Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRESENTASI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS Non-ST EL


EVATION MYOCARDIAL INFARCTION (NSTEMI)
DIRUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU)
RSUD DR. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA
(Laporan ini untuk memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Gawat Darurat)
Pembimbing Akademik : Siti Rohimah, S.Kep.,Ners.,M.Kep

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4


ANGGI ANGGRAENI
EKA MUSTIKA
FITRI KUSMIATI
HILDA SRI FAUZIAH
KHOERUNNISA SILVIA DEWI
REZA MAULI
ROBY WIBOWO
YENI NURAENI
ACHMAD SAEPULLOH

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GALUH
TAHUN AKADEMIK
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufi
k dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “LAPOR
AN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS
NSTEMI DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSUD DR.SOEKARDJO KOTA
TASIKMALAYA”. Laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan STASE V
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT.
Kami menyadari bahwa laporan kasus ini tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya d
ukungan, bantuan, bimbingan dan nasehat dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini pe
nulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Tita Rohita, S.Kep., Ners.,M.M.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universit
as Galuh Ciamis.
2. Siti Rohimah, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku dosen pembimbing akademik atas segala bimbi
ngan, arahan, serta saran yang diberikan kepada kami sehingga laporan kasus ini dapat dis
elesaikan.
3. Wulan Siti Wahidah, S.Kep.,Ners selaku pembimbing di Ruangan ICU yang selalu memb
erikan bimbingan, arahan serta saran yang diberikan kepada kami sehingga laporan kasus
ini dapat diselesaikan.
Laporan kasus ini tentunya masih banyak kekurangan dan keterbatasan oleh karena it
u, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga laporan kasus ini dapat menjadi salah
satu khasanah keilmuan yang dapat menambah wawasan kita.

Tasikmalaya, Januari 2023


DAFTAR ISI

1. KATA PENGANTAR………………………………………….. i
2. DAFTAR ISI……………………………………………………. ii
3. BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang………………………………………………. 1
2. Tujuan………………………………………………………..
4. BAB II LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian …………………………………………………....
2. Etiologi………………………………………………………..
3. Patofisiologi…………………………………………………..
4. Clinical pathways………………………………………….....
5. Manifestasi klinis…………………………………………….
6. Penatalaksanaan …………………………………………….
7. Pemeriksaan penunjang …………………………………….
8. Konsep asuhan keperawatan ………………………………..
9. Diagnosa keperawatan……………………………………….
10. Intervensi ……………………………………………………
5. BAB III LAPORAN KASUS …………………..........................
6. BAB IV SIMPULAN DAN SARAN …………………………...
7. DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah suatu kumpulan gejala klinis Iskemia Mi
okardium yang terjadi akibat kurangnya aliran darah ke miokardium berupa nyeri dad
a, perubahan segmen ST pada Electrocardiogram (EKG), dan perubahan biomarker ja
ntung. Keadaan iskemia yang akut dapat menyebabkan nekrosis miokardial yang berl
anjut menjadi Infark Miokard Akut (Sungkar, 2015). Infark Miokard Akut diklasifikas
ikan berdasarkan hasil EKG menjadi Infark Miokard Akut ST-elevasi (STEMI) dan In
fark Miokard Akut non ST-elevasi (NSTEMI). STEMI terjadi oklusi total arteri koron
er sehingga menyebabkan daerah infark yang lebih luas, hal ini dikarenakan dalam ha
sil pemeriksaan elektrocardiogram ditemukan adanya elevasi segmen ST. sedangkan
NSTEMI merupakan oklusi sebagian dari arteri koroner tanpa melibatkan seluruh kete
balan miokardium sehingga tidak ada elevasi segmen ST pada EKG (Ulinnuha, 2017).
NSTEMI terjadi oklusi yang tidak melibatkan seluruh miokardium sehingga dalam ha
sil pemeriksaan EKG tidak ditemukan adanya ST elevasi segmen (Iwan, 2010). NSTE
MI merupakan oklusi sebagian dari arteri koroner tanpa melibatkan seluruh ketebalan
miokardium sehingga tidak ada elevasi segmen ST pada EKG (Ulinnuha, 2017).
Keluhan umum yang sering dirasakan yaitu rasa nyeri di dada sebelah kiri dira
sakan seperti tertindih, terbakar, teriris. Nyeri diakibatkan dari tidak optimalnyapomp
a jantung yang disebabkan adanya sumbatan (Santosa, 2013). Nyeri dada merupakan s
alah satu masalah utama yang harus ditangani karena dapat mengganggu baik secara f
isik maupun psikologis pada pasien, respon pada fisiologis nyeri mengakibatkan stim
ulasi simpatik, yangakan menyebabkan pelepasan epineprinyang mengakibatkan teka
nan pada arteri meningkat. Sedangkan respon psikologis dapat menimbulkan rasa cem
as takut dan apabila dibiarkan tanpa penanganan dapat mengancam kesehatan jiwa ses
eorang (Potter&Perry, 2010).
Menurut (WHO,2014) Angka ini akan terus meningkat dan diperkirakan menc
apai 23,3 juta kematian pada tahun 2030 yang disebabkan oleh penyakit jantung. Di I
ndonesia penyakit jantung saat ini menduduki urutan pertama penyebab kematian, sek
itar 25% dari seluruh kematian hampir disebabkan oleh gangguan kelainan jantung (K
emenkes RI, 2013). Penyakit jantung iskemik merupakan penyebab kematian utamadi
dunia (12,2%). Fenomena yang terjadi di masyarakat yaitu mereka menganggap peny
akit SKA dengan menyebutnya angin duduk atau sering dianggap sebagai masuk angi
n, padahal angin duduk bukan masuk angin melainkan tanda gangguan pada jantung,
angin duduk memang memiliki gejala yang mirip dengan masuk angin biasa, sehingga
gejalanya sering disepelekan dan tidak langsung dibawa ke dokter, tetapi mereka men
gobatinya dengan cara minum jamu tolak angin dan mengerok lapisan kulit paling lua
r atau biasa disebut kerokan yang diyakini bisa menjadi solusi alternatif untuk mengat
asi gejala masuk angin (Santoso Karo, 2016)
Berdasarkan pemaparan diatas, kelompok kami membahas tentang klien atas
indikasi Non-St Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI) Diruang Intensive Care
Unit (ICU) RSUD DR. Soekardjo Kota Tasikmalaya.

2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melalukan proses dan asuhan keper
awatan pada pasien dengan NSTEMI diruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD
Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada klien NSTEMI, penulis mampu :
a. Memahami tentang konsep asuhan keperawatan pada Tn. A dengan Diagnosa
NSTEMI
b. Melaksanakan pengkajian pada Tn. A dengan Diagnosa NSTEMI
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. A dengan Diagnosa
NSTEMI
d. Mampu melakukan intervensi keperawatan pada Tn. A dengan Diagnosa
NSTEMI
e. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Tn. A dengan Diagnosa
NSTEMI
f. Mampu melakukan evaluasi pada Tn. A dengan Diagnosa NSTEMI
g. Mampu melakukan pendokumentasian pada Tn. A dengan Diagnosa NSTEMI

I. Manfaat
Penyusunan Kasus kelolaan ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yaitu:
1. Bagi Penyusun
Memberikan pengetahuan dan memperbanyak pengalaman bagi penulis dalam me
mberikan dan menyusun asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa
NSTEMI
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi bahan referensi bagi perpustakaan, dan dapat menjadi bahan masuk
an mengenai NSTEMI
3. Bagi Rumah Sakit
Memberikan masukan bagi tim kesehatan rumah sakit dalam memberikan Asuhan
keparawatan pada pasien NSTEMI yang lebih optimal
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

1. PENGERTIAN NSTEMI
Non ST Elevasi Infark Miokard merupakan adanya ketidakseimbangan
permintaan dan suplai oksigen ke miokardium terutama akibat penyempitan oleh
arteri koroner akan menyebabkan iskemia miokardium lokal. Iskemia yang bersifat
sementara akan menyebabkan perubahan reversible pada tingkat sel dan jaringan
(Sylvia, 2016).
Sindrom koroner akut adalah suatu kumpulan gejala klinis iskemia
miokard yang terjadi akibat kurangnya aliran darah ke miokardium berupa
nyeri dada, perubahan segmen ST pada Electrocardiogram (EKG), dan
perubahan biomarker jantung (Kumar & Cannon, 2009)
Infark Miokard Akut diklasifikasikan berdasarkan hasil EKG menjadi
Infark Miokard Akut ST-elevasi (STEMI) dan Infark Miokard non STelevasi
(NSTEMI). Pada Infark Miokard Akut ST-elevasi (STEMI) terjadi oklusi total
arteri koroner sehingga menyebabkan daerah infark yang lebih luas meliputi
seluruh miokardium, yang pada pemeriksaan EKG ditemukan adanya elevasi
segmen ST, sedangkan pada Infark Miokard non ST-elevasi (NSTEMI) terjadi
oklusi yang tidak menyeluruh dan tidak melibatkan seluruh miokardium,
sehingga pada pemeriksaaan EKG tidak ditemukan adanya elevasi segmen ST
(Alwi, 2009).
2. ETIOLOGI
Terdapat dua faktor risiko yang dapat menyebabkan penyakit arteri kor
oner serta memicu stemi yaitu faktor risiko yang dapat dimodifikasi (modifiab
le) dan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi (nonmodifiable). Faktor risi
ko modifiable dapat dikontrol dengan mengubah gaya hidup dan kebiasaan pri
badi, sedangkan faktor risiko yang nonmodifiable merupakan konsekuensi gen
etic yang tidak dapat dikontrol (Smeltzer, 2002).
Menurut Muttaqin (2009) ada lima faktor risiko yang dapat diubah (modifiabl
e) yaitu merokok, tekanan darah tinggi, hiperglikemia,kolesterol dara
h tinggi, dan pola tingkah laku.

a. Merokok
Merokok dapat memperparah dari penyakit koroner diantaranya
karbondioksida yang terdapat pada asap rokok akan lebih mudah mengikat
hemoglobin dari pada oksigen, sehingga oksigen yang disuplai ke jantung
menjadi berkurang. Asam nikotinat pada tembakau memicu
pelepasan katekolamin yang menyebabkan konstriksi arteri dan membuat
aliran darah dan oksigen jaringan menjadi terganggu. Merokok dapat
meningkatkan adhesi trombosit yang akan dapat mengakibatkan
kemungkinan peningkatan pembentukan thrombus.
b. Tekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggi merupakan juga faktor risiko yang dapat
menyebabkan penyakit arteri koroner. Tekanan darah yang tinggi akan
dapat meningkatkan gradien tekanan yang harus dilawan oleh ventrikel
kiri saat memompa darah. Tekanan tinggi yang terus menerus
menyebabkan suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat.
c. Kolestrerol darah tinggi
Tingginya kolesterol dengan kejadian penyakit arteri koroner memiliki
hubungan yang erat. Lemak yang tidak larut dalam air terikat dengan
lipoprotein yang larut dengan air yang memungkinkannya dapat diangkut
dalam system peredaran darah. Tiga komponen metabolisme lemak,
kolesterol total, lipoprotein densitas rendah (low density lipoprotein) dan
lipoprotein densitas tinggi (high density lipoprotein). Peningkatan
kolestreol low density lipoprotein (LDL) dihubungkan dengan
meningkatnya risiko koronaria dan mempercepat proses arterosklerosis.
Sedangkan kadar kolesterol high density lipoprotein (HDL) yang tinggi
berperan sebagai faktor pelindung terhadap penyakit arteri koronaria
dengan cara mengangkut LDL ke hati, mengalami biodegradasi dan
kemudian diekskresi (Price, 1995).
d. Hiperglikemia
Pada penderita diabetes mellitus cenderung memiliki prevalensi
aterosklerosis yang lebih tinggi, hiperglikemia menyebabkan peningkatan
agregasi trombosit yang dapat menyebabkan pembentukan thrombus.
e. Pola perilaku
Pola hidup yang kurang aktivitas serta stressor psikososial juga ikut
berperan dalam menimbulkan masalah pada jantung. Rosenman dan
Friedman telah mempopulerkan hubungan antara apa yang dikenal sebagai
pola tingkah laku tipe A dengan cepatnya proses aterogenesis. Hal yang
termasuk dalam kepribadian tipe A adalah mereka yang memperlihatkan
persaingan yang kuat, ambisius, agresif, dan merasa diburu waktu. Stres
menyebabkan pelepasan katekolamin, tetapi masih dipertanyakan apakah
stres memang bersifat aterogenik atau hanya mempercepat serangan.
3. PATOFISIOLOGI
Menurut Gusti (2019) NSTEMI disebabkan oleh penurunan suplai
oksigen dan peningkatan kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh
obstruksi koroner. NSTEMI dapat terjadi karena trombosis akut atau proses
vasokontriksi koroner. Trombosis akut pada arteri koroner disebabkan dengan
adanya ruptur plak yang tidak stabil. Plak yang tidak stabil ini biasanya
mempunyai lipid yang besar,densitas otot polos yang rendah, fibrous cap yang
tipis dan konsentrasifaktor jaringan yang tinggi. Inti lemak yang cenderung
ruptur mempunyai konsentrasi ester kolesterol dengan proporsi asam lemak tak
jenuh yang tinggi. Pada daerah ruptur plak dijumpai sel makrofag dan limfosit
T yang menunjukkan adanya proses inflamasi.Sel-sel ini akan mengeluarkan
32 sitokin proinflamasi seperti TNF a, dan IL-6. Selanjutnya IL-6
merangsang pengeluaran hsCRP di hati.

4. PATHWAY
5. MANISFESTASI KLINIS

Menurut Gusti (2019) adalah :

1. Nyeri dada

Nyeri yang berlangsung selama 30 menit sedangkan pada angina kurang. Selain
itu pada angina, nyeri akan berkurang saat dibawa beraktivitas namun lain
halnya dengan NSTEMI

2. Sesak nafas

Disebabkan oleh adanya peningkatan mendadak antara tekanan diastolik


ventrikel kiri, disaat itu perasaan cemas juga menimbulkan hiperventilasi. Pada
infark tanpa gejala nyeri ini, sesak napas merupakan tanda adanya disfungsi
ventrikel kiri yang bermakna

3. Gejala Gastrointestinal

Meningkatkan aktivitas vagal disebabkan mual dan muntah, dan biasanya lebih
sering pada infark inferior, dan stimulasi diafragma pada infak inferior juga bisa
menyebabkan cegukan

4. Gejala Lain

Termasuk palpitasi, rasa pusing atau sinkop dari aritmia ventrikel dan gelisah.
6. PENATALAKSANAAN
Pasien NSTEMI harus istirahat ditempat tidur dengan pemantauan EKG untuk deviasi
segmen ST dan irama jantung. Empat komponen utama terapi harus dipertimbangkan
pada setiap pasien NSTEMI yaitu:
1) Terapi anti iskemia
Bertujuan untuk menghilangkan nyeri dada dan mencegah nyeri dada berulang.
Dapat diberikan terapi awal mencakup nitrat dan penyekat beta.Terapi ini terd
iri dari nitrogliserin sublingual dan dapat dilanjutkan dengan intravena dan pen
yekat beta oral
a) Nitrat
 Pertama kali diberikan sublingual atau spray bukal jika pasien
mengalami nyeri dada iskemia.
 Jika nyeri menetap setelah diberikan nitrat sublingual 3X dgn i
nterval5 menit, direkomendasikan pemberian nitrogliserin intra
vena (mulai 5-10 ug/menit). Dimana laju dapat ditingkatkan 10
ug/menit tiap 3-5 menit setiapkeluhan menghilang / tekanan sist
olik <100 mmHg.
 Setelah nyeri dada hilang, dapat digantikan den
gan nitrat oral/dapatmenggantikan nitrogliserin
intravena jika pasien sudah bebas nyeriselama 1
2-24 jam
b) Penyekat Beta
Penyekat beta oral diberikan dgn frekuensi jantung 50-
60X/menit. Antagonis kalsium yng mengurangi frekue
nsi jantung seperti verapamilatau diltiazem direkomend
asikan pada pasien dengan nyeri dada persisten atau re
kuren setelah terapi nitrat dosis penuh dan penyekat bet
a dan pada pasien dengan kontraindikasi pengikat beta.
1) Terapi antiplatelet
 Aspirin
Berfungsi penghambat siklooksigenase-1. P
ada pemberian terapi aspirin dapat terjadi si
ndrom resistensi insulin yg ditandai dgn pe
nghambat agresasi platelet dan/kegagalan
yg dapat memperpanjang waktu pendarahan
 Clopidogrel
Clopidogrel sebaiknya diberikan pada pasie
n yg direncanakan mendapatkan pendekata
n non invasif dini, pasien yang bukan meru
pakan kandidat operasi koroner segera/mem
iliki kontraindikasi untuk operasi dan katete
risasi ditunda selama >2436 jam.
2) Terapi Antikoagulan
 UFH (Unfractionated Heparin)
Manfaat UFH jika ditambah aspirin telah dibuktika
n dalam 7 penelitian acak dan kombinasi UFH dan
aspirin telah dignakan dalam tatalaksana NSTEMI
untuk lebih dari 15 tahun. Namun, terdapat banyak
kerugian UFH termasuk dalam ikatan yang non spe
sifik danmenyebabkan inaktivasi platelet, endotel
vascular, fibrin, plateletfactor 4 dan sejumlah prot
ein sirkulasi.
 LMWH (Low Molecular Weight Heparin)
Merupakan inhibitor utama pada sirkulasi tr
ombin dan juga pada faktorX sehingga obat
ini mempengaruhi tidak hanya kinerja trom
bin dalam sirkulasi (efek anti faktor IIa-ny
a) dan juga mengurangi pembentukantromb
in (efek IIa-nya). Keutungan praktik obat i
ni adalah absorbsi ygcepat dan dapat dipred
iksi setelah pemberian subkutan.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Biomarker Jantung
Kardiak troponin (TnT dan TnI) memegang peranan pentin
g dalam diagnosis dan stratifikasi resiko, dan dapat membe
dakan NSTEMI dengan UA. Troponin lebih spesifik dan se
nsitive dibandingkan enzim jantung tradisional lainnya sep
erti creatine kinase (CK), isoenzim CK yaitu CKMB dan m
ioglobin. Peningkatan troponin jantung menggambarkan ke
rusakan selular miokard yang mungkin disebabkan oleh em
bolisasi distal oleh thrombus kaya platelet dari plak yang r
upture atau mengalami erosi. Creatine kinase – MB (CKM
B) yang merupakan protein karier sitosolik untuk fospat en
ergy tinggi telah lama dijadikan sebagai standar diagnosis i
nfark miokard. Namun CKMB kurang sensitive dan kuran
g spesifik dibandingkan dengan troponin jantung dalam me
nilai infark miokard. CKMB dalam jumlah yang kecil dapa
t ditemui pada darah orang sehat dan meningkat seiring de
ngan kerusakan otot lurik.
2) EKG (T inverted dan ST Depresi)
Pada pemeriksaan EKG dijumpai adanya gambaran T inver
ted dan ST depresi yang menunjukkan adanya iskemia pad
a arteri koroner. Jika terjadi iskemia, gelombang T menjadi
terbalik (inverse), simetris,biasanya bersifat sementara. Bil
a pada kasus ini tidak didapatkan kerusakan mikardium, se
suai dengan pemeriksaan CK-MB (creatine kinase-myoglo
bin) maupun troponin yang tetap normal, diagnosisnya ada
lah angina tidak stabil. Namun jika inverse gelombang T m
enetap, biasanya didapatkan kenaikan kadar troponin, dan
diagnosisnya menjadi NSTEMI.
3) Angiografi
Untuk menentukan derajat stenosis pada arteri koroner. Ap
abila pasien mengalami derajat stenosis 50% pada pasien d
apat diberikan obatobatan. Dan apabila pasien mengalami s
tenosis lebih dari 60% maka pada pasien harus diintervens
i dengan pemasangan stent.
4) Echo Cardiography
Pemeriksaan ekokardiografi dan Doppler sebaiknya dilaku
kan setelah hospitalisasi untuk menilai fungsi global ventri
kel kiri dan abnormalitas gerakan dinding regional. Ekokar
diografi juga diperlukan menyingkirkan penyebab nyeri da
da.

8. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1) Pengkajian
a. Biodata Klien
Identitas klien meliputi : nama,umur,jeniskelamin, pendidikan,
pekerjaan,agama,suku/bangsa, waktu masuk rumah sakit, wakt
u pengkajian, diagnosa medis, nomor MR dan alamat. Identita
s penanggung jawab meliputi : nama, umur, pekerjaan, agama,
pendidikan, suku/bangsa, alamat, hubungan dengan klien.
2) Pengkajian Primary
a) Airway
Proses jalan nafas yaitu pemeriksaan obstruksi jalan nafas, adanya sua
ra nafas tambahan adanya benda asing
b) Breathing
Frekuensi nafas, apa ada penggunaan otot bantu nafas, retraksi dada, a
danya sesak nafas, palpasi pengembangan paru, auskultasi suara nafas,
kaji adanya suara nafas tambahan.
c) Circulation
Pengkajian mengenai volume darah dan cardiac output serta adanya p
erdarahan. pengkajian juga meliputi status hemodinamik, warna kulit,
nadi.
d) Disability
Pengkajian meliputi tingkat kesadaran compos mentis (E4M6V5) GC
S 15, pupil isokor, muntah tidak ada, ekstremitas atas dan bawah norm
al, tidak ada gangguan menelan.
e) Exsposure
Pengkajian meliputi untuk mengetahui adanya kemungkinan cidera ya
ng lain, dengan cara memeriksa semua tubuh pasien harus tetap dijaga
dalam kondisi hangat supaya untuk mencegah terjadinya hipotermi.
f) Folley Catheter
Pengkajian meliputi adanya komplikasi kecurigaan ruptur uretra jika a
da tidak dianjurkan untuk pemasangan kateter, kateter dipasang untuk
memantau produksi urin yang keluar
g) Gastric tube
Pemeriksaan ini tujuan nya untuk mengurangi distensi pada lambung
dan mengurangi resiko untuk muntah.
h) Monitor EKG Pemeriksaan ini di lakukan untuk melihat kondisi irama
dan denyut jantung.
3) Pengkajian Survey Sekunder
a) Keluhan utama
Keluhan utama yaitu penyebab klien masuk rumah sakit yang dira
sakan saat dilakukan pengkajian yang ditulis dengan singkat dan je
las. Keluhan klien pada gagal jantung bisa terjadi sesak nafas, sesa
k nafas saat beraktivitas, badan terasa lemas, batuk tidak kunjung
sembuh berdahak sampai berdarah, nyeri pada dada, nafsu makan
menurun, bengkak pada kaki.
b) Riwayat penyakit sekarang
Merupakan alasan dari awal klien merasakan keluhan sampai akhi
rnya dibawa ke rumah sakit
c) Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan mengenai masalah-masalah seperti adanya riwayat peny
akit jantung, hipertensi, perokok hebat, riwayat gagal jantung, per
nah dirawat dengan penyakit jantung, kerusakan katub jantung ba
waan, diabetes militus dan infark miokard kronis.
d) Riwayat penyakit keluarga
Hal yang perlu dikaji dalam keluarga klien, adakah yang menderit
a penyakit sama dengan klien, penyakit jantung, gagal jantung, hi
pertensi.
e) Riwayat psikososial spiritual
Yaitu respon emosi klien pada penyakit yang di derita klien dan pe
ran klien di pada keluarga dan masyarakat serta respon dan penga
ruhnya dalam kehidupan sehari-hari dalam keluarga atau masyarak
at.
f) Pola persepsi dan konsep diri
Resiko dapat timbul oleh pasien gagal jantung yaitu timbul akan k
ecemasan akibat penyakitnya. Dimana klien tidak bisa beraktifitas
aktif seperti dulu dikarenakan jantung nya yang mulai lemah
g) Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Kebiasaan makan klien sehari-hari, kebiasaan makanmaka
nan yang dikonsumsi dan kebiasaan minum klien sehari-ha
ri, pasien akibat gagal jantung akan mengalami penurunan
nafsu makan, meliputi frekwensi, jenis, jumlah dan masala
h yang dirasakan.
b. Pola Eliminasi
Kebiasaan BAB dan BAK klien akan berpengaruh terhada
p perubahan sistem tubuhnya.
c. Pola Istirahat Tidur Kebiasaan klien tidur sehari-hari, terja
di perubahan saat gejala sesak nafas dan batuk muncul pad
a malam hari. Semua klien akibar gagal jantung akan meng
alami sesak nafas, sehingga hal ini dapat menganggu tidur
klien.
d. Personal Hygiene
Yang perlu di kaji sebelum dan sesudah pada psien yaitun
ya kebiasaan mandy, gosok gigi, cuci rambut, dan memoto
ng kuku.
e. Pola Aktivitas

Sejauh mana kemampuan klien dalam beraktifitas dengan


konsdisi yang di alami pada saat ini.

h) Pemeriksaan Fisik Head Toe To


a. Kepala
Inspeksi: simetris pada kepala, rambut terlihat kering dan k
usam, warna rambut hitam atau beuban, tidak adanya hema
tom pada kepala, tidak adanya pedarahan pada kepala. Palp
asi: tidak teraba benjolan pada kepala, rambut teraba kasar
b. Mata
Inspeksi : simetris kanan dan kiri, tidak ada kelainan pada
mata, reflek pupil terhadap cahaya baik, konjungtiva anemi
s, sklera tidak ikterik, tidak ada pembengkakan pada mata,
tidak memakai kaca mata. Palpasi : tidak ada nyeri tekan d
an lepas pada daerah mata, tidak teraba benjolan disekitar
mata
c. Telinga
Inspeksi : simetris kiri dan kanan pada telinga, tidak terjadi
perdarahan, tidak ada pembengkakan, dan pendengaran ma
sih baik.
Palpasi : tidak terasa benjolan pada daun telinga, tidak ada
nyeri saat diraba bagian telinga, tidak ada perdarahan pada
telinga baik luar maupun dalam.
d. Hidung
Inspeksi : simetris pada hidung, tidak ada kelainan bentuk
pada hidung, tidak ada perdarahan, ada cuping hidung, terp
asang oksigen.
Palpasi : tidak terasa benjolan pada hidung dan tidak ada p
erdarahan pada hidung.
e. Mulut dan tenggorokan
Inspeksi : mulut terlihat bersih, gigi lengkap atau tidak ses
uai dengan usia, mukosa lembab/ kering, tidak ada stomatit
is, dan tidak terjadi kesulitan menelan
f. Thoraks
Inspeksi : dada tampak simetris tidak ada lesi pada thorak,
tidak ada otot bantu pernafasan, dan tidak terjadi perdarah
an pada thorak.
Palpasi : tidak teraba benjolan pada dada, suhu pada thorak
teraba sama kiri kanan
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler atau terdapat suara tambahan pada th
oraks seperti ronkhi, wheezing, dullness
g. Jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat, arteri carotis terlihat dengan
jelas di leher.
Palpasi: denyut nadi meningkat, CRT > 3 detik
Perkusi : pekak
Auskultasi : S1 dan S2 reguler atau terdapat suara tambaha
n seperti mur-mur dan gallop.
h. Abdomen
Inspeksi : abdomen tampak datar, tidak ada pembesaran, ti
dak ada bekas operasi, dan tidak adanya lesi pada abdomen.
Auskultasi : bising usus 12x/m Perkusi : saat diperkusi ter
dengat bunyi tympani
Palpasi : tidak terasa adanya massa/ pembengkakan, hepar
dan limpa tidak terasa,tidak ada nyeri tekan dan lepas dida
erah abdomen.
i. Genitalia
Pasien terpasang kateter, produksi urin banyak karena pasi
en jantung dapat diuretik.
j. Ekstremitas
Ekstremitas atas : terpasang infus salah satu ekstremtas ata
s, tidak ditemukan kelainan pada kedua tangan, turgor kulit
baik, tidak terdapat kelainan, akral teraba hangat, tidak ada
edema, tidak ada terjadi fraktur pada kedua tangan.
Ekstremitas bawah : tidak ditemukankelainan pada kedua k
aki, terlihat edema pada kedua kaki dengan piring udem >
2 detik, type derajat edema, tidak ada varises pada kaki, ak
ral teraba hangat.
9. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan Curah Jantung
2. Nyeri Akut
3. Pola napas tidak efektif
4. Intoleransi aktivitas
10. INTERVENSI KEPERAWATAN

SDKI SLKI SIKI


Penurunan Setelah dilakukan tindakan PERAWATAN JANTUNG (I.02075)
curah jantung keperawatan dalam waktu 1. Observasi
3 x 24 jam diharapkan
 Identifikasi tanda/gejala primer Penurunan curah
curah jantung cukup jantung (meliputi dispenea, kelelahan, adema
meningkat Kriteria hasil : ortopnea paroxysmal nocturnal dyspenea,
- Kekuatan nadi perifer peningkatan CPV)
 Identifikasi tanda /gejala sekunder penurunan
cukup meningkat
curah jantung (meliputi peningkatan berat badan,
- Cardiac index cukup hepatomegali ditensi vena jugularis, palpitasi,
meningkat ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
 Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah
- Palpitasi cukup menurun
ortostatik, jika perlu)
- Suara jantung S3 sedang  Monitor intake dan output cairan
- Suara jantung S4 sedang  Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang
- Tekanan darah membaik sama
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas,
lokasi, radiasi, durasi, presivitasi yang
mengurangi nyeri)
 Monitor EKG 12 sadapoan
 Monitor aritmia (kelainan irama dan frekwensi)
 Monitor nilai laboratorium jantung (mis.
Elektrolit, enzim jantung, BNP, Ntpro-BNP)
 Monitor fungsi alat pacu jantung
 Periksa tekanan darah dan frekwensi nadi sebelum
dan sesudah aktifitas
 Periksa tekanan darah dan frekwensi nadi sebelum
pemberian obat (mis. Betablocker, ACEinhibitor,
calcium channel blocker, digoksin)

2. Terapeutik

 Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan


kaki kebawah atau posisi nyaman
 Berikan diet jantung yang sesuai (mis. Batasi
asupan kafein, natrium, kolestrol, dan makanan
tinggi lemak)
 Gunakan stocking elastis atau pneumatik
intermiten, sesuai indikasi
 Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi
hidup sehat
 Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres,
jika perlu
 Berikan dukungan emosional dan spiritual
 Berikan oksigen untuk memepertahankan saturasi
oksigen >94%

3. Edukasi

 Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi


 Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
 Anjurkan berhenti merokok
 Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat
badan harian
 Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan
output cairan harian

4. Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu


 Rujuk ke program rehabilitasi jantung

Nyeri akut Setalah dilakukan tindakan keperawatan da Manajemen nyeri


lam 3x24 jam diharapkan Nyeri dapat terat Observasi
asi dengan kriteria hasil:  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Tingkat nyeri kualitas dan intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri menurun  Identifikasi respon non verbal
2. Meringis menurun  Identifikasi faktor yang memperberatdan memperin
3.Sikap protektif menurun gan nyeri
4. Gelisah menurun  Monitor keberhasilan terapi yang sudah dilakukan
5.Kesulitan tidur menurun  Monitor efek samping penggunaan analgetik
6.Ketegangan otot menurun Terapeutik
 Berikan tehnik non farmakologis dalam melakukan
penanganan nyeri
 Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, priode dan pemicu nyeri
 Ajarkan strategi meredakan nyeri
 Mengajarkan dan menganjurkan untuk memonitor
nyeri secara mandiri
 Mengajarkan tehnik non farmakologis yang tepat
 Menganjurkan menggunakan analgetik secara tep
at
Kolaborasi
 Kolaborasi dalam pemberian analg
etik jika perlu
Pola nafas Pemantauan Respirasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan
tidak efektif
selama 3 x 24 jam, maka pola napas Observasi: 
membaik, dengan kriteria hasil:
 Monitor pola nafas, monitor saturasi oksigen
 Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
1. Dispnea menurun
napas
2. Penggunaan otot bantu napas  Monitor adanya sumbatan jalan nafas
menurun  Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
3. Pemanjangan fase ekspirasi  Auskultasi bunyi nafas
 Monitor nilai AGD
menurun
4. Frekuensi napas membaik
5. Kedalaman napas membaik
Terapeutik

 Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan


 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

Terapi Oksigen

Observasi

 Monitor kecepatan aliran o2


 Monitor tanda dan gejala hipoventilasi
 Monitor integritas mukosa hidung

Terapeutik :

Pertahankan kepatenan jalan nafas


Intoleransi Setalah dilakukan tindakan keperawatan da Dukungan ambulasi
Aktivitas lam 3 x 24 jam diharapkan intoleransi aktiv Observasi
itas dapat teratasi dengan kriteria hasil:  Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengaki
 Kemudahan dalam melakukan aktivitas batkan kelelahan
 Monitor pola dan jam tidur
sehari-hari meningkat  Monitor kelelahan fisik dan emosional
 Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah Terapeutik
meningkat  Anjurkan tirah baring
 Keluhan lelah menurun  Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Edukasi
Dispnea saat aktivitas menurun
 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulas
i
 Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
 Berikan aktivitas distraki yang menenangkan
 Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dap
at berpindah atau berjalan
Kolaborasi :

Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan as


upan cairan
BAB III
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS


NON ST ELEVASI MIOKARD INFARK (NSTEMI)
DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSUD DR.SOEKARDJO
KOTA TASIKMALAYA
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Usia : 54 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam
Alamat : Sumedang
Diagnosa Medis : NSTEMI
No RM : 17084924
2. Pengkajian Primer
a. Airway :
Jalan nafas bebas dari sumbatan, tidak ada benda asing, gurgling (-), snoring (-)
b. Breathing :
Respirasi 29 x/ menit, irama nafas reguler, tidak ada bunyi nafas tambahan,
terpasang Oksigen NRM 10 Lpm, SpO2 97%,
c. Circulation :
Tidak ada perdarahan, Nadi 98x/mnt, CRT < 2 detik, akral hangat, sianosis (-),
oedema (-)
d. Disability :
Kesadaran composmentis, GCS :15 E4, M6, V5
e. Exposure
Tidak ada perubahan bentuk, tidak ada tumor, tidak ada luka dan nyeri di bagian
dada, klien tampak lemas
f. Folly Cateter
Terpasang folley cateter, Jumlah Urine 300cc/6jam, warna kuning jernih
g. Gastrik Tube
Tidak terpasang NGT
h. Heart Monitor
HR: 98 x/menit
TD: 151/75mmHg
P : 83x/menit
R : 29x/menit
S : 36,20C
Spo2 : 97 %
MAP : 71 mmHg
Gambaran EKG : Sinus Rythm
3. Pengkajian Sekunder
a. Anamnesis
1) Keluhan Utama:
Klien mengatakan nyeri dibagian dada
2) Riwayat penyakit sekarang
Klien datang dengan keluhan nyeri sejak tadi malam pukul 23.00 sebelum
masuk RS . pada saat pengkajian pada tgl 27 desember 2022 didapatkan hasil :
P : Nyeri dada disebabkan karena penurunan suplai o2 ke miokardium, nyeri
bertambah ketika beraktivitas dan berkurang jika diistirahatkan, klien
mengatakan mempunyai riwayat perokok aktif
Q : Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk
R : Nyeri dirasakan menjalar ke punggung
S : Skala nyeri 5 (0-10)
T : Nyeri dirasakan hilang timbul, lama nyeri dirasakan ±5 menit
Klien juga mengeluh sesak nafas, sesak dirasakan seperti dihimpit benda
tajam, dan mengeluh lemas sehingga tidak dapat beraktivitas normal.

A (Alergi) Pasien mengatakan tidak memiliki


Adanya alergi makanan, obat riwayat alergi
dan lingkungam
M (Medikation) Klien mengkonsumsi obat yang
Obat atau herbal yang saat ini diperoleh dari pemeriksaan rawat jalan
dikonsumsi Obat ; amlodipine tab 10 mg 1x1
P ( pats Illnes) Pasien mengatakan tidak memiliki
Penyakit penyerta dan riwayat penyakit penyerta, pasien mengatakan
pembedahan yang baerkaitan keluarganya tidak ada yang memiliki
dengan gejala riwayat penyakit jantung
L (last meal) Pasien terakhir makan bubur
Makanan terakhir
E (Event /Environtmen) Pasien memiliki riwayat hipertensi dan
Riwayat yang menyebabkan memiliki kebiasaan merokok
penyakit atau cidera

b. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem Kardiovaskuler
Bunyi jantung normal, nadi 98x/mnt, CRT < 2 detik, akral hangat, nyeri di
dada kiri, tidak ada edema, gambaran EKG non ST elevasi . Daerah ST
elevasi di V4.
2) Sistem Pernafasan
Respirasi 29x/mnt, Bunyi nafas vesikuler, terpasang O2 NRM
10Lpm,SpO2 97 %, pengembangan dada simetris, tidak ada pernafasan
cuping hidung, tidak ada suara nafas tambahan.
3) Sistem Neurologis & Sensori
Kesadaran Composmentis, GCS 15 E4M6V5, penglihatan jelas,
pendengaran jelas, dapat membedakan bau, kemampuan menelah
baik,dapat membedakan rasa.
4) Sistem Genitourinaria
Terpasang cateter urine 300cc/6jam.
5) Integumen
Turgor kulit kering, elastis, akral hangat, tidak ada lesi, tidak ada tumor
atau benjolan
6) Abdomen
Bentuk datar, bising usus 9x/mnt, tidak ada nyeri tekan, tidak asites.
7) Cairan
Terpasang infus Nacl 1000cc/24 jam di ekstremitas atas bagian kiri
8) Mobilisasi
Aktivitas klien dibantu total
9) Istirahat
Klien mengatakan pada malam hari bisa tidur dengan nyenyak
10) Nutrisi
Klien menghabiskan bubur dari rumah sakit kurang lebih 10 sendok.
11) Psikososial
Klien dapat menerima apa yang dideritanya saat ini serta mampu
komunikasi dengan baik dan tampak tenang.
c. Data penunjang
 Hasil pemeriksaan laboratorium

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan


Hematology
Hemoglobin 14,3 14-18 g/dl
Hematokrit 42 40-50 %
Karbohidrat
Glukosa sewaktu 284 26-110 Mg/dl
Elektrolit
Natrium, Na 134 13-145 Mmol/l
Kalium, K 46 3,5-5,5 Mmol/l
Kalsium,Ca 1,13 1,10-1,40 Mmol/l
Analisa Gas Darah
PH 7,20 7,35-7,45 -
PCO2 20 35-45 mmHg
PO2 83 80-105 mmHg
Total CO2 8 23-27 Meq/l
HCO3 8 22-26 Meq/l
BE -20 (-2)-(+3) Meq/l
SAT O2 94 % 95-98 %
Hba Ic 8.0% 3,8-6,5 %
Faal Hati/Jantung
Ck-mb 20 <25 U/L/37°C

 Therapy obat
a. Loading DAPT
b. Vasola 1 x 2,5 mg
c. Atorvastin 1x40
d. MST 3x10
e. Lansoprazol 1x30 mg
f. Bisoprolol 1x5 mg
g. Nacl 0,9% 1000cc/24 jam
 Gambaran EKG

4. Analisa Data

Data Etiologi Problem


Ds: NSTEMI Nyeri akut
-klien mengatakan nyeri ↓
Metabolisme anaerob
dibagian dada
meningkat

DO : Asam laktat meningkat
-klien tampak kesakitan ↓
Menyentuh ujung syaraf
-skala nyeri 4 0-10) reseptor
-TD : 91/62mmHg ↓
-Nadi : 83x/mnt Nyeri dada

-Respirasi : 29x/mnt
-Suhu : 36,2
Ds: NSTEMI Pola nafas tidak efektif
-Klien mengatakan ↓
Iskemia miokard
sesak nafas

-Klien mengatakan Aliran darah koroner ↓
dirinya perokok aktif ↓
Aliran darah ke paru
terganggu
DO: ↓
Suplai O2 tidak seimbang
-Klien tampak sesak
dengan kebutuhan tubuh
-Terpasang O2 NRM ↓
10Lpm Meningkatnya kebutuhan O2
-Spo2 94 % ↓
Takipnea

Pola nafas tidak efektif

DS : NSTEMI Intoleransi Aktivitas


-Klien mengatakan sesa ↓
Kontraksi miokard
k saat beraktivitas

-Klien mengatakan Tekanan darah naik
lemas ↓
Kemampuan tubuh
menyediakan energi menurun
DO : ↓
-Aktivitas klien dibantu Intoleransi aktivitas
perawat
-Klien tampak berbarin
g, aktivitas dilakukan di
atas tempat tidur
-Klien tampak lemas

B. Diagnosa Keperawatan berdasarkan prioritas


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
C. Intervensi Keperawatan

SDKI SLKI SIKI


Nyeri Akut (D.0077) berhubungan Tingkat Nyeri (l.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
dengan agen pencedera biologis Setelah dilakukan tindakan keperawatan se Observasi :
lama 1x24 jam masalah nyeri akut diharap  Identifikasi lokasi, karakteristik, dur
akan menurun dan teratasi dengan indikato asi, frekuensi, kualitas, intensitas ny
r: eri.
1. Keluhan nyeri menurun  Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun  Identifikasi respon nyeri non verbal
3. Sikap protektif menurun  Identifikasi faktor yang memperbera
4. Kesulitan Tidur menurun t dan meringankan nyeri
5. Gelisah menurun
6. Diaphoresis menurun Terapeutik :
 Berikan teknik nonfarmakologis unt
uk mengurangi rasa nyeri (mis. TEN
S, hipnosis, akupresur, dll)
 Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi :
 Jelaskan penyebab, periode, dan pe
micu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Ajarkan teknik nonfarmakologis unt
uk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perl
u
Pola Napas Tidak Efektif (D.0005) Pola Napas (L.01004) Pemantauan Respirasi
berhubungan dengan hambatan upaya Setelah dilakukan tindakan keperawatan se
Observasi: 
nafas lama 1x24 masalah pola napas tidak efekti
 Monitor pola nafas, monitor saturasi
f pada pasien membaik dengan indikator :
oksigen
1. pola nafas membaik  Monitor frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya napas
2. Frekuensi napas membaik
 Monitor adanya sumbatan jalan
3. Kedalaman napas membaik nafas
 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Auskultasi bunyi nafas
 Monitor nilai AGD

Terapeutik

 Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

 Jelaskan tujuan dan prosedur


pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu

Terapi Oksigen

Observasi

 Monitor kecepatan aliran o2


 Monitor tanda dan gejala
hipoventilasi
 Monitor integritas mukosa hidung

Terapeutik :

 Pertahankan kepatenan jalan nafas

Intoleransi aktivitas Setalah dilakukan tindakan keperawatan d Dukungan ambulasi


alam 3 x 24 jam diharapkan intoleransi akt Observasi
ivitas dapat teratasi dengan kriteria hasil:  Identifikasi gangguan fungsi tubuh yan
 Kemudahan dalam melakukan aktivitas g mengakibatkan kelelahan
sehari-hari meningkat  Monitor pola dan jam tidur
 Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah  Monitor kelelahan fisik dan emosional
meningkat Terapeutik
 Keluhan lelah menurun  anjurkan tirah baring
 Dispnea saat aktivitas menurun  Anjurkan melakukan aktivitas secara b
ertahap
Edukasi :
 Sediakan lingkungan nyaman dan rend
ah stimulasi
 Lakukan latihan rentang gerak pasif at
au aktif
 Berikan aktivitas distraki yang menena
ngkan
 Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jik
a tidak dapat berpindah atau berjalan
Kolaborasi :
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara me
ningkatkan asupan cairan

D. Implementasi Keperawatan

No Dx.Kep Hari/tanggal/jam Implementasi keperawatan Paraf dan Nama


1 Selasa,27-12-2022
14.20 1). Mengidentifikasi lokasi nyeri
Respon : Nyeri dibagian dada sebelah kiri

14.30 2). Mengidentifikasi skala nyeri


Respon : Skala nyeri 4 (0-10)

15.00 3). Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa


nyeri (teknik relaksasi nafas dalam)
Respon : Klien melakukan relaksasi nafas dalam

15.05
4). Memberikan posisi nyaman
Respon : posisi semi fowler

15.10
5). Memfasilitasi istirahat tidur
Respon : Klien posisi tirah baring
2 Selasa, 27-12-2022
15.15 1). Memberikan oksigen dengan NRM 10Lpm
Respon : klien terpasang O2 dengan NRM 10Lpm
15.20 2). Memonitor pola nafas
Respon : klien tampak sesak
15.25 3). Pemantauan respirasi tiap jam
15.30 Respon : Respirasi 29x/mnt
4). Jelaskan tujuan dan prosedur
15.35 Respon : klien kooperatif
5). Pertahankan kepatenan jalan nafas
15.40
Respon : posisi semi fowler
6). Memonitor adanya sumbatan
15.45
Respon ; tidak ada sumbatan
7). Memonitoring nilai AGD

15.50 Respon : hasil AGD PH: 7,20, PCO2 : 20, PO2 : 83, Total CO2 8,
HCO3 8, BE -20, SAT O2 94%, Hba Ic 8,0%
15.55 8). Melakukan auskultasi suara nafas
Respon : suara nafas vesikuler
9). Memonitoring kecepatan aliran Oksigen
Respon : NRM 10 Lpm
3 Selasa, 27-12-2022
16.00 1). Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan ke
lelahan
Respon : klien mengatakan lelah saat beraktifitas

16.05 2). Memonitor pola dan jam tidur


Respon : klien mengatakan bisa tidur dengan nyenyak
16.10 3). Memonitor kelelahan fisik dan emosional
Respon : aktivitas klien dibantu perawat

16.15 4). Menganjurkan tirah baring


Respon : klien mengikuti anjuran perawat
16.20
5). Melakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
Respon : Klien melakukan latihan gerak pasif/aktif dibantu perawat

E. Evaluasi Keperawatan

No Dx.Kep Hari/Tanggal/Jam Catatan Perkembangan Paraf dan Nama


1 Selasa, 27-12-2022 S:
19.00 Klien mengatakan masih nyeri dada sebelah kiri
O:
- Skala nyeri 4 (0-10)
-tampak meringis kesakitan
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
I:
-identifikasi skala nyeri
-berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri
-fasilitasi istirahat tidur
-kolaborasi pemberian analgetik
E:
Klien tampak masih nyeri
2 Selasa,27-12-2022 S:
19;30 Klien mengatakan masih sesak nafas
O:
-Tampak gelisah
-RR 25x/mnt
-Terpasang NRM 10Lpm
-Nafas cepat dan dangkal
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
I:
-Pertahankan penggunaan oksigen
-Pantau respirasi setiap jam
-Monitor pola nafas
-Berikan posisi semi fowler
E:
Klien tampak masih sesak
3 Selasa,28-12-2022 S:
20.00 Klien mengatakan lemas
O:
-Klien tampak lemah
-Aktivitas dibantu perawat
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
I:
-Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
-Monitor pola dan jam tidur
-Monitor kelelahan fisik dan emosional
-Anjurkan tirah baring
-lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
E:
Klien tampak masih lemas
1 Rabu,28-12-2022 S:
21;30 Klien mengeluh masih nyeri dada
O:
-Pasien gelisah
-meringis kesakitan
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
I:
-identifikasi skala nyeri
-identifikasi faktor yang memperberat nyeri
-jelaskan penyebab,periode,pemicu nyeri
E:
Klien masih nyeri dada sebelah kiri
2 Rabu,28-12-2022 S:
22:00 Klien mengatakan sesak tidak berkurang
O:
-pasien gelisah
-terpasang NRM 10Lpm
-Respirasi 26x/mnt
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
I:
-pertahankan penggunaan oksigen
-monitor saturasi oksigen
-monitor tanda dan gejala hipoventilasi
E:
Klien tampak sesak
3 Rabu,28-12-2022 S:
22;30 Klien mengatakan lemas
O:
-klien tampak lemah
-aktivitas dibantu perawat
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
I:
-Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
-Monitor pola dan jam tidur
-Monitor kelelahan fisik dan emosional
-Anjurkan tirah baring
-Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
E:
Klien tampak masih lemah
BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan
NSTEMI biasanya disebabkan oleh penyempitan arteri koroner yang
berat, sumbatan arteri koroner sementara, atau mikroemboli dari thrombus.
Dikatakan NSTEMI bila dijumpai peningkatan marka jantung tanpa adanya
gambaran ST elevasi pada EKG, apabila tidak didapati peningkatan enzim-
enzim jantung kondisi ini disebut dengan unstable angina (UA) dan diagnosis
banding diluar jantung harus tetap dipikirkan.
Dari pelaksanaan asuhan keperawatan dapat disimpulkan :
1) Pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan Nstemi di ruang
ICU RSUD Dr. Soekardjo Tasikmalaya tahun 2023 dapat dilakukan d
engan baik dan tidak mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data
dan pasien cukup kooperatif.
2) Diagnosa asuhan keperawatan pada pasien dengan Nstemi di ruang
ICU RSUD Dr. Soekardjo Tasikmalaya tahun 2023 dapat dirumuskan
3 diagnosa pada tinjauan kasus.
3) Perencanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan Nstemi di ruang
ICU RSUD Dr. Soekardjo Tasikmalaya tahun 2023 semua perencanaa
n dapat diterapkan pada tinjauan kasus
4) Implementasi asuhan keperawatan pada pasien dengan Nstemi di ruang
ICU RSUD Dr. Soekardjo Tasikmalaya tahun 2023 semua dapat dilaku
kan, karena tindakan yang di lakukan dapat tercapai.
5) Evaluasi pada pasien dengan Nstemi di ruang ICU RSUD Dr.
Soekardjo Tasikmalaya tahun 2023 dapat dilakukan.
2. Saran
1) Bagi Rumah Sakit
Diharapkan pihak rumah sakit untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan rum
ah sakit kepada masyarakat.
2) Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat meningkatan kualitas dan pengembangan ilmu mahasiswa m
elalui studi kasus agar dapat meningkatkan asuhan keperawatan secara
komprehensif.

Anda mungkin juga menyukai