PRAKTIKUM
OLEH :
LB 3
DOSEN PENGAMPU :
HerlIN Fitriana Kurniawati, S.SiT., M.Kes
2. Jenis-jenis Anemia
A. Anemia Defisiensi Zat Besi Anemia yang paling banyak terjadi utamanya
pada remaja putri adalah anemia akibat kurangnya zat besi. Zat besi
merupakan bagian dari molekul hemoglobin. Oleh sebab itu, ketika tubuh
kekurangan zat besi produksi hemoglobin akan menurun. Meskipun
demikian, penurunan hemoglobin sebetulnya baru akan terjadi jika
cadangan zat besi (Fe) dalam tubuh sudah benar - benar habis
C. Anemia Makrositik
Jenis anemia ini disebabkan karena tubuh kekurangan vitamin B12 atau
asam folat. Anemia ini memiliki ciri sel darah abnormal dan berukuran besar
(mselakrositer) dengan kadar hemoglobin pereritrosit yang normal atau
lebih tinggi (hiperkrom) dan MCV tinggi. MCV atau Volume merupak
Mean Corpuscularan salah satu karakteristik sel darah merah. Sekitar 90%
anemia makrositik yang terjadi adalah anemia pernisiosa. Selain
menggangu proses pembentukan sel darah merah kekurangan vitamin B12
juga mempengaruhi sistem saraf sehingga penderita anemia ini akan m
erasakan kesemutan ditangan dan kaki, tungkai dan kaki serta tangan seolah
mati rasa. Gejala lain yang dapat terlihat diantaranya adalah buta warna
tertentu termasuk warna kuning dan biru, luka terbuka dilidah atau lidah
seperti terbakar, penurunan berat b adan, warna kulit menjadi lebih gelap,
dan mengalami penurunan fungsi intelektual.
E. Anemia Sel Sabit Anemia sel sabit (sickle cell anemia) keturunan yang
ditandai de berbentuk sabit, kaku , adalah suatu penyakit ngan sel darah
merah yang dan anemia hemolitik kronik. Pada penyakit sel sabit, sel darah
merah memiliki hemoglobin (protein pengangkut oksigen) yang bentuknya
abnormal sehingga mengurangi jumlah oksigen dalam sel dan menyebabkan
ben tuk sel menjadi seperti sabit. Sel yang berbentuk sabit akan menyumbat
dan merusak pembuluh darah terkecil dalam limpa, ginjal, otak, tulang, dan
organ lainnya serta menyebabkan kurangnya pasokan oksigen ke organ
tersebut. Sel sabit ini rapuh dan dapat pec ah pada saat melewati pembuluh
darah yang pada akhirnya dapat mengakibatkan kerusakan organ bahkan
kematian.
3. Tanda-tanda anemia
Tanda-tanda anemia pada remaja putri adalah:
a. Lesu,lemah,letih,lelahdanlunglai (5L)
b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.
c. Gejalalebihlanjutadalahkelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak
tangan menjadi pucat.
