Anda di halaman 1dari 26

Periode 20 s/d 24 Desember 2023

LAPORAN AKHIR

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


PASIEN DENGAN ANEMIA DIRUANG RAWAT ARAFAH 1
RUMAH SAKIT UMUM Dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH

Oleh:

Annissa, S. Kep
NIM. 2312501010029

Pembimbing:

Ns. Nenty Septiana, M. Kep., Sp. Kep.


NIP. 198809192022032003

KEPANITERAAN KLINIK KEPERAWATAN SENIOR (K3S)


BAGIAN KEPERAWATAN ANAK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

1. Definisi
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen
darah elemen takadekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel
darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah.
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitungan sel darah merah (eritrosit),
kadar haemoglobin dan kadar hematokrit di bawah normal (Kiswari, 2017).
Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi ketika kadar sel
darah merah (eritrosit) dalam tubuh menjadi terlalu rendah. Hal ini dapat menyebabkan
masalah kesehatan karena sel darah merah mengandung hemoglobin, yang membawa
oksigen ke jaringan tubuh. Anemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk
kelelahan dan stres pada organ tubuh. Memiliki kadar sel darah merah yang normal dan
mencegah anemia membutuhkan kerjasama antara ginjal, sumsum tulang, dan nutrisi
dalam tubuh. Jika ginjal atau sumsum tulang tidak berfungsi, atau tubuh kurang gizi, maka
jumblah sel darah merah dan fungsi normal mungkin sulit untuk dipertahankan. (Yuni,
2019)
Salah satu masalah kesehatan yang sering diderita orang-orang lansia yaitu anemia,
dan ini merupakan kelainan hematologi yang paling sering dijumpai pada lansia. Anemia
merupakan masalah yang signifikan pada pasien usia lanjut.

2. Etiologi
Anemia pada lanjut usia dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain
genetik, defisiensi vitamin, defisiensi besi, dan penyakit lain. Penyebab anemia yang
paling umum pada lanjut usia adalah penyakit kronik, termasuk inflamasi kronik,
keganasan, dan infeksi kronik (Octariando, 2019).
Sedangkan Menurut hasil studi NHANES III (National Health and Nutrition
Examination Study), terdapat 3 penyebab utama anemia pada usia lanjut.
a) Inflamasi / penyakit kronik
Anemia penyakit kronik adalah anemia yang timbul setelah terjadinya proses
infeksi atau inflamasi kronik. Biasanya anemia akan muncul setelah penderita
mengalami penyakit tersebut selama 1-2 bulan. Anemia penyakit kronik dapat
disebabkan oleh beberapa penyakit atau kondisi seperti infeksi kronik misalnya infeksi
paru, endokarditis bakterial, inflamasi kronik misalnya artritis, reumatoid,
demam reumatik, Iain-lain misalnya penyakit hati alkaholik, gagal jantung kongestif
dan idiopatik.

b) Defisiensi nutrisi / kehilangan darah


Penyebab kedua tersering untuk anemia pada lanjut usia. Penyebabnya anatara lain
perdarahan gastrointestinal yang dipicu oleh gastritis karena pemakaian obat- obatan
anti inflamsi non steroid, kanker kolon, divertikel dan angiodisplasia. Kehilangan darah
kronis akibat kanker traktus urogenital, hemoptisis kronik dan kelainan perdarahan juga
dapat mengakibatkan defisiensi besi. Lanjut usia dapat kekurangan besi karena
pemasukan maupun penyerapan besi yang tidak adekuat.
Terdapat 4 tingkatan beramya kekurangan zat besi:
a. Penurunan cadangan besi (iron depletion)
b. Defisiensi besi tanpa anemia
c. Defisiensi besi dengan anemia dalam tahap awal
d. Defisiensi besi dengan anemia tahap lanjut.

c) Anemia yang tidak dapat dijelaskan (unexplained)


Proses menua akan berjalan searah dengan menurunnya kapasitas fungsional, baik
pada tingkat seluler maupun tingkat organ. Menurunnya kapasitas untuk berespon
terhadap lingkungan intemal yang berubah cenderung membuat orang usia lanjut sulit
untuk memelihara kestabilan status fisik. Lansia secara progresif akan kehilangan daya
tahan terhadap infeksi dan akan makin banyaknya distorsi metabolik dan struktural yang
disebut sebagai "penyakit degeneratif. Dengan banyaknya distorsi dan penurunan
cadangan sistem fisiologis akan terjadi pula gangguan terhadap system hematopoiesis.

3. Manifestasi klinis
Menurut Astuti & Ertiana (2018), Jumlah sel darah merah yang rendah menurunkan
kemampuan darah untuk mengirim oksigen ke seluruh jaringan dalam tubuh, anemia dapat
menyebabkan berbagai tanda dan gejala. Munculnya tanda dan gejala ini juga dapat
memperburuk gejala dari hampir semua kondisi medis lain yang mendasarinya. Beberapa
gejala yang sering muncul pada anemia antara lain:
a. Kelelahan
b. Penurunan energi
c. Kelemahan
d. Sesak napas atau dyspnea
e. Pusing
f. Palpitasi.
g. Tampak pucat

Menurut Handayani dan Haribowo (2018), gejala anemia dibagi menjadi tiga
golongan besar yaitu sebagai berikut:
a) Gejala Umum anemia
Gejala anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau Anemic syndrome.
Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada semua jenis
Anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun. Gejala-gejala tersebut apabila
diklasifikasikan menurut organ yang terkena adalah:
• Sistem Kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas saat
beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.
• Sistem Saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang- kunang,
kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada ekstremitas.
• Sistem Urogenital: gangguan haid dan libido menunm.
• Epitel: wama pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta rambut
tipis dan halus.

b) Gejala Khas Masing-masing anemia


Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah sebagai
berikut:
• Anemia defisiensi besi: disfagia, stomatitis angularis.
• Anemia defisisensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)
• Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.
• Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi.
tanda dan gejala anemia berdasarkan derajat

4. Patofisiologi
5. Klasifikasi
Klasifikasi anemia berdasarkan penyebabnya dapat dikelompokkan menjadi tiga
kategori yaitu (wijaya & putri, 2016):
• Anemia karena hilangnya sel darah merah, terjadi akibat perdarahan karena berbagai
sebab seperti perlukaan, perdarahan gastrointestinal, perdarahan uterus, perdarahan
hidung, dan perdarahan akibat aprasi.
• Anemia karena menurunnya produksi sel darah merah, dapat disebabkan karena
kekurangan unsur penyusun sel darah merah (asam folfat, vitamin B12, dan zat besi),
gangguan fungsi sumsung tulang (adanya tumor, pengobatan, toksin), tidak
adekuatnya stimulasi karena berkurangnya eritropoitin (pada penyakit ginjal kronik).
• Anemia karena meningkatnya destruksi/kerusakan sel darah merah, dapat terjadi
karena overaktifnya Reticu Ioendothelial System (RES).

6. Penatalaksanaan
a) Zat besi, Vitamin B12, dan Folat
Pemberian zat besi, vitamin B12 dan Folat untuk anemia karena kekurangan
nutrisi. Suplementasi zat besi secara oral sejauh ini merupakan metode yang paling
umum untuk pemenuhan zat besi. Dosis zat besi yang diberikan tergantung pada usia
pasien, defisit zat besi, tingkat koreksi yang diperlukan, dan kemampuan untuk
mentoleransi efek samping. Efek samping yang paling umum adalah gangguan
gastrointestinal seperti sembelit dan tinja berwarna hitam. Untuk individu seperti itu,
disarankan mengonsumsi zat besi oral setiap hari, untuk membantu meningkatkan
penyerapan Gastrointestinal. Hemoglobin biasanya akan menjadi normal dalam 6-8
minggu, dengan peningkatan jumlah retikulosit hanya dalam 7-10 hari.

b). Cairan dan tranfusi


Pemberian cairan IV dan transfusi untuk anemia yang disebabkan oleh kehilangan darah
akut. Pada kondisi umum, pertahankan kadar hemoglobin > 7 g/dL, sedangkan pada
pasien dengan penyakit kardiovaskular membutuhkan kadar hemoglobin yang lebih
tinggi > 8 g/dL

c). Transplantasi
Anemia karena cacat pada sumsum tulang dan sel induk seperti anemia aplastik
memerlukan transplantasi sumsum tulang (wijaya & putri, 2016)
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium adalah penunjang diagnostik dalam menentukan diagnosa
anemia. Pemeriksaan ini terdiri dari beberapa pemeriksaan yaitu:
a. Pemeriksaan Penyaring
Pemeriksaan penyaring pada anemia terdiri dari pengukuran kadar hemoglobin,
hapusan darah tepi, indeks eritrosit. Dari pemeriksaan ini dapat dipastikan adanya
anemia serta jenis morfologik anemia, dan sangat berguna untuk menentukan diagnosis
lebih lanjut.
b. Pemeriksaan darah seri anemia
Pemeriksaan darah seri anemia terdiri dari hitungan trombosit, leukosit, laju endap
darah dan hitungan retikulosit. Automatic hematology analyzer yang dapat memberikan
presisi hasil lebih baik.
c. Pemeriksaan sumsum tulang
Pemeriksaan sumsung tulang memberikan informasi mengenai keadaan sistem
hematopoiesis. Pemeriksaan ini dibutuhkan untuk menentukan diagnosis definitif pada
beberapa jenis anemia. Pemeriksaan sumsung tulang diperlukan untuk diagnosis
anemia aplastic, anemia megaloblastic serta kelainan hematologic.
d. Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan ini hanya dikerjakan atas indikasi khusus, seperti pada:
a) Anemia defisiensi besi: serum, TIBC (total iron binding capacity), reseptor
transferrin, protoporfirin eritrosit, saturasi transferrin dan pengecatan besi pada
sumsum tulang
b) Anemia megalobastik: Folat serum, tes supresi deoksiuridin, vitamin B12 serum dan
test schilling
c) Anemia hemolitik: test comb, elektroforesis hemoglobin, bilirubin serum
d) Anemia Aplastik: biopsy sumsum tulang Jika diperlukan pemeriksaan non-
hematologik tertentu seperti pemeriksaan faal hati, faal ginjal, atau faal tiroid (Bakta,
2017)
DAFTAR PUSTAKA

Astutik, R. Y., & Ertiana, D. (2018). Anemia dalam Kehamilan. Jawa Timur: CV.
Pustaka Abadi.

Bakta, I Made, dkk. Anemia Defisiensi Besi dalam Sudoyo, Am W, et.al. 2017. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Handayani, W dan Haribowo, A.S 2018. “Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem Hematologi”. Salemba medika: Jakarta.

Kiswari, R. (2017). Hematologi & Transfusi. Jakarta: Erlangga.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
dan Nanda NIC NOC Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction.

Octariando, S. (2019). Karakteristik penderita anemia pada lansia di panti wreda Palembang.
Universitas Muhammadiyah Palembang Fakultas Kedokteran.

PPNI. (2017). Standar diagnosis keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik.,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar luaran keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: EGC.

Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2016). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Yuni, N. E. (2019). Kelainan darah. Yogyakarta: Nuha Medika


PENGKAJIAN PASIEN
KELOLAAN
FORMAT PENGKAJIAN ANAK

Nama Mahasiswa : Annissa


Tempat Praktek : Arafah 1
Tanggal Praktek : 20 Desember 2023 – 24 Desember 2023
No. CM/Reg : 1-35-78-01

I. IDENTITAS PASIEN
Nama Anak : Shadiq Febriano
Tempat / Tgl Lahir : Ladong, 06 Februari 2022
Alamat : Ladong
Nama ayah / ibu : Haryanda Saputra
Agama : Islam
Suku bangsa : Aceh
Pendidikan ayah : SMA
Pendidikan ibu : SMA
Jenis Kelamin : Laki-laki
Gol darah : O+
Tanggal Pengkajian : 20 Desember 2023

II. KELUHAN UTAMA : Pasien datang dengan keluhan lemas, pucat, batuk sesekali 3 hari belakangan ini.
Orangtua khawatir karena anak pertama juga mengidap thalassemia dan langsung dilarikan ke rumah sakit.
Dugaan pasien sementara thalassemia.

