Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

CEDERA KEPALA RINGAN (CKR)


DI RUANG IGD RSUD dr. ABDOER RAHEM SITUBONDO

Disusun Oleh:
Siska Wulandari
NIM. 21101093

PRODI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
ANEMIA
DI RUANG BROMO RSUD dr. ABDOER RAHEM SITUBONDO

Disusun Oleh:
Siska Wulandari
NIM. 21101093

PRODI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
ANEMIA

1. KONSEP DASAR ANEMIA


A. Definisi
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar
hemoglobin atau hematokrit di bawah normal (Brunner & Suddarth, 2000:22).
Anemia adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin lebih rendah dari nilai
normal (Emma, 1999).
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih
rendah dari harga normal yaitu bila Hb < 14 g/dL dan Ht < 41%, pada pria atau
Hb < 12 g/dL dan Ht < 37% pada wanita (Mansjoer,1999:547).
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar
hemoglobin (Hb) atau hematokrit (Ht) dibawah normal. Anemia menunjukkan
suatu status penyakit atau perubahan fungsi tubuh.
Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin
yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi
jaringan tubuh. Secara laboratoris, anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar
hemoglobin serta hitung eritrosit dan hematokrit dibawah normal
(Handayani.,Haribowo. 2008).

Batasan umum seseorang dikatakan anemia dapat menggunakan kriteria WHO


pada tahun 1968, dengan kriteria sebagai berikut (Handayani & Andi, 2008):
· Laki-laki dewasa Hb < 13 gr/dl
· Perempuan dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dl
· Perempuan dewasa hamil Hb < 11 gr/dl
· Anak usia 6-14 tahun Hb < 12 gr/dl
· Anak usia 6 bulan – 6 tahun Hb < 11 gr/dl
B. Etiologi
Menurut Mansjoer, (1999:547), anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan
kronik. Penyebab lain yaitu :
1. Diet yang tidak mencukupi.
2. Absorbsi yang menurun.
3. Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan.
4. Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah.
5. Hemoglobinuria.
6. Penyimpangan besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis paru.
C. Klasifikasi Anemia
Anemia dapat dikelompokkan menjadi kedalam tiga kategori yakni, dikatakan
anemia ringan apabila kadar hemoglobin dalam darah berkisar pada 9-10 gr % ,
anemia sedang apabila kadar hemoglobin dalam darah berkisar pada 7-8 gr %,
dan anemia berat apabila kadar hemoglobin dalam 12 darah kurang dari 7 gr % .
Secara morfologis (menurut ukuran sel darah merah dan hemoglobin yang
dikandungnya), anemia dapat dikelompokkan menjadi :
1) Makrositik, ketika ukuran sel darah merah bertambah besar sebagaimana
jumlah hemoglobin di setiap sel yang juga bertambah. Anemia makrositik
dibagi menjadi dua yakni megaloblastik yang dikarenakan kekurangan
vitamin B12, asam folat, dan gangguan sintesis DNA, dan anemia non
megaloblastik yang disebabkan oleh eritropoesis yang dipercepat dan
peningkatan luas permukaan membran.
2) Mikrositik, yakni kondisi dimana mengecilnya ukuran sel darah merah yang
disebabkan oleh defisiensi zat besi, gangguan sintesis globin, profirin dan
heme serta gangguan metabolisme besi lainnya.
3) Normositik, dimana ukuran sel darah merah tidak berubah, namun terjadi
kehilangan darah yang parah, peningkatan volume plasma darah berlebih,
penyakit hemolitik dan gangguan endokrin, hati dan ginjal.
Berdasarkan penyebabnya anemia dikelompokkan sebagai berikut :
1) Anemia defisiensi zat besi Merupakan salah satu jenis anemia yang
diakibatkan oleh kurangnya zat besi sehingga terjadi penurunan sel darah
merah.
2) Anemia pada penyakit kronik Jenis anemia ini adalah anemia terbanyak kedua
setelah anemia defisiensi zat besi dan biasanya terkait dengan penyakit infeksi.
3) Anemia pernisius Biasanya diderita orang usia 50-60 tahun yang merupakan
akibat dari kekurangan vitamin B12. Penyakit ini bisa diturunkan.
4) Anemia hemolitik Adalah anemia yang disebabkan oleh hancurnya sel darah
merah yang lebih cepat dari proses pembentukannya dimana usia sel darah
merah normalnya adalah 120 hari.
5) Anemia defisiensi asam folat Disebabkan oleh kurangnya asupan asam folat.
Selama masa kehamilan, kebutuhan asam folat lebih besar dari biasanya.
6) Anemia aplastic Adalah anemia yang terjadi akibat ketidakmampuan sumsum
tulang dalam membentuk sel darah merah.

D. Menifestasi klinis
Tanda-tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat,
takikardi, sakit dada, dyspnea, nafas pendek, cepat lelah, pusing, kelemahan,
tinitus, penderita defisiensi yang berat mempunyai rambut rapuh dan halus, kuku
tipis rata mudah patah, atropi papila lidah mengakibatkan lidah tampak pucat,
licin, mengkilat, merah daging meradang dan sakit (Guyton, 1997). Manifestasi
klinis anemia besi adalah pusing, cepat lelah, takikardi, sakit kepala, edema mata
kaki dan dispnea waktu bekerja. (Gasche C., 1997:126).
Menurut (Handayani.,Haribowo. 2008), tanda dan gejala dari anemia,
meliputi:
1. Lemah, Letih, Lesu, Lelah, Lunglai (5L).
2. Sering mengeluhkan pusing dan mata berkunang-kunang.
3. Gejala lebih lanjut, adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan
menjadi pucat.

E. Patofisiologi.
Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa mengandung rata-rata 3 – 5 gr besi,
hampir dua pertiga besi terdapat dalam hemoglobin dilepas pada proses penuaan
serta kematian sel dan diangkat melalui transferin plasma ke sumsum tulang
untuk eritropoiesis. Pada peredaran zat besi berkurang, maka besi dari diet
tersebut diserap oleh lebih banyak. Besi yang dimakan diubah menjadi besi keto
dalam lambung dan duodenum, penyerapan besi terjadi pada duodenum dan
jejenum proksimal, kemudian besi diangkat oleh tranferin plasma ke sumsum
tulang, untuk sintesis hemoglobin atau ke tempat penyimpanan di jaringan.
Pembentukan Hb terjadi pada sumsum tulang melalui semua stadium
pematangan besi merupakan susunan atau sebuah molekul dan hemoglobin, jika
zat besi rendah dalam tubuh maka pembentukan eritrosit atau eritropoetin akan
mengganggu sehingga produksi sel darah merah berkurang, sel darah merah yang
berkurang atau menurun mengakibatkan hemoglobin menurun sehingga
transportasi oksigen dan nutrisi ke jaringan menjadi berkurang, hal ini
mengakibatkan metabolisme tubuh menurun (Price,1995).
F. Pathway

G. Komplikasi yang muncul


 Komplikasi umum akibat anemia adalah:
1. gagal jantung
2. kejang
3. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
4. Daya konsentrasi menurun
5. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
H. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaa penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan diagnose anemia
adalah (Handayani, 2008):
1. Pemeriksaan laboratorium hematologis
a. Tes penyaring: dilakukan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.
Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen, seperti
kadar hemoglobin, indeks eritrosit (MCV, MCH, dan MCHC), asupan
darah tepi.
b. Pemeriksaan rutin: untuk mengetahui kelainan pada sistem leukosit dan
trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap darah (LED),
hitung diferensial, dan hitung retikulosit.
c. Pemeriksaan sumsum tulang: dilakukan pada kasus anemia dengan
diagnosis definitive meskipun ada beberapa kasus diagnosisnya tidak
memerlukan pemeriksaan sumsum tulang.
2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis
a. Faal ginjal
b. Faal endokrin
c. Asam urat
d. Faat hati
e. Biakan kuman
3. Pemeriksaan penunjang lain
a. Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan hispatologi.
b. Radiologi: torak, bone survey, USG, atau limfangiografi.
c. Pemeriksaan sitogenetik.
d. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR: polymerase chain reaction FISH:
fluorescence in situ hybridization).