(Astuti Dwi, dkk. (2020). “Pola Menstruasi Dengan Terjadinya Anemia
Pada Remaja Putri” dalam Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan 11-(2)
314-327)
a. Lesu lemah letih lunglai dan lemas
Karena simpanan oksigen dalam jaringan otot kurang sehingga
menyebabkan metabolisme otot tergantung
b. Pucat pada telapak tangan , wajah dan gigi
Karena meningkatnya intensitas kadar zat besi akan menyebabkan pucat
c. Sesak napas
Mengalami sesak napas akibat jumlah darah di dalam tubuh yang rendah
sehingga kadar oksigen kurang
d. Pusing dan mengantuk
Akibat otak kekurangan oksigen yang di sebabkan karena hemoglobin
yang menyangkut oksigen kurang
e. Mata berkunang-kunang
Akibat kekurangan oksigen mebuat mata menjadi kehilangan fokus yang
di mana di sebabkan oleh darah yg kurang untuk mengangkut oksigen
(Utami Aras. Dkk. (2021). Anemia Pada Remaja Putri. Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro
https://doc-pak.undip.ac.id/12690/1/Modul_Anemia.pdf
4. Faktor resiko
Pengetahuan : remaja putri dengan pengetahuan kurang memiliki
risiko terkena anemia dibandingkan remaja putri yang memiliki
pengetahuan yang baik. Hasil penelitiannya juga menyimpulkan bahwa
kurangnya pengetahuan tentang anemia, tanda dan gejala, komplikasi,
dan pencegahan dapat menyebabkan remaja putri mengkonsumsi makanan
yang tidak banyak mengandung zat besi sehingga kebutuhan zat besi tidak
tercukupi. Untuk mengatasinya yaitu berupa penyuluhan kepada remaja
putri tentang anemia. pengetahuan yang dimiliki remaja akan merubah pola
pikir remaja tersebut dari tidak tahu menjadi tahu. Pola pikir akan
mempengaruhi prilaku yang akan dilakukan remaja. Semakin baik
pengetahuan responden maka semakin besar harapan terhindar dari anemia,
dan responden yang berpengetahuan kurang akan memiliki resiko terkena
anemia.
Lama menstruasi : hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian
anemia. Hasil temuan pada penelitian Jaelani, dkk (2017) bahwa pada
100 responden didapatkan lebih dari setengahnya (73,0%) dengan
kategori haid tidak normal (jika lama haid ≥6 hari) dan hampir setengah
(27,0%) remaja putri dengan haid normal (jika lama haid >6 hari). Menurut
Basith, dkk (2017) bahwa lama dan panjang siklus menstruasi yang tidak
normal dapat menyebabkan terjadinya anemia, dikarenakan darah yang
dikeluarkaan akan lebih banyak dari jumlah normalnya.
Pola konsumsi makanan : anak remaja sekolah memahami dengan jelas
manfaat konsumsi makanan maka perilaku konsumsi makanan yang tepat
juga harus dilakukan dengan baik. Pada penelitian ini perlunya peran tenaga
kesehatan untuk mencegah terjadinya anemia pada remaja melalui
pendidikan kesehatan dalam bentuk penyuuhan untuk meningkatkan
pengetahuan remaja tentang anemia dan pemeriksaan kesehatan rutin untuk
memantau kesejahteraan remaja, serta pemberian tablet tambah darah.
Konsumsi makan berkaitan erat dengan status gizi. Remaja yang memiliki
status gizi kurang akan berisiko terkena anemia terutama pada remaja putri.
Anemia juga dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi makanan sehari-
hari yang kurang mengandung zat besi. Pada remaja putri, kebutuhan besi
tambahan diperlukan untuk menyeimbangkan kehilangan zat besi akibat
darah haid, sehingga terjadi peningkatan kebutuhan besi untuk mengganti
kehilangan darah total.
5. Penyebab anemia
Penyebab anemia umumnya karena kurangnya pengetahuan tentang
anemia, kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12 dan Vitamin A.
frekuensi makan yang kurang teratur dan masih banyak yang jarang
mengkonsumsi makanan sehat seperti sayur-sayuran dan buah-buahan juga
mempengaruhi terjadinya anemia pada remaja.
(Aulya Yenny, dkk. (2022). “Analisis Anemia Pada Remaja Putri” dalam
Jurnal Penelitian Perawat Profesional 4-(4) 2714-9757)
https://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP/article/view/1
259/986
Penyebab Anemia Menurut Kementrian Kesehatan (2018), anemia terjadi
karena berbagai sebab, seperti defisiensi besi, defisiensi asam folat, vitamin
B12 dan protein. Secara langsung anemia terutama disebabkan karena
produksi/kualitas sel darah merah yang kurang dari kehilangan darah baik
secara akut atau menurun. Menurut Kementrian Kesehatan (2018) ada 3
penyebab anemia, yaitu:
a. Defisiensi zat gizi
Rendahnya asupan zat gizi baik hewani dan nabati yang merupakan
pangan sumber zat besi yang berperan penting untuk pembuatan
hemoglobin sebagai komponen dari sel darah merah/eritrosit. Zat
gizi lain berperan penting dalm pembuatan hemoglobin antara lain
asam folat dan vitamin B12. Pada penderita penyakit infeksi kronis
seperti TBC, HIV/AIDS, dan keganasan seringkali disertai anemia,
karena kekurangan asupan zat gizi atau akibat dari infeksi itu sendiri.
