Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN NY.R DENGAN POST SC KPD DI RUANGAN MERPATI


RUMAH SAKIT RSAU dr.M.SALAMUN
TAHUN 2021

Oleh

SITI NUR KAIDHA

CI LAHAN CI INSTITUT

( ) ( )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI

BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan asuhan
keperawatan maternitas yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny.R
Dengan Post Sc ketuban pecah dini (KPD) Di Ruangan Merpati Rumah Sakit RS AU
Dr.M.Salamun” yang alhamdulillah tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dosen
dalam mata kuliah stase maternitas untuk menunjang mahasiswa agar lebih
menguasai dan memahami tentang “post sc kpd”. Namun penulis menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekuranganya, baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makala
selanjutnya.

Bandung, 22 Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL/COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................
B. Tjuan Penulisan ......................................................................................
C. Metode Penulisan....................................................................................
D. Sistematika Penulisan..............................................................................
BAB II TINJAUAN TEPRITIS
A. Konsep Penyakit .....................................................................................
B. Konsep Asuhan Keperawatan.................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS ASKEP
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian.............................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan..........................................................................
C. Perencanaan/Intervensi Keperawatan....................................................
D. Pelaksanaan/Implementasi Keperawatan...............................................
E. Evaluasi.................................................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................
B. Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir, dengan
bantuan atau tanpa bantuan. Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan,
dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram
(sarwono , 2010).
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan/sebelum impartum, pada pembukaan <3cm pada primipara dan <5cm
pada multipara. Hal ini terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan (Nugroho, 2011).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya/rupturnya selaput amnion sebelum usia
kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa kontraksi. Ketuban pecah dini
merupakan hal yang paling penting berkaitan dengan penyulit kehamilan
premature dan infeksi yang dapat merupakan salah satu penyebab yang tersering.
Banyak ditemukan di masyarakat pada ibu hamil trimester II dan awal trimester
III yang mengalami KPD ini tidak mengetahui bahwa yang keluar adalah air
ketuban, mereka beranggapan bahwa yang keluar adalah air kencing, karena
sering pada ibu hamil trimester akhir keinginan buang air kecil meningkat.
Apalagi pada ibu primigravida, banyak dari mereka yang belum mempunyai
pengetahuan tentang air ketuban ini sendiri, sehingga hal ini dapat menyebabkan
terlambatnya penanganan pada ibu dengan KPD yang berakibat terjadinya infeksi
sampai sepsis (Mulyawati, 2012).
Penyebab ketuban pecah dini masih belum diketahui dan tidak dapat
ditentukan secara pasti. Insiden ketuban pecah dini lebih tinggi pada wanita
dengan serviks inkompten, polihidroamnion, malpresentasi janin, kehamilan
kembar, infeksi vagina atau serviks (misalnya vaginosis bacterial, klamidia,
gonore). Penyebab yang sering ditemukan antara lain disebabkan karena infeksi
yang terjadi langsung pada selaput ketuban, serviks yang inkompetensia, trauma
maupun kelainan letak janin dan ditandai dengan keluarnya cairan merembes
melalui vagina, aroma air ketuban berbau manis tidak bau amoniak, bercak vagina
yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-
tanda infeksi yang terjadi.Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini
bergantung pada usia kehamilan dapat terjadi infeksi materal ataupun neonatal,
persalinan premature, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin,
meningkatnya insiden section caesarea atau gagalnya persalinan normal
(Nugroho, 2011).
Masalah yang kemungkinan timbul jika ketuban pecah dini tidak segera
ditangani maka kemungkinan resiko infeksi bagi ibu dan anak menignkat. Pada
ibu terjadi korioamnionitas sedangkan pada bayi dapat terjadi septikum,
pneumonia, sindrom deformitas janin (Sarwono, 2010).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mengidentifikasi asuhan kepeawatan pada pasien post op sc dengan
indikasi ketuban pecah dini diruang merpati RSAU dr. M. Salamun
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada pasien post op sc dengan
indikasi ketuban pecah dini diruang merpati RSAU dr. M. Salamun
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien post op sc dengan
indikasi ketuuban pecah dini diruang merpati RSAU dr. M. Salamun.
c. Menyusun intervensi keperawatan pada pasien post op sc dengan indikasi
ketuban pecah dini diruang merpati RSAU dr. M. Salamun.
d. Mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan pada pasien post op
