masih
baik.

I. Komplikasi Disleksia
Disleksia dapat menyebabkan sejumlah masalah, termasuk:
a. Kesulitan belajar. Karena membaca adalah keterampilan dasar untuk sebagian
besar mata pelajaran sekolah, anak yang memiliki disleksia kesulitan pada
sebagian besar kelas dan mungkin juga mengalami kesulitan dalam mengikuti
rekan-rekannya.
b. Masalah-masalah sosial. Jika tidak diobati, disleksia dapat menyebabkan rendah
diri, masalah perilaku, kecemasan, agresi, dan penarikan diri dari teman, orang
tua dan guru.
c. Masalah sebagai orang dewasa. Ketidakmampuan untuk membaca dan
memahami sesuatu dapat mencegah anak dari menggali potensi dirinya. Hal ini
dapat memiliki konsekuensi pada pendidikan jangka panjang, sosial dan
ekonomi.
Anak-anak yang memiliki disleksia sangat berisiko mengalami gangguan
attention-deficit/hyperactivity (ADHD), dan sebaliknya. ADHD dapat

17
menyebabkan kesulitan dalam mempertahankan perhatian, hiperaktif, dan perilaku
yang impulsif, yang dapat membuat disleksia sulit untuk mengobati.

J. Pencegahan Disleksia
Pada dasarnya ada berbagai variasi tipe disleksia. Penemuan para ahli
memperlihatkan bahwa perbedaan variasi itu begitu nyata, hingga tidak ada satu
pola baku atau kriteria yang betul-betul cocok semuanya terhadap ciri-ciri seorang
anak disleksia. "Misalnya, ada anak disleksia yang bermasalah dengan kemampuan
mengingat jangka pendeknya, sebaliknya ada pula yang ingatannya justru baik
sekali. Lalu, ada yang punya kemampuan matematis yang baik, tapi ada pula yang
parah. Untuk itulah bantuan ahli (psikolog) sangat diperlukan untuk menemukan
pemecahan yang tepat.”
Sebagai gambaran, para ahli akan membantu mereka dengan menggunakan
berbagai metode berikut:
1. Metode multi-sensory
Dengan metode yang terintegrasi, anak akan diajarkan mengeja tidak hanya
berdasarkan apa yang didengarnya lalu diucapkan kembali, tapi juga
memanfaatkan kemampuan memori visual (penglihatan) serta taktil (sentuhan).
Dalam prakteknya, mereka diminta menuliskan huruf-huruf di udara dan di lantai,
membentuk huruf dengan lilin (plastisin), atau dengan menuliskannya besar-besar
di lembaran kertas. Cara ini dilakukan untuk memungkinkan terjadinya asosiasi
antara pendengaran, penglihatan dan sentuhan sehingga mempermudah otak
bekerja mengingat kembali huruf-huruf.
2. Membangun rasa percaya diri
Gangguan disleksia pada anak-anak sering tidak Dipahami atau diketahui
lingkungannya, termasuk orang tuanya sendiri. Akibatnya, mereka cenderung
dianggap bodoh dan lamban dalam belajar karena tidak bisa membaca dan menulis
dengan benar seperti kebanyakan anak-anak lain. Oleh karena itu mereka sering
dilecehkan, diejek atau pun mendapatkan perlakuan negatif, sementara kesulitan
itu bukan disebabkan kemalasan. Alangkah baiknya, jika orang tua dan guru peka
terhadap kesulitan anak. Dari situ dapat dilakukan deteksi dini untuk mencari tahu
faktor penghambat proses belajarnya. Setelah ditemukan, tentu bisa diputuskan

18
strategi yang efektif untuk mengatasinya. Mulai dari proses pengenalan dan
pemahaman fonem sederhana, hingga permainan kata dan kalimat dalam buku-
buku cerita sederhana. Penguasaan anak terhadap bahan-bahan tersebut, dalam
proses yang bertahap, dapat membangkitkan rasa percaya diri dan rasa amannya.
Jadi, berkat usaha dan ketekunan mereka, para penyandang disleksia ini dapat juga
menguasai kemampuan membaca dan menulis. Orang tua dan guru serta
pendamping lainnya mungkin melihat dan menemukan adanya kelebihan dari
anak-anak seperti ini. Menurut penelitian, mereka cenderung mempunyai
kelebihan dalam hal koordinasi fisik, kreativitas, dan berempati pada orang lain.
Untuk membangun rasa percaya dirinya, ajaklah mereka mengevaluasi dan
memahami diri sendiri, disertai kelebihan serta kekurangan yang dimiliki.
Tujuannya agar mereka dapat melihat secara objektif dan tidak hanya terfokus pada
kekurangannya sebagai anak dengan gangguan disleksia. Anak-anak tersebut perlu
diajak mencari dan mencatat semua kelebihan dan kekurangannya, untuk
kemudian dibahas bersama satu demi satu. Misalnya, anak melihat bahwa dirinya
bukan orang yang mampu menulis dan mengarang dengan baik, tapi di lain pihak
ia adalah seorang pemain basket yang handal dan sekaligus perenang yang
tangguh. Bisa juga, dia melihat dirinya tidak bisa mengeja dengan benar, tapi dia
juga lucu, humoris dan menarik hingga banyak orang suka padanya. Intinya,
bantulah mereka menemukan keunggulan diri, agar bisa merasa bangga dan tidak
pesimis terhadap hambatan yang saat ini sedang diatasi. Kalau perlu, jelaskan pada
mereka figur-figur orang terkenal yang mampu mengatasi problem disleksianya
dan melakukan sesuatu yang berguna untuk masyarakat.

