Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN ANEMIA DI RUANG HCU


RUMAH SAKIT dr. LOEKMONO HADI KUDUS

Disusun Oleh :
Army Narica Febrilla Rossa
NIM. 2104005

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS AN NUUR
2022
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, atau hitung eritrosit
yang berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah (Nurarif
& Kusuma, 2016). Kondisi seseorang yang memiliki kadar darah merah atau
hemoglobin dengan konsentrasi rendah dalam tubuh biasa disebut anemia.
Hemoglobin atau sel darah merah memiliki fungsi sebagai pengangkut oksigen
dalam darah menuju ke seluruh bagian tubuh. Ketika seseorang memiliki anemia,
maka jaringan dan organ-organd alam tubuh tidak memiliki kadar oksigen yang
cukup untuk diedarkan (Gracia, 2021). Anemia adalah keadaan dimana hemoglobin
darah kurang daripada normal disebabkan karena kurangnya mineral (Fe) sebagai
bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit (sel darah merah) (Damayanti,
Didit., 2017). Anemia yaitu istilah yang menunjukkan rendahnya jumlah sel darah
merah da kadar hemoglogin dan bematokrit di bawah normal (Fitriah et al., 2015).

2. Etiologi
Menurut Nurarif & Kusuma (2016), pada dasarnya anemia disebabkan karena :
a. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang
b. Perdarahan
c. Hemolisis
Penyebab anemia adalah kekurangan zat besi, asam folat, dan pendarahan yang
tidak kentara terutama saluran pencernaan. Pendarahan yang tidak kentara dan
bersifat kronik bisa terjadi akibat iritasi lambung, konsumsi obat-obatan anti nyeri
tanpa resep dokter, pendarahan hemoroid atau ambeyen, maupun adanya tumor dan
radang di usus besar (Aribowo, 2019; Damayanti, Didit., 2017).
3. Patofisiologi
Penurunan kinerja sumsum tulang dapat menyebabkan terjadinya anemia.
Meskipun sepanjang hidup selalu dinamis dalam memproduksi sel darah merah dan
mereplikasi diri (self-replication) untuk menunjang fungsinya, sumsum tulang tetap
saja melalui periode penurunan fungsi secara fisiologis ke tahap yang dimana
periode ini disebut tahap inovulasi sumsum tulang. Pada tahap ini yang mencolok
ialah penurunan daya replikasi sumsum tulang sehingga baik stroma sumsum tulang
yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan sel-sel induk maupun
kecepatan diferensiasi sel-sel progenitor untuk mencapai maturitas, akan menurun.
Dampak globalnya ialah terjadi penurunan sintesis sel darah merah. Hal inilah yang
mendasari betapa mudahnya seorang usila terkena onset anemia.
Adanya penyakit kronis pada seorang usia lanjut, mempercepat dimulainya
anemia. Di samping itu, dalam beberapa penelitian dikatakan bahwa faktor
pembekuan menurun seiring usia, juga imunitas tubuh yang kian menurun, sehingga
mempersulit terjadinya suatu tahap penyembuhan. Penyakit kronis, yang
notabenenya adalah onset perdarahan, akan sulit disembuhkan pada kondisi usila
dengan gangguan pembekuan dan imunitas. Perdarahan yang terjadi semakin lama,
semakin kronis. Anemia yang terjadi biasanya ialah anemia defisiensi besi akibat
perdarahan kronis.
Kemampuan ginjal dalam berbagai fungsinya akan terus menurun seiring
proses penuaan, termasuk kemampuannya dalam mensintesis eritropoietin.
Kompensasi tubuh hanya mampu menghasilkan 10 % eritropoietin apabila ginjal
tidak memproduksinya. Kekurangan eritropoietin yang merupakan pertumbuhan sel
darah merah, mengakibatkan progenitor eritroid tidak berdiferensiasi menjadi sel
darah merah. Kekurangan sel darah merah mengakibatkan kekurangan hemoglobin,
sehingga terjadi anemia.
Pada usia lanjut, penurunan nafsu makan secara fisiologis akan terjadi.
Apabila sampai ke periode tersebut, meskipun sedikit berpengaruh terhadap
kurangnya intake atau asupan, ini masih dipertimbangkan karena diet yang buruk
tidak jarang mengakibatkan anemia, terutama anemia defisiensi besi. Anemia yang
disebabkan akibat kurang nafsu makan sehingga kurang asupan, akan memperburuk
percepatan tingginya nafsu makan lagi karena anemia sendiri tidak hanya akibat dari
kurang nafsu makan, tetapi juga sebagai penyebab kurangnya nafsu makan
(Gunawan, 2020).
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari anemia diantaranya adalah mudah merasa lelah, badan
sering terasa lemas, mudah lupa dan pandangan berkunang-kunang. Gejala anemia
pada otak antara lain mudah lelah saat berfikir terlalu keras, pendangan menjadi
kabur dan mudah lupa. Sedangkan gejala anemia pada jantung misalnya sering
merasa berdebar-debar dan mudah lelah saat berjalan (Aribowo, 2019). Cara mudah
mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5
gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya
sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah). Anemia bisa menyebabkan
kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang (Rumah Sakit
Cahya Kawula, 2016). Menurut Gracia (2021), gejala dari anemia adalah sebagai
berikut :
a. Adanya rasa pusing, kepala terasa ringan hingga rasa ingin pingsan
b. Ketidakteraturan detak jantung, bisa menjadi lebih cepat atau lebih lambat
c. Kepala terasa sakit
d. Adanya rasa sakit pada bagian tulang, dada, perut dan persendian
e. Tarikan napas yang lebih pendek
f. Warna kulit menjadi pucat atau kuning
g. Tangan dan kaki terasa dingin
h. Mudah lelah dan lemah

5. Komplikasi
Anemia dapat menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya,
penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Mudah batuk-pilek, flu, atau terkena
infeksi saluran napas. Gagal jantung kongesti dapat terjadi pada anemia berat karena
otot jantung yang anoksik tidak dapat beradaptasi terhadap beban kerja jantung yang
meningkat (Rumah Sakit Cahya Kawula, 2016).

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium pada pasien anemia :
1) Jumlah eritrosit menurun. Nilai normal eritrosit (juta/mikro lt): 3,9 juta per
mikro liter pada wanita dan 4,1 -6 juta per mikro liter pada pria.
2) Jumlah darah lengkap (hemoglobin dan hemalokrit menurun).
3) Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
4) Laju endap darah : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi,
misal peningkatan kerusakan sel darah merah atau penyakit malignasi.
5) Masa hidup sel darah merah : berguna dalam mendiagnosa anemia
6) Tes kerapuhan eritrosit
7) Sel darah putih. Nilai normal Leokosit (per mikro lt) : 6000–10.000.
8) Jumlah trombosit. Nilai normal Trombosit (per mikro lt) : 200.000–400.000
per mikro liter darah (Rumah Sakit Cahya Kawula, 2016).
b. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis : faal ginjal, faal endokrin, asam
urat, faal hati, biakan kuman.
c. Radiologi : torak, USG, linfangiografi (Nurarif & Kusuma, 2016).

7. Penatalaksanaan
a. Transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan antithimocyte
globulin (ATG)
b. Transfusi darah
c. Vitamin B12
d. Pemberian asam folat dan zat besi baik melalui obat maupun pemberian nutrisi
adekuat (Nurarif & Kusuma, 2016).

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Fokus Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Identitas Pasien
Meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, nomor register, tanggal masuk rumah sakit, serta
diagnosa medis.
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Yaitu keluhan utama yang paling dirasakan oleh pasien saat
pengkajian.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Kaji kronologis terjadinya dispepsia pasien hingga dirawat di rumah
sakit.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Kaji adanya penyakit yang pernah diderita pasien berhubungan dengan
penyakitnya saat ini.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan kemungkinan adanya
penyakit keturunan, kecenderungan alergi dalam satu keluarga
dilengkapi dengan genogram.
3) Pengkajian Pola Fungsional
Pengkajian pola fungsional menurut Virginia Henderson :
a) Kebutuhan bernafas dengan normal
Bagaimana irama, kedalaman, frekuensi, keteraturan bernafas,
menggunakan alat bantu pernafasan atau tidak, adakah retraksi
intercosta, adakah faktor pencetus, faktor lingkungan yang
mempengaruhi dalam bernafas, adakah sesak nafas, hal-hal yang dapat
mengurangi atau memperberat sesak nafas.
b) Kebutuhan nutrisi adekuat
Bagaimana pola makan minum pasien, frekuensi, komposisi, adakah
gangguan yang muncul berhubungan dengan makan minum.
c) Kebutuhan eliminasi
Bagaimana pola eliminasi, frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces
pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji
frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini
juga dikaji ada kesulitan atau tidak.
d) Kebutuhan keseimbangan dan gerak
Bagaimana pola keseimbangan gerak dan aktivitas klien, skala
ketergantungan atau tidak, ada gangguan berjalan atau tidak.
e) Kebutuhan istirahat dan tidur
Jumlah dan kualitas tidur klien, adakah gangguan tidur.
f) Kebutuhan mempertahankan temperatur tubuh
Kebiasaan klien mempertahankan temperatur tubuh, seperti memakai
pakaian yang tipis dan menyerap keringat bila udara panas, memakai
selimut saat udara dingin.
g) Kebutuhan personal hygiene
Bagaimana pemenuhan personal hygien klien, apakah mengalami
keterbatasan pemenuhan kebutuhan personal hygiene klien (mandi,
gosok gigi, keramas, potong kuku), dan memerlukan bantuan saat
melakukan personal hygiene.
h) Kebutuhan komunikasi
Bagaimana komunikasi klien dengan orang lain,jenis komunikasi,
bahasa dan kejelasannya.
i) Kebutuhan spiritual
Bagaimana klien dalam menjalankan ibadah yang dianutnya.
j) Kebutuhan berpakaian dan memilih pakaian
Bagaimana pola berpakaian klien, jenis pakaian yang dikenakan.
k) Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Kaji hal-hal yang membuat ketidaknyamanan pasien. Jika terdapat nyeri
jelaskan hasil pengkajian nyeri.
l) Kebutuhan bekerja
Perlu dikaji bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Apakah
klien mampu melakukan pekerjaannya.
m)Kebutuhan rekreasi
Hal-hal yang dilakukan klien untuk menghilangkan kebosanan atau
kejenuhan (seperti : nonton TV, mendengarkan radio, jalan- jalan, dll),
apa yang dilakukan klien untuk mengisi waktu luang.
n) Kebutuhan belajar
Belajar dalam hal ini adalah bagaimana persepsi klien terhadap
kesehatannya (terutama penyakitnya), sejauh mana pengetahuan klien
tentang penyakitnya.

b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Keadaan umum
a) General appearance atau penampilan umum
b) Tingkat kesadaran (GCS)
2) Tanda-Tanda Vital
3) Pemeriksaan Antopometri
a) Tinggi Badan
b) Berat Badan
c) Indeks Masa Tubuh
4) Pemeriksaan kepala
a) Bentuk kepala
Simetris?, merata muka dan tengkorak?, mesochepal (bentuk)?
b) Rambut dan kulit kepala
Penyebaran?, ketebalan?, kebersihan?, tekstur?, warna?, lubrikasi
batang (kering/tidak)?, keadaan kulit kepala (benjolan, pembengkakan,
lesi, nyeri tekan, dll)?, kebersihan kulit kepala (ketombe)?
c) Mata
Konjungtiva (anemis/tidak)?, sklera ikterik/tidak?, pupil isokor atau
anisokor?, diameter pupil?, reflek pupil terhadap cahaya?, simetris?,
bentuk?, konvergensi?, gerakan ekstraokuler mata?, lapang pandang?,
visus/ketajaman penglihatan?, memakai alat bantu penglihatan?
d) Hidung
Saluran hidung lapang/ada sumbatan?, septum hidung utuh?,
epistaksis? terpasang O2?
e) Telinga
Bagaiaman kebersihannya? Bentuk simetris/tidak? Ada gangguan
pendengaran/tidak?
f) Mulut
Keadaan lidah lembab/tidak?, kondisi lidah (pucat, simetris, gerakan,
papil ulkus)?, gigi (karies, keutuhan gigi)?, gusi (perdarahan, lesi,
warna)?, bibir (lesi, kering, lembab)?, tonsil (pembesaran)?
g) Leher
Adakah pembesaran getah bening? Pembengkakan JVP , kelenjar
tiroid? Adakah nyeri tekan?
5) Dada
a) Paru – paru
Inspeksi : Bentuk, kesimetrisan
Palpasi : Taktil fremitus ka/ ki
Perkusi : Bunyi sonor atau gangguan
Auskultasi : Bunyi nafas normal/ ada bunyi nafas
tambahan
b) Jantung
Inspeksi :Bentuk prekordium simetris/tidak, iktus cordis
tampak/tidak, ada tidaknya denyutan di ICS II kanan
kiri
Palpasi :Pada keadaan normal iktus cordis dapat teraba pada
ruang interkostal kiri V, agak ke medial (2 cm) dari
linea midklavikularis kiri. Diameter Iktus kordis, jarak
IC dengan Midklavikularis. Palpasi area katub jantug.
Palpasi area epigastrik untuk mengetahui adanya
pembesaran jantung antero posterior.
Perkusi : Lakukan perkusi dari arah lateral ke medial.
Perubahan antara bunyi sonor dari paru-paru ke redup
relatif kita tetapkan sebagai batas jantung kiri. Keadaan
normal:
Atas : SIC II kiri di linea parasternalis kiri (pinggang,
jantung).
Bawah: SIC V kiri agak ke medial linea
midklavikularis kiri (tempat iktus).

Auskultasi : Bunyi S1 dan S2 di : area aortik di ICS 2 kanan dekat


sternum; area pulmonik di ICS 2 kiri dekat sternum;
area trikuspidalis di ICS 3, ICS 4 dan ICS 5;
Mitral/Apeks. S3 dan S4 di apeks : ada/tidak.
Murmur/bising jantung : ada/tidak.
6) Abdomen
Inspeksi : Bentuk perut dan gerakan kulit pada abdomen saat inspirasi
dan ekspirasi, adakah benjolan umbilikus, asites atau tidak
Auskultasi : Peristaltik usus berapa jumlah ...x/menit
Perkusi : Bunyi timpani, hypertimpani, redup
Palpasi : Ada nyeri tekan atau tidak, apakah ada masa
7) Genito urinari
Kebersihannya bagaimana, apakah terpasang kateter
8) Anus
Adakah ada benjolan pada anus atau tidak
9) Ekstremitas
Superior : Kekuatan otot berapa, ada deformitas, kelainan bawaan, varises,
oedem atau tidak.
Inferior : Kekuatan otot berapa, ada deformitas, kelainan bawaan, varises,
oedem atau tidak.
10) Integumen
Warna, kelembapan, suhu, tekstur, turgor, mobilitas, letak anatomi,
susunan, jenis, lesi, warna dasar kulit, sudut antara kuku dan dasar kuku,
kokoh dan tidaknya dasar kuku, sirkulasi dan pengisian kapiler berapa
detik.
7. Data penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium, radiologi, dll.
2. Pathway Pendarahan, hemoroid atau ambeyen,
gangguan pembentukan eritrosit oleh
Kekurangan zat besi,
asam folat sumsum tulang

Kadar Hb dan
eritrosit berkurang

Anemia

Beban kerja jantung Berkurangnya Gangguan penyerapan


meningkat pasokan O2 nutrisi

Takikardia, Rasa sesak/


iskemia Tubuh kekurangan
dispnea
tenaga

Perfusi Hipoksia
perifer tidak Pola nafas tidak Defisit
efektif efektif perawatan diri

Tubuh terasa
lemas, mudah lelah Rasa takut dan
saat berjalan, khawatir akan kondisi
berkunang-kunang tubuhnya

Intoleransi
Defisit
aktivitas
pengetahuan

(Aribowo, 2019; Gunawan, 2020; Nurarif & Kusuma, 2016)


3. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan :
1) Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi (D.0005)
Tujuan : Pola nafas normal (L.01004)
Kriteria Hasil :
a) Sesak nafas berkurang
b) Penggunaan otot bantu pernafasan berkurang
c) Frekuensi nafas normal 12-20 x/menit
Intervensi : Pemantauan Respirasi (I.01014)
Observasi :
a) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
b) Monitor pola nafas
c) Monitor saturasi oksigen
Teraupeutik :
a) Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
b) Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
a) Informasikan hasil pemantauan

2) Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan Hb (D.0009)


Tujuan : Perfusi perifer membaik (L.02011)
Kriteria Hasil :
a) Kulit tidak pucat
b) Akral hangat
c) Tekanan darah normal
Intervensi : Transfusi darah (I.02089)
Observasi :
a) Identifikasi rencana transfusi
b) Monitor tanda vital
c) Monitor reaksi transfusi
Teraupeutik :
a) Berikan NaCl sebelum transfusi
b) Berikan transfusi darah
c) Atur kecepatan transfusi
d) Dokumentasikan proses transfusi
Edukasi :
a) Jelaskan tujuan dan prosedur transfusi

3) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai oksigen (D.0056)


Tujuan : Toleransi terhadap aktivitas (L.05047)
Kriteria Hasil :
a) Frekuensi nadi normal 12-20 x/menit
b) Saturasi oksigen 100%
c) Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
Intervensi : Terapi aktivitas (I.05186)
Observasi :
a) Identifikasi defisit aktivitas
b) Identifikasi kemampuan beraktivitas tertentu
c) Monitor respon terhadap aktivitas
Teraupeutik :
a) Fasilitasi aktivitas fisik rutin
b) Libatkan keluarga dalam aktivitas
Edukasi :
a) Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual, dan kognitif dalam
menjaga fungsi dan kesehatan.

4) Defisit perawatan diri b.d kelemahan (D.0109)


Tujuan : Mampu melakukan perawatan diri (L.11103)
Kriteria Hasil :
a) Mampu untuk mandi
b) Mampu mengenakan pakaian
c) Mampu mempertahankan kebersihan diri
Intervensi : Dukungan perawatan diri (I.11348)
Observasi :
a) Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
b) Monitor tingkat kemandirian
c) Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri
Teraupeutik :
a) Dampingi dalam melakukan perawatan diri
b) Fasilitasi untuk menerima ketergantungan
c) Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu secara mandiri
Edukasi :
a) Anjurkan keluarga membantu melakukan perawatan diri

5) Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi (D.0111)


Tujuan : Pengetahuan meningkat (L.12111)
Kriteria Hasil :
a) Menunjukkan minat dalam belajar
b) Mampu menjelaskan pengetahuan suatu topik
c) Perilaku sesuai dengan pengetahuan
Intervensi : Edukasi kesehatan (I.12383)
Observasi :
a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Teraupeutik :
a) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
b) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
c) Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
a) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan
(PPNI, 2016, 2018a, 2018b).

Anda mungkin juga menyukai