Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN PRAKONSEPSI

PRAKTIKUM

OLEH :
LB 3

DOSEN PENGAMPU :
HerlIN Fitriana Kurniawati, S.SiT., M.Kes

PROGRAM STUDI SARJANA DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2023
MATERI ANEMIA
PADA REMAJA PUTRI
1. Definisi
Anemia ialah suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah
lebih rendah dari kadar normal untuk kelompok orang beradasarkan usia
dan jenis kelamin, pada Wanita remaja kadar Hb normal ialah 12-15 gr/dl
dan pada remaja pria sebesar 13-17 gr/dl (Adriani, 2017). Menurut World
Health Organization (WHO) tahun 2017 anemia merupakan kondisi tubuh
dimana jumlah sel darah merah dan kapasitas pengangkatan oksigennya
tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh, ini adalah
kondisi ketika jumlah sel darah merah normal (<4,2 juta/μl) atau kadar Hb
<12g/l pada Wanita dan <13 pada pria.
(Aulya Yenny, dkk. (2022). “Analisis Anemia Pada Remaja Putri” dalam
Jurnal Penelitian Perawat Profesional 4-(4) 2714-9757)
https://doi.org/10.37287/jppp.v4i4.1259

2. Jenis-jenis Anemia
A. Anemia Defisiensi Zat Besi Anemia yang paling banyak terjadi utamanya
pada remaja putri adalah anemia akibat kurangnya zat besi. Zat besi
merupakan bagian dari molekul hemoglobin. Oleh sebab itu, ketika tubuh
kekurangan zat besi produksi hemoglobin akan menurun. Meskipun
demikian, penurunan hemoglobin sebetulnya baru akan terjadi jika
cadangan zat besi (Fe) dalam tubuh sudah benar - benar habis

B. Anemia Defisiensi Vitamin C


Anemia karena kekurangan vitamin C merupakan anemia yang jarang
terjadi. Anemia defisiensi vitamin C disebabkan oleh kekurangan vitamin C
yang berat dalam jangka waktu lama. Penyebab kekurangan vitamin C
biasanya adalah kurangnya asupan vitamin C dalam makanan seh ari hari.
Salah satu fungsi vitamin C adalah membantu mengasorbsi zat besi,
sehingga jika terjadi kekurangan vitamin C, maka jumlah zat besi yang
diserap akan berkurang dan bisa terjadi anemia.

C. Anemia Makrositik
Jenis anemia ini disebabkan karena tubuh kekurangan vitamin B12 atau
asam folat. Anemia ini memiliki ciri sel darah abnormal dan berukuran besar
(mselakrositer) dengan kadar hemoglobin pereritrosit yang normal atau
lebih tinggi (hiperkrom) dan MCV tinggi. MCV atau Volume merupak
Mean Corpuscularan salah satu karakteristik sel darah merah. Sekitar 90%
anemia makrositik yang terjadi adalah anemia pernisiosa. Selain
menggangu proses pembentukan sel darah merah kekurangan vitamin B12
juga mempengaruhi sistem saraf sehingga penderita anemia ini akan m
erasakan kesemutan ditangan dan kaki, tungkai dan kaki serta tangan seolah
mati rasa. Gejala lain yang dapat terlihat diantaranya adalah buta warna
tertentu termasuk warna kuning dan biru, luka terbuka dilidah atau lidah
seperti terbakar, penurunan berat b adan, warna kulit menjadi lebih gelap,
dan mengalami penurunan fungsi intelektual.

D. Anemia Hemolitik Anemia hemolitik terjadi bila sel darah merah


dihancurkan jauh lebih cepat dari normal dimana umur sel darah merah
normalnya adalah 120 hari. Pada anemia hemolitik umur sel darah merah
lebih pendek sehingga sumsum tulang penghasil sel darah merah tidak dapat
memenuhi kebutuhan tubuh akan sel darah merah.