19
BAB III
KESIMPULAN
1. Disleksia didefinisikan sebagai gangguan membaca primer, yang dibedakan dari bentuk
sekunder.Kata dyslexia berasal dari bahasa Yunani, dys artinya tanpa, tidak adekuat
atau kesulitan dan lexis/lexia yang artinya kata atau bahasa, sehingga diartikan sebagai
kesulitan membaca kata-kata.Disleksia sekunder yaitu kesulitan membaca yang
disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti gangguan visual atau pendengaran, cacat
intelektual, kurangnya pembelajaran/latihan atau sebab lainnya.
2. Ada dua tipe disleksia, yaitu tipe auditoris (pendengaran) dan tipe visual (penglihatan)
3. Disleksia diketahui sebagai gangguan yang diturunkan dan familial.
4. Gejala Disleksia bisa sulit untuk dikenali sebelum anak Anda masuk sekolah, tetapi
beberapa petunjuk awal mungkin menunjukkan adanya masalah. Setelah anak Anda
mencapai usia sekolah, guru anak Anda mungkin menjadi yang pertama untuk melihat
masalah. Kondisi ini sering menjadi jelas saat seorang anak mulai belajar membaca.
5. Diagnosis ditentukan berdasarkan riwayat penderita, pengamatan dan penilaian
psikometri.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Disleksia Akses dari: Http://Cae-Indonesia.Com/Disleksia/ Tgl. 4 Juli 2018


2. Disleksia (Gangguan Membaca) Akses dari: http://medicastore.com/penyakit/
3058/Disleksia_(Gangguan_Membaca).html Tgl. 4 Juli 2018
3. Dyslexia Akses dari: http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/
dyslexia/basics/definition/con-20021904 Tgl. 4 Juli 2018
4. Refrat Disleksia: https://www.scribd.com/document/351301081/Referat-
Dyslexia diakses tgl 09 Juli 2018
5. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Edisi 2. EGC. 2013: 453-461.
6. Ganong, W.F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. 2008 : 290.
7. Sherwood, L. Fisiologi Kedokteran dari Sel ke Sistem. EGC. 2012: 163.
8. Snowling, M. (2012). Early Identification and Interventions for Dyslexia: a
contemporary view. (online) doi: 10.1111/j.1471-3802.2012.01262.x.
9. Qodariah, Hatta & Rahayu (2012). Pengaruh “Brain Gym” terhadap
Penurunan Frekuensi Kesulitan Membaca pada Anak Disleksia. (online)
http://prosiding.lppm.unisba.ac.id/index.php/sosial/article/download/380/pdf.
10. Bogliotti, Serniclaes, Messaoud-Galusi & Charolles (2008). Discrimination of
Speech Sounds by Children with Dyslexia: Comparisons with Chronological
Age and Reading Level. Elsevier Article (online)
doi:10.1016/j.jecp.2008.03.006.
11. Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. 2008 : 755.
12. Kawuryan & Rahardjo (2012). Pengaruh Stimulasi Visual Untuk Meningkatkan
Kemampuan Membaca pada Anak Disleksia. (online)
http://jurnal.umk.ac.id/index.php/PSI/article/view/32/31.
13. What is Dyslexia Akses dari: Http://Www.Ncld.Org/Types-Learning-
Disabilities/Dyslexia/What-Is-Dyslexia Tgl. 4 Juli 2018
14. Lidwina, Soeisniwati, Disleksia Berpengaruh Pada Kemampuan Membaca Dan
Menulis, Jurnal Stie Semarang, Vol 4, No 3, Edisi Oktober 2012 (Issn : 2252-
7826)

21

Anda mungkin juga menyukai