Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufi
k dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “LAPOR
AN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS
NSTEMI DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSUD DR.SOEKARDJO KOTA
TASIKMALAYA”. Laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan STASE V
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT.
Kami menyadari bahwa laporan kasus ini tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya d
ukungan, bantuan, bimbingan dan nasehat dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini pe
nulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Tita Rohita, S.Kep., Ners.,M.M.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universit
as Galuh Ciamis.
2. Siti Rohimah, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku dosen pembimbing akademik atas segala bimbi
ngan, arahan, serta saran yang diberikan kepada kami sehingga laporan kasus ini dapat dis
elesaikan.
3. Wulan Siti Wahidah, S.Kep.,Ners selaku pembimbing di Ruangan ICU yang selalu memb
erikan bimbingan, arahan serta saran yang diberikan kepada kami sehingga laporan kasus
ini dapat diselesaikan.
Laporan kasus ini tentunya masih banyak kekurangan dan keterbatasan oleh karena it
u, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga laporan kasus ini dapat menjadi salah
satu khasanah keilmuan yang dapat menambah wawasan kita.
1. KATA PENGANTAR………………………………………….. i
2. DAFTAR ISI……………………………………………………. ii
3. BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang………………………………………………. 1
2. Tujuan………………………………………………………..
4. BAB II LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian …………………………………………………....
2. Etiologi………………………………………………………..
3. Patofisiologi…………………………………………………..
4. Clinical pathways………………………………………….....
5. Manifestasi klinis…………………………………………….
6. Penatalaksanaan …………………………………………….
7. Pemeriksaan penunjang …………………………………….
8. Konsep asuhan keperawatan ………………………………..
9. Diagnosa keperawatan……………………………………….
10. Intervensi ……………………………………………………
5. BAB III LAPORAN KASUS …………………..........................
6. BAB IV SIMPULAN DAN SARAN …………………………...
7. DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah suatu kumpulan gejala klinis Iskemia Mi
okardium yang terjadi akibat kurangnya aliran darah ke miokardium berupa nyeri dad
a, perubahan segmen ST pada Electrocardiogram (EKG), dan perubahan biomarker ja
ntung. Keadaan iskemia yang akut dapat menyebabkan nekrosis miokardial yang berl
anjut menjadi Infark Miokard Akut (Sungkar, 2015). Infark Miokard Akut diklasifikas
ikan berdasarkan hasil EKG menjadi Infark Miokard Akut ST-elevasi (STEMI) dan In
fark Miokard Akut non ST-elevasi (NSTEMI). STEMI terjadi oklusi total arteri koron
er sehingga menyebabkan daerah infark yang lebih luas, hal ini dikarenakan dalam ha
sil pemeriksaan elektrocardiogram ditemukan adanya elevasi segmen ST. sedangkan
NSTEMI merupakan oklusi sebagian dari arteri koroner tanpa melibatkan seluruh kete
balan miokardium sehingga tidak ada elevasi segmen ST pada EKG (Ulinnuha, 2017).
NSTEMI terjadi oklusi yang tidak melibatkan seluruh miokardium sehingga dalam ha
sil pemeriksaan EKG tidak ditemukan adanya ST elevasi segmen (Iwan, 2010). NSTE
MI merupakan oklusi sebagian dari arteri koroner tanpa melibatkan seluruh ketebalan
miokardium sehingga tidak ada elevasi segmen ST pada EKG (Ulinnuha, 2017).
Keluhan umum yang sering dirasakan yaitu rasa nyeri di dada sebelah kiri dira
sakan seperti tertindih, terbakar, teriris. Nyeri diakibatkan dari tidak optimalnyapomp
a jantung yang disebabkan adanya sumbatan (Santosa, 2013). Nyeri dada merupakan s
alah satu masalah utama yang harus ditangani karena dapat mengganggu baik secara f
isik maupun psikologis pada pasien, respon pada fisiologis nyeri mengakibatkan stim
ulasi simpatik, yangakan menyebabkan pelepasan epineprinyang mengakibatkan teka
nan pada arteri meningkat. Sedangkan respon psikologis dapat menimbulkan rasa cem
as takut dan apabila dibiarkan tanpa penanganan dapat mengancam kesehatan jiwa ses
eorang (Potter&Perry, 2010).