I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
Menurut Engram, (1999). penatalaksanaan pada pasien dengan anemia yaitu :
1. Memperbaiki penyebab dasar.
2. Suplemen nutrisi (vitamin B12, asam folat, besi
3. Transfusi darah.

J. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses keperawatan, pengkajian
keperawatan ini bertujuan untuk menggali atau mendapatkan data utama tentang
kesehatan pasien baik itu fisik, psikologis, maupun emosional. (Debora, 2013)
Menurut Ardiyansyah, (2012) yang harus dikaji pada klien yang mengalami penyakit
anemia adalah:
1. Identitas
Anamnesis terdiri dari identitas pasien meliputi nama, usia, jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, no. register, tanggal MRS, dan
diagnosa medis.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan pasien kasus
anemia adalah lemah dan pucat pada daerah wajah.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Keletihan, kelemahan, malaise umum, kebutuhan untuk tidur dan
istirahat,depresi,sakit kepala, kesulitan menelan, penurunan penglihatan,dan
kemampuan untuk beraktivitas menurun.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Kecendrungan keluarga untuk anemia, keluarga adaah vegetarian berat social
ekonomi yang rendah.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik menurut Ardiyansyah, (2012) adalah :
1) Kesadaran: pada awalnya compos mentis, adalah perasaan tidak berdaya.
2) Respirasi: tidak mengalami gangguan.
3) Kardiovaskuler: hipotensi, takikardia, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian
kapiler lambat (vasokontriksi), warna kulit pucat, sianosis, dan kulit/ membrane
mukosa berkeringat (status shock, nyeri akut).
4) Persarafan: pucat dan tampak lemah sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran
dapat terganggu, disorientasi/bingung,.
4. .Pola – pola fungsi
Pengkajian pasien dengan anemia (Marrelli. 2008) meliputi :
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ;
penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah.
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak. Tanda : takikardia/ takipnae ;
dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan
kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.
Ataksia, tubuh tidak tegak. Bah
menurun, postur lunglai, berjalan lambat.
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis,
menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat
endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).Tanda : TD :
peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi
postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau
depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB).
Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva,
mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat
dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP)
atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB).
Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan
vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok
(koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara
premature (AP).
3) Integritas ego
Gejala: keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,
misalnya penolakan transfusi darah. Tanda : depresi.
4) Eleminasi
Gejala: riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi.
Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala: penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan
produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus
pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat
badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung
jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB). Tanda : lidah tampak merah
daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa
kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB).
Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir
dengan sudut mulut pecah. (DB).
6) Neurosensori
Gejala: sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan
pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi
kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya.
Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum.
Ptekie dan ekimosis (aplastik).
10) Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB).
Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten. Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
5. Analisa data
Tabel 3.1 Analisa Data
Symptom Etiologi Problem
Gangguan perfusi jaringan
Absorpsi Fe,b12 dan asam folat berkurang

Eritrosit tidak sempurna

Hemolisis

Transportai O2 menurun

Gangguan perfusi jaringan

1. Keluhan nyeri Absorpsi Fe,b12 dan asam folat berkurang Nyeri akut
2. Tampak meringis
Eritrosit tidak sempurna
3. Sikap protektif
Hemolisis

Transportai O2 menurun

Hipoksia jaringan

Resistensi tubuh menurun

Nyeri akut

Sumber : SDKI (2016)


B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan transfortasi O2 menurun

C. Intervensi Keperawatan.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN: GANGGUAN PERFUSI JARINGAN.
Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI

Gangguan perfusi jaringan Dalam x24 jam setelah Observasi


dilakukan tindakan  Periksa sirkulasi perifer.
Batasan keperawatan tingkat ( nadi, edema, warna, suhu, )
karakteristik gangguan perfusi jaringan  Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi ( diabetes, perokok,
 Warna kulit pucat klien menunjukkan : hipertensi dan kolestrol.)
 Pengisian kapiler > 3 1. Warna kulit pucat (cukup  Indikasi skala nyeri
detik menurun)  Monitor panas kemerahan, nyeri pada ektremitas.
 Nadi perifer menurun 2. Edema perifer (menurun)
 Akral teraba dingin 3. Kelemahan otot Terapeutik
 Turgor kulit menurun. (meningkat)  Hindari pemasangan infuse atau pengambian darah di area
4. Pengisian kapiler (cukup keterbatasan perfusi
Faktor yang berhubungan membaik)  Hindari pengukuran tekanan darah pada keterbatasan perfusi
 Hiperglikemia  Lakukan perawatan kaki dan kuku.
 Peningkatan tekanan Edukasi
darah
 Penurunan konsentrasi  Anjurkan berhenti merokok
hemoglobin  Anjurkan berolaraga rutin
 Kurang aktivitas fisik  Anjurkan program rehabiitasi vaskuler
 Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN: NYERI AKUT
Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI

Nyeri Akut Dalam x24 jam setelah  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
dilakukan tindakan nyeri
Batasan karakteristik keperawatan tingkat nyeri  Indikasi skala nyeri
 Keluhan nyeri klien menunjukkan :  Identifikasi skala nyeri non verbal
 Meringis 1. Frekuensi nadi (cukup membaik)  Identifikasi faktor yang memperberat dan meringankan nyeri
 Sikap protektif 2. Pola nafas (cukup membaik)  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Gelisah 3. Keluhan nyeri (menurun  Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Kesulitan tidur 4. Meringis (menurun)  Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Menarik diri 5. Kesulitan tidur (menurun)  Memantau keberhasilan terapi komplementer yang sudah
 Berfokus pada diri sendiri diberikan
 Diaphoresis  Memantau efek samping penggunaan analgetik
 Perasaan depresi  Berikan tehnik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(tertekan) (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback,
 Perasaan takut mengalami terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
cedera berulang
 Anoreksia hangat/dingin, terapi bermain)
 Perineum terasa tertekan  Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
 Uterus teraba membulat ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Ketegangan otot  Fasilitasi istirahat tidur
 Pupil dilatasi  Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam memilihkan strategi
 Mual meredakan nyeri
 Muntah  Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Frekuensi nadi  Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Pola nafas  Anjurkan memantau nyeri secara mandiri
 Tekanan darah  Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Proses berfikir  Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
 Fokus  Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
 Fungsi berkemih
 Prilaku
 Nafsu makan
 Pola tidur
Faktor yang berhubungan
 Kondisi pembedahan
 Cedera traumatis
 Infeksi
 Sindrom koroner akut
 Glaucoma visual
analogue scale atau
numeric rating scale
untuk usia diatas 7 tahun
D. Tindakan Keperawatan
Merupakan tahap ke empat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan
berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam
rencana keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal
diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungn pada pasien, tehnik komunikasi,
kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari pasien serta
dalam memahami tingkat perkembngan pasien (Nursalam, 2006)
Menurut Nursalam, (2006) Tindakan keperawatan mencakup tindakan independent
(mandiri), dan kolaborasi.
1. Tindakan mandiri adalah aktifitas keperawatan yang didasarkan pada kesimpulan
atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas
kesehatan lain.
2. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama
seperti dokter dan petugas kesehatan lain.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai (Nursalam, 2006)
Menurut Nursalam, (2006) evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang
operasional dengan pengertian:
S : Ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara obyektif oleh keluarga setelah
diberikan implementasi keperawatan.
O : Kedaan subyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamat
yang objektif setelah implemnatsi keperawatan.
A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan masalah
keluarga yang dibandingkan dengan krietria dan standar yang telah ditentukan mengacu
pada tujuan rencana keperawatan keluarga.
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis pada tahap ini ada 2
evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Handayani.,Haribowo. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Sistem
Gangguan Haemotologi. Jakarta: Salemba Medika.
Mansjoer, A. (2002). Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius. Jakarta.FKUI.
Profil RM RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo, 2019. Profil Kesehatan. Lampung:
ProvinsiLampung.
Smeltzer, 2013.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Dan Bedah II cetakan 5. Jakarta.EGC
Tjokroprawiro, 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Suarabaya: Airlangga Universitas
Press.
TM. Marrelli. 2008. Buku Saku Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Waterbury, 2001. Buku Saku Hematologi. Jakarta: EGC.
Winkjosastro, H, dkk. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina PustakaSarwono
Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai