Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PRESENTASI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY N A0P1 DENGAN POST


PARTUM SC ATAS INDIKASI FETAL DISTRESS + KPD + PEB
DENGAN AKSEPTOR IUD (HARI KE 1)
(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Penyelesaian Stase Maternitas)

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3
YENI NURAENI
YESI FATIMAH FATMAWATI
SITI VERA ARDILA
KHOERUNNISA SILVIA DEWI
ROBI MESTI
ACHMAD SAEPULOH

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GALUH
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “LAPORAN KASUS PADA PASIEN NY N DENGAN
DIAGNOSA MEDIS P1A0 DENGAN POST PARTUM SC ATAS INDIKASI
FETAL DISTRESS + KPD + PEB DENGAN AKSEPTOR KB IUD (HARI KE 1)”
laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan STASE III STASE
MATERNITAS.
Kami menyadari bahwa laporan kasus ini tidak mungkin terselesaikan tanpa
adanya dukungan, bantuan, bimbingan dan nasehat dari berbagai pihak. Maka pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Tita Rohita, S.Kep., Ners.,MM.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Galuh Ciamis.
2. Dini Nurbaeti Zen, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku ketua program studi profesi ners
dan selaku dosen pembimbing dari kampus atas segala bimbingan, arahan, serta
saran yang diberikan kepada kami sehingga laporan kasus ini dapat diselesaikan.
3. Ros Rosiah S.kep., Ners selaku pembimbing di Ruangan Melati 2A yang selalu
memberikan bimbingan, arahan serta saran yang diberikan kepada kami sehingga
laporan kasus ini dapat diselesaikan.
Laporan kasus ini tentunya masih banyak kekurangan dan keterbatasan oleh
karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga laporan kasus ini dapat
menjadi salah satu khasanah keilmuan yang dapat menambah wawasan kita.
Tasikmalaya, Desember 2022

Penulis,
DAFTAR ISI

1. KATA PENGANTAR………………………………………….. i
2. DAFTAR ISI……………………………………………………. ii
3. BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………… 1
B. Tujuan……………………………………………………….. 3
4. BAB II TINJAUAN TEORI
a. Pengertian …………………………………………………....4
b. Etiologi………………………………………………………..4
c. Manifestasi klinik………………………………………….....5
d. Clinical pathways………………………………………….....6
e. Data focus pengkajian…………………………………….….7
f. Etiologi dan masalah keperawatan……………………….…8
g. Diagnose keperawatan………………………………………12
h. Intervensi ……………………………………………………13
5. BAB III TINJAUAN KASUS KELOLAAN…………………...25
6. BAB IV PEMBAHASAN……………………………………..…38
7. BAB V SIMPULAN DAN SARAN …………………………….42
8. DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009). Ada
beberapa indikasi untuk dilakukan tindakan SC adalah Gawat janin, Diproporsi
cepalopelvik, persalinan tidak maju, plasenta previa, prolapsus tali pusat,
malpresentase janin/letak, panggul sempit dan preeklamsia (Jitowiyono S
&Kristiyanasari W, 2010). Ditemukannya bedah sesar memang dapat
mempermudah proses persalinan sehingga banyak ibu hamil yang lebih senang
memilih jalan ini walaupun sebenarnya mereka bisa melahirkan secara normal.
Namun faktanya menurut bensons dan pernols, angka kematian pada operasi
SC adalah 40-80 tiap 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukan resiko
25x lebih besar dibangdingkan dengan persalinan melalui pervaginaan.Bahkan
untuk satu kasus karena infeksi mempunyai angka 80x lebih tinggi
dibandingkan dengan persalinan pervagina.
Menurut World Health Organization (WHO), menyatakan standar dilakukan
operasi Sectio Caesarea (SC) sekitar 5-15%. Data WHO dalam Global Survey
on Maternal and Perinatal Health tahun 2011 menunjukkan sebesar 46,1% dari
seluruh kelahiran dilakukan melalui Sectio Caesarea (SC) (World Health
Organization, 2019). Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2018, jumlah
persalinan dengan metode Sectio Caesarea (SC) di Indonesia sebesar 17,6%.
Indikasi dilakukannya persalinan secara Sectio Caesarea (SC) disebabkan oleh
beberapa komplikasi dengan persentase sebesar 23,2% diantaranya posisi janin
melintang/sunsang (3,1%), perdarahan (2,4%,) kejang (0,2%), ketuban pecah
dini (5,6%), partus lama (4,3%), lilitan tali pusat (2,9%), plasenta previa
(0,7%), plasenta tertinggal (0,8%), hipertensi (2,7%), dan lainnya (4,6%)
(Kementerian Kesehatan RI, 2018). Menurut data SKDI (Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia) tahun 2017, menyatakan angka kejadian persalinan di
Indonesia dengan metode SC sebanyak 17% dari total jumlah kelahiran di
fasilitas kesehatan. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan angka persalinan
melalui metode Sectio Caesarea (SC) (Kementerian Kesehatan RI, 2017).
Dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan pada masyarakat perlu di
kembangkan, salah satunya adalah pelayanan keperawatan pada ibu post
partum. Umumnya pada beberapa negara berkembang seperti Indonesia, angka
kematian ibu yang mengalami persalinan masih tinggi. Penyebab terbesar
kematian ibu pada persalinan adalah karena komplikasi dan perawatan pasca
persalinan yang tidak baik. Oleh karena itu, pelayanan keperawatan pada ibu
post partum sangat diperlukan dan perlu mendapatkan perhatian yang utama
untuk menurunkan angka kematian ibu post partum akibat komplikasi. Untuk
menekan angka kematian pada ibu dan janin salah satu cara bisa dilakukan
dengan tindakan operasi. Komplikasi dari operasi SC pada ibu antara lain :
perdarahan, infeksi (sepsis), dan cidera di sekeliling struktur seperti usus besar,
kandung kemih, pembuluh ligament yang lebar, dan ureter. Perawat sebagai
tenaga kesehatan harus mampu memberikan asuhan keperawatan yang efektif
dan mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka insiden Sectio Caesarea
(SC) melalui upaya preventif, promotor, kuratif dan rehabilitatif.
Berdasarkan pemaparan diatas, kelompok kami membahas tentang Asuhan
Keperawatan Pada pasien Ny. N Dengan P1A0 Post Operasi Sectio Caesarea
Hari Ke-1 Atas Indikasi PEB di Ruang Rawat Inap Melati 2A RSUD Dr.
Soekardjo Kota Tasikmalaya.
II. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melalukan proses dan
asuhan keperawatan pada pasien dengan post SC diruang rawat inap
Melati 2A RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya.
2. TujuanKhusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada klien post SC, penulis
mampu :
a. Memahami tentang konsep asuhan keperawatan pada Ny.N post
SC dengan indikasi PEB
b. Melaksanakan pengkajian pada Ny.N dengan post SC dengan indikasi
PEB.
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny.N dengan post
SC dengan indikasi PEB.
d. Mampu melakukan intervensi keperawatan pada Ny.N dengan SC
dengan indikasi PEB.
e. Mampumelakukan implementasi keperawatan pada Ny.N dengan post
SC dengan indikasi PEB.
f. Mampu melakukan evaluasi pada Ny.N dengan post SC dengan
indikasi PEB.
g. Mampu melakukan pendokumentasian pada Ny.N dengan post SC
dengan indikasi PEB.

III. Manfaat
Penyusunan Kasus kelolaan ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi semua
pihak yaitu:
1. Bagi Penulis
Memberikan pengetahuan dan memperbanyak pengalaman bagi penulis
dalam memberikan dan menyusun asuhan keperawatan pada klien dengan
post SC dengan indikasi PEB.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi bahan referensi bagi perpustakaan, dan dapat menjadi
bahan masukan mengenai persalinan melalui SC dengan indikasi PEB.
3. Bagi Rumah Sakit
Memberikan masukan bagi tim kesehatan rumah sakit dalam memberikan
Asuhan keparawatan pada pasien post SC yang lebih optimal
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2013).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga
histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. (Mochtar, 2012).
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Sofian, 2012).

B. Etiologi
1. Indikasi ibu
a. Panggul sempit
b. Placenta previa
c. Reptura uteri mengancam
d. Partus lama
e. Partus tak maju
f. Pre eklamsia, dan Hipertensi
2. Indikasi Janin
a. Kelainan letak
- Letak lintang
- Letak Sungsang
b. Gawat janin
c. Janin besar
3. Kontra indikasi
a. Janin mati
b. Syok
c. Kelainan congenital berat

C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doenges (2015), antara lain :
1. Nyeri akibat luka pembedahan
2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
4. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak banyak)
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml
6. Emosi labil
7. Terpasang kateter urinarius
8. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
9. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
10. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
11. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka biasanya kurang paham
prosedur
12. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.

D. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture
uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks,
dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu
tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC). Dalam proses operasinya
dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien mengalami
imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya
kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga
timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain
itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding
abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh
darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang
pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri
(nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan
menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan masalah risiko infeksi (Wilkinson M. Judith. 2014).
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Rustam (2012) adalah sebagai berikut:
1. Pemantauan EKG
2. Pemeriksaan elektrolit
3. Pemeriksaan HB/Hct
4. Golongan darah
5. Urinalisis
6. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
7. Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi
8. USG

F. Komplikasi
Menurut Sunarsih (2011) komplikasi yang sering terjadi pada ibu SC adalah :
1. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas
dibagi menjadi:
a. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
b. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut
sedikit kembung
c. Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan
cabang-cabang arteri uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
3. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing,
embolisme paru yang sangat jarang terjadi.
4. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi ruptur uteri. Yang sering terjadi pada ibu bayi :
Kematian perinatal
G. Penatalaksanaan Medis
Menurut Cunningham (2014) penetalaksanaan yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Medis
a. Bedah Caesar Klasik/ Corporal.
1) Buatlah insisi membujur secara tajam dengan pisau pada garis tengah
korpus uteri diatas segmen bawah rahim. Perlebar insisi dengan
gunting sampai sepanjang kurang lebih 12 cm saat menggunting
lindungi janin dengan dua jari operator.
2) Setelah cavum uteri terbuka kulit ketuban dipecah. Janin dilahirkan
dengan meluncurkan kepala janin keluar melalui irisan tersebut.
3) Setelah janin lahir sepenuhnya tali pusat diklem ( dua tempat) dan
dipotong diantara kedua klem tersebut.
4) Plasenta dilahirkan secara manual kemudian segera disuntikkan
uterotonika kedalam miometrium dan intravena.
5) Luka insisi dinding uterus dijahit kembali dengan cara :
a) Lapisan I Miometrium tepat diatas endometrium dijahit secara
silang dengan menggunakan benang chromic catgut no.1 dan 2
b) Lapisan II lapisan miometrium diatasnya dijahit secara kasur
horizontal (lambert) dengan benang yang sama.
c) Lapisan III Dilakukan reperitonealisasi dengan cara peritoneum
dijahit secara jelujur menggunakan benang plain catgut no.1 dan 2.

H. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan Sectio Caesarea, data yang dapat ditemukan
meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin,
prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
a. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,
status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor
register , dan diagnosa keperawatan.
b. Keluhan utama
Biasanya pasien dengan post operasi sc akan mengatakan nyeri pada
luka operasi
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu: Penyakit kronis atau menular dan menurun
sepoerti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau
abortus.
2) Riwayat kesehatan sekarang : Riwayat pada saat sebelun inpartu di
dapatka cairan ketuban yang keluar pervaginan secara sepontan kemudian
tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
3) Riwayat kesehatan keluarga: Adakah penyakit keturunan dalam keluarga
seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin
penyakit tersebut diturunkan kepada klien
d. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat karena kurangnya
pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara pencegahan,
penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan
tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme Pada klien nifas biasanaya terjadi
peningkatan nafsu makan karena dari keinginan untuk menyusui
bayinya.
3) Pola aktifitas Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas
seperti biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan
tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan
aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
4) Pola eleminasi Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan
sering /susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena
terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra
sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk
melakukan BAB.
5) Istirahat dan tidur Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat
dan tidur karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah
persalinan
6) Pola hubungan dan peran Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan
klien dengan keluarga dan orang lain.
7) Pola penagulangan steril Biasanya klien sering melamun dan merasa
cemas
8) Pola sensori dan kognitif Pola sensori klien merasakan nyeri pada
prineum akibat luka janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada
pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan
merawat bayinya
9) Pola persepsi dan konsep diri Biasanya terjadi kecemasan terhadap
keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang persalinan dampak
psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara lain dan body
image dan ideal diri
10) Pola reproduksi dan sosial Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan
dalam hubungan seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat
karena adanya proses persalinan dan nifas.
e. Pemeriksaan fisik
1) Kepala Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
2) Leher Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid,
karena adanya proses menerang yang salah
3) Mata Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva,
dan ng keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan
yang mengalami perdarahan, sklera kunuing
4) Telinga Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
5) Hidung Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-
kadang ditemukan pernapasan cuping hidung
6) Dada Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi
areola mamae dan papila mamae
7) Abdomen Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih
terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8) Genitalia Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam
kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
9) Anus Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
10) Ekstermitas Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung
atau ginjal.
11) Tanda-tanda vital Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan
darah turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

I. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin,
prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)
2. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka kering bekas
operasi
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur
pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi
4. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik akibat tindakan anestesi dan
pembedahan
5. Intoleransi aktivitas b/d tindakan anestesi
J. Intervensi Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1 Nyeri Akut Setalah dilakukan tindakan keperawatan dalam Manajemen nyeri
3x24 jam diharapkan Nyeri dapat teratasi Tindakan Observasi
dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
Tingkat nyeri dan intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi respon non verbal
2. Meringis menurun 3. Identifikasi faktor yang memperberatdan memperingan
3.Sikap protektif menurun nyeri
4. Gelisah menurun 4. Monitor keberhasilan terapi yang sudah dilakukan
5.Kesulitan tidur menurun 5. Monitor efek samping penggunaan analgetik
6. Ketegangan otot menurun Terapeutik
7.Mual muntah menurun 1. Berikan tehnik non farmakologis dalam melakukan
penanganan nyeri
2. Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, priode dan pemicu nyeri
2. Ajarkan strategi meredakan nyeri
3. Mengajarkan dan menganjurkan untuk memonitor nyeri
secara mandiri
4. Mengajarkan tehnik non farmakologis yang tepat
5. Menganjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Kolaborasi
1. Kolaborasi dalam pemberian analgetik jika perlu
2 Resiko Infeksi Setalah dilakukan tindakan keperawatan dalam Pencegahan infeksi
3x 24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi Tindakan Observasi
dengan kriteria hasil: 1. Monitor tandatanda infeksi Terapeuti
Tingkat infeksi 2. Batasi jumlah pengunjung
1. Demam menurun 3. Berikan perawatan luka
2. Kemerahan menurun 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
3. Nyeri menurun 5. Pertahankan tehnik aseptik pada pasien berisiko tinggi
4. Bengkak menurun Edukasi
5. Cairan berbau menurun 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara cuci tangan ke pasien da keluarga yang
berkunjung
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondis luka
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemeberian imunisasi jika perlu
3 Ansietas Setalah dilakukan tindakan keperawatan dalam Reduksi ansietas
3 x 24 jam diharapkan ansietas menurun. 1. Monitor tanda-tanda ansietas
dengan kriteria hasil: 2. Ciptakan suasana terapetik untuk menumbuhkan
1. Menyingkirkan tingkat kecematan kepercayaan
2. Tidak terdapat prilaku gelisah 3. Pahami situasi yang membuat ansietas
3. Frekuensi nafas menurun 4. Diskusikan perencanaan realitis tentang pristiwa yang
4. Frekuensi nadi menurun akan dating
5. Menurunkan stimulasi lingkungan 5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
ketika cemas 6. Anjurkan keluarga unuk slalu disamping dan
6. Menggunakan teknis relaksasi untuk mendukung pasien
menurunkan cemas 7. Latih teknik relaksasi
7. Konsentrasi membaik
8. Pola tidur membaik
Dukungan sosial
1. Bantuan yang ditawarkan oleh orang
lain meningkat
4 Defisit Perawatan diri Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 Dukungan perawatan diri
jam diharapkan perawatan diri meningkat
dnegan kriteria hasil : Observasi
- Kemampuan mandi meningkat - Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai
- Kemampuan mengenakan pakaian usia
meningkat - Monitor tingkat kemandirian
- Kemampuan makan meningkat - Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri,
- Kemampuan ke toilet (BAB/BAK) berpakaian, berhias dan makan
meningkat Terapeutik
- Verbalisasi keinginan melakukan - Sediakan lingkungan yang terapeutik
perawatan diri meningkat - Siapkan keperluan pribadi
- Mempertahankan kebersihan mulut - Dampingi melakukan perawatan diri sampai mandiri
meningkat - Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
- Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi
- Anjrkan melakukan perawatan diri secara konsisten
sesuai kemampuan
5 Intolerasi Aktivitas Setalah dilakukan tindakan keperawatan dalam Dukungan ambulasi
3 x 24 jam diharapkan intoleransi aktivitas Tindakan
dapat teratasi dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
1. Kemudahan dalam melakukan aktivitas mengakibatkan kelelahan
sehari-hari meningkat
2. Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah 2. Monitor pola dan jam tidur
meningkat 3. Monitor kelelahan fisik dan emosional
3. Keluhan lelah menurun Terapeutik
4. Dispnea saat aktivitas menurun 1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Edukasi
1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulasi
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
3. Berikan aktivitas distraki yang menenangkan
4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan cairan
BAB III
TINJAUAN KASUS KELOLAAN

I. Pengkajian
a. Identitas Pasien
1. Initial pasien : Ny. N
2. Usia : 25 tahun
3. Status pernikahan : menikah
4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
5. Pendidikan terakhir : SMK
6. Nomer medrek : 17081849
7. Tanggal pengkajian : 15 November 2022
Identitas Suami
1. Initial suami : Tn. A
2. Usia : 27 tahun
3. Status pernikahan : menikah
4. Pekerjaan : Buruh Harian Lepas
5. Pendidikan terakhir : SMK
b. Keluhan Utama
Nyeri pada luka jahitan
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan telah melahirkan anak pertama dan tidak pernah
keguguran, ibu melahirkan secara sc oleh dr. Andita SpOG karena PEB,
tanggal 14/11/2022 jam 11.00. Pada saat pengkajian pada tanggal 15
November 2022 pada jam 10.00 WIB pasien mengatakan nyeri pada luka
jahitan/ operasi dengan skala 4 rentang 1- 10, nyeri dirasakan seperti
ditusuk tusuk, tidak menjalar dan dirasakan secara terus- menerus.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya belum pernah dirawat dirumahsakit atau memiliki
penyakit yang menahun seperti hipertensi, TBC, DM atau asma.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama,
dan tidak memiliki penyakit yang menahun seperti hipertensi, TBC, DM
atau asma.
f. Riwayat Menstruasi, Pertama Mens
Menarche usia 14 tahun, siklus haid 28 hari, lama haid 7 hari, banyaknya
heid : 2 – 3 kali ganti pembaluk/ hari
g. Riwayat Kehamilan, Persalinan yang Lalu
P1A0, belum pernah melahirkan dan nifas.
h. Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Lalu
Keadaan
Tipe BB Masalah
No penolong JK bayi waktu
persalinan lahir kehamilan
lahir
1 SC Dokter L 3700gr Asfiksia PEB
sedang
(nilai
APGAR
skor 5/6)
Pengalaman menyusui : belum pernah
i. Riwayat Kehamilan Saat Ini
G1P0A0 hamil 40-41 minggu. Pasien mengatakan mules pada tanggal 11
november 2022 jam 11.00 WIB diperiksa ke Puskesmas jam 16.40 WIB,
diperiksa tensi 180/110 mmHg, nadi 86x/menit, respirasi 20x/menit, suhu
36,5oc. TFU 31 cm, HIS dalam 10 menit 2 kali dengan durasi 15 detik,
BJF 140x/menit dipasang infus RL 17.30 WIB. Dilakukan penanganan
PEB yaitu pemasangan infus RL100cc +MgSo4 40% 4gr (10cc) tetesan
cepat kurang lebih 15 menit. Selanjutnya dipasang infus DP labu 1 (RL
500cc + MgSo4 40% 6gr (15cc) ) tetes 20tpm. Dilakukan swab. Hasil
negatif. Diantar bidan Iis. Ibu diobservasi dirawat diruang bersalin tanggal
13 November 2022 jam 04.00. hasil pemeriksaan diruang bersalin DJJ
164x/menit (fetal distress) dan keluar air-air.
j. Riwayat Persalinan
1. Jenis persalinan : SC
2. Jenis kelamin bayi : laki- laki
3. Perdarahan : 1800ml
4. Masalah dalam persalinan : tidak ada
k. Riwayat Ginekologi
1. Masalah ginekologi : tidak ada
2. Riwayat KB : KB pil selama 3 bulan
DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI
1. Status obstetric : P1A0 , bayi tidak rawat gabung dikarenakan ada
penangangan keracunan ketuban ibu
2. Keadaan umum : rapih dengan BB/TB 61kg/152cm, kesadaran
composmentis
3. Tanda Vital
Tekanan darah : 110/80mmHg
Nadi : 88x/menit
Suhu : 36,2oc
Respirasi : 20x/menit
4. Pemeriksaan Head to Toe
a. Kepala Leher
 Kepala : tidak ada nyeri/ lesi keadaan rambut kurang rapih
 Mata : bentuk simetris, pandangan jelas, non isokhor
 Hidung : bentuk simetris, tidak ada polip
 Telinga : bentuk simetris, tidak ada lesi, fungsi normal
 Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
 Masalah khusus tidak ada
b. Dada
 Jantung : bentuk simetris, bunyi jantung S1 dan S2 normal
 Paru : bentuk simetris, tidak ada retraksi dinding dada,
suara vesikuler normal
 Payudara : bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan
 Putting susu : keluar
 Pengeluaran ASI: ada
 Masalah khusus tidak ada
c. Abdomen
Bentuk perut cembung, linea nigra ada, striase gravidarum ada, TFU 1
jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, tidak teraba distensi blass,
bising usus 12.
d. Perineum dan genital
 Vagina : bentuk normal ada pendarahan warna merah
(lochea rubra) dan terpasang DC
 Perineum : pendarahan lochea rubra
 Tanda REEDA
R : Kemerahan (tidak)
E : bengkak (tidak)
E : echimosis (tidak)
D : discharge (darah)
A : approximate (tidak ada jahitan perineum)
e. Ekstremitas
 Ekstremitas atas : tidak ada edema
 Ekstremitas bawah : tidak ada edema
 Varises : tidak ada
 Tanda human : negative
 Masalah khusus tidak ada
f. Eliminasi
 BAK : banyak, berwarna kuning, kurang lebih 2-3 kali sehari
 BAB : 1 kali 1 hari, padat, warna kuning
g. Istirahat dan Kenyamanan
 Pola tidur : kebiasaan tidur 8 jam waktu malam 2 jam waktu siang
 Keluhan ketidaknyamanan : nyeri luka operasi
h. Mobilisasi dan latihan
i. Pasien sudah bisa miring kanan, miring kiri, kaki ditekuk
j. Keadaan mental
Pasien bisa menerima bayinya dan sudah siap menjadi ibu, pasien
berada pada fase taking in dimana ibu masih ketergantungan
k. Pemeriksaan penunjang
 Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 13-11-2022, 19:25
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan
URINE RUTIN DAN
SEDIMEN
Mikroskopis
Warna Kuning Kuning -

Kekeruhan Jernih Jernih -

pH 6,0 4,8-7,4 -

Berat Jenis 1.010 1.015-1.025 -

Kimiawi
Negatif Negatif -
Protein
Negatif Negatif -
Glukosa
Positif Positif/normal -
Urobilinogen
Negatif Negatif -
Bilirubin
Negatif Negatif -
Benda keton
Negatif Negatif -
Nitrit
Negatif Negatif -
Leukosit
Negatif Negatif -
Darah
Mikriskopis/ sedimen
2-3 1-4 /LPB
Leukosit
Negatif Negatif /LPB
Eritrosit
Negatif Negatif /LPB
Epital gepeng
Negatif <2 /LPB
Epital renal
Negatif Negatif /LPB
Kristal
Negatif Negatif /LPB
Silinder Negatif Negatif /LPB
Bakteri 1-2 5-15 /LPB
Jamur 0-1 0-1 /LPB
Lain- lain

 Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 13/11/22, 19:25


Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan satuan
Hematologi
Haemoglobin 11.7 12 – 16 g/dl
Hematokrit 34 35 – 45 %
Jml leukosit 12.400 5000-10000 /mm3
Jml trombosit 282.000 150000-350000 /mm3
Waktu perdarahan (bt) 2.00 1.00-3.00 -
Waktu pembekuan (ct) 4.00 1.00-7.00 -

Faal Hati/jantung
SPGT 12 9-32 U/L/370C
SGOT 27 10-31 U/L/370C
Faal Ginjal
Uream 11 15-45 mg/dl
Kreatinin 0.52 0.5-0.9 mg/dl
Karbohidrat
Glukosa sewaktu 89 76-110 mg/dl
Elektrolit
Natrium, Na 134 135-154 mmol/l
Kalium, K 4.6 3,5-5,5 mmol/l
Kalsium, Ca 1.35 1,10-1,40 mmol/l

 Hasil pemeriksaan laboratorium tgl 14/11/22, 17:26


Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan satuan
Hematology
Haemoglobin 10.5 12 – 16 g/dl
Hematokrit 32 35 – 45 %
Jumlah leukosit 21.500 5000 – 10000 /mm3
Jumlah trombosit 245.000 150000 – 350000 /mm3
 Hasil pemeriksaan EKG terlampir
Terapi yang diberikan
 Cefotaxime 2x1 gr
 Metronidazole 2x500cc
 Ranitidine 2x1 amp
 Vit c 1x1 amp
 Inf RL + 2 amp oksitosin + 2 amp keterolak

II. Analisa Data


NO. DATA PENUNJANG ETIOLOGI MASALAH
1 Ds : klien mengatakan Sectio caesarea (SC) Nyeri akut
nyeri luka operasi sc
DO : - klien tampak Insisi dinding
meringis abdomen
- Klien tampak
menahan nyeri Terputusnya

- Skala nyeri 4 inkonuitas jsringan,

- TFU 1 jari pembuluh darah, dan

dibawah pusat saraf- saraf disekitar

- Lochea rubra daerah insisi

- Tekanan darah:
110/80mmHg Merangsang

- Nadi : 88x/menit pengeluaran

- Suhu : 36,2oc histamine

- Respirasi:
Nyeri akut
20x/menit
2 DS : - Section Caesarea Resiko infeksi
DO : - ada luka operasi sc (CS)
- Keadaan luka
belum kering Luka post op sc

Jaringan terbuka

Kurang proteksi

Invasi bakteri

Resiko infeksi

III. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan luka post op sc
2. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka op sc
IV. Intervensi Keperawatan
N SDKI SLKI SIKI
O
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Manajemen Nyeri
2x7 jam diharapkan masalah Observasi
ketidaknyamanan pasca partum dapat teratasi - Identifikasi nyeri, lokasi nyeri,
dengan kriteria hasil : karakteristik nyeri, durasi, frekuensi,
Status kenyamanan pasca partum kualitas, intensitas nyeri
-Keluhan tidak nyaman menurun - Identifikasi skala nyeri
-Tidak meringis - Identifikasi respons nyeri non verbal
-Kontraksi uterus menurun - Monitor efek samping penggunaan
-Tidak meringis analgetik
-Tidak merintih Terapeutik
-Bengkak payudara berkurang - Berikan teknik nonfarmakologi

-Frekuensi nadi dalam batas normal (60-100 x/ untuk mengurangi rasa nyeri

menit) Edukasi

-Tekanan darah dalam batas normal (S : 100- - Jelaskan penyebab, periode dan

130 mmHg, D : 80-90 mmHg) pemicu nyeri


- Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik jika
perlu

Terapi Relaksasi
- Jelaskan tujuan dan manfaat dan
jenis relaksasi

Perawatan Pasca Seksio Cesarea


Tindakan
Observasi
- Identifikasi riwayat kehamilan dan
persalinan
- Monitor tanda vital ibu
- Monitor respons fisiologis (mis.
Nyeri, perubahan uterus, kepatenan
jalan nafas dan lochea)
Terapeutik
- Diskusikan perasaan, pertanyaan dan
perhatian pasien terkait
pembnedahan
- Pindahkan pasien ke ruang rawat
nifas
- Motivasi mobilisasi 6 jam
- Berikan dukungan menyusui yang
memadai, jika memungkinkan
Edukasi
- Informasikan pada ibu dan keluarga
tentang kondisi ibu dan bayi
- Ajarkan latihan ekstremitas,
perubahan posisi, batuk dan nafas
dalam
- Anjurkan ibu mengkonsumsi nutrisi
TKTP