E. Anemia Sel Sabit Anemia sel sabit (sickle cell anemia) keturunan yang
ditandai de berbentuk sabit, kaku , adalah suatu penyakit ngan sel darah
merah yang dan anemia hemolitik kronik. Pada penyakit sel sabit, sel darah
merah memiliki hemoglobin (protein pengangkut oksigen) yang bentuknya
abnormal sehingga mengurangi jumlah oksigen dalam sel dan menyebabkan
ben tuk sel menjadi seperti sabit. Sel yang berbentuk sabit akan menyumbat
dan merusak pembuluh darah terkecil dalam limpa, ginjal, otak, tulang, dan
organ lainnya serta menyebabkan kurangnya pasokan oksigen ke organ
tersebut. Sel sabit ini rapuh dan dapat pec ah pada saat melewati pembuluh
darah yang pada akhirnya dapat mengakibatkan kerusakan organ bahkan
kematian.

F. Anemia A plastik Anemia aplastik merupakan jenis anemia yang


berbahaya, karena dapat mengancam jiwa. terjadi apabila sumsum tulang
Anemia aplastik tempat pembuatan darah merah terganggu. Kejadian
anemia aplastik menyebabkan terjadinya penurunan produksi sel darah
(eritrosit, leukosit dan trombosit). Anemia aplastik terjadi karena
disebabkan oleh bahan kimia, obat pen yakit-- obatan, virus dan terkait
dengan penyakit yang lain.
(Rahayu. Dkk. (2019). Buku Refrensi Metode Orkes-Ku (Raport
Kesehatanku) Dalam Mengidentifikasi Potensi Kejadian Anemia Gizi Pada
Remaja Putri. Yogyakarta: CV. Mine)
http://eprints.ulm.ac.id/8898/1/BUKU-METODE-ORKES-KU-RAPORT-
KESEHATANKU.pdf

3. Tanda-tanda anemia
Tanda-tanda anemia pada remaja putri adalah:
a. Lesu,lemah,letih,lelahdanlunglai (5L)
b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.
c. Gejalalebihlanjutadalahkelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak
tangan menjadi pucat.
(Astuti Dwi, dkk. (2020). “Pola Menstruasi Dengan Terjadinya Anemia
Pada Remaja Putri” dalam Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan 11-(2)
314-327)
a. Lesu lemah letih lunglai dan lemas
Karena simpanan oksigen dalam jaringan otot kurang sehingga
menyebabkan metabolisme otot tergantung
b. Pucat pada telapak tangan , wajah dan gigi
Karena meningkatnya intensitas kadar zat besi akan menyebabkan pucat
c. Sesak napas
Mengalami sesak napas akibat jumlah darah di dalam tubuh yang rendah
sehingga kadar oksigen kurang
d. Pusing dan mengantuk
Akibat otak kekurangan oksigen yang di sebabkan karena hemoglobin
yang menyangkut oksigen kurang
e. Mata berkunang-kunang
Akibat kekurangan oksigen mebuat mata menjadi kehilangan fokus yang
di mana di sebabkan oleh darah yg kurang untuk mengangkut oksigen
(Utami Aras. Dkk. (2021). Anemia Pada Remaja Putri. Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro
https://doc-pak.undip.ac.id/12690/1/Modul_Anemia.pdf

