Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

S DENGAN MASALAH KEPERAWATAN


UTAMA NYERI KRONIS PADA PASIEN TUMOR PARU DI RUANG DAHLIA RSUD
Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh:
Hery Pranoto
NIM: 202302186

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER B19


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2023
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Nyeri kronis adalah pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan dengan
kerusakan jaringan actual atau potensial, atau digambarkan sebagai suatu kerusakan,
awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas dari ringan hingga berat dan
berlangsung lebih dari 3 bulan (Tim Pokja SDKI DPP, 2017).
Nyeri adalah pengalaman sensori dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan
berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial yang dirasakan dalam
kejadian dimana terjadi kerusakan jaringan tubuh (Wahyudi & Abd. Wahid, 2016).
Menurut Wahyuningtyas, S.J (2015) nyeri kronis merupakan nyeri yang berlangsung
sampai melebihi perjalanan suatu penyakit akut, berjalan terus menerus sampai melebihi
waktu yang dibutuhkan untuk penyembuhan suatu trauma, dan terjadinya secara
berulang-ulang dengan interval waktu beberapa bulan atau beberapa tahun.

B. Etiologi

Menurut Tim Pokja SDKI DPP (2017) yaitu :


1. Kondisi muskuluskeletal kronik
2. Kerusakan sistem saraf
3. Penekanan saraf
4. Infiltrasi tumor
5. Kondisi pasca trauma
6. Gangguan imunitas
7. Gangguan fungsi metabolik

C. Batasan karakteristik

Menurut Tim Pokja SDKI DPP (2017), batasan karakteristik nyeri akut sebagai berikut:

Gejala dan tanda mayor


a. Subjektif : mengeluh nyeri, merasa depresi (tertekan)
b. Objektif : tampak meringis, gelisah, tidak mampu menuntaskan aktivitas
Gejala dan tanda minor
a. Subjektif : merasa takut mengalami cedera berulang
b. Objektif : bersikap menghindari nyeri, waspada, pola tidur berubah, anoreksia, fokus
menyempit, berfokus pada diri sendiri

D. Fokus Pengkajian
Dalam menentukan diagnosis suatu penyakit paru, dikenal berbagai macam cara
pemeriksaan, yaitu:
1. Anamnesis umum maupun khusus paru

3. Bakteriologi dari sputum atau sekrit bronkus/ cucian bronkus yang

diperoleh dengan bronkoskopi

4. Bronkoskopi

5. Patologi-anatomi/ sitologi dari specimen yang dicurigai

6. Pemeriksaan darah rutin

7. Analisa gas darah

8. Faal paru

9. Radiologi

10. Imunologi

11. Berbagai pemeriksaan mutahir yaitu CT Scan, PCR, dll.

E. Patofisiologi dan Pathway Keperawatan


Permulaan terjadinya tumor dimulai dengan adanya zat yang bersifat initiation
yang merangsang permulaan terjadinya perubahan sel. Diperlukan perangsangan yang
lama dan berkesinambungan untuk memicu timbulnya penyakit tumor. Iniciati agent
biasanya bisa berupa unsur kimia, fisik atau biologis yang berkemampuan bereaksi
langsung dan merubah struktur dasar dari komponen genetic (DNA). Keadaan
selanjutnya akibat keterpapaan yang lama ditandai dengan berkembangnya neoplasma
dengan terbentuknya formasi tumor. Hal ini dapat berlangsung lama, minggu bahkan
sampai tahunan. Tumor paru jika dibiarkan dapat berkembang menjadi kanker paru,
biasanya tumor ini berkembang di saluran nafas atau bagian alveolus. Meski demikian,
tidak menutup kemungkinan tumor ini menyebar keseluruh tubuh jika sudah menjadi
kanker stadium akut. Dengan demikian tumor merupakan penyakit genetik yang pada
permulaan terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya
bahkan mengenai organ lain (Amin, 2014).
Pathway

Zat intitation

Faktor biologis Faktor fisik (trauma


(gen, hormone, fisik, trauma
Faktor kimia
DNA) penyinaran, sinar
(ca,CO,Rn)
X,radiasi)

Perubahan sel

Neoplasma

Iritasi oleh massa


Tumor paru
tumor

Kerusakan Adanya massa pada


membrane alveoli paru Nyeri kronis

Penurunan ekspansi
Sesak nafas
paru
G. Pola tidur

Pola nafas tidak


efektif
F. Masalah Keperawatan Lain Yang Muncul
a. Nyeri kronis

b. Pola nasaf tdak efektif

c. Gangguan pola tidur

G. Intervensi Keperawatan

1. Nyeri kronis

Manajemen Nyeri (I.08238)


Observasi :

a. Identifikasi lokasi karekteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri


b. Identivikasi skala nyeri
c. Identifikasi respon nyeri non verbal
d. Identivikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
e. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
f. Monitor efek samping pemberian analgesik
Terapeutik

a. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri


b. Fasilitasi istirahat dan tidur
c. Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri
Edukasi
a. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
b. Anjurkan monitoring nyeri secara tepat
c. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgesik

2. Pola Nafas Tidak Efektif


Pemantauan Respirasi (I.01014)
Observasi
a. Monitor frekuensi irama, kedalaman, dan upaya nafas
b. Monitor pola nafas (bradpnea, takipnea, hiperfentilasi dll)
c. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
d. Monitor saturasi oksigen
e. Monitor adanya produksi sputum
Terapeutik
a. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
b. Dokumantasi hasil pemantauan

Edukasi

a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan


b. Informasikan hasil pemantauan.
3. Gangguan Pola Tidur
Dukungan tidur (I.05174)
Observasi
a. Identifikasi pola aktivitas tidur
b. Identifikasi faktor pengganggu tidur
c. Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur
d. Identifikasi obat tidur yang di konsumsi
Terapeutik
a. Modifikasi lingkungan
b. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
c. Fasilitasi menghilangkan stress waktu tidur
d. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
e. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan atau tindakan untuk menunjang siklus tidur
terjaga
Edukasi
a. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
b. Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu pola tidur
c. Ajarkan relaksasi otot autogenk atau cara nonfarmakologi lainnya
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Z., 2014. Kanker Paru. In: S. Setiati, et al. eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
InternaPublishing, pp. 2998-3007.

Nanda (2015). Diagnose keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC

PPNI. (2016). Standar Diagnosik Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator Diagnostik.
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Ristiyanto E., et all. Efektivitas Terapi Relaksasi Slow Deep Breathing (Sdb) Dan Relaksasi
Benson Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pasien Kanker Di Rs Tugurejo Semarang.
Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016). Standar Diagnosis Keprawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2018). Standar Luaran Keprawatan Indonesia Definisi dan Kritria
Hasil Keperawatan. Jakarta: PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2018). Standar Intervensi Keprawatan Indonesia Definisi
danTindakan Keperawatan. Jakarta: PPNI

Wahyudi & Abd. Wahid.(2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Mitra Wacana Medika

Anda mungkin juga menyukai