2 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x 7 Pencegahan Infeksi


jam derajat infeksi menurun dengan kriteria
hasil: Observasi
- Demam menurun - Monitor tanda dan gejala infeksi
- Kemerahan menurun
- Nyeri menurun Terapeutik

- Bengkak menurun - Cuci tangan sebelum dan sesudah


kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Tingkatkan nutrisi

V. Implementasi
No Diagnosa Implementasi Paraf Evaluasi
1 Nyeri akut b.d luka 10.15 mengidentifikasi lokasi, S : Pasien mengatakan nyeri
post op sc karakteristik, durasi, frekuensi, berkurang
kualitas dan intensitas nyeri dan O : - Nampak tenang
mengidentifikasi skala nyeri - Nampak rileks
R : nyeri luka post op dengan wajah A : masalah teratasi sebagian
meringis , skala nyeri 4 P : intervensi dihentikan
10.20 menjelaskan tujuan dan manfaat
Perawat Yesi Fatimah
teknik relaksasi
F
R: pasien kooperatif
10.25 memberikan teknik
nonfarmakologi (relaksasi nafas
dalam) untuk mengurangi nyeri
R: pasien mengerti dan melakukan
10.26 mengidentifikasi riwayat
kehamilan dan persalinan
R : PEB dan lahiran secara SC
10.27 Memonitor tanda vital ibu
R : Tekanan darah :
110/80mmHg
Nadi :
88x/menit
Suhu : 36,2oc
Respirasi :
20x/menit
10.28 Memonitor respons fisiologis
(mis. Nyeri, perubahan uterus,
kepatenan jalan nafas dan
lochea)
R : TFU 1 jari dibawah perut,
konraksi uterus baik, jalan nafas
paten, lochea rubra
10.29 Berikan dukungan menyusui
yang memadai, jika
memungkinkan
R: pasien kooperatif
10.30 Informasikan pada ibu dan
keluarga tentang kondisi ibu dan
bayi
R : keadaan ibu baik, namun
bayi harus ada perawatan
dikarenakan keracunan ketuban
ibu
10.31 Mengajarkan latihan
ekstremitas, perubahan posisi,
batuk dan nafas dalam
R : pasien memperhatikan dan
melakukan
10.32 Menganjurkan ibu
mengkonsumsi nutrisi TKTP
R: pasien kooperatif

2 Resiko infeksi bd 10.33 memonitor tanda dan gejala S : Pasien mengetahui tanda
adanya luka post op infeksi dan gejala infeksi
R : tidak ada tanda dan gejala infeksi Perawat Yesi Fatimah O : Nampak mengerti
10.34 menjelaskan tanda dan gejala F A : masalah teratasi
infeksi P : intervensi dihentikan
R : pasien mengerti
10.36 menjelaskan pentingnya asupan
nutrisi tinggi protein agar luka cepat
kering
R : pasien mengerti
VI. Evaluasi / Catatan Perkembangan
No Diagnosa Evaluasi (17 November 2022) Paraf
1 Nyeri akut S : pasien mengatakan sudah
b.d luka post tidak nyeri
op sc O : Nampak tenang
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
Perawat Yesi
I : - 08.30menganjurkan
Fatimah F
banyak makan makanan yang
mengandung protein agar luka
cepat kering dan bagus
R : pasien kooperatif
- 08.31 Menganjurkan
untuk jangan
mengangkat beban
berat terlebih dahulu
agar tidak terjadi kram
pada abdomen
R : pasien kooperatif
E : hentikan intervensi (pasien
pulang)
2 Resiko S : pasien mengetahui tanda
infeksi bd dan gejala infeksi
adanya luka O : Nampak mengerti
post op A : masalah teratasi
Perawat Yesi
P : intervensi dihentikan
Fatimah F
I : - 08.32 menganjurkan untuk
selalu mengecek keadaan luka,
jika ada tanda- tanda infeksi
segera ke pelayanan kesehatan
R : pasien kooperatif
E: hentikan intervensi (pasien
pulang)
BAB IV
PEMBAHASAN

Telah dilakukan Asuhan Keperawatan Pada Ny. N dengan post SC dengan


indikasi PEB di Ruang Rawat Inap Melati 2A RSUD Dr.Soekardjo Kota
Tasikmalaya. ada beberapa hal yang perlu dibahas dan diperhatikan penerapan
kasus keperawatan tersebut, penulis telah berusaha mencoba menerapkan dan
mengaplikasikan proses Asuhan Keperawatan pada klien post SC dengan sesuai
dengan teori-teori yang ada. Untuk melihat lebih jelas Asuhan Keperawatan yang
di berikan dan sejauh mana keberhasilan yang di capai akan diuraikan sesuai
dengan prosedur Keperawatan dimulai dari Pengkajian, Diagnosa, Intervensi,
Implementasi, dan Evaluasi.
A. Pengkajian
1. Identitas
Pengkajian berdasarkan tinjauan teoritis di dapatkan data seperti identitas
klien dengan lengkap yaitu nama klien, jenis kelamin klien, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk klien, tanggal pengkajian,
diagnosa. Pada tinjauan kasus penulis mendapatkan data yang lengkap
sesuai dengan tinjauan teoritis. Ny. N merupakan pasangan yang baru
menikah. Jadi sesuai dengan penelitian menurut (Robillrd et al, 1994
dalam Fraser 2009) yang mengatakan bahwa PEB sering terjadi pada
kehamilan pertama, terutama pada ibu yang berusia belasan tahun. Selain
itu juga sering terjadi pada wanita yang hamil dengan pasangan baru.
Sedangkan menurut (Bodak, Lawdermilk, dan Jensen 2004) mengatakan
85% preeklamsia terjadi pada kehamilan pertama.
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tinjauan kasus saat melakukan pengkajian pada tanggal 15
november 2022 pada jam 10.00 WIB, klien post operasi sectio
caesaria di rawat di ruangan Recorvery Room dengan keluhan pasien
mengatakan nyeri pada luka jahitan/ operasi dengan skala 4 rentang 1-
10, nyeri dirasakan seperti ditusuk tusuk, tidak menjalar dan dirasakan
secara terus- menerus.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada tinjauan teoritis ditemukan riwayat kesehatan dahulu seperti
adanya proses penyakit kronis : Diabetes mellitus, hipertensi kronik,
penyakit ginjal, penyakit pembuluh darah, lupus eritemasus sistemik.
Preeklamsia juga terjadi pada multipera yang menderita penyakit
vaskuler, termasuk hipertensi esensial yang kronis dan diabetes
melilitus atau dengan penyakit ginjal.
Sedangkan di dalam tinjauan kasus klien tidak mempunyai riwayat
penyakit kronis seperti jantung, DM, TBC dan hipertensi.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Secara teoritis riwayat kesehatan keluarga dengan preeklamsia atau
eklamsia (khususnya ibu atau saudara wanitanya). Adanya faktor
keturunan dan familyar dengan model gen tunggal. Genotip ibu lebih
menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Telah terbukti
bahwa pada ibu yang mengalami preeklamsia, 26% anak wanitanya
akan mengalami preeklamsia pula, sedangkan hanya 8 % anak
menantu mengalami preeklamsia (Angsar MD Saifuddin, 2008).
Sedangkan di dalam tinjauan kasus di dalam keluarga klien tidak
ada yang mengalami hipertensi baik dalam keadaan hamil maupun
tidak dalam keadaan hamil.
d. Pemeriksaan Fisik
Dalam pengkajian pemeriksaan fisik pada tinjauan teoritis pada
wajah terdapat oedem pada kelopak mata. Pada dada terdapat krepitasi
yang merupakan tanda adanya oedem pada paru. Keadaan payudara
pada saat permata post partum sama dengan keadaan pada saat hamil.
Pada hari ketiga dan keempat buah dada membesar, keras dan nyeri
ditandai dengan sekresi air susu sehingga akan terjadi proses laktasi.
Pada abdomen atau ueterus terdapat jaihitan secsio cesaria, involusi
uterus pada persalinan dengan SC lebih lambat dari pada persalinan
normal. Pada bagian ekstermitas terdapat oedema jari tangan dan
ekstremitas. Pada genitalia terdapat pengeluaran lochea rubra
(berwaritna merah) yang menetap selama 3 hari. Jumlah produksi
urine ≤ 500 cc/24 jam merupakan tanda PEB, dan terjadinya
peningkatan tekanan darah hingga 140/90 mmHg atau lebih.
Sedangkan di dalam tinjauan kasus klien merasakan nyeri pada
abdomen bekas post op secsio cesaria. Bentuk abdomen cembung, line
a nigra ada, striase gravidarum ada, TFU 1 jari dibawah pusat, kontrak
si uterus baik, tidak teraba distensi blass, bising usus 12. Payudara ben
tuk simetris, tidak ada nyeri tekan Putting susu menonjol, Pengeluaran
ASI ada, preduksi ASI yang dihasilkan sedikit dan saat ditekan. Hal
ini terjadi karena klien hari pertama post op secsio cesaria. Terdapat
Lochea dengan jenis rubra, warna merah, berbau amis.
Jadi pada tinjauan teoritis dan tinjauan kasus terdapat perbedaan
yaitu oedem pada kelopak mata dan jari tangan. Namun di dalam
tinjauan kasus tidak di temukan oedem pada kelopak mata, jari-jari
tangan dan juga ekstremitas atas/bawah.

B. Diagnosa Keperawatan
Pada tinjauan teoritis ditemukan 6 diagnosa keperawatan sedangkan pada
tinjauan kasus ditemukan 2 diagnosa keperawatan . Diagnosa yang ditemukan
dalam tinjauan teoritis yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin,
prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section
caesarea)
2. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka kering bekas
operasi
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur
pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi
4. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik akibat tindakan anestesi dan
pembedahan
5. Intoleransi aktivitas b/d tindakan anestesi
Sedangkan pada tinjauan kasus ditemukan 2 diagnosa keperawatan
yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agent cidera fisik.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan Luka post op sc

6. Intervensi Keperawatan
Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan kepada klien berdasarkan
prioritas masalah yang ditemukan, tidak semua rencana tindakan pada teori
dapat ditegakkan pada tinjauan kasus karena rencana tindakan pada tinjauan
kasus disesuaikan dengan keluhan dan keadaan klien.
1. Diagnosa pertama (Nyeri akut)
Rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan tinjauan teoritis
sama dengan tinjauan kasus yaitu lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi. Observasi
reaksi non verbal dari ketidaknyamanan. Tingkatkan istirahat. Monitor
tanda-tanda vital. Ajarkan teknik relaksasi.. Kolaborasi dalam pemberian
analgetik.

2. Diagnosa Kedua (Resiko Infeksi)


Rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan tinjauan teoritis
adalah pertahankan teknik aseptik, cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan, berikan terapi antibiotik, tingkatkan intake nutrisi,
monitor tanda dan gejala infeksi sistematik dan lokal, dorong pasien
istirahat yang cukup,dorong masukan cairan oral dan diet tinggi protein,
vitamin C dan zat besi.
Sedangkan rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan
tinjauan kasus adalah pertahankan teknik aseptik, cuci tangan sebelum
dan sesudah melakukan tindakan, berikan terapi antibiotik, tingkatkan
intake nutrisi, monitor tanda dan gejala infeksi sistematik dan lokal
dorong pasien istirahat yang cukup, dorong masukan cairan oral dan diet
tinggi protein, vitamin C dan zat besi. anjurkan klien untuk melakukan
perawatan luka dan ganti verban, anjurkan klien untuk menjaga luka agar
tetap kering dan bersih.

7. Implementasi Keperawatan
Setelah rencana tindakan ditetapkan, maka dilanjutkan dengan melakukan
rencana tersebut dalam bentuk nyata, dalam melakukan asuhan keperawatan
pada klien post SC atas indikasi PEB. Hal ini tidaklah mudah, terlebih dahulu
penulis mengatur strategi agar tindakan keperawatan dapat terlaksana, yang
dimulai dengan melakukan pendekatan pada klien agar nantinya klien mau
melaksanakan apa yang perawat anjurkan, sehingga seluruh rencana tindakan
keperawatan yang dilaksanakan sesuai dengan masalah yang dihadapi klien.
1. Nyeri akut berhubungan dengan agent cidera fisik, implementasi yang
telah dilakukan adalah :
a. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi.
b. Mengobservasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
c. Meningkatkan istirahat.
d. Memonitor tanda-tannda vital.
e. Mengajarkan teknik relaksasi.
f. Berkolaborasi dalam pemberian analgetik.
Hasil yang didapatkan ketika melakukan implementasi pada
diagnosa yang pertama yaitu klien tampak meringis karena terasa nyeri
pada luka bekas post operasi secsio cesaria. Tanda-tanda vital Tekanan
darah : 110/80mmHg, Nadi : 88x/menit, Suhu : 36,2oc, Respirasi : 20x/m
enit. Klien dapat melakukan teknik relaksasi dengan baik.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post op, implementasi yang
telah dilakukan adalah :
a. Mempertahankan teknik aseptik.
b. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
c. Memberikan terapi antibiotik.nutrisi.
d. Memonitor tanda dan gejala infeksi sistematik dan lokal.
e. Mendorong pasien istirahat yang cukup
Hasil yang didapatkan ketika melakukan implementasi pada
diagnosa yang kedua yaitu luka post sc klien masih tampak
basah/belum kering.
8. Evaluasi Keperawatan
a. Pada diagnosa yang pertama yaitu Ketidaknyamanan pasca partum
berhubungan dengan agen cidera fisik. Pada tanggal 17 November 2022,
pasien mengatakan sudah tidak nyeri, pasien Nampak tenang, masalah ter
atasi, intervensi dihentikan pasien pulang.
b. Pada diagnosa yang kedua yaitu resiko infeksi berhubungan dengan luka
post op. Pada tanggal 17 november 2022, pasien mengetahui tanda dan g
ejala infeksi, masalah teratasi, ntervensi dihentikan pasien pulang.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono,
2009). Preeklamsia berat adalah suatu keadaan pada kehamilan dimana
tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg atau diastolic lebih dari 110
mmHg pada dua kali pemeriksaan yang setidaknya berjarak 6 jam dengan ibu
posisi tirah baring (Bodak, 2004).
Dari pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan Sectio Caesarea
(SC) dapat disimpulkan :
1. Pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan Sectio Caesarea
(SC) di ruang rawat inap Melati 2A RSUD Dr. Soekardjo
Tasikmalaya tahun 2022 dapat dilakukan dengan baik dan tidak
mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data dan pasien cukup
kooperatif.
2. Diagnosa asuhan keperawatan pada pasien dengan Sectio Caesarea
(SC) di ruang rawat inap Melati 2A RSUD Dr. Soekardjo
Tasikmalaya tahun 2022 dapat dirumuskan 2 diagnosa pada tinjauan
kasus.
3. Perencanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan Sectio
Caesarea (SC) di ruang rawat inap Melati 2A RSUD Dr. Soekardjo
Tasikmalaya tahun 2022 semua perencanaan dapat diterapkan pada
tinjauan kasus
4. Implementasi asuhan keperawatan pada pasien dengan Sectio
Caesarea (SC) di ruang rawat inap Melati 2A RSUD Dr. Soekardjo
Tasikmalaya tahun 2022 semua dapat dilakukan, karena tindakan
yang di lakukan dapat tercapai.
5. Evaluasi pada pasien dengan Sectio Caesarea (SC) di ruang rawat
inap Melati 2A RSUD Dr. Soekardjo Tasikmalaya tahun 2022 dapat
dilakukan dan 2 diagnosa di tinjuan kasus semua diagnosa sudah
teratasi.

B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan pihak rumah sakit untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan
rumah sakit kepada masyarakat.
2. Bagi Perawat Ruangan
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien post Sectio Caesarea
(SC) dengan indikasi PEB, sebaiknya lebih tanggap dalam memberikan
tindakan secara tepat dalam melakukan tindakan pencegahan infeksi pada
ibu post operasi Sectio Caesarea (SC)
3. Bagi Institusi Pendidikan
Peningkatan kualitas dan pengembangan ilmu mahasiswa melalui studi
kasus agar dapat meningkatkan asuhan keperawatan secara komprehensif.

DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, (2014). Obstetri Williams. Jakarta: EGD

Dewi, Vivian Nanny Lia, Sunarsih Tri. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu
Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Doengoes, Marylinn. 2015. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi.


Jakarta : EGC

Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jilid 2. Jakarta : EGC

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2017. Standar Diagnosis


Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator diagnostik. Jakarta : DPP
PPNI
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2019. Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria hasil keperawatan. Jakarta :
DPP PPNI
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2018. Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia : Definisi dan tindakan keperawatan. Jakarta : DPP
PPNI

Sarwono, P. 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka.

Sofian, A. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri operatif Obstetri


social. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Wilkinson M. Judith. 2014. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan


Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Edisi 7. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai