Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN Ny.

F
PADA PASIEN ANEMIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
UTAMA PERFUSI PERIFER TIDAK EFEKTIF DI RUANG DAHLIA
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu


Tugas Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh:
Hery Pranoto
NIM 202302186

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER B19


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2023

1
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Perfusi jaringan perifer tidak efektif adalah penurunan sirkulasi darah
pada level kapiler yang dapat mengganggu metabolisme tubuh (SDKI, 2017)
Perfusi jaringan perifer tidak efektif adalah keadaan dimana individu
mengalami atau beresiko mengalami suatu penurunan dalam nutrisi dan
pernafasan pada tingkat seluler perifer suatu penurunan dalam suplai darah
kapiler (Nurarif.A.H. & Kusuma. H, 2015)
Perfusi jaringan perifer tidak efektif adalah keadaan dimana seorang
individu mengalami atau beresiko mengalami suatu penurunan sirkulasi darah
ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan (Herdman, T.H dan Kamitsuru,
2018)

B. Etiologi
Menurut SDKI (2016) penyebab dari perfungsi perifer tidak efektif adalah :
1. Hiperglikemia
2. Penurunan konsentrasi hemoglobin
3. Peningkatan tekanan darah
4. Kekurangan volume cairan
5. Penurunan aliran arteri/vena
6. Kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat (mis. Merokok, gaya
hidup monoton, trauma, obesitas, asupan garam, imobilitas)
7. Kurang terpapar informasi tentang proses penyakit (mis.diabetes melitus,
hiperlipidemia)
8. Kurang aktivitas fisik

C. Batasan Karakteristik
Menurut SDKI (2016) batasan karakteristik dari perfusi perifer tidak efektif
adalah:
Gejala dan tanda mayor :

1
1. Subjektif
Tidak tersedia
2. Objektif
a. Pengisian kapiler > 3detik Nadi perifer menurun atau tidak teraba
b. Akral teraba dingin
c. Warna kulit pucat
d. Turgor kulit menurun
Gejala dan tanda minor :
1. Subjektif
a. Parastesia
b. Nyeri ekstremitas
2. Objektif
a. Edema
b. Penyembuhan luka lambat
c. Indeks ankle-brachial<0,90
d. Bruit femoral
D. Kondisi Klinis Terkait
Menurut PPNI 2017 kondisi klinis terkait perfusi perifer tidak efektif adalah :
1. Tromboflebitis
2. Diabetes Melitus
3. Anemia
4. Gagal jantung kongestif
5. Kelainan jantung kongenital
6. Trombosis arteri
7. Varises
8. Trombosis vena dalam
9. Sindrom kompartemen
E. Patofisiologi dan Pathway
Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum

2
tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor,
atau akibat penyebab yang tidak diketahui. Lisis sel darah merah terjadi dalam
sel fagositik atau dalam sistem retikulo endothelial, terutama dalam hati dan
limpa. Sebagai hasil sampingan dari proses tersebut, bilirubin yang terbentuk
dalam fagositi akan memasuki aliran darah.
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, maka
hemoglobin akan muncul dalam plasma. Apabila konsentrasi plasmanya
melebihi kapasitas hemoglobin plasma, makan hemoglobin akan berdifusi
dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urin. Pada dasarnya gejala anemia
timbul karena dua hal, yaitu anoksia organ target karena berkurangnya jumlah
oksigen yang dapat dibawa oleh darah ke jaringan dan mekanisme kompensasi
tubuh terhadap anemia. Kombinasi kedua penyebab ini akan menimbulkan
gejala yang disebut sindrom anemia (Handayani, 2018).
Berdasarkan proses patofisiologi terjadinya anemia, dapat digolongkan
pada tiga kelompok (Handayani & Haribowo,. 2018) :
1. Anemia akibat produksi sel darah merah yang menurun atau gagal
Pada anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu
sedikit atau sel darah merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan baik.
Hal ini terjadi akibat adanya abnormalitas sel darah merah atau
kekurangan mineral dan vitamin yang dibutuhkan agar produksi dan kerja
dari eritrosit berjalan normal. Kondisi kondisi yang mengakibatkan anemia
ini antara lain sickle cell anemia, gangguan sumsum tulang dan stem cell,
anemia defisiensi zat besi, vitamin B12, dan Folat, serta gangguan
kesehatan lain yang mengakibatkan penurunan hormon yang diperlukan
untuk proses eritropoesis.
2. Anemia akibat penghancuran sel darah merah
Bila sel darah merah yang beredar terlalu rapuh dan tidak mampu
bertahan terhadap tekanan sirkulasi maka sel darah merah akan hancur
lebih cepat sehingga menimbulkan anemia hemolitik. Penyebab anemia
hemolitik yang diketahui atara lain:
a. Keturunan, seperti sickle cell anemia dan thalassemia

3
b. Adanya stressor seperti infeksi, obat obatan, bisa hewan, atau
beberapa jenis makanan
c. Toksin dari penyakit liver dan ginjal kronis
d. Autoimun
e. Pemasangan graft, pemasangan katup buatan, tumor, luka bakar,
paparan kimiawi, hipertensi berat, dan gangguan thrombosis
3. Anemia akibat kehilangan darah
Anemia ini dapat terjadi pada perdarahan akut yang hebat ataupun
pada perdarahan yang berlangsung perlahan namun kronis. Perdarahan
kronis umumnya muncul akibat gangguan gastrointestinal (misal ulkus,
hemoroid, gastritis, atau kanker saluran pencernaan), penggunaan obat
obatan yang mengakibatkan ulkus atau gastritis, menstruasi, dan proses
kelahiran.

4
Pathway

5
F. Diagnosa yang Mungkin Muncul
1. Perfusi perifer tidak efektif
2. Defisit perawatan diri
3. Gangguan mobilitas fisik
4. Pola nafas tidak efektif
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan
diagnose anemia adalah (Handayani, 2018):
1. Pemeriksaan laboratorium hematologis
a. Tes penyaring
Dilakukan pada tahap awal pada setiap kasus anemia. Pemeriksaan ini
meliputi pengkajian pada komponen-komponen, seperti kadar
hemoglobin, indeks eritrosit (MCV, MCH, dan MCHC), asupan darah
tepi.
b. Pemeriksaan rutin
Untuk mengetahui kelainan pada sistem leukosit dan trombosit.
Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap darah (LED), hitung
diferensial, dan hitung retikulosit.
c. Pemeriksaan sumsum tulang
Dilakukan pada kasus anemia dengan diagnosis definitive meskipun ada
beberapa kasus diagnosisnya tidak memerlukan pemeriksaan sumsum
tulang.
2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis
a. Faal ginjal
b. Faal endokrin
c. Asam urat
d. Faal hati
e. Biakan kuman
3. Pemeriksaan penunjang lain
a. Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan hispatologi.
b. Radiologi: torak, bone survey, USG, atau limfangiografi.

6
c. Pemeriksaan sitogenetik.
d. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR: polymerase chain reaction,
FISH: fluorescence in situ hybridization).
H. Fokus Pengkajian
1. Identitas diri klien
a. Pasien (diisi lengkap) : Nama, tempat/tgl lahir, umur, jenis kelamin,
alamat, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,
lama bekerja, Tgl masuk RS.
b. Penangung jawab (diisi lengkap) : sumber informasi, kelurga terdekat
yang dapat dihubungi, pendidikan, pekerjaan,alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama, biasanya ditemukan jantung berdebar-debar,
kelemahan, sesak nafas, ataupun penurunan kesadaran.
b. Riwayat penyakit sekarang, yaitu apakah klien pernah menderita
penyakit yang sama sebelumnya atau yang menjadi factor resiko
seperti pernah terpapar radiasi ataupun gaya hidup.
c. Riwayat penyakit keluarga, yaitu apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama sebelumnya.
3. Pengkajian kebutuhan dasar manusia
a. Aktivitas/istirahat
b. Sirkulasi
c. Integritas ego
d. Eliminasi
e. Makanan/cairan
f. Nyeri/ketidaknyamanan
g. Keamanan
h. Penyuluhan/pembelajaran
i. Neurosensori
j. Respirasi

7
I. Intervensi Masalah Keperawatan Utama
Dx : Perfusi perifer tidak efektif
SIKI : Perawatan Sirkulasi (I.02079)
Perawatan Sirkulasi (I.02079)
Observasi :
1. Periksa sirkulasi perifer (mis, nadi perifer, edema, pengisian kapiler,
warna, suhu)
Terapeutik :
1. Lakukan pencegahan infeksi
2. Anjurkan diit yang tepat (rendah lemak jenuh, minyak ikan omega 3 )
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian tranfusi darah PRC
2. Kolaborasi pemberian obat
J. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan sebuah fase dimana perawat
melaksanakan rencana atau intervensi yang sudah dilaksanakan sebelumnya
(Koizer, dkk., 2011). Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas
spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Tindakan-tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas
observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2017).
Implementasi keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan kreativitas
perawat.Sebelum melakukan tindakan, perawat harus mengetahui alasan
mengapa tindakan tersebut dilakukan. Implementasi keperawatan berlangsung
dalam tiga tahap. Fase pertama merupakan fase persiapan yang mencakup 18
pengetahuan tentang validasi rencana, implementasi rencana, persiapan
pasien dan keluarga. Fase kedua merupakan puncak implementasi
keperawatan yang berorientasi pada tujuan. Fase ketiga merupakan transmisi
perawat dan pasien setelah implementasi keperawatan selesai dilakukan
(Asmadi, 2008)

8
K. Evaluasi Keperawatan
Menurut Dermawan (2012) evaluasi keperawatan adalah aktivitas yang
direncanakan, berkelanjutan, dan terarah, ketika pasien dan professional
kesehatan menentukan kemajuan pasien menujun pencapaian tujuan/hasil dan
keefektifan rencana asuhan keperawatan. Evaluasi asuhan keperawatan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP ( Subjektif, Objektif, Assessment,
Planing ).
Adapun komponen SOAP yaitu :
1. S (subjektif) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari pasien
setelah tindakan diberikan
2. O (objektif) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan
3. A (assessment) adalah membandingkan antara informasi subjektif dan
objektif
4. P (planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa.

9
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian

10
11
12
13
14
B. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Hematologi
Tanggal 04/10/2021 jam 15.10 WIB
No Jenis Hasil Nilai Normal Satuan Kesimpulan
Pemeriksaan
1. Hemoglobin 7.4 11.7-15.5 g/dL Sangat
rendah
2. Leukosit 3460 3600-11000 /ul Rendah

3. Hematokrit 23 35-47 % Sangat


Rendah
4. Eritrosit 1.7 3.80-5.20 10^6/uL Rendah

5. Trombosit 134000 150000-440000 /uL Rendah

6. MCV 75.1 80-100 IL Rendah

7. MCH 25.4 26-34 Pg/cell Rendah

8. Eosinofil 0.0 2-4 % Rendah

9. Batang 0.6 3-5 % Rendah

10. Segmen 47.4 50-70 % Rendah

11. Limfosit 46.2 25-40 % Tinggi

12. Neutrofil 48.0 50.0-70.0 % Rendah

Terapi Obat
No Jenis Obat Dosis Indikasi
20 Merupakan cairan kristaloid yang
1 Inf NS
TPM sering ditemui
Menghambat sekresi asam lambung
2 Inj. Ranitidin 50 mg
yang berlebih
3 MP 62,5 untuk meredakan peradangan pada

15
berbagai kondisi, termasuk radang
mg sendi, radang usus, asma, psoriasis,
lupus, hingga multiple sclerosis
Mencegah terjadinya kecacatan pada
4 Asam folat 1 mg
otak dan saraf
Untuk mencegah proses rejeksi pada
5 Sandimun 50 mg pasien yang telah menerima
transplantasi ginjal, jantung atau hati

Gambaran Darah Tepi


Kesan :
Anemia mikrositik hipokromik, leukositopenia, trombositopenia,DD/ - Anemia
e.c penyakit kronik dengan tanda hemolitik dan infeksi/inflamasi
- Anemia hemolitik dengan tanda infeksi/inflamasi
- Hemoglobinopati dengan tanda infeksi/inflamasi

C. Analisa Data
N Data Fokus Masalah Penyebab
o
DS :
- Klien mengatakan lemas,
pusing, tangan kanan dan kaki
terasa dingin
DO :
- Tangan dan kaki klien teraba
dingin
Perfusi Penurunan
- Klien tampak pucat
1 perifer tidak konsentrasi
- Konjungtiva anemis
efektif hemoglobin
- Hemoglobin 7.4 g/dL
- Hematokrit 23%
- CRT > 2 detik
- TD : 110/60 mmHg
- N : 99 x/mnt
- S :36,4oC
- RR : 20 x/mnt
2 DS : Defisit Kelemahan
- klien mengatakan mandi, perawatan
menggunakan pakaian, ketoilet diri

16
untuk BAK/BAB di bantu oleh
keluarga
DO :
- Klien tampak dibantu oleh
keluarga dalam melakukan
perawatan diri

D. Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin
2. Defisit perawatan diri b.d kelemahan

E. Intervensi Keperawatan
N Dx Kep Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
o (SDKI)
1 Perfusi Setelah dilakukan Perawatan Sirkulasi
perifer tindakan selama 2x8 jam (I.02079)
tidak diharapkan masalah Observasi :
efektif 1. Periksa sirkulasi perifer
keperawatan perfusi
(mis, nadi perifer, edema,
perifer tidak efektif dapat
pengisian kapiler, warna,
teratasi dengan kriteria
suhu)
hasil :
Terapeutik :
Perfusi Perifer
(L.02011) 1. Lakukan pencegahan
1. Warna kulit pucat infeksi
menurun 2. Anjurkan diit yang tepat
2. Akral membaik (rendah lemak jenuh,
3. Hemoglobin
minyak ikan omega 3 )
membaik
Kolaborasi :
3. Kolaborasi pemberian
tranfusi darah PRC
4. Kolaborasi pemberian
obat
2 Defisit Setelah dilakukan Dukungan perawatan diri
perawatan tindakan selama 2x8 jam (I.11348)
diri diharapkan masalah Observasi :
- Identifikasi kebutuhan
keperawatan defisit
alat bantu kebersihan
perawatan diri dapat diri, berpakaian, berhias,
teratasi dengan kriteria dan makan

17
hasil : Terapeutik :
Perawatan diri - Siapkan keperluan
(L.11103) pribadi (mis. suasana
hangat, rileks, privasi)
1. Kemampuan mandi
Edukasi :
meningkat - Anjurkan melakukan
2. Kemampuan perawatan diri secara
mengenakan pakaian konsisten sesuai
meningkat kemampuan
3. Kemampuan ke
toilet (BAB/BAK)

F. Implementasi Keperawatan
Senin, 4 oktober 2021
Jam No Dx Implementasi Respon TTD
07.30 1&2 Mengkaji ku klien S:
- klien mengatakan
badannya lemas,
pusing, tangan dan
kakinya terasa dingin
- klien mengatakan
mandi, ke toilet dan
memakai pakaian di
bantu oleh keluarga
O:
- Tangan dan kaki klien
teraba dingin
- Klien tampak pucat
- Konjungtiva anemis
- CRT > 2 detik
07.45 1 Melihat hasil S : -
pemeriksaan lab O :
klien - Hemoglobin klien
4.4 g/Dl
- Hematokrit 13%
- Eritrosit 1.7
10^6/uL
08.00 1&2 Memberikan terapi S : -
farmakologis O:
- Inj. Ranitidin 50 mg
- MP 62,5 mg
- Asam folat 1 mg
- Sandimun 50 mg

18
08.30 1&2 Memonitor vital sign S :-
O:
- TD : 110/60 mmHg
- N : 99 x/mnt
- S :36,4oC
- RR : 20 x/mnt
08.45 1 Menganjurkan diit S : pasien mengatakan
yang tepat untuk paham apa yang telah
meningkatakn Hb dianjurkan oleh perawat
O : pasien tampak paham
09.00 2 Mengidentifikasi S:
kebutuhan alat bantu Klien mengatakan tadi
kebersihan diri, pagi mandi (diseka) di
berpakaian, berhias, bantu oleh keluarganya
dan makan O:-

10.00 1 Memberikan S : klien bersedia di beri


transfusi darah transfusi darah
O:
Tranfusi darah 250cc
10.0 1 Memantau transfusi S : -
darah O :Transfusi tampak
lancar
Selasa, 5 oktober 2021
Jam No Dx Implementasi Respon TTD
14.30 1&2 Mengkaji KU klien S : klien mengatakan
masih badannya lemas,
pusing, tangan dan
kakinya terasa dingin
O:
- Ujung tangan dan kaki
klien teraba dingin
- Klien tampak pucat
- Konjungtiva anemis
- CRT > 2 detik
16.45 2 Memberikan air S :
hangat untuk mandi Klien mengatakan akan
mandi dan di bantu oleh
keluarga
O:-

19
16.15 1 Memonitor vital sign S :-
O:
- TD : 117/63 mmHg
- N : 98 x/mnt
- S :37oC
- RR : 20 x/mnt
16.30 1&2 Memberikan terapi S : -
farmakologis O:
- Inj. Ranitidin 50 mg
- MP 62,5 mg
- Asam folat 1 mg
Sandimun 50 mg
18.30 1 Memberikan S : klien bersedia di beri
transfusi darah transfusi darah
O:
Tranfusi darah 250cc
19.00 1 Memantau transfusi S : -
darah O : transfusi darah
terpantau lancar
19.30 1 Memberikan S : pasien mengatakan
pengetahuan terkait paham apa yang telah
dengan diit untuk dianjurkan oleh perawat
meningkatkan Hb O : pasien tampak paham

G. Evaluasi Keperawatan
Senin,4 oktober 2021
No Evaluasi TTD
Dx
1 S : klien mengatakan badannya lemas, pusing, ujung tangan dan
kakinya terasa dingin
O:
- Ujung tangan dan kaki klien teraba dingin
- Klien tampak pucat
- Konjungtiva anemis
- CRT > 2 detik
A :Masalah keperawatan perfusi perifer tidak efektif belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Kolaborasikan pemberian obat dan tranfusi darah
- Pantau diit untuk meningkatkan hb

20
2 S : Klien mengatakan aktifitas seperti mandi, ke kamar mandi
dan memakai pakaian di bantu oleh keluarga
O : aktivitas klien tampak dibantu
A : Masalah defisit perawatan diri belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

Selasa, 5 oktober 2021


No Evaluasi TTD
Dx
1 S : klien mengatakan badannya lemas, pusing, ujung tangan dan
kakinya terasa dingin
O:
- Ujung tangan dan kaki klien teraba dingin
- Klien tampak pucat
- Konjungtiva anemis
- CRT > 2 detik
A :Masalah keperawatan perfusi perifer tidak efektif belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Kolaborasikan pemberian obat dan tranfusi darah
- Motivasi diit untuk meningkatkan hb
1 S : Klien mengatakan aktifitas seperti mandi, ke kamar mandi
dan memakai pakaian di bantu oleh keluarga
O : aktivitas klien tampak dibantu
A : Masalah defisit perawatan diri belum teratasi
P : Lanjutkan intenvensi

21
BAB III
PEMBAHASAN

Diagnosa medis yang muncul pada kasus ini adalah Anemia merupakan
keadaan menurunnya kadar hemoglobin hemotokrit dan jumlah sel darah merah di
bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan (Arisman, 2014)
Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus ini ada 2 yaitu perfusi
perifer tidak efektif dan defisit perawatan diri. Perfusi jaringan perifer tidak
efektif adalah penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat
mengganggu metabolisme tubuh (SDKI, 2017). Diagnosa perfusi perifer tidak
efektif muncul karena klien mengatakan lemas, pusing, tangan kanan dan kaki
terasa dingin, klien tampak pucat, konjungtiva anemis, hemoglobin 7.4 g/dL,
hematokrit 23%, CRT > 2 detik. Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi
seseorang yang tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan
diri. Karena untuk kebutuhan perawatan diri klieen dibantu oleh keluarganya.
Terapi non farmakologis yang dapat dilakukan adalah memberikan
edukasi atau pengetahuan terkait tentang diit untuk meningkatkan Hb. Untuk diit
pada pasien anemia dapat mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi zat
besi dapat meningkatkan Hb pada pasien anemia, telur merupakan jenis lauk
protein hewani yang murah, mudah didapakan dan salah satu makanan yang padat
nutrisi, kandungan nutrisi telur utuh mengandung lebih dari 90% kalsium dan zat
besi. Satu telur mengandung 6 gram protein berkualitas dan 9 asam amino
esensial. Nutrisi yang baik akan memfasilitasi penyembuhan dan bahkan dapat
menghindari keadaan malnutrisi. Zat besi dapat menggantikan darah yang hilang,
sedangkan protein merupakan zat yang bertanggung jawab sebagai blok
pembangun otot, jaringan tubuh, serta jaringan tulang (Supiati &Yulaikah, 2015).

22
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta: EGC


Arisman, MB. (2014). Buku Ajar Ilmu Gizi: Obesitas, Diabetes Melitus, &
Dislipidemia: Konsep, teori dan penanganan aplikatif. Jakarta: EGC.
Dermawan, D. (2012). Proses Keperawatan Penerapan Konsep & Kerangka Kerja
(1st ed.). Yogyakarta: Gosyen Publishing
Herdman, T.H. (2018). NANDA International Nursing Diagnoses: definitions and
classification 2018-2020. Jakarta: EGC
Kozier, B. 2011. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Nurarif , A. H., & Kusuma, H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.
Supiati, & Yulaikah, S. (2015). Pengaruh Konsumsi Telur Rebus Terhadap
Percepatan Penyembuhan Luka Perineum Dan Peningkatan Kadar
Hemoglobin Pada Ibu Nifas. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, 4(2), 141–
146.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017) Standar Diagnosa Keperawatan Indosensia
(1st ed). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Perasatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017) Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed). Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

23
24

Anda mungkin juga menyukai