P DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN UTAMA NYERI AKUT DENGAN DIAGNOSA MEDIS
TUMOR APENDIKSITIS DI RUANG TERATAI RSUD PROF. DR.
MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
Disusun Oleh:
i
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui
(.......................................) (.......................................)
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................i
Halaman Pengesahan........................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian.............................................................................................1
B. Etiologi.................................................................................................1
C. Batasan Karakteristik............................................................................3
D. Patofisiologi dan Pathway....................................................................4
E. Diagnosa yang Mungkin Muncul.........................................................5
F. Pemeriksaan Penunjang........................................................................6
G. Penataklasanaan Nyeri Pasca Bedah....................................................6
H. Fokus Pengkajian..................................................................................7
I. Intervensi Keperawatan Utama.............................................................8
BAB II TINJAUAN KASUS..........................................................................10
BAB III PEMBAHASAN...............................................................................29
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................31
iii
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit atau
intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas yang
bervariasi ringan sampai berat dan berlangsung dalam waktu beberapa detik
hingga enam bulan (Andarmoyo, 2013).
B. Etiologi
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) tahun (2016)
penyebab nyeri dibagi menjadi tiga, yakni:
1. Agen pencedera fisiologis (mis, inflamasi, iskemia, neoplasma)
2. Agen pencedera kimiawi (mis, terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (mis, abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan).
1
d. Nyeri alih, nyeri berasal dari salah satu daerah di tubuh teapi dirasakan
terletak di daerah lain.
e. Nyeri neuropatik system syaraf secara normal menyalurkan rangsangan
yang merugikan dari system syaraf tepi (SST) ke system syaraf pusat
(SSP) menimbulkan nyeri.
f. Nyeri visera mengacu kepada nyeri yang berasal dari organ-organ
tubuh.
2
kalimat nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau superfisial,
atau bahkan seperti di gencet.
Region(R), untuk mengkaji lokasi, tenaga kesehatan meminta penderita
untuk menunjukkan semua bagian / daerah yang dirasakan tidak nyaman.
Untuk melokalisasi lebih spesifik maka sebaiknya tenaga kesehatan
meminta penderita untuk menunjukkan daerah yang nyerinya minimal
sampai kearah nyeri yang sangat. Namun hal ini akan sulit dilakukan
apabila nyeri yang dirasakan bersifat menyebar atau difuse.
Severe(S), tingkat keparahan merupakan hal yang paling subyektif yang
dirasakan oleh penderita, karena akan diminta bagaimana kualitas nyeri,
kualitas nyeri harus bisa digambarkan menggunakan skala yang sifatnya
kuantitas.
Time(T), tenaga kesehatan mengkaji tentang awitan, durasi dan rangkaian
nyeri. Perlu ditanyakan kapan mulai muncul adanya nyeri, berapa lama
menderita, seberapa sering untuk kambuh dll.
D. Batasan Karakteristik
Batasan karakteristik nyeri akut menurut Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (2016) adalah sebagai berikut :
1. Batasan Karakteristik Mayor
a. Subjektif
1) Mengeluh nyeri
b. Objektif
1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif (misal, waspada, posisi menghindari nyeri)
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Sulit tidur
3
2) Pola nafas berubah
3) Nafsu makan berubah
4) Proses berpikir terganggu
5) Menarik diri
6) Berfokus pada diri sendiri
7) Diaphoresis
Bila aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang
diikuti dengan ganggren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa.
Bila dinding yang telah rapuh itu pecah akan terjadi apendisitis perforasi. Bila
semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut
infiltrate apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau
menghilang. Omentum pada anak-anak lebih pendek dan apendiks lebih
panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya
4
tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadi perforasi. Sedangkan pada
orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah
Pathways
5
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang post operasi apendiktomi menurut Wijaya dan Putri
(2013) yaitu:
1. Laboratorium
Pada pemeriksaan ini leukosit meningkat rentang 10.000-18.00 mm³
kemudian neutrophil meningkat 75%, dan WBC meningkat sampai
20.000 mungkin indikasi terjadinya perforasi (jumlah sel darah merah)
2. Data Pemeriksaan Diagnostik
Radiologi yaitu pada pemeriksaan foto colon menunjukkan adanya batu
feses dan katup. Kemudian pada pemeriksaan barium enema
menunjukkan appendiks terisi barium hanya sebagian.