Menurut (WHO,2014) Angka ini akan terus meningkat dan diperkirakan menc
apai 23,3 juta kematian pada tahun 2030 yang disebabkan oleh penyakit jantung. Di I
ndonesia penyakit jantung saat ini menduduki urutan pertama penyebab kematian, sek
itar 25% dari seluruh kematian hampir disebabkan oleh gangguan kelainan jantung (K
emenkes RI, 2013). Penyakit jantung iskemik merupakan penyebab kematian utamadi
dunia (12,2%). Fenomena yang terjadi di masyarakat yaitu mereka menganggap peny
akit SKA dengan menyebutnya angin duduk atau sering dianggap sebagai masuk angi
n, padahal angin duduk bukan masuk angin melainkan tanda gangguan pada jantung,
angin duduk memang memiliki gejala yang mirip dengan masuk angin biasa, sehingga
gejalanya sering disepelekan dan tidak langsung dibawa ke dokter, tetapi mereka men
gobatinya dengan cara minum jamu tolak angin dan mengerok lapisan kulit paling lua
r atau biasa disebut kerokan yang diyakini bisa menjadi solusi alternatif untuk mengat
asi gejala masuk angin (Santoso Karo, 2016)
Berdasarkan pemaparan diatas, kelompok kami membahas tentang klien atas
indikasi Non-St Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI) Diruang Intensive Care
Unit (ICU) RSUD DR. Soekardjo Kota Tasikmalaya.
2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melalukan proses dan asuhan keper
awatan pada pasien dengan NSTEMI diruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD
Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada klien NSTEMI, penulis mampu :
a. Memahami tentang konsep asuhan keperawatan pada Tn. A dengan Diagnosa
NSTEMI
b. Melaksanakan pengkajian pada Tn. A dengan Diagnosa NSTEMI
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. A dengan Diagnosa
NSTEMI
d. Mampu melakukan intervensi keperawatan pada Tn. A dengan Diagnosa
NSTEMI
e. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Tn. A dengan Diagnosa
NSTEMI
f. Mampu melakukan evaluasi pada Tn. A dengan Diagnosa NSTEMI
g. Mampu melakukan pendokumentasian pada Tn. A dengan Diagnosa NSTEMI
I. Manfaat
Penyusunan Kasus kelolaan ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yaitu:
1. Bagi Penyusun
Memberikan pengetahuan dan memperbanyak pengalaman bagi penulis dalam me
mberikan dan menyusun asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa
NSTEMI
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi bahan referensi bagi perpustakaan, dan dapat menjadi bahan masuk
an mengenai NSTEMI
3. Bagi Rumah Sakit
Memberikan masukan bagi tim kesehatan rumah sakit dalam memberikan Asuhan
keparawatan pada pasien NSTEMI yang lebih optimal
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
1. PENGERTIAN NSTEMI
Non ST Elevasi Infark Miokard merupakan adanya ketidakseimbangan
permintaan dan suplai oksigen ke miokardium terutama akibat penyempitan oleh
arteri koroner akan menyebabkan iskemia miokardium lokal. Iskemia yang bersifat
sementara akan menyebabkan perubahan reversible pada tingkat sel dan jaringan
(Sylvia, 2016).
Sindrom koroner akut adalah suatu kumpulan gejala klinis iskemia
miokard yang terjadi akibat kurangnya aliran darah ke miokardium berupa
nyeri dada, perubahan segmen ST pada Electrocardiogram (EKG), dan
perubahan biomarker jantung (Kumar & Cannon, 2009)
Infark Miokard Akut diklasifikasikan berdasarkan hasil EKG menjadi
Infark Miokard Akut ST-elevasi (STEMI) dan Infark Miokard non STelevasi
(NSTEMI). Pada Infark Miokard Akut ST-elevasi (STEMI) terjadi oklusi total
arteri koroner sehingga menyebabkan daerah infark yang lebih luas meliputi
seluruh miokardium, yang pada pemeriksaan EKG ditemukan adanya elevasi
segmen ST, sedangkan pada Infark Miokard non ST-elevasi (NSTEMI) terjadi
oklusi yang tidak menyeluruh dan tidak melibatkan seluruh miokardium,
sehingga pada pemeriksaaan EKG tidak ditemukan adanya elevasi segmen ST
(Alwi, 2009).
2. ETIOLOGI
Terdapat dua faktor risiko yang dapat menyebabkan penyakit arteri kor
oner serta memicu stemi yaitu faktor risiko yang dapat dimodifikasi (modifiab
le) dan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi (nonmodifiable). Faktor risi
ko modifiable dapat dikontrol dengan mengubah gaya hidup dan kebiasaan pri
badi, sedangkan faktor risiko yang nonmodifiable merupakan konsekuensi gen
etic yang tidak dapat dikontrol (Smeltzer, 2002).
Menurut Muttaqin (2009) ada lima faktor risiko yang dapat diubah (modifiabl
e) yaitu merokok, tekanan darah tinggi, hiperglikemia,kolesterol dara
h tinggi, dan pola tingkah laku.
a. Merokok
Merokok dapat memperparah dari penyakit koroner diantaranya
karbondioksida yang terdapat pada asap rokok akan lebih mudah mengikat
hemoglobin dari pada oksigen, sehingga oksigen yang disuplai ke jantung
menjadi berkurang. Asam nikotinat pada tembakau memicu
pelepasan katekolamin yang menyebabkan konstriksi arteri dan membuat
aliran darah dan oksigen jaringan menjadi terganggu. Merokok dapat
meningkatkan adhesi trombosit yang akan dapat mengakibatkan
kemungkinan peningkatan pembentukan thrombus.
b. Tekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggi merupakan juga faktor risiko yang dapat
menyebabkan penyakit arteri koroner. Tekanan darah yang tinggi akan
dapat meningkatkan gradien tekanan yang harus dilawan oleh ventrikel
kiri saat memompa darah. Tekanan tinggi yang terus menerus
menyebabkan suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat.
c. Kolestrerol darah tinggi
Tingginya kolesterol dengan kejadian penyakit arteri koroner memiliki
hubungan yang erat. Lemak yang tidak larut dalam air terikat dengan
lipoprotein yang larut dengan air yang memungkinkannya dapat diangkut
dalam system peredaran darah. Tiga komponen metabolisme lemak,
kolesterol total, lipoprotein densitas rendah (low density lipoprotein) dan
lipoprotein densitas tinggi (high density lipoprotein). Peningkatan
kolestreol low density lipoprotein (LDL) dihubungkan dengan
meningkatnya risiko koronaria dan mempercepat proses arterosklerosis.
Sedangkan kadar kolesterol high density lipoprotein (HDL) yang tinggi
berperan sebagai faktor pelindung terhadap penyakit arteri koronaria
dengan cara mengangkut LDL ke hati, mengalami biodegradasi dan
kemudian diekskresi (Price, 1995).
d. Hiperglikemia
Pada penderita diabetes mellitus cenderung memiliki prevalensi
aterosklerosis yang lebih tinggi, hiperglikemia menyebabkan peningkatan
agregasi trombosit yang dapat menyebabkan pembentukan thrombus.
e. Pola perilaku
Pola hidup yang kurang aktivitas serta stressor psikososial juga ikut
berperan dalam menimbulkan masalah pada jantung. Rosenman dan
Friedman telah mempopulerkan hubungan antara apa yang dikenal sebagai
pola tingkah laku tipe A dengan cepatnya proses aterogenesis. Hal yang
termasuk dalam kepribadian tipe A adalah mereka yang memperlihatkan
persaingan yang kuat, ambisius, agresif, dan merasa diburu waktu. Stres
menyebabkan pelepasan katekolamin, tetapi masih dipertanyakan apakah
stres memang bersifat aterogenik atau hanya mempercepat serangan.
3. PATOFISIOLOGI
Menurut Gusti (2019) NSTEMI disebabkan oleh penurunan suplai
oksigen dan peningkatan kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh
obstruksi koroner. NSTEMI dapat terjadi karena trombosis akut atau proses
vasokontriksi koroner. Trombosis akut pada arteri koroner disebabkan dengan
adanya ruptur plak yang tidak stabil. Plak yang tidak stabil ini biasanya
mempunyai lipid yang besar,densitas otot polos yang rendah, fibrous cap yang
tipis dan konsentrasifaktor jaringan yang tinggi. Inti lemak yang cenderung
ruptur mempunyai konsentrasi ester kolesterol dengan proporsi asam lemak tak
jenuh yang tinggi. Pada daerah ruptur plak dijumpai sel makrofag dan limfosit
T yang menunjukkan adanya proses inflamasi.Sel-sel ini akan mengeluarkan
32 sitokin proinflamasi seperti TNF a, dan IL-6. Selanjutnya IL-6
merangsang pengeluaran hsCRP di hati.
4. PATHWAY
5. MANISFESTASI KLINIS
1. Nyeri dada
Nyeri yang berlangsung selama 30 menit sedangkan pada angina kurang. Selain
itu pada angina, nyeri akan berkurang saat dibawa beraktivitas namun lain
halnya dengan NSTEMI
2. Sesak nafas
3. Gejala Gastrointestinal
Meningkatkan aktivitas vagal disebabkan mual dan muntah, dan biasanya lebih
sering pada infark inferior, dan stimulasi diafragma pada infak inferior juga bisa
menyebabkan cegukan
4. Gejala Lain
Termasuk palpitasi, rasa pusing atau sinkop dari aritmia ventrikel dan gelisah.
6. PENATALAKSANAAN
Pasien NSTEMI harus istirahat ditempat tidur dengan pemantauan EKG untuk deviasi
segmen ST dan irama jantung. Empat komponen utama terapi harus dipertimbangkan
pada setiap pasien NSTEMI yaitu:
1) Terapi anti iskemia
Bertujuan untuk menghilangkan nyeri dada dan mencegah nyeri dada berulang.
Dapat diberikan terapi awal mencakup nitrat dan penyekat beta.Terapi ini terd
iri dari nitrogliserin sublingual dan dapat dilanjutkan dengan intravena dan pen
yekat beta oral
a) Nitrat
Pertama kali diberikan sublingual atau spray bukal jika pasien
mengalami nyeri dada iskemia.
Jika nyeri menetap setelah diberikan nitrat sublingual 3X dgn i
nterval5 menit, direkomendasikan pemberian nitrogliserin intra
vena (mulai 5-10 ug/menit). Dimana laju dapat ditingkatkan 10
ug/menit tiap 3-5 menit setiapkeluhan menghilang / tekanan sist
olik <100 mmHg.
Setelah nyeri dada hilang, dapat digantikan den
gan nitrat oral/dapatmenggantikan nitrogliserin
intravena jika pasien sudah bebas nyeriselama 1
2-24 jam
b) Penyekat Beta
Penyekat beta oral diberikan dgn frekuensi jantung 50-
60X/menit. Antagonis kalsium yng mengurangi frekue
nsi jantung seperti verapamilatau diltiazem direkomend
asikan pada pasien dengan nyeri dada persisten atau re
kuren setelah terapi nitrat dosis penuh dan penyekat bet
a dan pada pasien dengan kontraindikasi pengikat beta.
1) Terapi antiplatelet
Aspirin
Berfungsi penghambat siklooksigenase-1. P
ada pemberian terapi aspirin dapat terjadi si
ndrom resistensi insulin yg ditandai dgn pe
nghambat agresasi platelet dan/kegagalan
yg dapat memperpanjang waktu pendarahan
Clopidogrel
Clopidogrel sebaiknya diberikan pada pasie
n yg direncanakan mendapatkan pendekata
n non invasif dini, pasien yang bukan meru
pakan kandidat operasi koroner segera/mem
iliki kontraindikasi untuk operasi dan katete
risasi ditunda selama >2436 jam.
2) Terapi Antikoagulan
UFH (Unfractionated Heparin)
Manfaat UFH jika ditambah aspirin telah dibuktika
n dalam 7 penelitian acak dan kombinasi UFH dan
aspirin telah dignakan dalam tatalaksana NSTEMI
untuk lebih dari 15 tahun. Namun, terdapat banyak
kerugian UFH termasuk dalam ikatan yang non spe
sifik danmenyebabkan inaktivasi platelet, endotel
vascular, fibrin, plateletfactor 4 dan sejumlah prot
ein sirkulasi.
LMWH (Low Molecular Weight Heparin)
Merupakan inhibitor utama pada sirkulasi tr
ombin dan juga pada faktorX sehingga obat
ini mempengaruhi tidak hanya kinerja trom
bin dalam sirkulasi (efek anti faktor IIa-ny
a) dan juga mengurangi pembentukantromb
in (efek IIa-nya). Keutungan praktik obat i
ni adalah absorbsi ygcepat dan dapat dipred
iksi setelah pemberian subkutan.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Biomarker Jantung
Kardiak troponin (TnT dan TnI) memegang peranan pentin
g dalam diagnosis dan stratifikasi resiko, dan dapat membe
dakan NSTEMI dengan UA. Troponin lebih spesifik dan se
nsitive dibandingkan enzim jantung tradisional lainnya sep
erti creatine kinase (CK), isoenzim CK yaitu CKMB dan m
ioglobin. Peningkatan troponin jantung menggambarkan ke
rusakan selular miokard yang mungkin disebabkan oleh em
bolisasi distal oleh thrombus kaya platelet dari plak yang r
upture atau mengalami erosi. Creatine kinase – MB (CKM
B) yang merupakan protein karier sitosolik untuk fospat en
ergy tinggi telah lama dijadikan sebagai standar diagnosis i
nfark miokard. Namun CKMB kurang sensitive dan kuran
g spesifik dibandingkan dengan troponin jantung dalam me
nilai infark miokard. CKMB dalam jumlah yang kecil dapa
t ditemui pada darah orang sehat dan meningkat seiring de
ngan kerusakan otot lurik.
2) EKG (T inverted dan ST Depresi)
Pada pemeriksaan EKG dijumpai adanya gambaran T inver
ted dan ST depresi yang menunjukkan adanya iskemia pad
a arteri koroner. Jika terjadi iskemia, gelombang T menjadi
terbalik (inverse), simetris,biasanya bersifat sementara. Bil
a pada kasus ini tidak didapatkan kerusakan mikardium, se
suai dengan pemeriksaan CK-MB (creatine kinase-myoglo
bin) maupun troponin yang tetap normal, diagnosisnya ada
lah angina tidak stabil. Namun jika inverse gelombang T m
enetap, biasanya didapatkan kenaikan kadar troponin, dan
diagnosisnya menjadi NSTEMI.
3) Angiografi
Untuk menentukan derajat stenosis pada arteri koroner. Ap
abila pasien mengalami derajat stenosis 50% pada pasien d
apat diberikan obatobatan. Dan apabila pasien mengalami s
tenosis lebih dari 60% maka pada pasien harus diintervens
i dengan pemasangan stent.
4) Echo Cardiography
Pemeriksaan ekokardiografi dan Doppler sebaiknya dilaku
kan setelah hospitalisasi untuk menilai fungsi global ventri
kel kiri dan abnormalitas gerakan dinding regional. Ekokar
diografi juga diperlukan menyingkirkan penyebab nyeri da
da.
2. Terapeutik
3. Edukasi
4. Kolaborasi
Edukasi
Terapi Oksigen
Observasi
Terapeutik :
b. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem Kardiovaskuler
Bunyi jantung normal, nadi 98x/mnt, CRT < 2 detik, akral hangat, nyeri di
dada kiri, tidak ada edema, gambaran EKG non ST elevasi . Daerah ST
elevasi di V4.
2) Sistem Pernafasan
Respirasi 29x/mnt, Bunyi nafas vesikuler, terpasang O2 NRM
10Lpm,SpO2 97 %, pengembangan dada simetris, tidak ada pernafasan
cuping hidung, tidak ada suara nafas tambahan.
3) Sistem Neurologis & Sensori
Kesadaran Composmentis, GCS 15 E4M6V5, penglihatan jelas,
pendengaran jelas, dapat membedakan bau, kemampuan menelah
baik,dapat membedakan rasa.
4) Sistem Genitourinaria
Terpasang cateter urine 300cc/6jam.
5) Integumen
Turgor kulit kering, elastis, akral hangat, tidak ada lesi, tidak ada tumor
atau benjolan
6) Abdomen
Bentuk datar, bising usus 9x/mnt, tidak ada nyeri tekan, tidak asites.
7) Cairan
Terpasang infus Nacl 1000cc/24 jam di ekstremitas atas bagian kiri
8) Mobilisasi
Aktivitas klien dibantu total
9) Istirahat
Klien mengatakan pada malam hari bisa tidur dengan nyenyak
10) Nutrisi
Klien menghabiskan bubur dari rumah sakit kurang lebih 10 sendok.
11) Psikososial
Klien dapat menerima apa yang dideritanya saat ini serta mampu
komunikasi dengan baik dan tampak tenang.
c. Data penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium
Therapy obat
a. Loading DAPT
b. Vasola 1 x 2,5 mg
c. Atorvastin 1x40
d. MST 3x10
e. Lansoprazol 1x30 mg
f. Bisoprolol 1x5 mg
g. Nacl 0,9% 1000cc/24 jam
Gambaran EKG
4. Analisa Data
-Respirasi : 29x/mnt
-Suhu : 36,2
Ds: NSTEMI Pola nafas tidak efektif
-Klien mengatakan ↓
Iskemia miokard
sesak nafas
↓
-Klien mengatakan Aliran darah koroner ↓
dirinya perokok aktif ↓
Aliran darah ke paru
terganggu
DO: ↓
Suplai O2 tidak seimbang
-Klien tampak sesak
dengan kebutuhan tubuh
-Terpasang O2 NRM ↓
10Lpm Meningkatnya kebutuhan O2
-Spo2 94 % ↓
Takipnea
↓
Pola nafas tidak efektif
Edukasi :
Jelaskan penyebab, periode, dan pe
micu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Ajarkan teknik nonfarmakologis unt
uk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perl
u
Pola Napas Tidak Efektif (D.0005) Pola Napas (L.01004) Pemantauan Respirasi
berhubungan dengan hambatan upaya Setelah dilakukan tindakan keperawatan se
Observasi:
nafas lama 1x24 masalah pola napas tidak efekti
Monitor pola nafas, monitor saturasi
f pada pasien membaik dengan indikator :
oksigen
1. pola nafas membaik Monitor frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya napas
2. Frekuensi napas membaik
Monitor adanya sumbatan jalan
3. Kedalaman napas membaik nafas
Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Auskultasi bunyi nafas
Monitor nilai AGD
Terapeutik
Edukasi
Terapi Oksigen
Observasi
Terapeutik :
D. Implementasi Keperawatan
15.05
4). Memberikan posisi nyaman
Respon : posisi semi fowler
15.10
5). Memfasilitasi istirahat tidur
Respon : Klien posisi tirah baring
2 Selasa, 27-12-2022
15.15 1). Memberikan oksigen dengan NRM 10Lpm
Respon : klien terpasang O2 dengan NRM 10Lpm
15.20 2). Memonitor pola nafas
Respon : klien tampak sesak
15.25 3). Pemantauan respirasi tiap jam
15.30 Respon : Respirasi 29x/mnt
4). Jelaskan tujuan dan prosedur
15.35 Respon : klien kooperatif
5). Pertahankan kepatenan jalan nafas
15.40
Respon : posisi semi fowler
6). Memonitor adanya sumbatan
15.45
Respon ; tidak ada sumbatan
7). Memonitoring nilai AGD
15.50 Respon : hasil AGD PH: 7,20, PCO2 : 20, PO2 : 83, Total CO2 8,
HCO3 8, BE -20, SAT O2 94%, Hba Ic 8,0%
15.55 8). Melakukan auskultasi suara nafas
Respon : suara nafas vesikuler
9). Memonitoring kecepatan aliran Oksigen
Respon : NRM 10 Lpm
3 Selasa, 27-12-2022
16.00 1). Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan ke
lelahan
Respon : klien mengatakan lelah saat beraktifitas
E. Evaluasi Keperawatan
1. Kesimpulan
NSTEMI biasanya disebabkan oleh penyempitan arteri koroner yang
berat, sumbatan arteri koroner sementara, atau mikroemboli dari thrombus.
Dikatakan NSTEMI bila dijumpai peningkatan marka jantung tanpa adanya
gambaran ST elevasi pada EKG, apabila tidak didapati peningkatan enzim-
enzim jantung kondisi ini disebut dengan unstable angina (UA) dan diagnosis
banding diluar jantung harus tetap dipikirkan.
Dari pelaksanaan asuhan keperawatan dapat disimpulkan :
1) Pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan Nstemi di ruang
ICU RSUD Dr. Soekardjo Tasikmalaya tahun 2023 dapat dilakukan d
engan baik dan tidak mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data
dan pasien cukup kooperatif.
2) Diagnosa asuhan keperawatan pada pasien dengan Nstemi di ruang
ICU RSUD Dr. Soekardjo Tasikmalaya tahun 2023 dapat dirumuskan
3 diagnosa pada tinjauan kasus.
3) Perencanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan Nstemi di ruang
ICU RSUD Dr. Soekardjo Tasikmalaya tahun 2023 semua perencanaa
n dapat diterapkan pada tinjauan kasus
4) Implementasi asuhan keperawatan pada pasien dengan Nstemi di ruang
ICU RSUD Dr. Soekardjo Tasikmalaya tahun 2023 semua dapat dilaku
kan, karena tindakan yang di lakukan dapat tercapai.
5) Evaluasi pada pasien dengan Nstemi di ruang ICU RSUD Dr.
Soekardjo Tasikmalaya tahun 2023 dapat dilakukan.
2. Saran
1) Bagi Rumah Sakit
Diharapkan pihak rumah sakit untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan rum
ah sakit kepada masyarakat.
2) Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat meningkatan kualitas dan pengembangan ilmu mahasiswa m
elalui studi kasus agar dapat meningkatkan asuhan keperawatan secara
komprehensif.