4. Faktor resiko
Pengetahuan : remaja putri dengan pengetahuan kurang memiliki
risiko terkena anemia dibandingkan remaja putri yang memiliki
pengetahuan yang baik. Hasil penelitiannya juga menyimpulkan bahwa
kurangnya pengetahuan tentang anemia, tanda dan gejala, komplikasi,
dan pencegahan dapat menyebabkan remaja putri mengkonsumsi makanan
yang tidak banyak mengandung zat besi sehingga kebutuhan zat besi tidak
tercukupi. Untuk mengatasinya yaitu berupa penyuluhan kepada remaja
putri tentang anemia. pengetahuan yang dimiliki remaja akan merubah pola
pikir remaja tersebut dari tidak tahu menjadi tahu. Pola pikir akan
mempengaruhi prilaku yang akan dilakukan remaja. Semakin baik
pengetahuan responden maka semakin besar harapan terhindar dari anemia,
dan responden yang berpengetahuan kurang akan memiliki resiko terkena
anemia.
Lama menstruasi : hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian
anemia. Hasil temuan pada penelitian Jaelani, dkk (2017) bahwa pada
100 responden didapatkan lebih dari setengahnya (73,0%) dengan
kategori haid tidak normal (jika lama haid ≥6 hari) dan hampir setengah
(27,0%) remaja putri dengan haid normal (jika lama haid >6 hari). Menurut
Basith, dkk (2017) bahwa lama dan panjang siklus menstruasi yang tidak
normal dapat menyebabkan terjadinya anemia, dikarenakan darah yang
dikeluarkaan akan lebih banyak dari jumlah normalnya.
Pola konsumsi makanan : anak remaja sekolah memahami dengan jelas
manfaat konsumsi makanan maka perilaku konsumsi makanan yang tepat
juga harus dilakukan dengan baik. Pada penelitian ini perlunya peran tenaga
kesehatan untuk mencegah terjadinya anemia pada remaja melalui
pendidikan kesehatan dalam bentuk penyuuhan untuk meningkatkan
pengetahuan remaja tentang anemia dan pemeriksaan kesehatan rutin untuk
memantau kesejahteraan remaja, serta pemberian tablet tambah darah.
Konsumsi makan berkaitan erat dengan status gizi. Remaja yang memiliki
status gizi kurang akan berisiko terkena anemia terutama pada remaja putri.
Anemia juga dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi makanan sehari-
hari yang kurang mengandung zat besi. Pada remaja putri, kebutuhan besi
tambahan diperlukan untuk menyeimbangkan kehilangan zat besi akibat
darah haid, sehingga terjadi peningkatan kebutuhan besi untuk mengganti
kehilangan darah total.

Status Gizi : Status gizi adalah keadaan seseorang yang


diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi dari
makanan dalam jangka waktu yang lama. Penilaian status gizi secara
langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis,
biokimia, dan biofisik.Pengukuran antropometri terdiri dari dua dimensi
yaitu pengukuran pertumbuhan dan komposisi tubuh (pengukuran
komponen lemak dan komponen bukan lemak). Indicator antropometri yang
dipakai di lapangan adalah berat badan untuk mengetahui massa tubuh dan
panjang atau tinggi badan untuk mengetahui dimensi berat linear dan
indikator tersebut sangat tergantung pada umur. Antropometri sangat
penting pada masa remaja karena antropometri dapat memonitor dan
mengevaluasi perubahan pertumbuhan dan kematangan yang dipengaruhi
oleh faktor hormonal. Pengukuran paling reliabel untuk ras spesifik dan
popular untuk menentukan status gizi pada masa remaja saat ini adalah
Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan indeks berat badan seseorang
dalam hubungannya dengan tinggi badan, yang ditentukan dengan membagi
BB dalam satuan kg dengan kuadrat TB dalam satuan meter.

Riwayat Penyakit : Anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh


sehingga mudah terkena infeksi (Permaesih dan Herman 2005). Telah
diketahui secara luas bahwa infeksi merupakan faktor yang penting dalam
menimbulkan kejadian anemia, dan anemia merupakan konsekuensi dari
peradangan dan asupan makanan yang tidak memenuhi kebutuhan zat besi.
Kehilangan darah akibat schistosomiasis, infestasi cacing, dan trauma dapat
menyebabkan defisiensi zat besi dan anemia. Angka kesakitan akibat
penyakit infeksi meningkat pada populasi defisiensi besi akibat efek yang
merugikan terhadap sistem imun. Malaria karena hemolisis dan beberapa
infeksi parasit seperti cacing, trichuriasis, amoebiasis, dan schistosomiasis
menyebabkan kehilangan darah secara langsung dan kehilangan darah
tersebut mengakibatkan defisiensi besi.
(Harahap, Novy Ramini. 2018. “Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Anemia Pada Remaja Putri.” Nursing Arts 12 (2): 78–90.
https://doi.org/10.36741/jna.v12i2.78.)
(Ani Triana. 2022. “Faktor Resiko Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di
Mas Pp Nuruddin.” Termometer: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Dan
Kedokteran 1 (1): 01–07. https://doi.org/10.55606/termometer.v1i1.898.)