b. Perdarahan (Loss of blood volume)
Perdarahan karena kecacingan dan trauma atau luka yang
mengakibatkan kadar Hb menurun. Perdarahan karena menstruasi
yang lama dan berlebihan.
c. Hemolitik Perdarahan pada penderita malaria kronis perlu
diwaspadai karena terjadi hemolitik yang mengakibatkan
penumpukan zat besi (hemosiderosis) di organ tubuh, seperti hati
dan limpa. Pada penderita Thalasemia, kelainan darah terjadi secara
genetik yang menyebabkan anemia karena sela dara merah/eritrosit
cepat pecah, sehingga mengakibatkan akumulasi zat besi dalam
tubuh
(Ariana, R. (2016). Anemia Gizi Besi. Perpustakaan Poltekes Malang, 1–
23)
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/Penyebab%20Anemia.pdf
6. Dampak anemia
Anemia dapat menyebabkan berbagai dampak buruk pada rematri dan
WUS, diantaranya:
a. Menurunkan daya tahan tubuh sehingga penderita anemia mudah
terkena penyakit infeksi
b. Menurunnya kebugaran dan ketangkasan berpikir karena kurangnya
oksigen ke sel otot dan sel otak.
c. Menurunnya prestasi belajar dan produktivitas kerja/kinerja.
Dampak anemia pada rematri dan WUS akan terbawa hingga dia menjadi
ibu hamil anemia yang dapat mengakibatkan :
a. Meningkatkan risiko Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT),
prematur, BBLR, dan gangguan tumbuh kembang anak diantaranya
stunting dan gangguan neurokognitif.
b. Perdarahan sebelum dan saat melahirkan yang dapat mengancam
keselamatan ibu dan bayinya.
c. Bayi lahir dengan cadangan zat besi (Fe) yang rendah akan berlanjut
menderita anemia pada bayi dan usia dini.
d. Meningkatnya risiko kesakitan dan kematian neonatal dan bayi.
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018)
https://promkes.kemkes.go.id/buku-pedoman-pencegahan-dan-
penanggulangan-anemia-pada-remaja-putri-dan-wanita-usia-subur
Dampak besar dari anemia yang timbul pada remaja putri adalah
turunnya prestasi dan semangat dalam belajar. Dampat dari kurangnya zat
besi dalam tubuh dapat menyebabkan gejala 5L (lelah, lemah, lesu, letih,
dan lalai), nafsu makan akan turn, dan juga akan terganggunya sitem
pertumbuhan.
Anastasya, Andi Mutiara. (2022). “Hubungan Pengetahuan, Sikap, Norma
Subjektif, dan Kontrol Perilaku Dengan Niat MelaksanakanPerilaku
Pencegahan Anemia Pada Siswi SMAN di Kota Makasar” Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin Makassar.
http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/21383/2/K011181312_skripsi_30-
08-2022%20bab%201-2.pdf
5. Indriyani (2210101276)
6. Elvina Meuthia Maharani (2210101277)
7. Zanatun Mutma Innah (2210101278)
8. Fitriani (2210101279)
9. Shinta Damayanti (2210101280)
10. Siti Riani Kusuma (2210101282)
11. Reiza Irja Meylani (2210101283)
5. Indriyani (2210101276)
6. Elvina Meuthia Maharani (2210101277)
7. Zanatun Mutma Innah (2210101278)
8. Fitriani (2210101279)
9. Shinta Damayanti (2210101280)
10. Siti Riani Kusuma (2210101282)
11. Reiza Irja Meylani (2210101283)