1. Farmakologis
a. Analgesik: yang diberikan pada pasien pasca bedah pada umumnya
menggunakan golongan non opioid (Andarmoyo, 2013). Golongan
non opioid yang sering diberikan adalah acetaminophen atau non
steroidal anti-inflamantory drugs (NSAIDs) dan digunakan untuk
menghilangkan nyeri ringan atau sedang.
b. Terapi simptomatis : pemberian golongan reseptor alfa-adrenergik
inhibitor mampu merelaksasikan otot polos prostat dan saluran kemih
akan lebih terbuka. Obat golongan 5-alfa-reduktase inhibitor mampu
menurunkan kadar dehidrotestosteron intraprostat, sehingga dengan
turunnya kadar testosterone dalam plasma maka prostatakan mengecil
(Prabowo, 2014).
2. Non farmakologis :
Banyak intervensi keperawatan nonfarmakologis yang dapat dilakukan
dengan mengkombinasikan pemberian analgesik dengan terapi
nonfarmakologis seperti distraksi dan relaksasi.
6
a. Relaksasi merupakan terapi perilaku-kognitif pada intervensi
nonfarmakologis yang dapat mengubah persepsi pasien tentang nyeri,
mengubah perilaku nyeri dan memberi pasien rasa pengendalian yang
lebih besar terhadap nyeri. Relaksasi akan menimbulkan respon
fisiologis seperti penurunan denyut nadi, penurunan konsumsi
oksigen, penurunan kecepatan pernapasan, penurunan tekanan darah
dan penurunan tegangan otot. Selain itu, relaksasi akan berdampak
terhadap respon psikologis yaitu menurunkan stress, kecemasan,
depresi dan penerimaan terhadap kontrol nyeri pasca bedah (Prabowo,
2014).
b. Distraksi adalah mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain sehingga
dapat menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri bahkan meningkatkan
toleransi terhadap nyeri (Prabowo, 2014).
I. Fokus Pengkajian
1. Status kesehatan
- Faktor pencetus
- Keluhan utama
- Timbulnya keluhan
- Diagnosa medik
7
- Pernah dirawat
- Operasi
- Riwayat alergi
- Status imunisasi
- Sifat nyeri ; ( P, Q, R, S, T, U, V )
No SLKI SIKI
Diagnosa (TUJUAN) (INTERVENSI)
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan intervensi Manajemen nyeri
(D.0077) b.d keperawatan selama 2 x 8 (l.08238)
agen cidera jam diharapkan nyeri teratasi a. Obsevasi
8
fisik b.d dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi lokasi,
mengeluh Tingkat nyeri (L.08066) karakteristik, durasi,
nyeri - Keluhan Nyeri frekuensi, kualitas,
menurun intensitas nyeri
- Gelisah menurun 2. Identifikasi skala nyeri
- Tampak menahan 3. Identifikasi
nyeri menurun pengetahuan dan
- Pola tidur membaik keyakinan tentang
nyeri
4. Monitor tentang
keberhasilan terapi
komplementer yang
sudah diberikan
5. monitor efek samping
penggunaan analgetik
b. Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
menurangi rasa nyeri
(mis. Relaksasi nafas
dalam, terapi dzikir)
untuk mengurangi
nyeri
2. kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
3. Fasilitasi Istirahat dan
tidur
c. Edukasi
1. Jelaskan penyebab
nyeri dan pemicu
nyeri
2. anjurkan
menggunakan
analgesic secara tepat
9
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
10
11
12
13
14
15
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium tanggal 09-01-2021
16
ANALISA DATA
Tanggal: 10/11/2020
No Data Pathway Masalah Keperawatan Etiologi
1 DS: Pasien mengatakan nyeri pada Tindakan pembedahan Nyeri akut Tindakan
perut bagian bawah bekas operasi pembedahan invasif
Tampak meringis
Berusaha melindungi area nyeri
dan sikap protektif
Mengeluh kesakitan
Terpasang Catheter 3 way no 24
dan traksi di paha kanan
Sulit tidur
17
2 DS: Adanya luka operasi Risiko infeksi Luka operasi
DO :
apabila perawatan luka tidak
- Tampak luka di daerah abdomen bersih maka menimbulkan
karena post operasi
- Luka masih tampak kemerahan
Resiko infeksi
- Post op H-1
3 DS: pasien mengatakan tidak bisa luka pada daerah operasi Defisit perawatan diri Nyeri
melakukan aktifitas apapun.
Semua diabntu keluarga
meningkat saat banyak
DO: bergerak
18
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
19
INTERVENSI
Tanggal: 11/11/2020
No. DX SLKI SIKI RASIONAL
D.0077 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri (I.08238) 1. Pasien mampu mengenali dan
selama 2x8 Jam masalah keperawatan mengontrol nyeri
1. Monitor terapi komplementer yang
Nyeri akut b.d agen cedera fisiologis 2. Mengkolaborasikan intervensi
dapat diatasi dengan Kriteria hasil : sudah diberikan
mandiri perawat dan kolaborasi
Tingkat Nyeri (0066) 2. Monitor efek samping penggunaan
untuk memaksimalkan
Indikator A T analgetik
pengobatan yang diberikan
Keluhan Nyeri 3 2 3. Identifikasi skala nyeri, lokasi,
3. Pasien dan keluarga mengetahui
Meringis 3 2 kulitas dan intensitas nyeri secara
dan mampu melakukan teknik
Kesulitan Tidur 3 2 berkala
Keterangan : nonframakologis secara mandiri
4. Fasilitasi istirahat dan tidur
untuk mengurangi nyeri.
1. Meningkat/memburuk 5. Jelaskan penyebab, periode, dan
2. Cukup meningkat/cukup memburuk pemicu nyeri
3. Sedang 6. Ajarkan teknik nonfarmakologi, dan
4. Cukup menurun/cukup membaik Kolaborasi pemberian analgetik,
5. Menurun/membaik jika perlu
20
D.0050 Setelah dilakukan perawatan selama 2 x Pencegahan infeksi (I.14539) 1. Nutrisi yang baik digunakan
8 jam diharapkan masalah keperawatan untuk mempercepat
1. Monitor tanda dan gejala infeksi penyembuhan luka
resiko infeksi. Dapat diatasi dengan
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah 2. Menjaga kebersihan tangan agar
kriteria hasil : tidak menyebarkan virus ke
kontak dengan pasien dan
pasien
Integritas Kulit dan Jaringan lingkungan pasien
(L.14125) 3. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrsisi
Kriteria hasil A T
Pigmentasi abnormal 2 4
Perdarahan 2 4
Keterangan :
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun
21
D.0009 Setelah dilakukan intervensi selama 2 x Manajemen Energi (I.05178) 1. Mobilisasi dini untuk
8 jam masalah deficit keperawatan diri mempercepat penyembuhan
1. Lakukan latihan gerak pasif/aktif
dapat berkurang dengan kriteria hasil luka dan meningkatkan
sebagai berikut : 2. Anjurkan tirah baring
kemandirian pasien dalam
3. Anjurkan melakukan aktifitas fisik
Mobilitas fisik (L.05042) melakukan aktivitas
secara bertahap
indikator A T
Nyeri 2 4
Gerakan terbatas 2 4
Kelemahan fisik 2 4
Keterangan :
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun
22
Implementasi Keperawatan
S: -
3. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
O:inj ketorolac 10mg
S: -
4. Lakukan penggantian balut luka secara berkala
O: balut luka diganti setiap pagi
S:
5. Anjurkan melakukan mobilisasi dini secara berkala
O: posisi pasien setengah duduk
6. Anjurkan mengkonsumsi makanan yang baik untuk S: Keluarga dan pasien mengatakan paham dengan
mempercepat penyembuhan luka
23
informasi yang disampaikan perawat
O: Kleuarga membantu menyediakan makanan
untuk pasien
S:-
7. Melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
O: Perawat selalu melakukan kebersihan tangan
pasien
sebelum kontak dan sesudah kontak dengan pasien
2
Kamis, Q : Terasa panas seperti terbakar
11 1. Mengidentifikasi skala nyeri, lokasi, kulitas dan intensitas R : Abdomen bawah
Novemb nyeri secara berkala S:5
er 2021 T : 30 menit
pukul O: ekspresi nyeri
08.00 2. Memfasilitasi istirahat dan tidur S: Pasien mengatakan istirahat cukup terganggu
WIB O: tidur 5-6 jam
3. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu S:
O: Inf ctramadol, kerolac 30mg
4. Ganti balut luka secara berkala S: -
O: balut luka diganti setiap pagi, kondisi luka
bersih, tidak ada pus
24
S: pasien mengatakan menghabiskan makanan yang
disediakan RS
5. Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi O: asupan nutrisi sesuai diit
Evaluasi Keperawatan
25
Tgl/jam DP SOAP TTD
Jum’at, 12 1 S: Pasien mengatakan nyeri masih terasa pada bagian perut bawah bekas operasi terutama saat
November 2021 bergerak
pukul 14.00 WIB P: terasa nyeri saat bergerak, mereda saat tidak bergerak
Q: seperti disayat
R: Perut bagian bawah
S: skala nyeri 3
T: 30 menit
DO :
Mampu memanajemen nyeri dengan baik
Mapu mengontrol nyeri sesuai yang dianjurka
A: Masalah keperawatan nyeri belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1. Memonitor terapi komplementer yang sudah diberikan inj kerolac 30mg
2. Menganjurkan menggunakan teknik nonfarmakologi sesuai yang diajarkan
2 S: Pasien mengatakan lukanya diganti balutan setiap pagi
O:
Luka bersih, GB setiap pagi, tidak ada pus, tidak banyak darah yang rembes di kassa
A: Masalah keperawatan resiko infeksi belum teratasi
26
P: Lanjutkan intervensi
1. Menganjurkan pasien mengganti balut luka setiap hari terutama saat sudah tidak
perawatan dirumah
2. Anjurkan menjaga kebersihan tangan saat akan membersihkan dan memegang area luka
3. Menganjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi protein
3 S: Pasien mengatakan sudah bisa tidur dengan nyenyak dan tanpa gangguan
DO :
Tidak terjaga saat malam hari
Tidur lebih dari 5 jam
SpO2: 99%
A: Masalah keperawatan ganguan pola tidur teratasi
P: pertahankan kondisi
27
BAB III
PEMBAHASAN
Apendisitis bisa terjadi pada semua usia namun jarang terjadi pada usia
dewasa akhir dan balita, kejadian apendisitis ini meningkat pada usia remaja dan
dewasa. Usia 20 ± 30 tahun bisa dikategorikan sebagai usia produktif, Dimana
orang yang berada pada usia tersebut melakukan banyak sekali kegiatan. Hal ini
menyebabkan orang tersebut mengabaikan nutrisi makanan yang dikonsumsinya.
Akibatnya terjadi kesulitan buang air besar yang akan menyebabkan peningkatan
tekanan pada rongga usus dan pada akhirnya menyebabkan sumbatan pada saluran
apendiks
28
leukosit mengalami peningkatan pada apendisitis akut yaitu sekitar 10.000-18.000
sel/mm3. Jumlah leukosit kurang dari 18.000 sel/mm3 umumnya terjadi pada
apendisitis simpel dan jumlah leukosit yang lebih dari 18.000 sel/mm3
menunjukkan adanya perforasi. Selain itu terdapat pemeriksaan lainnya yang
dapat membantu mendiagnosis apendisitis yaitu hasil perbandingan nilai neutrofil
dan limfosit, dimana rasio neutrofil limfosit (RNL) sebelum pembedahan dapat
membedakan antara apendisitis akut simple dan apendisitis perforasi.
29
DAFTAR PUSTAKA
Mirantika, N et., al. 2021. Hubungan Antara Usia, Lama Keluhan Nyeri
Abdomen, Nilai Leukosit, dan Neutrofil Limfosit dengan Kejadian
Apendisitis Akut Perforasi di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Jurnal Sains dan Kesehatan. p-ISSN: 2303-0267
30
31