Oleh :
NITA SULASTIA W.
069 STYC 17
.
1. KONSEP DASAR ANEMIA.
A. Definisi
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin
atau hematokrit di bawah normal (Brunner & Suddarth, 2000:22).
Anemia adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin lebih rendah dari nilai
normal (Emma, 1999).
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih
rendah dari harga normal yaitu bila Hb < 14 g/dL dan Ht < 41%, pada pria atau Hb <
12 g/dL dan Ht < 37% pada wanita (Mansjoer,1999:547).
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin
(Hb) atau hematokrit (Ht) dibawah normal. Anemia menunjukkan suatu status
penyakit atau perubahan fungsi tubuh.
Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin
yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan
tubuh. Secara laboratoris, anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar hemoglobin
serta hitung eritrosit dan hematokrit dibawah normal (Handayani.,Haribowo. 2008).
D. Patofisiologi.
Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa mengandung rata-rata 3 – 5 gr besi,
hampir dua pertiga besi terdapat dalam hemoglobin dilepas pada proses penuaan
serta kematian sel dan diangkat melalui transferin plasma ke sumsum tulang untuk
eritropoiesis. Pada peredaran zat besi berkurang, maka besi dari diet tersebut diserap
oleh lebih banyak. Besi yang dimakan diubah menjadi besi keto dalam lambung dan
duodenum, penyerapan besi terjadi pada duodenum dan jejenum proksimal,
kemudian besi diangkat oleh tranferin plasma ke sumsum tulang, untuk sintesis
hemoglobin atau ke tempat penyimpanan di jaringan. Pembentukan Hb terjadi pada
sumsum tulang melalui semua stadium pematangan besi merupakan susunan atau
sebuah molekul dan hemoglobin, jika zat besi rendah dalam tubuh maka
pembentukan eritrosit atau eritropoetin akan mengganggu sehingga produksi sel
darah merah berkurang, sel darah merah yang berkurang atau menurun
mengakibatkan hemoglobin menurun sehingga transportasi oksigen dan nutrisi ke
jaringan menjadi berkurang, hal ini mengakibatkan metabolisme tubuh menurun
(Price,1995).
E. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaa penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan diagnose anemia
adalah (Handayani, 2008):
1. Pemeriksaan laboratorium hematologis
a. Tes penyaring: dilakukan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.
Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen, seperti kadar
hemoglobin, indeks eritrosit (MCV, MCH, dan MCHC), asupan darah tepi.
b. Pemeriksaan rutin: untuk mengetahui kelainan pada sistem leukosit dan
trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap darah (LED),
hitung diferensial, dan hitung retikulosit.
c. Pemeriksaan sumsum tulang: dilakukan pada kasus anemia dengan diagnosis
definitive meskipun ada beberapa kasus diagnosisnya tidak memerlukan
pemeriksaan sumsum tulang.
2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis
a. Faal ginjal
b. Faal endokrin
c. Asam urat
d. Faat hati
e. Biakan kuman
3. Pemeriksaan penunjang lain
a. Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan hispatologi.
b. Radiologi: torak, bone survey, USG, atau limfangiografi.
c. Pemeriksaan sitogenetik.
d. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR: polymerase chain reaction FISH:
fluorescence in situ hybridization).
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
Menurut Engram, (1999). penatalaksanaan pada pasien dengan anemia yaitu :
1. Memperbaiki penyebab dasar.
2. Suplemen nutrisi (vitamin B12, asam folat, besi
3. Transfusi darah.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses keperawatan, pengkajian keperawatan ini
bertujuan untuk menggali atau mendapatkan data utama tentang kesehatan pasien baik itu fisik, psikologis,
maupun emosional. (Debora, 2013)
Menurut Ardiyansyah, (2012) yang harus dikaji pada klien yang mengalami penyakit anemia adalah:
1. Identitas
Anamnesis terdiri dari identitas pasien meliputi nama, usia, jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, no. register, tanggal MRS, dan
diagnosa medis.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan pasien kasus
anemia adalah lemah dan pucat pada daerah wajah.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Keletihan, kelemahan, malaise umum, kebutuhan untuk tidur dan
istirahat,depresi,sakit kepala, kesulitan menelan, penurunan penglihatan,dan
kemampuan untuk beraktivitas menurun.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Kecendrungan keluarga untuk anemia, keluarga adaah vegetarian berat social
ekonomi yang rendah.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik menurut Ardiyansyah, (2012) adalah :
1) Kesadaran: pada awalnya compos mentis, adalah perasaan tidak berdaya.
2) Respirasi: tidak mengalami gangguan.
3) Kardiovaskuler: hipotensi, takikardia, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambat
(vasokontriksi), warna kulit pucat, sianosis, dan kulit/ membrane mukosa berkeringat (status shock, nyeri
akut).
4) Persarafan: pucat dan tampak lemah sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu,
disorientasi/bingung,.
4. .Pola – pola fungsi
Pengkajian pasien dengan anemia (Marrelli. 2008) meliputi :
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan
semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur
dan istirahat lebih banyak. Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja
atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.
Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bah
menurun, postur lunglai, berjalan lambat.
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis,
menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat
endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).Tanda : TD :
peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi
postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau
depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB).
Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut,
faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak
sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon
terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler
melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku :
mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah
putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
3) Integritas ego
Gejala: keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya
penolakan transfusi darah. Tanda : depresi.
4) Eleminasi
Gejala: riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan
haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala: penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan
produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada
faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak
pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah
liat, dan sebagainya (DB). Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi
asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit :
buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status
defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
6) Neurosensori
Gejala: sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada
radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker.
Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan
penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie
dan ekimosis (aplastik).
10) Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB).
Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten. Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
5. Analisa data
Tabel 3.1 Analisa Data
Symptom Etiologi Problem
DS : Gangguan perfusi
Absorpsi Fe,b12 jaringan
dan asam folat
berkurang
Eritrosit tidak
sempurna
Hemolisis
Transportai O2
menurun
Gangguan
perfusi jaringan
Gag
Hemolisis
Transportai O2
menurun
Hipoksia jaringan
Resistensi tubuh
menurun
Nyeri akut
C. Intervensi Keperawatan.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN: GANGGUAN PERFUSI JARINGAN.
Diagnosa SLKI
Tindakan
Keperawatan
Gangguan perfusi jaringan
Dalam x24 jam setelah Periksa sirkulasi
dilakukan tindakan perifer.
Batasan keperawatan tingkat ( nadi, edema,
karakteristik gangguan perfusi jaringan warna, suhu, )
Warna klien menunjukkan : Identifikasi
kulit pucat
1=menurun faktor resiko
Pengisian
2=cukup menurun gangguan
kapiler3=sedang
> 3 sirkulasi
detik 4=cukup meningkat ( diabetes,
Nadi 5=meningkat perokok,
perifer hipertensi dan
menurun
1=meningkat kolestrol.)
Akral 2=cukup meningkat Indikasi skala
teraba 3=sedang nyeri
dingin 4=cukup menurun Monitor panas
Turgor5=menurun kemerahan, nyeri
kulit pada ektremitas.
menurun.
1=memburuk
2=cukup memburuk Terapeutik
Faktor 3=sedang
yang Hindari
berhubungan 4=cukup membaik pemasangan
Hiperglike
5=membaik infuse atau
mia pengambian
Peningkata darah di area
n tekanan keterbatasan
darah perfusi
Penurunan Hindari
konsentrasi pengukuran
hemoglobi tekanan darah
n pada
Kurang keterbatasan
aktivitas perfusi
fisik Lakukan
perawatan kaki
dan kuku.
Edukasi
Anjurkan
berhenti
merokok
Anjurkan
berolaraga rutin
Anjurkan
program
rehabiitasi
vaskuler
Ajarkan program
diet untuk
memperbaiki
sirkulasi.
D. Tindakan Keperawatan
Merupakan tahap ke empat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan
berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam
rencana keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya
bahaya-bahaya fisik dan perlindungn pada pasien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam
prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari pasien serta dalam memahami tingkat
perkembngan pasien (Nursalam, 2006)
Menurut Nursalam, (2006) Tindakan keperawatan mencakup tindakan independent
(mandiri), dan kolaborasi.
1. Tindakan mandiri adalah aktifitas keperawatan yang didasarkan pada kesimpulan atau
keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan
lain.
2. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama seperti
dokter dan petugas kesehatan lain.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai (Nursalam, 2006)
Menurut Nursalam, (2006) evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang
operasional dengan pengertian:
S : Ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara obyektif oleh keluarga setelah
diberikan implementasi keperawatan.
O : Kedaan subyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamat yang
objektif setelah implemnatsi keperawatan.
A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan masalah keluarga
yang dibandingkan dengan krietria dan standar yang telah ditentukan mengacu pada tujuan
rencana keperawatan keluarga.
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis pada tahap ini ada 2
evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat.
Daftar pustaka
Handayani.,Haribowo. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Sistem Gangguan Haemotologi. Jakarta: Salemba Medika.
Mansjoer, A. (2002). Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius. Jakarta.FKUI.
Profil RM RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo, 2019. Profil Kesehatan. Lampung: ProvinsiLampung.
Smeltzer, 2013.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Dan Bedah II cetakan 5. Jakarta.EGC
Tjokroprawiro, 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Suarabaya: Airlangga Universitas Press.
TM. Marrelli. 2008. Buku Saku Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Waterbury, 2001. Buku Saku Hematologi. Jakarta: EGC.
Winkjosastro, H, dkk. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
PustakaSarwono Prawirohardjo.
SS