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:


Pasien didiagnosa anemia dan thalassemia/unspecified (anemia hipokromik mikrositik, edema mata). Pasien
dating dengan keluhan lemas, pucat. Keadaan umum pasien lemah, susah makan dan selalu menangis saat
makan. Pasien rutin transfusi darah tiap harinya (100 cc/hari)

IV. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN (untuk pasien balita)


Prenatal : Ibu mengalami kondisi pada umumnya seperti mual muntah saat kehamilan
Intranatal : Pasien lahir cukup bulan secara Sectio Caesarea. Pada saat persalinan
langsung menangis dengan BBL 3100 gram. Pasien tidak memiliki Riwayat inap di NICU
Postnatal : Imunisasi lengkap sampai usia 10 bulan

V. RIWAYAT MASA LALU


Penyakit waktu kecil :-
Riwayat perawatan RS :-
Obat-obatan yang digunakan : -
Riwayat operasi / tindakan :-
Riwayat alergi :-
Kecelakaan :-
Imunisasi (sebutkan jenis imunisasi yang sudah didapat anak): Lengkap ( Hb-0, BCG, DPT, Hepatitis B,
HIB, Polio, Campak)

VI. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA (Beserta dengan genogram keluarga)


VII. RIWAYAT SOSIAL
Yang mengasuh anak : Orangtua
Hubungan anggota keluarga : Anak kandung
Hubungan dengan teman sebaya : Baik
Pembawaan secara umum : ceria dan aktif sebelum masuk RS
Lingkungan rumah : Ada ventilasi rumah, lingkungan aman bersih dan nyaman, tersedianya
jamban di toilet

VIII. KEBUTUHAN DASAR


Makanan yang disukai/tidak disukai : Semua makanan disukai
Selera makan : Selama dirawat di RS selera makan kurang, habis ¼ porsi
Alat makan yang dipakai : Piring dan sendok
Pola makan / jam : Teratur, 3x1 hari
Pola tidur (siang dan malam) : siang (12.00-14.00), malam (10.00-06.00)
Kebiasaan sebelum tidur : minum ASI
Mandi / Personal Hygiene : bantuan ibu
Aktivitas bermain : kurang, hanya lemah dalam pangkuan ibu
Eliminasi (BAB dan BAK) : lancar, BAB (1x1), BAK (3x1)

IX. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI


Diagnosa medis : Anemia, Thalassemia (unspecified)
Tindakan operasi :-
Status nutrisi (Gizi baik, sedang atau kurang)
Status cairan : Normal
Obat-obatan : Ceftriaxone, omeprazole, ondansetron
Aktivitas : Makan, minum ASI, BAB, BAK, tidur
Tindakan keperawatan : menaikkan transfusi darah 100 cc/hari
Data tambahan :-

X. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Lemah, compos mentis
Tanda vital : TD : 84/46 mmHg, HR : 118x/menit, RR : 22x/menit, T : 35,1ºC
TB/BB (persentile) : 130 cmm/26 kg
Lingkar kepala :-
Mata : konjungtiva palpebra inferior pucat, edema palpebra
Hidung : Simetris, tidak ada penumpukan sekret
Mulut : mukosa bibir lembab, sianosis
Telinga : simetris, tidak ada serumen
Tengkuk : normal
Dada : Simetris, retraksi dinding dada (-)
Jantung : BJ 1>BJ 2
Paru : Vesikuler, ronchi (-), wheezing (-)
Perut : abdomen simetris, peristaltik normal
Punggung : simetris, tidak ada lesi
Ekstremitas : CRT>2 detik, akral hangat
Kulit : pucat
Genetalia : normal, bersih
XI. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN (dengan KPSP atau DDST II)
Kemandirian dalam bergaul : Anak tidak mudah bergaul dengan teman
sebayanya
Motorik halus : Mampu berbicara, menulis, proses pikir lama.
Motorik kasar : Tidak mampu berjalan dan berlari
Kognitif dalam Bahasa : Berbicara sepatah dua kata

XII. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hasil Lab 15 Desember 2023


Nama Test Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematology
Darah Rutin
Leukosit 16,98* 10³/mm³ 6.0-17.5
Eritrosit 2,7* 10⁶/mm³ 3.8-5.5
Hemoglobin 5,4* G/Dl 12,0-14,5
Hematokrit 16* % 30-43
Trombosit 338 10³/mm³ 150-450
MCV 61 Fl 80-100
MCH 20 Pg 27-31
MCHC 33 g/dl 32-36
RDW 35.3* % 11.5-14.5
Nitrofil Segmen 29* % 50-70
Limfosit 59* % 20-40
Monosit 7 % 2-8
Eosinophil 5 % 0-6
Basophil 0 % 0-2
Nitrofil Batang 0* % 2-6
I. ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS: Penurunan Perfusi perifer
“Ibu pasien mengatakan anaknya tampak konsentrasi tidak efektif
pucat sejak seminggu yang lalu” hemoglobin
DO:
• KU: sedang, compos mentis
• Hasil lab (tggl 26-10-2023):
Hb: 11,4 g/dL
Ht: 33%
Eritrosit: 4,0
• Hasil TTV:
TD: 84/46 mmHg
HR: 118 x/menit
RR: 22 x/menit
T: 35,1℃
• Pengisian kapiler (CRT): >2 detik
• Warna kulit pucat
• Konjungtiva anemis

DS : Faktor psikologis: Defisit nutrisi


Ibu pasien mengatakan keengganan untuk
“Selama sakit, nafsu makan anak berkurang” makan
“Anak hanya menghabiskan 1⁄4 porsi
makanan sekali makan”
DO :
– KU : Sedang
– Pengukuran Antropometri
• TB: 130 cm
• BB: 26 kg
• IMT: 15 (klasifikasi berat badan
kurang)
– Kebutuhan gizi
• Energi: 2000 kkal/hari
– Protein: 50 gr/hari
– Cairan: 1600 cc/hari
– Diet yang diberikan via oral
• Makanan biasa 3x/hari
– Asupan oral tidak adekuat <50% total
kebutuhan
– Membran mukosa pucat
DS : Ketidakseimbangan Intoleransi
”Keluarga mengatakan anaknya kesulitan antara suplai dan aktivitas
dalam melakukan aktivitas” kebutuhan oksigen
“Pasien mengatakan terkadang setelah
(anemia)
melakukan aktivitas, pernafasan menjadi
berat”
DO :
- Keadaan umum lemah
- Tampak lesu
- Tidak mampu mempertahankan
aktivitas rutin
- Skala ketergantungan: butuh bantuan
dari keluarga
DS : Anemia Keletihan (fatigue)
Ibu mengatakan “anak saya selalu terlihat lesu
dan lemah”

DO:
- KU: lemah, compos mentis
- Lesu
- Letih
- Kulit tampak pucat

DS : Kurang terpaparnya Defisit Pengetahuan


“Saya sudah sedikit banyak paham tentang informasi
sakit anak saya karena dulu anak pertama juga
dengan kasus yang sama, tetapi masih perlu
tahu juga”

DO :
- Keluarga pasien menunjukkan persepsi
yang keliru terhadap masalah
II. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perfusi perifer tidak efektif b.d Penurunan konsentrasi hemoglobin
2. Defisit nutrisi b.d Faktor psikologis: Keengganan untuk makan
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
(anemia)
4. Keletihan (fatigue) b.d kondisi fisiologis (anemia)
5. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi

III. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
TUJUAN DAN
(SDKI) KRIERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN (SIKI)
(SLKI)

Perfusi perifer Setelah dilakukan Perawatan sirkulasi (I.02079)


Tidak efektif intervensi keperawatan Observasi
(D.0009) selama 3 x 24 jam, maka 1. Periksa sirkulasi perifer (mis: nadi perifer,
perfusi perifer meningkat, edema, pengisian kapiler, warna, suhu, ankle-
dengan kriteria hasil: brachial index)
1. Pengisian kapiler 2. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
membaik (mis: diabetes, perokok, orang tua, hipertensi,
2. Kadar HB dan HT dan kadar kolesterol tinggi)
meningkat 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak
3. Akral membaik pada ekstremitas
4. Warna kulit pucat Terapeutik:
menurun 1. Hindari pemasangan infus, atau pengambilan
5. Turgor kulit membaik darah di area keterbatasan perfusi
2. Hindari pengukuran tekanan darah pada
ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
3. Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet
pada area yang cidera
4. Lakukan pencegahan infeksi
5. Lakukan hidrasi
6. Berikan oksigen, jika perlu
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi (I.03119)
(D.0032) intervensi keperawatan Observasi
selama 3 x 24 jam, maka 1. Identifikasi status nutrisi
diharapkan status nutrisi 2. Identifiasi alergi dan intoleransi makanan
membaik, dengan kriteria 3. Identifikasi makanan kesukaan
hasil: 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
1. Keinginan makan nutrient
membaik 5. Monitor asupan makanan
2. Asupan makanan 6. Monitor berat badan
membaik 7. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
3. Asupan nutrisi Teraupetik
membaik 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
piramida makanan)
3. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
4. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
5. Berikan suplemen makanan, jika perlu
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. pereda nyeri, antiemetic) jika
perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlu
Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Energi
aktivitas intervensi keperawatan Observasi
(D. 0056) selama 3x24 jam, maka • Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
diharapkan toleransi mengakibatkan kelelahan
aktivitas meningkat, • Monitor kelelahan fisik dan
dengan kriteria hasil: emosional
1. Frekuensi • Monitor pola dan jam tidur
nadi membaik • Monitor lokasi dan
2. Kemudahan ketidaknyamanan selama
dalam melakukan
melakukan aktivitas
aktivitas sehari-
Terapeutik
hari meningkat
3. Kekuatan tubuh • Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
bagian bawah stimulus (mis: cahaya, suara,kunjungan)
meningkat • Lakukan latihan rentang gerak pasif
4. Keluhan Lelah dan/atau aktif
menurun • Berikan aktivitas distraksi yang
5. Dispnea menurun
menenangkan
6. Aritmia menurun
• Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika
7. Frekuensi nafas
membaik tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
• Anjurkan tirah baring
• Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
• Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
• Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Keletihan
Setelah dilakukan Observasi
(fatigue) intervensi keperawatan
(D0057) selama 3 x 24 jam, maka • Identifikasi kesiapan dan kemampuan
tingkat keletihan menerima informasi
menurun, dengan kriteria
Terapeutik
hasil:
• Sediakan materi dan media pengaturan
1. Verbalisasi
aktivitas dan istirahat
kepulihan energi
• Jadwalkan pemberian Pendidikan Kesehatan
meningkat
sesuai kesepakatan
2. Tenaga
• Berikan kesempatan kepada pasien dan
meningkat
keluarga untuk bertanya
3. Kemampuan
melakukan Edukasi
aktivitas rutin
meningkat • Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas
4. Verbalisasi Lelah fisik/olahraga secara rutin
menurun • Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok,
5. Lesu menurun aktivitas bermain atau aktivitas lainnya
• Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan
istirahat
• Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan
istirahat (mis: kelelahan, sesak napas saat
aktivitas)
• Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis
aktivitas sesuai kemampuan
Defisit
Setelah dilakukan Observasi
Pengetahua intervensi keperawatan
n (D0111) selama 3 x 24 jam, • Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
maka status tingkat informasi

pengetahuanmeningkat Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan
dengan kriteria hasil: dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih
dan sehat
1. Perilaku sesuai anjuran
meningkat Terapeutik
2. Verbalisasi minat
• Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan
dalam belajar
• Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai
meningkat
kesepakatan
3. Kemampuan
• Berikan kesempatan untuk bertanya
menjelaskan
pengetahuan tentang Edukasi
suatu topik meningkat
4. Kemampuan • Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
menggambarkan Kesehatan
pengalaman • Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
sebelumnya yang • Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
sesuai dengan topik meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
meningkat
5. Perilaku sesuai dengan
pengetahuan
meningkat
6. Pertanyaan tentang
masalah yang dihadapi
menurun
7. Persepsi yang keliru
terhadap masalah
menurun
IV. CATATAN PERKEMBANGAN

CATATAN PERKEMBANGAN HARI PERTAMA

Hari/tanggal DX Evaluasi
Kamis / 1 S:
20 /12/ 2023 “ibu mengatakan anaknya pucat dan lemah”
(Dinas Malam) O:
- KU: sedang, kesadaran compos mentis
- Hb: 5,4 g/dL
- Pengisian kapiler (CRT) >2 detik
- TTV
TD: 100/75 mmHg
HR: 98 x/menit
RR: 24 x/menit
T: 35,9℃

- Konjungtiva palpebra inferior pucat, sklera tidak ikterik


- Warna kulit pucat
- Edema pulpebra

A: Perfusi perifer tidak efektif

P:
- Periksa sirkulasi perifer (CRT>3 detik)
- Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas
(pasien masih tampak pucat dan lemah, konjungtiva anemis)
- Hindari pemasangan infus, atau pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi (terpasang infus/stopper)
2 S:
“Ibu mengatakan anaknya tidak nafsu makan selama masuk rumah sakit”
“anak saya Cuma habis ¼ porsi ketika makan”
O:
- KU: Sedang, compos mentis
- Pengukuran Antropometri
• TB: 129 cm
• BB: 25 kg
• IMT: 15 (klasifikasi berat badan kurang)
- Kebutuhan gizi
• Energi: 2000 kkal/hari
• Protein: 50 gr/hari
• Cairan: 1600 cc/hari
- Diet yang diberikan via oral
• Makanan biasa 3x/hari
- Membran mukosa pucat
- Perut membesar (thalasemia)

A: Defisit nutrisi

P:
- Identifikasi status nutrisi (Status nutrisi pasien: gizi kurang)
- Identifikasi makanan kesukaan
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
- Monitor asupan makanan (Pasien hanya makan ¼ porsi makan,
muntah tidak ada)
- Monitor berat badan
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (injeksi IV
omeprazole dan ondansetron )

3 S:
“Keluarga mengatakan anaknya kesulitan dalam melakukan aktivitas”
“jika melakukan aktivitas anak saya agak kesulitan bernafas”
O:
- KU: sedang
- Tampak lesu
- Pasien tampak lelah
- Tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin
- Kekuatan tubuh ekstremitas lemah
- Skala ketergantungan: butuh bantuan dari keluarga
- HR: 118 x/menit
- RR: 22 x/menit

A : Intoleransi aktivitas

P:
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan (bagian ekstermitas bawah terlihat lemah)
- Monitor kelelahan fisik dan emosional (duduk dalam pangkuan ibu)
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis:
cahaya, suara, kunjungan)
- Anjurkan tirah baring
-

4 S:
Ibu mengatakan “anak saya selalu terlihat lesu dan lemah”

O:
- KU: lemah, compos mentis
- Lesu
- Letih
- Kulit tampak pucat

A: Keletihan (fatigue)
P:
- Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik/olahraga secara rutin
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas bermain atau
aktivitas lainnya (latih bermain/terapi aktivitas bermain susun
gambar)
- Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat
- Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (anjurkan
istirahat jika anak lelah)
- Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai
kemampuan

5 S:
“Saya sudah sedikit banyak paham tentang sakit anak saya karena dulu anak
pertama juga dengan kasus yang sama, tetapi masih perlu tahu juga”

O:
- Keluarga pasien menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah

A : Defisit Pengetahuan

P:
- Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan (sebab, gejala,
akibat anemia)
- Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan (sudah
dilaksanakan saat pasien istirahat)
- Berikan kesempatan untuk bertanya (keluarga mengerti dan
kooperatif saat diberikan edukasi)
- Masalah teratasi
CATATAN PERKEMBANGAN HARI KEDUA

Hari/tanggal DX Evaluasi
Sabtu/ 1 S:
21 /12/ 2023 “ibu mengatakan anaknya masih lemah”
(Dinas malam) O:
- KU: sedang, kesadaran compos mentis
- Hb: 11,4 g/dL
- Pengisian kapiler (CRT) <3 detik
- TTV
TD: 90/70 mmHg
HR: 94 x/menit
RR: 24 x/menit
T: 36,6℃
SPO2: 95%
- Konjungtiva palpebra inferior pucat
- Edema tidak ada
A: Perfusi perifer tidak efektif
P:
- Periksa sirkulasi perifer (nadi 100 x/menit, CRT <3 detik,
tidak ada edema, kulit pucat berkurang)
- Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas
(akral hangat)
- Hindari pemasangan infus, atau pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi (terpasang stopper)

2 S:
“Ibu mengatakan anaknya masih tidak nafsu makan karena ada sariawan
di mulutnya”
O:
- KU: Sedang, compos mentis
- Pengukuran Antropometri
• TB: 130 cm
• BB: 26 kg
• IMT: 15 (klasifikasi berat badan kurang)
- Membran mukosa pucat
- Bibir kering pecah-pecah
A: Defisit nutrisi
P:
- Identifikasi status nutrisi (pasien menghabiskan ½ porsi makan)
- Identifiasi alergi dan intoleransi makanan (pasien tidak ada Riwayat
alergi makanan)
- Identifikasi makanan kesukaan
- Edukasi makanan yang tinggi kalori dan protein (pasien dan
keluarga mampu memahami edukasi dari perawat tentang
makanan tinggi kalori dan protein)
- Kolaborasi pemberian ondansetron sebelum makan
-

3 S:
“Keluarga mengatakan anaknya masih kesulitan dalam melakukan
aktivitas”
O:
- KU: sedang
- Tampak lesu
- Pasien masih tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin
- Kekuatan tubuh ekstremitas bawah lemah
- Skala ketergantungan: butuh bantuan dari keluarga
- HR: 94 x/menit
RR: 24 x/menit
- SpO2: 95%

A : Intoleransi aktivitas

P:
- Monitor kelelahan fisik dan emosional (pasien tampak masih lesu
gerakan terbatas)
- Monitor pola dan jam tidur
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
(Cahaya redup, lingkungan kondusif)
- Anjurkan tirah baring
CATATAN PERKEMBANGAN HARI KETIGA

Hari/tanggal DX Evaluasi
Minggu/ 1 S:
23 /12/ 2023 “ibu mengatakan anaknya masih lemah dan sedikit pucat”
(Dinas pagi) O:
- KU: sedang, kesadaran compos mentis
- Hasil lab:
Hb: 11,4 g/dL
Ht: 33%
Eritrosit: 4,0
- Pengisian kapiler (CRT) <3 detik
- TTV
TD: 100/60 mmHg
HR: 85 x/menit
RR: 22 x/menit
T: 36,8℃
SPO2: 99%
- Konjungtiva palpebra inferior pucat
- Edema (-)
A: Perfusi perifer tidak efektif teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
- Periksa sirkulasi perifer (nadi 85 x/menit, CRT < 3 detik, tidak
ada edema, kulit pucat berkurang)
- Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas
- Hindari pemasangan infus, atau pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
- Melanjutkan terapi sesuai FDO
2 S:
“anak masih tidak nafsu makan karena masih sariawan”
O:
- KU: Sedang, compos mentis
- Pengukuran Antropometri
• TB: 130 cm
• BB: 26 kg
• IMT: 15 (klasifikasi berat badan kurang)
- Membran mukosa pucat
- Bibir pecah-pecah berkurang
- Pasien masih tidak mau makan makanan RS
A: Defisit nutrisi, masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor asupan makanan
- Anjurkan makan sedikit tapi sering
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
- Anjurkan keluarga untuk memberi anak suplemen seperti madu
untuk mengurangi sariawan
3 S:
“Keluarga mengatakan anaknya masih kesulitan dalam melakukan
aktivitas”
O:
- KU: sedang
- Tampak lesu
- Pasien masih tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin
- Kekuatan tubuh ekstremitas bawah lemah
- Aktivitas sehari-hari masih dibantu oleh keluarga
- HR: 85 x/menit
- RR: 22 x/menit
- SPO2: 99%
A : Intoleransi aktivitas, teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
(cahaya lampu mati, terdengar suara bising, lingkungan
kondusif)
- Anjurkan tirah baring

Anda mungkin juga menyukai