sc dengan indikasi ketuban pecah dini diruang merpati RSAU dr. M.
Salamun.
e. Melakukan evaluasi pada pasien post op sc dengan indikasi ketuban pecah
dini diruang merpati RSAU dr. M. Salamun.
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien post op sc dengan
indikasi ketuban pecah dini diruang merpati RSAU dr. M. Salamun.
C. Metode Penelitian
Metode diskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa atau
gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan yang
mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan menggunakan studi
pendekatan proses keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
D. Sistematika Penulisan
Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami studi
kasus ini, secara keseluruhan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Bagian awal
Bagian ini memuat halaman judul, kata pengantar, daftar isi, daftar
lampiran dan daftar pustaka.
2. Bagian inti
Terdiri dari 5 buah, yang msing-masing bab terdiri dari sub bab
berikut ini:
a. BAB 1 : Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, tujuan
penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan
b. BAB 2 : Landasan teori, berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis
dan asuhan keperawatan pasien dengan diagnosa medis ketuban pecah
dini.
c. BAB 3 : Hasil berisi tentang deskripsi data hasil pengkajian, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
d. BAB 4 : Pembahasan yang berisi perbandingan antara teori dengan
kenyataan yang ada dilapangan.
e. BAB 5 : Kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
KPD ( ketuban pecah dini ) adalah pecah nya ketuban sebelum
terdapat tanda persalinan mulai dan di tunggu satu jam belum terjadi inpartu
sebagian besar kpd adalah hamil aterm di atas 27 minggu, sedangkan
dibawah 36 minggu tidak terlalu banyak.
KPD ( ketuban pecah dini ) adalah ketuban yang pecah spontan yang
terjadi pada sembarang usia kehamilan sebelum persalinan di mulai.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan satu jam
atau lebih sebelum terjadi tanda-tanda persalinan.
2. Anatomi fisiologi
Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan adalah 1000 – 1500
cc
Ciri-ciri kimiawi :
Air ketuban berwarna putih kekeruhan, berbau khas amis, dan
berasa manis, reaksinya agak alkalis atau netral, berat jenis 1,008.
Komposisinya terdiri atas 98 % air, sisanya albumin, urea, asam urik,
kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks kaseosa dan garam anorganik.
Kadar protein kira-kira 2,6 gr
% per liter terutama sebagai albumin.
Dijumpai lecithin spingomyelin dalam air ketuban amat berguna untuk
mengetahui apakah janin sudah mempunyai paru-paru yang matang. Sebab
peningkatan kadar lecithin pertanda bahwa permukaan paru-paru diliputi zat
surfaktan. Ini merupakan syarat bagi paru-paru untuk berkembang dan
bernapas. Bila persalinan berjalan lama atau ada gawat janin atau pada letak
sungsang akan kita jumpai warna ketuban keruh kehijau-hijauan, karena telah
bercampur dengan mekonium.
a. Fungsi air ketuban
1) Untuk proteksi janin.
2) Untuk mencegah perlengketan janin dengan amnion.
3) Agar janin dapat bergerak dengan bebas.
4) Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu.
5) Mungkin untuk menambah suplai cairan janin
6) Meratakan tekanan intra – uterin dan membersihkan jalan lahir bila
ketuban pecah.
7) Peredaran air ketuban dengan darah cukup lancar dan perputarannya
cepat, kira-kira 350-500 cc.
b. Asal air ketuban
1) Kencing janin (fetal urin)
2) Transudasi dari darah ibu
3) Sekresi dari epitel amnion
4) Asal campuran (mixed origin)
3. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini (KPD) mempunyai dimensi
multifaktorial yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Serviks inkopeten
b. Ketegangan rahim berlebihan; kehamilan ganda, hidramnion
c. Kelainan letak janin dalam rahim, letak sunsang, letang lintang
d. Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah
belum masuk PAP, sepalopelvik disproforsi
e. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
f. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput
ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga menyebabkan ketuban
pecah.
4. Manifestasi klinis
a. Keluar ketuban warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan
sedikit / banyak
b. Dapat di sertai demam bila sudah ada infeksi
c. Janin mudah teraba
d. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada , air ketuban sudah kering
e. Inspeksikula, tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan
air ketuban ketuban sudah kering.
5. Patofisiologi
Kantong amnion yang utuh berfungsi sebagai suatu mekanik terhadap.
infeksi tetapi selain itu cairan amnion mempunyai beberapa sifat bakteri
ostatik yang dapat memainkan peran dalam pencegahan kario amnionitis dan
infeksi janin. Membran yang utuh bukan merupakan sawar mutlak terhadap
infeksi karena kolonisasibakteri terjadi 10% pasien dalam persalinan cukup
bulan, dengan membrane yang utuh sampai 25% pasien dalam persalinan
kurang bulan. Janin kurang bulan dengan ketuban pecah dini, resiko infeksi
dan sepsis yang keberadaannya di dalam rahim ahkan dapat menjadi
problematik, bagi ibu resikonya bukan saja terjadi kariomnitis tetapi juga
bisa terjadi kegagalan induksi, maka harus dilakukan operasi section caesaria.
6. Pathway
Ketuban pecah dini

Kehamilan prematur Kehamilan aterm

Letak kepala Kelainan obstetri :


distress, letak
Indikasi induksi : sungsang, cpd
infeksi, waktu

Gagal uterus tidak


Berhasil persalinan
ada, kelainan
pervaginal
kepalaa, fase laten
dan aktif memanjang

Sectio caesarea

Sectio caesarea Jaringan terbuka Post partum nifas

Luka post operasi Proteksi kurang Penurunan


progesterone dan
ekstrogen
Jaringan terputus Invasi bakteri

Merangsang area Resiko infeksi Kontraksi uterus


sensorik
Involusi bakteri
Gangguan rasa
nyaman adekuat

Nyeri akut Pengeluaran


lochea

Kurang O2

kelemahan

Hambatan
mobilitas fisisk
7. Komplikasi
a. Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadinya KPD
b. Partus peterm
Persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan yang terjadi
pada kehamilan kurang dari 37 minggu ( antara 20 – 37 minggu ) atau
dengan berat janin kurang dari 2500 gram
c. Prolap tali pusat
Tali pusat menumbung
d. Distasia (partus kering)
Pengeluaran cairan ketuban untuk waktu yang akan lama akan
menyebabkan dry labour atau persalinan kering
8. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan leukosid darah > 15000 / ul bila terjadi infeksi
b. Test lakmus merah berubah menjadi biru
c. Amnio sentetis
d. USG ( menentukan usia kehamilan , indeks cairan amnion berkurang )
9. Penatalaksanaan
a. Keperawatan
1) Rawat rumah sakit dengan tirah baring.
2) Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin.
3) Umur kehamilan kurang 37 minggu.
4) Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari.
5) Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan
kortikosteroid untuk mematangkan fungsi paru janin.
6) Jangan melakukan periksan dalam vagina kecuali ada tanda-tanda
persalinan.
7) Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau
gawat janin.
8) Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada
kontraksi uterus maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila
pelepasan air berlangsung terus, lakukan terminasi kehamilan.
b. Medis
1) Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi.
Bila ditemukan tanda-tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka
lakukan terminasi kehamilan.
2) Induksi atau akselerasi persalinan.
3) Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan
mengalami kegagalan.
4) Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat
ditemukan.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
1) Nama : Ny.R
2) Umur : 34 Tahun
3) Pendidikan : SLTP
4) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
5) Agama : Islam
6) Suku bangsa : Sunda
7) Tanggal pengkajian : 11 Mei 2021
8) No.Medrek : 349865
9) Diagnose medis : P3A0 Partus Maturus SC KPD + Gagal Drip
10) Golongan darah :O
b. Identitas Penanggung Jawab
1) Nama : Tn,R
2) Umur :26 Tahun
3) Pendidikan : SMA
4) Pekerjaan : Buruh
5) Bangsa/suku : Sunda
6) Agama : Islam
7) Alamat : Jln. Cibangkong No. 23
8) Hubungan dengan klien : Suami
c. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan operasi
d. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan operasi, nyeri dengan skala
6, nyeri ada ketika bergerak, dan nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk, nyeri
hilang timbul setelah di lakukan observasi di dapatkan TD :110/70 mmHg
N: 80 x/menit RR:20x/menit S: 36,5oC. pasien tampak meringis menahan
sakit, pasien tampak lemas serta terus berbaring dan aktivitasnya di bantu
oleh keluarga.
e. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Pasien mengatakan belum pernah mengalami kejadian ini. Pasien juga
tidak pernah alami penyakit kronis.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit
hipertensi, DM, dan KPD.
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
c. Resiko infeksi berhubungan dengan invasi bakteri
3. Perencanaan
Nama Pasien : Ny,R Ruang/Unit : Merpati
No Registrasi : 349865 Dx.Medis : Ketuban Pecah Dini
Tgl/Wkt No Tujuan Dan Intervensi Rasional
Dx Kriteria Hasil keperawatan
12-05- 1. Setelah di lakukan 1. Jelaskan pada 1. Untuk
2021/14:00 tindakan 2x24 jam pasien tentang memberika
WIB nyeri dapat penyebab nyeri n
berkurang dengan 2. Anjurkan pengetahua
kriteria : pasien untuk n kepada
1. Pasien mampu mengatur pasien
menjelaskan posisi tentang
kembali tentang senyaman penyebab
penyebab nyeri mungkin nyeri
2. Pasien mau 3. Ajarkan tersebut
mengubah tekhnik 2. Posisi yang
posisi dan relaksasi dan nyaman
melaporkan distraksi mempengar
nyerinya 4. Kaji uhi keadaan
berkurang karakteristik pasien
3. Pasien mampu nyeri dari skala dalam
mendemonstras nyeri tekhnik
ikan kembali 5. Observasi managemen
tekhnik tanda-tanda t nyeri
relaksasi dan vital 3. Untuk
distraksi 6. Kolaborasi mengurangi
4. Adanya dengan tim ketegangan
penurunan medis dalam dan nyeri
skala nyeri pemberian pasien
5. Pasien tampak analgesik 4. Untuk
rileks mengetahui
6. Tidak ada nyeri karakteristi
tekan pada k dan sakla
bekas luka nyeri yang
operasi dirasajan
7. Tanda-tanda pasien
vital dalam 5. Untuk
batas normal mengetahui
keadaan
pasien lebih
lanjut
6. Untuk
mengurangi
rasa nyeri
dan
mempercep
at proses
penyembuh
an
12-05- 2. Setelah dilakukan 1. Jelaskan 1. Untuk
2021/15:00 tindakan kepada pasien menambah
WIB keperawatan tentang pengetahuan
selama 2 x 24 jam pentingnya pasien
diharapkan pasien mobilisasi dini 2. Untuk
mampu beraktivitas 2. Ajarkan mempermud
kembali dengan kepada pasien ah dalam
kriteria hasil : untuk melakukan
1. Pasien mampu mobilisasi dini gerakan
melakukan secara secara
aktivitas secara bertahap bertahap
mandiri 3. Anjurkan 3. Untuk
2. Pasien mampu pasien untuk mengetahui
mobilisasi miring kemampuan
secara bertahap kanan/miring pasien
(miring kiri dalam
kanan/kiri) 4. Kaji mobilisasi
3. ADL tanpa kemampuan 4. Untuk
bantuan pasien dalam mengetahui
keluarga dan mobilisasi kemampuan
perawat 5. Observasi pasien
4. Pasien mampu tanda-tanda dalam
membolak- vital melakukan
balikan posisi mobilisasi
5. Tanda-tanda 5. Untuk
vital dalam mengetahui
rentang normal keadaan
pasien lebih
lanjut
12-05- 3. Setelah di lakukan 1. Monitor vital 1. Adanya
2021/16:00 tindakan 2x24 jam sign dan kaji peningkatan
WIB tidak terjadi infeksi adanya suhu
dengan kriteria : peningkatan menunjukka
1. Tidak ada suhu n adanya
infeksi 2. Lakukan tanda-tanda
2. Tidak ada prisnsip steril infeksi
tanda-tanda dalam 2. Untuk
peradangan perawatan mencegah
3. Perlekatan luka luka kontaminasi
baik 3. Pantau hasil kuman
laboratorium masuk ke
pada luka insisi
pemeriksaan sehingga
leukosit menurunkan
4. Kolaborasi resiko
dalam terjadinya
pemberian infeksi
antibiotic 3. Angka
sesai advis leukosit
dokter yang tinggi,
melebihi
batas
normal
menunjukka
n tanda-
tanda
terjadinya
infeksi
4. Untuk
menurunkan
terjadinya
penyebaran
organisme.
BAB III

TINJAUAN KASUS ASKEP

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Nama : Ny.R
b. Umur : 34 Tahun
c. Pendidikan : SLTP
d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
e. Agama : Islam
f. Suku bangsa : Sunda
g. Tanggal pengkajian : 11 Mei 2021
h. No.Medrek : 349865
i. Diagnose medis : P3A0 Partus Maturus SC KPD + Gagal Drip
j. Golongan darah :O
2. Identitas Penanggung Jawab
a. Nama : Tn,R
b. Umur :26 Tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Buruh
e. Bangsa/suku : Sunda
f. Agama : Islam
g. Alamat : Jln. Cibangkong No. 23
h. Hubungan dengan klien : Suami
3. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan operasi
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan operasi, nyeri dengan skala 6,
nyeri ada ketika bergerak, dan nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk, nyeri
hilang timbul setelah di lakukan observasi di dapatkan TD :110/70 mmHg
N: 80 x/menit RR:20x/menit S: 36,5oC. pasien tampak meringis menahan
sakit, pasien tampak lemas serta terus berbaring dan aktivitasnya di bantu
oleh keluarga.
5. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Pasien mengatakan belum pernah mengalami kejadian ini. Pasien juga
tidak pernah alami penyakit kronis.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit
hipertensi, DM, dan KPD.
7. Pola Aktifitas Sehari-Hari

Jenis aktifitas Dirumah Dirumah sakit


1. Nutrisi Makan 3 x/hari, jenis Makan 3 x/hari, jenis
makanan nasi, ikan sayur. makanan bubur, ayam,
Waktu makan pagi, siang sayur-sayuran. Waktu
malam. makan pagi, siang
Minum 8 gelas/hari air malam.
putih, jumlah kurang Minum 8 gelas/hari air
lebih 1500 cc putih, jumlah kurang
lebih 1500 cc
2. Eliminasi BAB 1 x/hari BAB 1 x/hari
BAK 4 x/hari BAK 900 cc
3. Istirahat tidur Lamanya tidur 8 jam/hari Lamanya tidur 5
Tidak ada masalah tidur jam/hari
Tidak meminum obat Tidak ada masalah tidur
tidur Tidak meminum obat
tidur
4. Ambulasi Normal Anjurkan ibu mobilisasi
dengan balik kiri dan
balik kanan
5. Kebersihan diri Mandi 2 x/hari Waslap 2x/hari
Potong kuku 2 x/minggu
Gosok gigi 2 x/hari
Cuci rambut 3 x/minggu
8. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Compos mentis


umum
2. Tanda- TD : S : 36,5oC R: 20x/menit N :80
tanda vital 110/70 x/menit
mmHg
3. Kepala Rambut berwarna hitam, tidak rontok, tidak ada
ketombe
4. Muka Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Hidung : hidung bersih
Mulut : mukosa mulut lembab, tidak ada caries,
keadaan mulut bersih
Telinga : tidak ada serumen, telinga bersih
5. Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening
6. Dada a. Jantung
I : ictus cordis tidak Sesak : tidak merasa
terlihat sesak
P : ictus cordis tidak Nyeri : tidak merasa nyeri
teraba
P : batas jantung RIC
III-V
A : reguler
b. Paru
I : simetris kiri dan
kanan tidak terdapat
otot bantu
P : fremitus kiri dan
kanan
P : sonor
A : vesikuler, wheezing
(-), ronchi (-).
c. Payudara
I : putting susu
menonjol, simetris kiri
dan kanan
P : tidak ada
bendungan asi, tidak
teraba benjolan
7. Abdome TFU : 32 cm
n Kontra : 2 x 10 menit, Kondisi luka post op :
ksi durasi 20 detik Luka tertutup perban
pada abdomen bagian
bawah

8. Genitali Jumla Warna : Konsi Nyeri : 6 Bau :


a h : 50 merah stensi
- Perdaraha cc :
n
pervagina
- Flour Jumla Warna Konsistensi
albus h - -
-
- Lochea Jumla Warna Konsistensi
h - -
-

- Luka Kondisi luka Nyeri : 6


episiotom episiotomi :
y Luka tertutup perban
pada abdomen bagian
bawah
- Pemasang Ya
an Jumlah urin : 1500cc
kateterisas Warna : kuning
i
- Tanggal
pemasang
an :
12/5/2021
9. Ektermit Tidak ada keluhan
as atas
Pemasangan Jenis cairan : RL
infus Jumlah tetesan : 20
tetes
Pemasangan Tidak
Transfusi
Ekstermiras Tidak ada kelainan
bawah
Edema : tidak
ada

9. Pemeriksaan Penunjang

Hasil Tanggal 10/05/2021 Normal


Panel covid Negatif
GDS 79 mg/dl 70-130 mg/dl
Hb 10,6 g/dl 8,4-10,5 gr/dl
Leukosit 12.000/mm3 5000-10.000/mm3
Hematokrit 32% LK 44-48% /PR38-
43%
Trombosit 344.000/mm3 150.000-400.000/mm3

10. Data Persalinan Dan Kehamilan


G3P2A0, Pasien mengatakan kehamilan ini direncanakan, pasien memiliki
3 anak

No Cara Lahir BB/PB Lahir Keadaan Usia


Lahir
1. Normal 3,6 kg / 48 cm Normal 15 tahun
2. Normal 3, 1 kg / 50 cm Normal 11 tahun
3. SC 3,3 kg / 50 cm Normal 1 hari

11. Laporan Persalinan


HPHT 01-08-2020 TP 08-05-2021
a. Jam masuk 21:08 tanggal 10-05-2021
b. Riwayat persalinan
1) Pada ibu
- Kontraksi : 2 x 10 menit
- Frekwensi : 150 cc
- Intensitas : 20 detik
- BB : 63 kg
- TB : 155 cm
- Tanda-tanda vital : TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/menit, RR : 20
x/menit, S : 36,5 oC.
- Payudara :
- Ekstremitas : terpasang infus
Ekstremitas bawah tidak ada edema.
- Pembukaan : 2
- Pendataran hodge : I- II
- Selaput ketuban : utuh
- Warna cairan ketuban : -
- Mekanium : ada
2) Pada janin
- DJJ : 135 x/menit
- Presentasi : kepala
- Posisi : bagian-bagian kecil tak teraba
12. Pindah Kamar Bersalinan
a. Tanggal/jam : 11-05-2021
b. Tanda dan gejala : pembukaan tidak ada kemajuan
c. Kontraksi : 2 x 10 menit durasi 20 detik
d. Pembukaan : 2 – 3 cm
e. Pendataran :
f. Hodge : I- II
g. DJJ : 135 x/menit
B. Analisa data
Nama Pasien : Ny,R Ruang/Unit : Merpati
No Registrasi : 349865 Dx.Medis : Ketuban Pecah Dini
No Hari/tangga Data Etiologi Problem
l
1. Selasa/11 Ds : Section caesarea Nyeri akut
Mei 2021 Pasien mengatakan nyeri
pada luka post sc seperti
Insisi pada
ditsuk-tusuk
dinding
Do : abdomen
- Keadaan umum baik
- Kesadaran compos
Terputusnya
mentis
kontinuitas
- Pasien tampak jaringan
meringis
- Tampak ada luka
operasi dibagian Nyeri akut
abdomen bawah
tertutup kassa steril
sepanjang 10 cm
- TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 85 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,5 oC
- Q : nyeri seperti
ditusuk-tusuk
- R : abdomen bagian
bawah
- S : skala nyeri 6
- T : nyeri hilang
timbul dan nyeri
dirasakan pada saat
bergerak
2. Selasa/11 Ds : Sectio caesarea Hambatan
Mei 2021 - Pasien mengatakan mobilitas
tidak dapat Tindakan fisik
anastesi
melakukan aktivitas
secara mandiri, dan
Post anastesi
dibantu oleh
keluarga juga
Kemampuan
perawat
tonus otot
- Pasien juga menurun
mengatakan sulit
bangun dari tempat
Kelemahan fisik
tidur
Do :
Hambatan
- Pasien belum bisa mobilitas fisik
miring kanan dan
kiri
- ADL pasien di bantu
oleh keluarga
- Pasien tampak lemas
3. Selasa/11 Ds : Sectio caesarea Resiko
Mei 2021 - Pasien mengatakan inveksi
nyeri saat bergerak Jaringan terbuka
pada luka post sc
- Pasien mengatakan Proteksi kurang
luka operasinya
seperti terbakar Invasi bakteri
Do :
- Terpasang infuse RL Resiko inveksi
20 tpm
- Ada luka post
operasi SC tertutup
perban pada
abdomen bagian
bawah

C. Prioritas diagnosa keperawatan


Nama Pasien : Ny,R Ruang/Unit : Merpati
No Registrasi : 349865 Dx.Medis : Ketuban Pecah Dini
No Diagnosa Keperawatan
Dx
1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
3. Resiko infeksi berhubungan dengan invasi bakteri

D. Intervensi keperawatan
Nama Pasien : Ny,R Ruang/Unit : Merpati
No Registrasi : 349865 Dx.Medis : Ketuban Pecah Dini
Tgl/Wkt N Tujuan Dan Intervensi Rasional
o Kriteria Hasil keperawatan
D
x
12-05- 1. Setelah di lakukan 1. Jelaskan 1. Untuk
2021/14:0 tindakan 2x24 jam pada memberikan
0 WIB nyeri dapat pasien pengetahuan
berkurang dengan tentang kepada pasien
kriteria : penyebab tentang
1. Pasien mampu nyeri penyebab nyeri
menjelaskan 2. Anjurkan tersebut
kembali tentang pasien 2. Posisi yang
penyebab nyeri untuk nyaman
2. Pasien mau mengatur mempengaruhi
mengubah posisi keadaan pasien
posisi dan senyaman dalam tekhnik
melaporkan mungkin management
nyerinya 3. Ajarkan nyeri
berkurang tekhnik 3. Untuk
3. Pasien mampu relaksasi mengurangi
mendemonstras dan ketegangan dan
ikan kembali distraksi nyeri pasien
tekhnik 4. Kaji 4. Untuk
relaksasi dan karakteristik mengetahui
distraksi nyeri dari karakteristik
4. Adanya skala nyeri dan sakla nyeri
penurunan 5. Observasi yang dirasajan
skala nyeri tanda-tanda pasien
5. Pasien tampak vital 5. Untuk
rileks 6. Kolaborasi mengetahui
6. Tidak ada nyeri dengan tim keadaan pasien
tekan pada medis lebih lanjut
bekas luka dalam 6. Untuk
operasi pemberian mengurangi
7. Tanda-tanda analgesik rasa nyeri dan
vital dalam mempercepat
batas normal proses
penyembuhan
12-05- 2. Setelah dilakukan 1. Jelaskan 1. Untuk
2021/15:0 tindakan kepada menambah
0 WIB keperawatan pasien pengetahuan
selama 2 x 24 jam tentang pasien
diharapkan pasien pentingnya 2. Untuk
mampu beraktivitas mobilisasi mempermudah
kembali dengan dini dalam
kriteria hasil : 2. Ajarkan melakukan
1. Pasien mampu kepada gerakan secara
melakukan pasien bertahap
aktivitas secara untuk 3. Untuk
mandiri mobilisasi mengetahui
2. Pasien mampu dini secara kemampuan
mobilisasi bertahap pasien dalam
secara bertahap 3. Anjurkan mobilisasi
(miring pasien 4. Untuk
kanan/kiri) untuk mengetahui
3. ADL tanpa miring kemampuan
bantuan kanan/mirin pasien dalam
keluarga dan g kiri melakukan
perawat 4. Kaji mobilisasi
4. Pasien mampu kemampua 5. Untuk
membolak- n pasien mengetahui
balikan posisi dalam keadaan pasien
5. Tanda-tanda mobilisasi lebih lanjut
vital dalam 5. Observasi
rentang normal tanda-tanda
vital
12-05- 3. Setelah di lakukan 1. Monitor 1. Adanya
2021/16:0 tindakan 2x24 jam vital sign peningkatan
0 WIB tidak terjadi infeksi dan kaji suhu
dengan kriteria : adanya menunjukkan
1. Tidak ada peningkata adanya tanda-
infeksi n suhu tanda infeksi
2. Tidak ada 2. Lakukan 2. Untuk
tanda-tanda prisnsip mencegah
peradangan steril kontaminasi
3. Perlekatan luka dalam kuman masuk
baik perawatan ke luka insisi
luka sehingga
3. Pantau menurunkan
hasil resiko
laboratoriu terjadinya
m pada infeksi
pemeriksa 3. Angka leukosit
an leukosit yang tinggi,
4. Kolaborasi melebihi batas
dalam normal
pemberian menunjukkanta
antibiotic nda-tanda
sesai advis terjadinya
dokter infeksi
4. Untuk
menurunkan
terjadinya
penyebaran
organisme.
E. Implementasi keperawatan
Nama Pasien : Ny,R Ruang/Unit : Merpati
No Registrasi : 349865 Dx.Medis : Ketuban Pecah Dini
Tgl/Wkt No Implementasi Respon Klien TTD
Dx Keperawatan
12-05- 1. 1. Menjelaskan pada S : pasien
2021/14:0 pasien tentang mengatakan
0 WIB penyebab nyeri nyeri yang
2. Menganjurkan pasien dirasakan
untuk mengatur posisi berkurang
senyaman mungkin O : skala nyeri
3. Mengajarkan tekhnik 3
relaksasi dan distraksi
4. Mengkaji karakteristik
nyeri dari skala nyeri
5. Mengobservasi tanda-
tanda vital
6. Mengkolaborasi
dengan tim medis
dalam pemberian
analgesik
12-05- 2. 1. Menjelaskan kepada S : pasien
2021/15:0 pasien tentang mengatakan
0 WIB pentingnya mobilisasi sudah bisa
dini melakukan
2. Mengajarkan kepada aktivitas tanpa
pasien untuk mobilisasi bantuan
dini secara bertahap keluarga dan
3. Menganjurkan pasien perawat
untuk miring O : pasien
kanan/miring kiri tampak sudah
4. Mengkaji kemampuan bisa melakukan
pasien dalam mobilisasi aktivitas secara
5. Mengobservasi tanda- mandiri
tanda vital
12-05- 3. 1. Memonitor vital sign S : pasien
2021/16:0 dan kaji adanya mengatakan
0 WIB peningkatan suhu nyeri pada luka
2. Melakukan prisnsip post sc
steril dalam perawatan berkurang
luka O : tampak
3. Memantau hasil luka jahitan
laboratorium pada tertutup kassa
pemeriksaan leukosit steril sepanjang
4. Mengkolaborasi dalam 10 cm
pemberian antibiotic
sesai advis dokter

F. Evaluasi keperawatan
Nama Pasien : Ny,R Ruang/Unit : Merpati
No Registrasi : 349865 Dx.Medis : Ketuban Pecah Dini
Tgl/Wkt No Evaluasi Keperawatan TTD
Dx
12-05- 1. S : pasien mengatakan nyeri pada luka
2021/20:00 jahitan operasi berkurang
WIB O:
- Keadaan umum baik
- Pasien tampak rileks
- Skala nyeri 3
- Tampak luka bekas operasi post
op sc tertutup kassa steril
sepanjang 10 cm
- TTV
TD : 120/70 mmHg
N : 85 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,6 oC
A : nyeri akut teratasi
P : intervensi dihentikan pasien pulang
12-05- 2. S : pasien mengatakan sudah mampu
2021/20:00 melakukan aktivitas mandiri secara
WIB bertahap
O:
- Keadaan umum baik
- Pasien melakukan aktivitas tanpa
bantuan kkeluarga dan perawat
- TTV
TD : 120/70 mmHg
N : 85x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,6 oC
A : hambatan mobilitas ditempat tidur
teratasi
P : intervensi dihentikan, pasie pulang
12-05- 3. S : pasien mengatakan nyeri pada luka
2021/20:00 post sc berkurang
WIB O:
- Keadaan umum baik
- tampak luka jahitan tertutup kassa
steril sepanjang 10 cm
- skala nyeri 3
- TTV
- TTV
TD : 120/70 mmHg
N : 85 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,6 oC
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan, pasien pulang

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan kesenjangan antara teori dan asuhan keperawatan
secara langsung pada Ny. R dengan diagnosa medis G3P3A0 partus maturus sc
ketuban pecah dini diruang merpati RSAU dr. M. Salamun yang meliputi pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

A. Pengkajian
Pada tahap pengumpulan data penulis tidak mengalami kesulitan karena
penulis telah mengadakan perkenalan dan menjelaskan maksud penulis yaitu
untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dan keluarga secara terbuka,
mengerti dan kooperatif. Pada tahap pengkajian identitas dari tinjauan pustaka
didapatkan usia bisa mempengaruhi, karena semakin tuanya umur resiko
terjadinya komplikasi pada kehamilan semakin tinggi. Sedangkan pada tinjauan
kasus usia tidak mempengaruhi, dikarenakan usia sang ibu masih muda 34 tahun,
dan komplikasi pada ibu juga tidak ada. Tidak ada perbedaan pada tinjauan
pustaka dan tinjauan kasus karena keduanya sama-sama memiliki resiko tinggi
terjadinya komplikasi. Pada pengkajian keluhan utama dari tinjauan pustaka
didapatkan keluhan nyeri yang disebabkan oleh trauma pembedahan (Mityani,
2009).
Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan klien mengeluh nyeri pada luka
bekas operasi pada perut bagian bawah akibat pembedahan section caesarea
karena insisi pada dinding perut.
Tidak ada pembedahan pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus karena
keduanya sama-sama mengeluh nyeri pada luka bekas operasi pada perut bagian
bawah akibat pembedahan section caesarea.

B. Diagnosa keperawatan
Antara lain :
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka bekas operasi pada abdomen
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kekuatan tubuh
4. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan
5. Ketidakefektifan pemberian asi berhubungan dengan kurangnya sumber
informasi tentang perawatan payudara

Pada tinjauan kasus, terdapat 3 diagnosa keperawatan yang muncul yaitu :

1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan


2. Hambatan mobiitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
3. Resiko infeksi berhubungan dengan invasi bakteri

Pada tinjauan pustaka menurut Nurarif.A.H & Kusuma. H, (2015) ditentukan


4 diagnosa keperawatan yaitu : Nyeri akut berhubungan dengan luka bekas
operasi pada abdomen, Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada
abdomen post sc, Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kekuatan
tubuh, Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan. Tetapi pada
tinjauan kasus tidak di temukan diagnosa Defisit perawatan diri berhubungan
dengan penurunan kekuatan tubuh karena pasien masih bisa merawat dirinya.

C. Perencanaan/Intervensi Keperawatan
Pada perumusan tujuan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus tidak
ada kesenjangan. Pada tinjauan pustaka perencanaan menggunakan criteria hasil
yang mengacu pada pencapaian tujuan, sedangkan tinjauan kasus perencanaan
menggunakan sasaran dalam intervensinya dengan tujuan penulis ingin
meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan melalui peningkatan pengetahuan (kognitif), perubahan tingkah laku
pasien (afektif), dan keterampilan menangai masalah (psikomotor). Pada tinjauan
pustaka dan tinjauan kasus pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan
dengan terputusnya kontinuitas jaringan. Alasanya karena di dapat data pasien
mengatakan nyeri pada luka bekas operasi, di area perut bagian bawah karena
luka bekas operasi, nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri di area perut bawah,nyeri
semakin terasa saat di buat gerak dengan skala 6 ,nyeri hilang timbul. Diagnosa
ini dijadikan prioritas karena yang paling dirasakan pasien.
Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan data
obyektif yang mendukung yaitu terdapat luka post operasi di abdomen bawah
tertutup kassa steril panjang 10 cm,tidak ada pus , wajah tampak menyeringai,
terpasang DC, adanya nyeri tekan pada bekas luka post operas. Setelah dilakukan
tindakan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri berkurang/hilang
dengan kriteria hasil Pasien mampu menjelaskan kembali tentang penyebab nyeri,
Pasien mau mengubah posisi dan melaporkan nyerinya berkurang , Pasien mampu
mendemonstrasikan kembali tekhnik relaksasi dan distraksi, Adanya penurunan
skala nyeri 1-2, Pasien tampak rileks, Tidak ada nyeri tekan pada luka bekas
operasi, Tanda-tanda vital dalam batas normal TD : 120/80 mmhg, N : 80x/menit,
S : 36,5-37,5 ˚C, Rr : 16-24x/menit. Dilakukan intervensi yang sama yaitu
Jelaskan kepada pasien tentang penyebab nyeri, Anjurkan pasien untuk mengatur
posisi senyaman mungkin, Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi, Kaji
karakteristik nyeri dari skala nyeri, Observasi tanda-tanda vital, Kolaborasi
dengan tim medis dalam pemberian analgesik.
Menurut Rahmawati (2014). Pada tinjauan pustaka ada 2 cara untuk
mengurangi nyeri yaitu dengan cara teknik distraksi yaitu suatu metode untuk
menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan perhatian klien seperti menonton
tv, membaca buku. Teknik relaksasi yaitu suatu teknik yang dapat mengendurkan
syaraf-syaraf sehingga menimbulkan rasa nyaman seperti dengan melakukan
nafas dalam. Sedangkan pada tinjauan kasus hanya melakukan teknik relaksasi
dan pemberian analgesic saja.
Menurut opini penulis pemberian analgesik sesuai dengan advis dokter sangat
baik untuk mengurangi nyeri yang dirasakan. pasien Selain itu, pasien juga
diajarkan tehnik relaksasi dan distraksi untuk mengalihkan rasa nyeri yang
dirasakan oleh pasien. Dengan demikian diharapkan pasien dapat mengontrol
nyeri bila seaktu-waktu nyeri terasa dan pasien merasakan nyerinya sudah
semakin berkurang.
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri akibat tindakan
pembedahan. Alasanya ibu belum dapat mobilisasi secara bertahap seperti miring
kanan atau miring kiri, ADL (Activity Daily Life) dengan bantuan perawat dan
keluarga, aktivitas klien hanya di atas tempat tidur dengan data objektif yaitu
pasien belum bisa miring ke kanan dan ke kiri. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam diharapkan klien mampu beraktivitas kembali
dengan kriteria hasil : Pasien mampu menjelaskan kembali tentang pentingnya
mobilisasi dini, Pasien mampu melakukan aktivitas secara mandiri, Pasien
mampu mobilisasi secara bertahap dengan miring kanan/kiri, Klien mampu
membolak-balikkan posisi, Tanda- tanda vital dalam batas normal, TD : 120/80
mmhg, N : 80-100x/menit, S : 36,5- 37,5 ˚C, Rr : 16-24x/menit, Dilakukan
intervensi yang sama yaitu Jelaskan kepada klien tentang pentingnya mobilisasi
dini, Ajarkan kepada klien untuk mobilisasi dini secara bertahap, Anjurkan pasien
untuk miring kanan/miring kiri, Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi,
Observasi tanda-tanda vital.
Menurut Norman dan Gery (2010), mobilisasi dini dilakukan sehari setelah
pembedahan, pasien harus turun sebentar dari tempat tidur dengan bantuan paling
tidak dua kali sehingga mengurangi resiko terjadinya thrombosis vena dan emboli
paru. Menurut opini penulis mobilisasi dini secara bertahap dapat membantu
pasien segera bisa melakukan aktivitas mandiri tanpa bantuan perawat dan
keluarga.
Resiko infeksi berhubungan dengan invasi bakteri, Setelah di lakukan
tindakan 2x24 jam tidak terjadi infeksi dengan kriteria : Tidak ada infeksi, Tidak
ada tanda-tanda peradangan Tanda- tanda vital dalam batas normal, TD : 120/80
mmhg, N : 80-100x/menit, S : 36,5- 37,5 ˚C, Rr : 16-24x/menit, Dilakukan
intervensi yang sama yaitu Monitor vital sign dan kaji adanya peningkatan suhu,
lakukan prisnsip steril dalam perawatan luka, pantau hasil laboratorium pada
pemeriksaan leukosit, kolaborasi dalam pemberian antibiotic sesai advis dokter.
Dalam tinjauan kasus dicantumkan kriteria waktu karena pada kasus nyata
diketahui keadaan pasien secara langsung berdasarkan pada tinjauan kasus tujuan
diagnosa pertama, kedua dan ketiga setelah memenuhi kriteria hasil. Kriteria hasil
dari tinjauan pustaka merupakan acuan untuk membandingkan hasil yang telah
tercapai pada tinjauan kasus. Intervensi ketiga diagnosa yang ditampilkan diantara
tinjauan pustaka dan tinjauan kasus tidak didapatkan perbedaan, hal itu
dikarenakan tidak ada perbedaan etiologi ketiga diagnosa tersebut. Namun
masing-masing intervensi tetap mengacu pada tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan.
D. Pelaksanaan/Implementasi Keperawatan
Nyeri Akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan dilakukan
tindakan seperti Menjelaskan kepada pasien tentang penyebab nyeri yaitu akibat
dari tindakan pembedahan post operasi sectio caesarea, Menganjurkan pasien
untuk mengatur posisi senyaman mungkin dengan miring kanan/miring kiri,
Mengajarkan tehnik relaksasi dan distraksi dengan menarik nafas dalam dan
menganjurkan pasien untuk membaca Koran atau majalah, Mengkaji karakteristik
nyeri dari skala nyeri, Mengobservasi tanda-tanda vital TD : 120/70 mmhg, N :
90x/menit, Rr : 20 x/menit, S : 36,6˚C, Berkolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian analgesik Anbacim 2x1, ketorolac 3x1, omeprazole 2x1, kalnex 3x1,
metroprazole 3x1. Pada tinjauan pustaka ada 2 cara untuk mengurangi nyeri yaitu
dengan cara teknik distraksi yaitu suatu metode untuk menghilangkan nyeri
dengan cara mengalihkan perhatian klien seperti menonton tv, membaca buku.
Teknik relaksasi yaitu suatu teknik yang dapat mengendurkan syaraf-syaraf
sehingga menimbulkan rasa nyaman seperti dengan melakukan nafas dalam.
Sedangkan pada tinjauan kasus hanya melakukan teknik relaksasi dan pemberian
analgesic saja. Menurut opini penulis pemberian analgesik sesuai dengan advis
dokter sangat baik untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien. Selain itu,
pasien juga diajarkan tehnik relaksasi dan distraksi untuk mengalihkan rasa nyeri
yang dirasakan oleh pasien. Dengan demikian diharapkan pasien dapat
mengontrol nyeri bila seaktu-waktu nyeri terasa dan pasien merasakan nyerinya
sudah semakin berkurang.
Hambatan mobilitas fisik berhuhungan dengan kelemahan fisik dilakukan
tindakan seperti Menjelaskan kepada klien tentang pentingnya mobilisasi dini
untuk membantu pasien agar dapat bergerak secara bebas, mengajarkan kepada
klien untuk mobilisasi dini secara bertahap, menganjurkan pasien untuk miring
kanan/miring kiri, Mengkaji kemampuan klien dalam mobilisasi, mengobservasi
tanda-tanda vital, TD : 120/70 mmhg, N : 85 x/menit, Rr : 20 x/menit, S : 36,6˚C.
Menurut opini penulis mobilisasi dini secara bertahap dapat membantu pasien
segera bisa melakukan aktivitas mandiri tanpa bantuan perawat dan keluarga,
dengan cara berbaring miring kanan dan miring ke kiri, duduk, berjalan dan lain
sebagainya. Pada diagnosa hambatan mobilitas fisik akibat proses pembedahan
dapat dilakukan sesuai rencana karena pasien dapat bekerja sama dengan baik.
Resiko infeksi berhubungan dengan invasi bakteri dilakukan tindakan seperti
mengobservasi tanda-tanda vital, TD : 120/70 mmHg, N : 85 x/menit, RR : 20
x/menit, S : 36,6 ˚C, memonitor vital sign dan mengkaji adanya peningkatan suhu,
melakukan prisnsip steril dalam perawatan luka, memantau hasil laboratorium
pada pemeriksaan leukosit, mengkolaborasi dalam pemberian antibiotic sesuai
advis dokter.
E. Evaluasi
Pada waktu dilakukan evaluasi nyeri akut berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan sudah dilakukan dalam waktu 2x24 jam karena tindakan yang
tepat, pasien juga melakukan apa yang tim medis ajarkan untuk nyerinya dan
telah berhasil dilakukan dan tujuan kriteria hasil telah tercapai. Pada diagnosa
hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik sudah dilakukan
dalam waktu 2x24 jam karena tindakan yang tepat, pasien juga melakukan apa
yang tim medis anjurkan dan ajarkan berhasil dilakukan dan tujuan dan kriteria
hasil telah tercapai. Pada diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan invasi
bakteri sudah dilakukan dalam waktu 2x24 jam karena tindakan yang tepat,
pasien juga melakukan apa yang tim medis anjurkan dan ajarkan berhasil
dilakukan dan tujuan kriteria hasil telah tercapai.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil yang telah didapatkan tetang asuhan keperawatan pada pasien Ny.
R dengan diagnosa medis P3A0 partus maturus sc ketuban pecah dini di ruangan
merpati RSAU dr. M. Salamun penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pengkajian sangat penting pada pasien post op section caesarea indikasi
ketuban pecah dini yang perlu diperhatikan saat pengkajian adalah nyeri pada
daerah abdomen agar tidak bertambah. Pada pasien dengan post section
caesarea indikasi ketuban pecah dini patologis hal yang perlu diperhatikan
adalah pengkajian pada pemeriksaan fisik yaitu seperti payudara bertambah
besar, kontraksi uterus baik/keras, terdapat lochea rubra.
2. Pada pasien dengan post section caesarea indikasi ketuban pecah dini akan
mengalami beberapa perubahan masalah fisik, psikologis maupun social.
Masalah keperawatan yang ditemukan pada tinjauan kasus adalah nyeri akut,
kerusakan mobilitas fisik dan resiko infeksi. Ketiga diagnosa ini muncul
karena didapatkan data-data dari keadaan pasien itu sendiri.
3. Intervensi : diagnosa keperawatan yang di tampilkan antara tinjauan pustaka
dan tinjauan khusus terjadi kesamaan namun masing-masing intervensi tetap
mengacu pada sasaran, criteria hasil dan criteria waktu.
4. Pelaksanaan rencana keperawatan dilakukan secara terkordinasi dan
terintegrasi inti pelaksanaan dignosa pada kasus tidak semua sama pada
tinjauan pustaka.
5. Evaluasi dilakukan penulis dengan metode per 24 jam dengan harapan penulis
dapat mengetahui perkembangan yang terjadi pada pasien setap saat. Pada
akhir evaluasi semua tujuan dapat dicapai karena adanya kerjasama yang baik
antara pasien, keluarga dan tim kesehatan.
B. Saran
Berlatarbelakang dari kesimpulan diatas penulis memeberikan saran sebagai
berikut :
1. Keterlibatan pasien, keluarga dan tim kesehatan yang terjalin dengan baik
perlu ditingkatkan sehingga timbul rasa saling percaya, serta untuk mencapai
hasil keperawatan yang diharapkan
2. Perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan hendaknya lebih berpotensi
dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup serta dapat
bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya dalam pemberihan asuhan
keperawatan pada pasien post section caesarea indikasi ketuban pecah dini
patologis
3. Untuk peningkatan mutu asuhan keperawatan sebaiknya diadakan suatu
seminar atau penyuluhan yang membahas tentang masalah kesehatan yang ada
pada pasien tentang post section caesarea seperti penyuluhan tentang
perawatan luka section caesarea, perawatan payudara, cara perawatan bayi,
cara menyusui dan lain sebagainya
4. Pendidikan dan pengetahuan perawat serta berkelanjutan perlu ditingkatkan
baik secara formal maupun informal khususnya pengetahuan bidang
melakukan perawatan pasien post section caesarea
5. Pemahaman dan pengembangan mengenai konsep kesehatan perlu
ditingkatkan secara komprehensif sehingga mampu menerapkan asuhan
keperawatan dengan baik

DAFTAR PUSTAKA

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika Jakarta.

Norma N, Dwi M., 2013. Asuhan Kebidanan: Patologi Teori dan Tinjauan Kasus.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Nugroho, T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah Dan Paenyakit


Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika

Nurarif.A.H. & Kusuma. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Jogjakarta: MediaAction

Rahmawati, Lusa. 2014. Pertumbuhan dan Perkembangan Janin dalam Kandungan


Asuhan Kebidan I , www.lusa.web.id. Diakses pada tanggal 3 Agustus
2019
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai