PEMBIMBING
OLEH :
NIM : A.18.10.022
KELAS : A (keperawatan)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP ini tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih yang kepada dosen pembimbing
Pengantar s1. Keperawatan terselesaikan tepat pada waktunya. Tidak lupa pula kami mengucapkan terima
kasih kepada teman-teman yang lain atas segala bantuan dan dukungannya.
Kami menyadari ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kamimengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk makalah ini. Akhir kata, kami berharap semoga dapat bermanfaat
bagi kita semua. Amin.
KONSEP LANSIA
A. Pengertian Lansia
Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai
oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis
(Effendi, 2009).
Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak berdaya mencari nafkah sendiri
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari (Ratnawati, 2017).
Kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah berusia > 60
tahun, mengalami penurunan kemampuan beradaptasi, dan tidak berdaya untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari seorang diri.
b. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi lansia menurut Burnside dalam Nugroho (2012) :
1) Young old (usia 60-69 tahun)
2) Middle age old (usia 70-79 tahun)
3) Old-old (usia 80-89 tahun)
4) Very old-old (usia 90 tahun ke atas)
B. Karakteristik Lansia
Karakteristik lansia menurut Ratnawati (2017); Darmojo & Martono (2006) yaitu :
1) Usia
Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, lansia adalah seseorang yang telah
mencapai usia diatas 60 tahun (Ratnawati, 2017).
2) Jenis kelamin
Data Kemenkes RI (2015), lansia didominasi oleh jenis kelamin perempuan. Artinya, ini
menunjukkan bahwa harapan hidup yang paling tinggi adalah perempuan (Ratnawati, 2017).
3) Status pernikahan
Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI SUPAS 2015, penduduk lansia ditilik dari status
perkawinannya sebagian besar berstatus kawin (60 %) dan cerai mati (37 %). Adapun
perinciannya yaitu lansia perempuan yang berstatus cerai mati sekitar 56,04 % dari keseluruhan yang
cerai mati, dan lansia laki-laki yang berstatus kawin ada 82,84 %. Hal ini disebabkan usia harapan
hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan usia harapan hidup laki-laki, sehingga presentase
lansia perempuan yang berstatus cerai mati lebih banyak dan lansia laki-laki yang bercerai umumnya
kawin lagi (Ratnawati, 2017).
4) Pekerjaan
Mengacu pada konsep active ageing WHO, lanjut usia sehat berkualitas adalah proses penuaan yang
tetap sehat secara fisik, sosial dan mental sehingga dapat tetap sejahtera sepanjang hidup dan tetap
berpartisipasi dalam rangka meningkatkan kualitas hidup sebagai anggota masyarakat. Berdasarkan
data Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI 2016 sumber dana lansia sebagian besar pekerjaan/usaha
(46,7%), pensiun (8,5%) dan (3,8%) adalah tabungan, saudara atau jaminan sosial (Ratnawati, 2017).
5) Pendidikan terakhir
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Darmojo menunjukkan bahwa pekerjaan lansia terbanyak
sebagai tenaga terlatih dan sangat sedikit yang bekerja sebagai tenaga professional. Dengan kemajuan
pendidikan diharapkan akan menjadi lebih baik (Darmojo & Martono, 2006).
6) Kondisi kesehatan
Angka kesakitan, menurut Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI (2016) merupakan salah satu
indikator yang digunakan untuk mengukur derajat kesehatan penduduk. Semakin rendah angka
kesakitan menunjukkan derajat kesehatan penduduk yang semakin baik.
KONSEP MEDIS
1. DEFINISI
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin(HB) ,hematokrit atau hitung eritrosit (red cell
count)berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigeen oleh darah.tetapi harus di ingat
pada keadaan tertentu dimana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa
eritrosit,seperti pada dehidrasi,perdarahan akut,dan kehamilan.oleh karena itu dalam diagnosis
anemia tidak cukup hanya sampai pada label anemia tetapi harus dapat di tatapkan penyakit dasar
yang menyebabkan anemia tersebut.
Hemoglobin atau sel darah merah (RBC)rendah mengakibatkan kemampuan darah untuk
membawa oksigen jadi berkurang.ini mungkin terkait dengan hilangnya darah,kerusakan pada sel
darah merah dalam kaitan dengan perubahan atau kerusakan hemoglobin (hemolisis)kekurangan
gizi(zat besi,vitamin B12,asam folat)ketiadaan produksi RBC,atau kegagalan sumsum
tulang.beberapa pasien mempunyai sejarah keluarga anemia dalam kaitan dengan trasmisi
genetik sepertithalassemia atau sel sabit.
2. ETIOLOGI
Anemia pada lanjut usia dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain
genetik,defesiensi vitamin,defesiensi besi,dan penyakit lain.penyebab anemia yang paling umum
pada lanjut usia adalah penyakit kronik,termasuk inflamasi kronik,keganasan dan infeksi kronik,
5. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan
penyebabnya,yaitu:
1.Anemiapadalansia
Hampir semua orang tua dengan anemia gizi hams diobati, karena pengobatan biasanya
sederhana dan costeffective. Satu-satunya pengecualian mungkin pasien yang sangat sakit di
akhir hidup dan mereka yang menolak intervensi. Untuk anemia defisiensi besi, dosis biasa
adalah pengganti besi sulfat, 325 mg (65 mg besi elemental) per hari, atau glukonat besi, 325 mg
(38 mg besi elemental) per hari. Terapi besi dosis rendah, dengan 15 mg besi elemental per hari
sebagai glukonat besi cair, efektif mengoreksi hemoglobin dan konsentrasi feritin dengan efek
samping gastrointestinal kurang dari besi yang lebih tinggi dosisnya. Bagi orang-orang yang
gagal untuk merespon terapi besi oral, pengobatan parenteral dengan dekstran besi atau sukrosa
besi biasanya dilakukan. Terapi oral dosis tinggi (cyanocobalamin, 1 sampai 2 mg per hari) untuk
mengobati kekurangan vitamin B12 efektif dan ditoleransi dengan baik. Kekurangan folat hams
diperlakukan dengan asam folat, 1 mg per hari.
Pengobatan anemia penyakit kronis, anemia penyakit ginjal kronis, dan anemia dijelaskan lebih
sulit. Pengobatan awal dan lebih sering adalah
untuk memperbaiki gangguan yang mendasarinya. Optimalnya pengelolaan
penyakit kronis akan meminimalkan peradangan dan mengurangi penekanan
sumsum tulang. Dua pilihan untuk mengobati anemia berat adalah transfusi
darah dan agen erythropoiesis stimulating, keduanya memiliki keterbatasan
yang signifikan. Transfusi darah memberikan bantuan langsung dari gejala
lunum, termasuk dyspnea, kelelahan, dan pusing. Risiko transfusi meliputi
volume overload, kelebihan zat besi, infeksi, dan reaksi akut. Agen
eritropoiesis-merangsang telah disetujui untuk pengobatan anemia penyakit
kronis dalam situasi terbatas, tetapi penggunaannya masih kontroversial.
6. KOMPLIKASI
Menurut kriteria Badan Kesehatan Dunia (WHO), seseorang sudah
mengalami anemia dapat mengelami komplikasi antara lain :
1. Gagal jantimg
2. Kejang dan parestesia (perasaan yang menyimpang seperti rasa
terbakar, Kesemutan)
3. Kurangnya konsentrasi
4. Daya tahan tubuh yang berkurang