DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK III
1. HENDRA (2022031009)
2. HERIYANTO ( 2022031008)
3. JEIN CHRISTIN SARANGNGA ( 2022031014)
4. MUTMAINNA ( 2022031023)
5. FADIL HIDAYAT ( 2022031004)
6. SUKMAWATI ( 2022031033)
7. ROSDIANA ( 2022031028)
Puji syukur, kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan akhir stase Asuhan
Keperawatan berjudul “Asuhan Keperawatan Tn. T dengan diagnose medis
Abses Mandibula di Ruangan Aster RSUD UNDATA PROVINSI SULAWESI
TENGAH”. Dalam penyusunan laporan ini, kami tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Harry Muliadi, M.Kes selaku Direktur RS UPT. RSUD Undata Provinsi
Sulawesi Tengah.
2. Ibu Mufliha Kamase, SE.,M.Si selaku Kepala Bidang Diklat UPT. RSUD
Undata Provinsi Sulawesi Tengah.
3. Bapak Pamawang SKM., M.Kes, selaku Kasie Diklat UPT. RSUD Undata
Provinsi Sulawesi Tengah.
4. Ibu Ns. Ira Martini, S.Kep selaku pembimbing lahan praktik.
5. Ibu Ns. Elifa Ihda Rahmayanti, S.Kep., M.Kep selaku dosen pembimbing
akademik.
6. Kampus Universitas Widya Nusantara Palu.
7. Teman-teman seperjuangan Program Profesi STIKES Widya Nusantara Palu.
8. Semua pihak yang tidak mungkin kami sebutkan satu per satu.
Kami menyadari, laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak
demi sempurnanya laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat baik bagi
kami maupun bagi pembaca.
Kelompok III
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abses adalah luka yang muncul akibat infeksi bakteri. Ketika infeksi
terjadi di kulit, nanah dan kotoran akan menumpuk di bawah kulit. Lama-
lama akan muncul benjolan berwarna kemerahan dan terasa sakit ketika
disentuh. Nah, benjolan berisi nanah inilah yang disebut sebagai abses. Abses
adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah.
(Siregar, 2004). Sedangkan abses mandibula adalah abses yang terjadi di
mandibula. Abses dapat terbentuk di ruang submandibula atau salah satu
komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari daerah leher (Smeltzer dan
Bare, 2001).
Abses di ruang submandibula adalah salah satu abses leher dalam
yang sering ditemukan. Ruang submandibula merupakan suatu ruang
potensial pada leher yang terdiri dari ruang sublingual dan submaksila yang
dipisahkan oleh otot milohioid. Selain disebabkan oleh infeksi gigi, infeksi di
ruang submandibula bisa disebabkan oleh sialadenitis kelenjar submandibula,
limfadenitis, trauma atau pembedahan dan bisa juga sebagai kelanjutan
infeksi ruang leher dalam lain. Penyebab infeksi dapat disebabkan oleh
kuman aerob, anaerob atau campuran. Infeksi di ruang submandibula
biasanya ditandai dengan pembengkakan di bawah rahang, baik unilateral
atau bilateral.
Dalam beberapa abad terakhir, diagnosis dan pengobatan infeksi leher
dalam merupakan suatu tantangan baik bagi dokter maupun ahli bedah.
Disamping struktur yang kompleks dan lokasi yang dalam pada region leher,
menyebabkan diagnosis dan pengobatan cukup sulit. Infeksi ini merupakan
masalah kesehatan dengan morbiditas dan mortalitas yang cukup signifikan.4
Meskipun penggunaan antibiotik telah menurunkan angka kematian akibat
abses leher dalam namun abses leher dalam masih merupakan masalah yang
serius dan menimbulkan komplikasi yang dapat mengancam nyawa.
Diagnosis yang terlambat atau misdiagnosis dapat mengakibatkan
keterlambatan penatalaksanaan yang dapat menimbulkan kematian
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Diperolehnya pengetahuan pelaksanaan asuhan keperawatan
pada Tn. T dengan diagnosa medis Abses Mandibula di ruang Aster.
RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian yaitu mengumpulkan data subyektif dan
data obyektif Tn. T dengan diagnosa medis Abses Mandibula di ruang
Aster. RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah.
b. Menganalisa data yang diperoleh
c. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. Tn. T dengan diagnosa
medis Abses Mandibula di ruang Aster. RSUD Undata Provinsi
Sulawesi Tengah.
d. Membuat rencana tindakan keperawatan pada Tn. T dengan
diagnosa medis Abses Mandibula di ruang Aster RSUD Undata
Provinsi Sulawesi Tengah.
e. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang
tentukan.
f. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
g. Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan pada Tn. T dengan
diagnosa medis Abses Mandibula di ruang Aster RSUD Undata
Provinsi Sulawesi Tengah.
A. Tinjaun teori
1. Konsep kebutuhan dasar
a. Pengertian
Rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhnya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu
kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan
(kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang suatu
yang melebihi masalah dan nyeri). Kebutuhan rasa nyaman adalah
suatu keadaan yang membuat seseorang merasa nyaman, terlindungi
dari ancaman psikologis, bebas dari rasa sakit terutama nyeri
b. Anatomi fisiologi
Respirator nyeri (nosireceptor) adalah orang tuuh yang
berfungsi menerima rangsangan nyeri. Organ tubuh yang berperan
adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terdapat
pada stimulus kuat yang secara potensial merusak
1) Mekanik (mekano sensitif): kerusakan ujung saraf bebas akibat
trauma karena benturan atau gerakan
2) Thermis (termo sensitif): rangsangan panas atau dingin yang
berlebihan
3) Kimia (khemo sensitif): ragsangan zat kimia berupa bradykinin,
serotonin, ion kalium, asam, prostaglandin, asetikolon, dan
enzim proteolitik
Mekanisme penghantar implus nyeri
1) Serabut delta A (menusuk dan tajam): pada kulit dan otot, tidak
bermielin, garis tengah 2-5 mm, kecepatan 6-30m/detik
2) Serabut delta C (panas dan terbakar): dalam otot, tidak
bermielin, garis tengah 0,4-1,2 mm, kecepatan 0,5-2,0m/detik.
2. Perubahan Fungsi
a. Perubahan emosi
Kondisi psikis dengan kecemasan, depresi, dan marah akan mudah
mempengaruhi keamanan dan kenyamanan
b. Perubahan Status mobilisasi
Status fisik dengan keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot,
dan kesadaran menurun memudahkan terjadinya resiko cedera
c. Gangguan Persepsi Sensori
Adanya gangguan persepsi sensori yang akan mempengaruhi
adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya seperti gangguan
penciuman dan penglihatan
d. Perubahan Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran yang menurun, pasien koma menyebabkan respon
terhadap rangsangan, paralisis, disorientasi, dan kurang tidur.
e. Perubahan Status nutrisi
Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah
menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap
penyakit tertentu.
3. Pemeriksaan Fisik
Ekspresi wajah
a. Menutup mata rapat-rapat
b. Membuka mata lebar-lebar
c. Menggit bibir dibawah
Verbal
a. Menangis
b. Berteriak
Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah
b. Nadi
c. Pernapasan
Ekstremitas
Amati gerakan tubuh pasien untuk mengalokasi tempat atau rasa
yang tidak nyaman
4. Pemeriksaan Diagnostic
a. Pemeriksaan dengan skala nyeri
b. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan
misalnya diabdomen
c. Rontgen untuk mengetahui tulang yang abnormal
d. Pemeriksaan laboratorium sebagai data penunjang pemeriksaan fisik
lainnya
e. CT-Scan mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah diotak.
5. Tindakan Penanganan
Penatalaksanaan keperawatan
a. Monitor tanda-tanda vital
b. Kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri
c. Distraksi dan ajarkan tehnik relaksasi
d. Mengatur posisi senyaman mungkin
6. Penatalaksanaan Medis
a. Pemberian analgetik
Obat Pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara
total. Seseorang yang mengonsumsi analgetik tetap berada dalam
keadaan sadar
b. Pemberian obat ANS (anti inflamasi non seteroid)
Aspirin dan ibuprofen mengurangi nyeri dengan cara bekerja
di ujung saraf perifer pada daerah luka dan menurunkan tingkat
mediator inflamasi yang dihasilkan luka.
B. Konsep Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Lingkungan, kebisingan mempengaruhi rasa aman dan
nyaman. Lingkungan pasien mencakup semua faktor fisik dan
psikososial yang mempengaruhi atau berakibat terhadap
kehidupan atau kelangsungan hidup pasien. Keamanan yang ada
dalam lingkungan ini akan mengurangi insiden terjadinya
penyakit dan cedera yang akan mempenngaruhi rasa aman dan
nyaman pasien
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Trauma pada jaringan tubuh, misalnya ada luka bekas
operasi/bedah menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan
iritasi secar langsung pada reseptor sehingga mengganggu rasa
nyaman pasien.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat ini bisa dapat menyebabkan gangguan rasa aman
dan nyaman, karena dengan adanya riwayat penyakit maka klien
akan beresiko terkena penyakit sehingga menimbulkan rasa
tidak nyaman seperti nyeri.
b. Perilaku non verbal : Beberapa perilaku non verbal yang dapat kita
amati antara lain ekspresi wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir
bawah, dll.
c. Kualitas : Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas
dan nyeri. Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui.
d. Faktor presipitasi : Beberapa faktor presipitasi yang meningkatkan
nyeri antara lain lingkungan, suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba.
e. Intensitas : Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak
tertahankan, atau dapat menggunakan skala dari 0-10.
f. Waktu dan lama : Perawat perlu mengetahui, mencatat kapan nyeri
mulai, berapa lama, bagaimana timbulnya, juga interval tanpa nyeri,
kapan nyeri terakhir timbul.
g. Karakteristik nyeri (PQRST)\
P (provokatif) : faktor yang mempengaruhi gawat dan ringannya
nyeri
Q (quality) : seperti apa nyeri tersebut (tajam, tumpul, atau tersayat)
R (region) : daerah perjalanan nyeri
S (Skala nyeri) : keparahan/intensitas nyeri T (time) : lama/waktu
serangan/frekuensi nyeri Pengkajian Skala Nyeri
- Skala nyeri 1-3 nyeri ringan (masih bisa ditahan, aktivitas tak
terganggu)
- Skala nyeri 4-6 nyeri sedang (mengganggu aktivitas fisik)
- Skala nyeri 7-10 nyeri berat (tidak dapat melakuka aktivitas
secara mandiri) h.
h. Pemeriksaan Fisik
Ekspresi wajah
1) Menutup mata rapat-rapat
2) Membuka mata lebar-lebar
3) Menggigit bibir dibawah
Verbal
1) Menangis
2) Beteriak
Tanda-tanda Vital
1) Tekanan darah
2) Nadi
3) Pernafasan
Ekstremitas
Amati gerak tubuh pasien untuk mengalokasi tempat atau rasa
yang tidak nyaman
i. Diagnosa keperawatan (Nanda Noc, Nic 2021-2023)
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan kesulitan menelan
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan lingkungan
j. Intervensi
Diagnosa
NOC NIC Rasional
Keperawatan
menggunakan
standar daftar
periksa nyeri untuk
pasien yang tidak
dapat berkomunikai
verbal
f. Perilaku ekspresif
g. Ekspresi wajah nyeri
h. Sikap tubuh
melindungi
i. Putus asa
j. Focus menyempit
k. Sikap melindungi
area nyeri
j. Hipoglikemia amkan
7. Pengaturan makan
dapat mempermudah
klien dalam
mengambil makanan
sehingga klien tidak
merasa malas untuk
makan
8. Konsultasikan
dengan ahli gizi agar
membantu
pemenuhan
kebutuhan nutrisi
kelelahan 6. Ketergantungan
f. Terjaga tanpa
sengaja
C. Asuhan Keperawatan (Konsep Teori)
1. Pengkajian Keperawatan
Data yang harus dikumpulkan dalam pengkajian yang dilakukan
pada kasus abses mandibula menurut Doenges, (2001) adalah sebagai
berikut :
a. Aktifitas/istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas.
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan
cedera (trauma).
b. Sirkulasi
Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas
(hipoventilasi, hiperventilasi, dll).
c. Integritas ego
Data Subyektif: Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau
dramatis)
Data Obyektif : cemas, bingung, depresi.
d. Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera
makan.
Data Obyektif: Mengalami distensi abdomen.
e. Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif: nyeri pada rahang dan bengkak
Data Obyektif: Wajah meringis, gelisah, merintih.
f. Pernafasan
Data Subyektif: Perubahan pola nafas.
Data Objektif: Pernapasan menggunakan otot bantu pernapasan/ otot
aksesoris.
2. Dignosa keperawatan
Pre Operatif
a. Nyeri Akut
b. Hipertermi
c. Ansietas
d. Gangguan Integritas Kulit
Intra Operati
a. Resiko Infeksi
Post Operatif
a. Nyeri Akut
b. Hipotermi
3. Intervensi Keperawatan
Pre operatif
Intra Operatif
Daftar diagnosa NOC NIC
Resiko Infeksi - Immune Status Infection Control (Kontrol
Kelas : - Knowledge : Infection infeksi)
Domain : control - Bersihkan lingkungan setelah
Definisi : Definisi : - Risk control dipakai pasien lain
Peningkatan resiko masuknya - Pertahankan teknik isolasi
organisme patogen Setelah dilakukan tindakan - Gunakan sabun antimikrobia
keperawatan dalam 1x24 jam untuk cuci tangan
Faktor-faktor resiko : diharapkan klien terhindar - Cuci tangan setiap sebelum
- Prosedur Infasif dari resiko infeksi dengan dan sesudah tindakan
- Trauma Kriteria Hasil : keperawatan
- Kerusakan jaringan dan - Klien bebas dari tanda dan - Gunakan baju, sarung tangan
peningkatan paparan gejala infeksi sebagai alat pelindung
lingkungan - Jumlah leukosit dalam - Pertahankan lingkungan
- Agen farmasi batas normal aseptik selama pemasangan
(imunosupresan) alat
- Ganti letak IV perifer dan line
- Peningkatan paparan central dan dressing sesuai
lingkungan pathogen dengan petunjuk umum
- Ketidakadekuatan imum - Gunakan kateter intermiten
buatan untuk menurunkan infeksi
- Tidak adekuat pertahanan kandung kencing
sekunder (penurunan Hb, - Tingktkan intake nutrisi
Leukopenia, penekanan - Berikan terapi antibiotik bila
respon inflamasi) perlu
- Tidak adekuat pertahanan
tubuh primer (kulit tidak Infection Protection (proteksi
utuh, trauma jaringan, terhadap infeksi)
penurunan kerja silia, - Monitor tanda dan gejala
cairan tubuh statis, infeksi sistemik dan local
perubahan sekresi pH, - Monitor hitung granulosit,
perubahan peristaltik) WBC
- Monitor kerentanan terhadap
infeksi
- Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
- Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
- Laporkan kecurigaan infeksi
Post Operatif
Nyeri Akut - Pain Level, Pain Management
Kelas : - pain control, - Lakukan pengkajian nyeri
Domain : - comfort level secara komprehensif
Definisi : Setelah dilakukan tindakan termasuk lokasi,
Sensori yang tidak
keperawatan selama 1x 24 jam karakteristik, durasi,
menyenangkan dan
diharapkan nyeri berkurang frekuensi, kualitas dan faktor
pengalaman emosional yang dengan Kriteria Hasil: presipitasi
muncul secara aktual atau - Mampu mengontrol nyeri - Observasi reaksi nonverbal
potensial kerusakan jaringan (tahu penyebab nyeri, dari ketidaknyamanan
atau menggambarkan adanya mampu menggunakan - Gunakan teknik komunikasi
kerusakan (Asosiasi Studi tehnik nonfarmakologi terapeutik untuk mengetahui
Nyeri Internasional): serangan untuk mengurangi nyeri, pengalaman nyeri pasien
mendadak atau pelan mencari bantuan) - Kaji kultur yang
intensitasnya dari ringan- Melaporkan bahwa nyeri mempengaruhi respon nyeri
sampai berat yang dapat berkurang dengan - Evaluasi pengalaman nyeri
diantisipasi dengan akhir yang menggunakan manajemen masa lampau
dapat diprediksi dan dengan nyeri - Evaluasi bersama pasien dan
durasi kurang dari 6 bulan. - Mampu mengenali nyeri tim kesehatan lain tentang
(skala, intensitas, frekuensi ketidakefektifan kontrol
Batasan karakteristik : dan tanda nyeri) nyeri masa lampau
- Laporan secara verbal atau - Menyatakan rasa nyaman - Bantu pasien dan keluarga
non verbal setelah nyeri berkurang untuk mencari dan
- Fakta dari observasi - Tanda vital dalam rentang menemukan dukungan
- Posisi antalgic untuk normal - Kontrol lingkungan yang
menghindari nyeri dapat mempengaruhi nyeri
- Gerakan melindungi seperti suhu ruangan,
- Tingkah laku berhati-hati pencahayaan dan kebisingan
- Muka topeng - Kurangi faktor presipitasi
- Gangguan tidur (mata nyeri
sayu, tampak capek, sulit - Pilih dan lakukan
atau gerakan kacau, penanganan nyeri
menyeringai (farmakologi, non
- Terfokus pada diri sendiri farmakologi dan inter
- Fokus menyempit personal)
(penurunan persepsi waktu, - Kaji tipe dan sumber nyeri
kerusakan proses berpikir, untuk menentukan intervensi
- Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
- Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan
penurunan interaksi dengan
tindakan nyeri tidak berhasil
orang dan lingkungan)
- Monitor penerimaan pasien
- Tingkah laku distraksi,
tentang manajemen nyeri
contoh : jalan-jalan,
menemui orang lain
Analgesic Administration
dan/atau aktivitas, aktivitas
- Tentukan lokasi,
berulang-ulang
karakteristik, kualitas, dan
- Respon autonom (seperti
derajat nyeri sebelum
diaphoresis, perubahan
pemberian obat
tekanan darah, perubahan
- Cek instruksi dokter tentang
nafas, nadi dan dilatasi
jenis obat, dosis, dan
pupil)
frekuensi
- Perubahan autonomic
- Cek riwayat alergi
dalam tonus otot (mungkin
- Pilih analgesik yang
dalam rentang dari lemah
diperlukan atau kombinasi
ke kaku)
dari analgesik ketika
- Tingkah laku ekspresif
pemberian lebih dari satu
(contoh : gelisah, merintih,
- Tentukan pilihan analgesik
menangis, waspada,
tergantung tipe dan beratnya
iritabel, nafas
nyeri
panjang/berkeluh kesah)
- Tentukan analgesik pilihan,
- Perubahan dalam nafsu
rute pemberian, dan dosis
makan dan minum
optimal
- Pilih rute pemberian secara
Faktor yang berhubungan :
IV, IM untuk pengobatan
- Agen injuri (biologi, kimia,
nyeri secara teratur
fisik, psikologis)
- Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
- Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
- Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
Hipotermi Termoregulasi Temperature regulation
Kelas : - Monitor suhu minimal tiap 2
Domain : Setelah dilakukan tindakan jam
Definisi : keperawatan selama 1x24 jam - Rencanakan monitoring suhu
diharapkan suhu tubuh klien secara kontinyu
dalam batas normal dengan - Monitor TD, nadi, dan RR
kriteria hasil : Kriteria - Monitor warna dan suhu
Hasil : Nadi dan RR dalam kulit
rentang normal - Monitor tanda-tanda
hipotermi
- Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
- Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
A. BIODATA PASIEN
1. Nama : Tn. T
2. Umur : 33 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Alamat : Kalukubula
5. Status : Menikah
6. Keluarga terdekat : Istri
7. Diagnose medis : Abses Mandibula
B. BIODATA PENANGGUNG JAWAB PASIEN
1. Nama : Ny. A
2. Umur : 30 Tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Alamat : Kalukubula
5. Status : Menikah
C. ANAMNESA
1. Keluhan Utama:
Nyeri
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan masuk RSUD Undata Palu di ruang Aster pada
tanggL 13 September 2022 dengan keluhan nyeri di bagian rahang kiri,
saat pengkajian klien mengatakan nyeri di bagian rahang kiri, nyeri
dirasakan jika sedang mengunyah, klien mengatakan nyeri ketika
membuka mulut dengan lebar, klien mengatakan demam naik turun, dank
klien juga mengatakan pusing, klien tampak meringis, klien tampak
gelisah, frekuensi nadi meningkat
Pengkajian nyeri
P : Nyeri Akibat Infeksi Rahang Kiri
Q : Klien Mengatakan Nyeri Seperti Ditusuk-Tusuk
R : Rahang Kiri
S : Skala Nyeri 6 (Sedang) Diukur Menggunakan Skala Ukur Numerik
T : Nyeri Hilang Timbul, Durasi 3-5 Menit
3. Riwayat penyakit yang lalu
Klien mengatakan belum pernah sakit seprti sebelumnya
4. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga klien tidak mempunyai penyakit keturunan
2. Pola Eliminasi
Dirumah Dirumah Sakit
Klien mengatakan BAK klien Klien mengatakan BAK klien normal
normal dengan frekuensi 3x sehari, dengan frekuensi 2x sehari, warna urin
warna urin normal, BAB normal, normal, BAB normal, sekali sehari
sekali sehari dengan konsistensi dengan konsistensi lembek berbentuk
lembek berbentuk
3. Pola Istirahat Tidur
Dirumah Dirumah Sakit
Klien mengatakan klien sering Klien Mengatakan selama dirumah
tidur siang dan malam hari dan sakit klien tidur 5-7 jam
tidak ada gangguan tidur yang
dialami.
4. Pola kebersihan diri/ Personal Hygine
Dirumah Dirumah sakit
Klien mengatakan klien mandi 3x Klien mengatakan selama klien
sehari pada pagi, siang, dan sore dirumah sakit klien mandi 1x sehari,
hari, serta mencuci rambut dan serta mencuci rambut, belum pernah
menggosok gigi pada saat mandi. menggosok gigi selama di rumah sakit
5. Aktivitas lain
Dirumah Dirumah Sakit
Keluarga klien mengatakan Keluarga klien mengatakan selama
aktivitas klien selama di rumah dirumah sakit klien hanya beraktivitas
yaitu berkebun di tempat tidur
5 5
5 5
d. Fungsi Motorik
Klien dapat menggerakan kedua tangan dan kaki
e. Fungsi Sensorik
Klien dapat merasakan saat diberi sentuhan
f. Riwayat Psikologis
1) Status emosi : ekspresi klien tampak meringis
2) Gaya komunikasi: klien dapat berbicara dengan baik
3) Pola interaksi : klien dapat merespon
g. Status Mental dan Spritual
1) Emosional : klien tampak meringis, emosi sesuai
dengan ekspresi wajah
2) Spritual : klien mengatakan selama klien di rumah
sakit klien tidak pernah beribadah
3) Konsep diri : keluarga klien mengatakan klien sakit ini
merupakan ujian dan penggunggur dosa
h. Pemeriksaan Laboratorium
1) Leukosit (WBC): 19,6 ribu/uL
2) Hemoglobin (HGB): 15,6 g/dL
3) Eritrosit (RBC): 5,23 juta/uL
4) Hematokrit (HCT): 46,1 %
5) Trombosit (PLT) 354 ribu/uL
i. Terapi yang di berikan
1) Cairan RL 20 Tpm/8 jam
2) Moropenum 2x1
3) Metronidazole 3x1
4) Keterolak 3x1
5) Ranitidine 2x1
6) Dexametazone 3x1
7) Paracetamol 3x
PENGUMPULAN DATA
Abses adalah luka yang muncul akibat infeksi bakteri. Ketika infeksi
terjadi di kulit, nanah dan kotoran akan menumpuk di bawah kulit. Lama-lama
akan memicu benjolan berwarna kemerahan dan terasa sakit ketika disentuh.
Penyebab dari abses mandibu yaitu bakteri yang masuk kebawah kulit akibat luka
yang berasal dari tusukan jarum yang tidak steril.
Selama kelompok melakukan asuhan keperawatan pada klien Tn. T
dengan diagnosa medis Abses Mandibula di ruang Aster. RSUD Undata Provinsi
Sulawesi Tengah pada tanggal 18 september 2022 Beberapa hal yang perlu
dibahas dan diperhatikan dalam penerapan kasus keperawatan tersebut, kelompok
telah berusaha mencoba menerapkan dan mengaplikasikan proses Asuhan
Keperawatan pada klien dengan diagnose medis Abses Mandibula sesuai dengan
teori-teori yang ada. Untuk melihat lebih jelas asuhan keperawatan yang diberikan
dan sejauh mana keberhasilan yang dicapai akan diuraikan sesuai dengan prosedur
keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan
evaluasi.
Klien mengatakan masuk RSUD Undata Palu di ruang Aster pada tanggal
13 September 2022 dengan keluhan nyeri di bagian rahang kiri, saat pengkajian
klien mengatakan nyeri di bagian rahang kiri, nyeri dirasakan jika sedang
mengunyah, klien mengatakan nyeri ketika membuka mulut dengan lebar, klien
mengatakan demam naik turun, dank klien juga mengatakan pusing, klien tampak
meringis, klien tampak gelisah,frekuensi nadi meningkat.
Dalam melakukan pemeriksaan fisik pada Tn. T kelompok tidak
mengalami hambatan, tidak semua pemeriksaan fisik pada klien dapat dilakukan,
namun dalam pemeriksaan teoritis dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan
karena pemeriksaan sangat penting dilakukan untuk menggali sejauhmana
perkembangan-perkembangan penyakit dan kondisi klien. Menurut teoritis
pemeriksaan head to toe harus dilakukan pada setiap pasien yaitu berupa
pemeriksaan secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pada kasus Tn. T.
B. Saran
1. Bagi Kelompok
Dalam upaya memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien Abses
Mandibula yang diberikan dapat tepat, kelompok selanjutnya harus
benar-benar menguasai konsep Abses Mandibula itu sendiri, terutama
pada faktor etiologi, dan patofisiologi tentang Abses Mandibula , selain
itu peneliti juga harus melakukan pengkajian dengan tepat agar asuhan
keperawatan dapat tecapai sesuai dengan masalah yang ditemukan pada
pasien.
2. Bagi Pihak Rumah Sakit Undata
Bagi pihak rumah sakit hendaknya penanganan pasien Abses
Mandibula ditingkatkan lagi kerjasama antar petugas pelayanan
kesehatan dalam hal menjaga keadaan pasien serta memperhatikan aspek
bio,psiko,sosio,sosial dan spiritual pasien.
3. Bagi Perawat Ruangan
Disamping mendapatkan perawatan dan pengobatan pada saat di
rumah sakit, Alangkah baiknya jika tenaga kesehatan yang ada
memberikan pengetahuan tentang Abses Mandibula dan bagaimana cara
pencegahannya, sehingga itu dapat memotivasi pasien dalam
mempertahankan kesehatannya baik saat berada di rumah sakit maupun
di rumah.
DAFTAR PUSTAKA