5. Penyebab anemia
Penyebab anemia umumnya karena kurangnya pengetahuan tentang
anemia, kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12 dan Vitamin A.
frekuensi makan yang kurang teratur dan masih banyak yang jarang
mengkonsumsi makanan sehat seperti sayur-sayuran dan buah-buahan juga
mempengaruhi terjadinya anemia pada remaja.
(Aulya Yenny, dkk. (2022). “Analisis Anemia Pada Remaja Putri” dalam
Jurnal Penelitian Perawat Profesional 4-(4) 2714-9757)
https://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP/article/view/1
259/986
Penyebab Anemia Menurut Kementrian Kesehatan (2018), anemia terjadi
karena berbagai sebab, seperti defisiensi besi, defisiensi asam folat, vitamin
B12 dan protein. Secara langsung anemia terutama disebabkan karena
produksi/kualitas sel darah merah yang kurang dari kehilangan darah baik
secara akut atau menurun. Menurut Kementrian Kesehatan (2018) ada 3
penyebab anemia, yaitu:
a. Defisiensi zat gizi
Rendahnya asupan zat gizi baik hewani dan nabati yang merupakan
pangan sumber zat besi yang berperan penting untuk pembuatan
hemoglobin sebagai komponen dari sel darah merah/eritrosit. Zat
gizi lain berperan penting dalm pembuatan hemoglobin antara lain
asam folat dan vitamin B12. Pada penderita penyakit infeksi kronis
seperti TBC, HIV/AIDS, dan keganasan seringkali disertai anemia,
karena kekurangan asupan zat gizi atau akibat dari infeksi itu sendiri.
b. Perdarahan (Loss of blood volume)
Perdarahan karena kecacingan dan trauma atau luka yang
mengakibatkan kadar Hb menurun. Perdarahan karena menstruasi
yang lama dan berlebihan.
c. Hemolitik Perdarahan pada penderita malaria kronis perlu
diwaspadai karena terjadi hemolitik yang mengakibatkan
penumpukan zat besi (hemosiderosis) di organ tubuh, seperti hati
dan limpa. Pada penderita Thalasemia, kelainan darah terjadi secara
genetik yang menyebabkan anemia karena sela dara merah/eritrosit
cepat pecah, sehingga mengakibatkan akumulasi zat besi dalam
tubuh
(Ariana, R. (2016). Anemia Gizi Besi. Perpustakaan Poltekes Malang, 1–
23)
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/Penyebab%20Anemia.pdf

Penyebab anemia remaja antara lain :


1. Kurangnya Asupan Zat Besi
Zat besi punya peran yang sangat besar dalam pembentukan hemoglobin.
Kurangnya asupan zat besi tentu dapat menimbulkan anemia. Bila anak
ternyata kurang mendapat asupan zat besi, orang tua bisa memberinya
makanan yang kaya zat besi seperti hati, jeroan, bayam, kacang-kacangan,
kerang, daging merah, dan lain-lain. Namun, ada beberapa makanan dan
obat-obatan dapat menghambat penyerapan zat besi bila dikonsumsi dengan
makanan kaya zat besi, seperti:
• Produk susu
• Makanan kaya kalsium lainnya
• Suplemen kalsium
• Antasida
• Kopi
• Teh
Masalah pencernaan seperti penyakit Crohn, penyakit celiac, dan operasi
bypass
lambung juga dapat mengganggu penyerapan zat besi.
2. Kekurangan Vitamin
Tubuh membutuhkan vitamin B12 dan folat untuk membuat sel darah
merah. Pola makan yang terlalu rendah vitamin ini terkadang dapat
menyebabkan anemia. Gangguan autoimun atau masalah pencernaan juga
dapat membuat tubuh anak tidak cukup menyerap vitamin B12. Makanan
hewani dan sereal sarapan yang diperkaya adalah contoh sumber vitamin
B12 yang baik. Sedangkan folat banyak terkandung dalam sayuran berdaun
hijau dan buah-buahan.
3. Mengidap Penyakit
Penyakit atau infeksi kronis dapat menyebabkan tubuh memproduksi lebih
sedikit sel darah merah. Hal ini dapat menyebabkan penurunan hemoglobin
dan menyebabkan anemia. Beberapa obat dan perawatan medis juga dapat
membuat anak berisiko mengalami anemia. Konsultasikan dengan dokter
apakah anak butuh zat besi atau suplemen lain.
4. Kehilangan Darah
Kehilangan terlalu banyak sel darah merah adalah penyebab umum anemia.
Pada remaja, menstruasi berat terkadang bisa membuatnya mengalami
anemia. Cedera atau pembedahan juga dapat menyebabkan kehilangan
darah yang cukup untuk menyebabkan anemia.
Anemia juga dapat disebabkan adanya faktor-faktor lain seperti lama haid,
kebiasaan sarapan pagi, status gizi, pendidikan ibu, asupan zat besi dan
protein tidak sesuai dengan kebutuhan serta adanya faktor inhibitor
penyerapan mineral zat besi yaitu tanin dan oksalat.
Zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak di dalam tubuh
manusia dan hewan, yaitu 3 sampai 5 gram di dalam tubuh orang dewasa.
Asupan zat besi yang tidak memadai berarti kurangnya oksigen yang
disampaikan ke jaringan-jaringan. Sebagai akibatnya, orang cepat merasa
lelah, lesu dan tidak dapat berkonsentrasi dengan baik. Berdasarkan AKG
2013 asupan zat besi yang dianjurkan untuk wanita yaitu sebanyak
26mg/hari dan 15 gr/hari untuk pria.
Defisiensi zat besi dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya seperti kondisi
non gizi (kelainan genetik, penyakit infeksi serta cacingan), dan gizi karena
ada makanan yang bersifat menghambat penyerapan zat besi seperti
makanan yang mengandung senyawa tanin, fitat, polizat besinol, oksalat
dan serat pangan yang banyak terdapat pada teh dan serealia.
(Sunartis Ayu. (2022) “Penyuluhan Tentang Dampak Anemia pada Remaja
di SMKN 6 Palu” dalam Jurnal Pengabdian Masyarakat 1(2) 077-084
https://melatijournal.com/index.php/jmas/article/download/26/26

6. Dampak anemia
Anemia dapat menyebabkan berbagai dampak buruk pada rematri dan
WUS, diantaranya:
a. Menurunkan daya tahan tubuh sehingga penderita anemia mudah
terkena penyakit infeksi
b. Menurunnya kebugaran dan ketangkasan berpikir karena kurangnya
oksigen ke sel otot dan sel otak.
c. Menurunnya prestasi belajar dan produktivitas kerja/kinerja.
Dampak anemia pada rematri dan WUS akan terbawa hingga dia menjadi
ibu hamil anemia yang dapat mengakibatkan :
a. Meningkatkan risiko Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT),
prematur, BBLR, dan gangguan tumbuh kembang anak diantaranya
stunting dan gangguan neurokognitif.
b. Perdarahan sebelum dan saat melahirkan yang dapat mengancam
keselamatan ibu dan bayinya.
c. Bayi lahir dengan cadangan zat besi (Fe) yang rendah akan berlanjut
menderita anemia pada bayi dan usia dini.
d. Meningkatnya risiko kesakitan dan kematian neonatal dan bayi.
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018)
https://promkes.kemkes.go.id/buku-pedoman-pencegahan-dan-
penanggulangan-anemia-pada-remaja-putri-dan-wanita-usia-subur

Dampak Anemia seperti pusing, mata berkunang-kunang dan lemas, pucat


pada bagian wajah terutama bibir. Selain itu, beberapa informan pendukung
mengakui bahwa anak remaja mereka sering terlihat lesu, konsentrasi
belajar menurun, aktivitas fisik menurun dan sering mengeluh pusing.
(Aulya Yenny, dkk. (2022). “Analisis Anemia Pada Remaja Putri” dalam
Jurnal Penelitian Perawat Profesional 4-(4) 2714-9757)
https://doi.org/10.37287/jppp.v4i4.1259

Dampak besar dari anemia yang timbul pada remaja putri adalah
turunnya prestasi dan semangat dalam belajar. Dampat dari kurangnya zat
besi dalam tubuh dapat menyebabkan gejala 5L (lelah, lemah, lesu, letih,
dan lalai), nafsu makan akan turn, dan juga akan terganggunya sitem
pertumbuhan.
Anastasya, Andi Mutiara. (2022). “Hubungan Pengetahuan, Sikap, Norma
Subjektif, dan Kontrol Perilaku Dengan Niat MelaksanakanPerilaku
Pencegahan Anemia Pada Siswi SMAN di Kota Makasar” Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin Makassar.
http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/21383/2/K011181312_skripsi_30-
08-2022%20bab%201-2.pdf

7. Pencegahan dan penanganan


Anemia dapat dihindari denganvkonsumsi makanan tinggi zat besi, asam
folat, vitamin A, vitamin C dan zink, dan pemberian tablet tambah darah
(TTD). Pemerintah memiliki program rutin terkait pendistribusian TTD
bagi wanita usia subur (WUS), termasuk remaja dan ibu hamil. Upaya
pembinaan dan intervensi gizi oleh pemerintah secara bertahap dan
berkesinambungan adalah dengan pemberian tablet tambah darah (TTD)
bagi remaja putri dengan dosis pemberian 1 (satu) tablet perminggu yang
betujuan untuk meminimalisasi remaja putri mengalami anemia. Kesadaran
konsumsi tablet tambah darah (Fe) saat menstruasi tidak lepas dari
informasi dan pengetahuan, hal ini dikarenakan pengetahuan merupakan
faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi seseorang. Faktor yang
mempengaruhi maslaah gizi pada remaja diantaranya pengetahuan,
rendahnya pengetahuan tentang konsumsi berhubungan erat dengan
konsumsi dan kesadaran dalam mencukupi gizi individu. Pada remaja putri
perlu mempertahankan status gizi yang baik terbukti pada saat mentruasi
terutama pada fase luteal terjadi peningkatan nutrisi, apabila hal ini
diabaikan, maka dampaknya akan terjadi keluhan-keluhan yang
menimbulkan rasa ketidaknyamanan selama siklus haid.
(Julaecha, (2020). “Upaya Pencegahan Anemia Pada Remaja Putri” dalam
Jurnal Abdimas Kesehatan (JAK) 2-(2) 2655-9266)
Diskusi : Senin, 5 Juni 2023. 13:00-14.30 WIB.

Ketua : Nadia (2210101274)


Sekretaris : Ratu Dewanggi (2210101281)
Anggota : 1. Yunince Erlin Kuji Koreh (2210101271)
2. Afifatul Azizah (2210101272)
3. Azhara Nahda Ananda (2210101273)
4. Frida Triastika (2210101275)

5. Indriyani (2210101276)
6. Elvina Meuthia Maharani (2210101277)
7. Zanatun Mutma Innah (2210101278)
8. Fitriani (2210101279)
9. Shinta Damayanti (2210101280)
10. Siti Riani Kusuma (2210101282)
11. Reiza Irja Meylani (2210101283)

12. Khintan Ivanka Chintia Dwie Putri (2210101284)


13. Raodatul Jannah (2210101285)
Dokumentasi :
Diskusi : Kamis, 8 Juni 2023. 13:00-15.00 WIB.

Ketua : Nadia (2210101274)


Sekretaris : Ratu Dewanggi (2210101281)
Anggota : 1. Yunince Erlin Kuji Koreh (2210101271)
2. Afifatul Azizah (2210101272)
3. Azhara Nahda Ananda (2210101273)
4. Frida Triastika (2210101275)

5. Indriyani (2210101276)
6. Elvina Meuthia Maharani (2210101277)
7. Zanatun Mutma Innah (2210101278)
8. Fitriani (2210101279)
9. Shinta Damayanti (2210101280)
10. Siti Riani Kusuma (2210101282)
11. Reiza Irja Meylani (2210101283)

12. Khintan Ivanka Chintia Dwie Putri (2210101284)


13. Raodatul Jannah (2210101285)
Catatan:
1. Menambahkan Refrensi
2. Membuat PPT
3. Presntasi Materi Anemia Pada Remaja Putri
Dokumentasi:

Anda mungkin juga menyukai