Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PADA KLIEN NY.

’’S” DENGAN
GANGGUAN KEBUTUHAN KENYAMANAN DI RUANG PERAWATAN
MAWAR RUMAH SAKIT TK.II PELAMONIA MAKASSAR
TANGGAL 25 S.D 27 AGUSTUS 2022

DISUSUN OLEH :

1. Hesti Pebriyanti (202101069) 9. Canthika Putri A (202101010)


2. Iin Apriaty S (202101120) 10. Dhea Yunita (202101011)
3. Andi Riskiyah J.M (202101104) 11. Dwi Wahyuni (202101012)
4. Ien Wijaya (202101120) 12. Farah Abu k (202101062)
5. Cut Nurul Al. R (202101108) 13. Febriana (202101063)
6. Inayah Alfiyah Satri (202101072) 14. Dian Aliastuti (202101110)
7. Andi Indri Wulandari (202101003) 15. Astrid Dian L (202101106)
8.Tri Tania Sakinah P (202101098)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN PELAMONIA
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas


limpahan rahmat karunia sehingga makalah yang berjudul
“KEBUTUHAN KENYAMANAN” dapat terselesaikan. Penulis berterima
kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing RS TK II
PELAMONIA karena telah membimbing kami dalam mengerjakan
makalah ini sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan
bagi kami.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata kesempurnaan yang
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan kami, tidak sedikit kesulitan
yang kami hadapi baik dari segi waktu maupun tenaga, tetapi juga
menyadari bahwa setiap ikhtiar yang baik.
Semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal atas
segala keikhlasan hati dan bantuan dari semua pihak yang telah
diberikan kepada kami, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.

Makassar,25 Agustus 2022

Peneliti

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN PENULISAN
BAB II PEMBAHASAN
A. KONSEP KEBUTUHAN KENYAMANAN
1. Definisi
2. Fisiologi kenyamanan
3. Etiologi dan factor-faktor yang mempengaruhi
4. Gangguan pada kebutuhan kenyamanan
5. Pemeriksaan penunjang
6. Penatalaksanaan medis
7. Patoflow gangguan kenyamanan
B. TINJAUAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
2. Diagnosis keperawatan
3. Intervensi keperawatan
4. Implementasi
5. Evaluasi
BAB III STUDI KASUS
A. Pengkajian
B. Diagnosis keperawatan
C. Rencana keperawatan
D. Catatan perkembangan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ada banyak permasalahan yang berhubungan dengan


kebutuhan pemenuhan rasa aman, dimulai dari usia bayi, toddler,
prasekolah, sekolah, remaja, dewasa dan lansia.
Kebutuhan rasa aman yaitu suatu keadaan bebas dari segala
fisik dan psikologis merupakan salah satu KDM yang harus dipenuhi,
serta dipengaruhi dengan faktor lingkungan, Karena lingkungan yang
aman akan secara otomatis kebetuhan dasar manusia terpenuhi.
Seringkali terjadi hal kelainan terhadap klien yang berusia lanjut
atau lansia dikarenakan kurangnya perhatian terhadap klien. Untuk itu
sebagai perawat memberi ASKEP (Asuhan Keperawatan) kepada klien
yang mengalami gangguan kebutuhan rasa aman haruslah benar-benar
diperhatikan agar kebutuhan klien terpenuhi.
Setiap manusia pasti membutuhkan perlindungan untuk
menciptakan rasa aman dan nyaman agar dapat menjalani aktivitas
dengan normal tanpa ada rasa takut dan khawatir yang membebani
pikiran. Ada banyak permasalahan yang berhubungan dengan
kebutuhan rasa aman dan nyaman dimulai dari bayi hingga lansia.
Kebutuhan rasa aman yaitu suatu keadaan bebas dari segala
fisik dan psikologis merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia
yang harus dipenuhi, serta dipengaruhi dengan faktor lingkungan,
Karena lingkungan yang aman akan secara otomatis kebetuhan dasar
manusia terpenuhi.
Kebutuhan rasa nyaman adalah suatu keadaan akan
ketentraman (suatu kepuasaan yang meningkatkan penampilan sehari-
hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan
tentang sesuatu yang melebihi masalah). (Krisdaniamas layla,2016)

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebutuhan kenyamanan?

2. Apa anatomi pada kebutuhan kenyamanan?

3. Apa saja klasifikasi nyeri pada kebutuhan kenyamanan?

4. Apa saja gangguan pada kebutuhan kenyamanan?

5. Apa saja faktor yang mempengaruhi kebutuhan kenyamanan?

6. Bagaimana pengukuran intensitas pada kebutuhan kenyamanan?

7. Apa saja penatalaksanaan medis kebutuhan kenyamanan?

8. Apa saja pemeriksaan penunjang kebutuhan kenyamanan?

9. Apa penyimpangan KDM kebutuhan kenyamanan?


C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kebutuhan
kenyamanan
2. Untuk mengetahui apa anatomi pada kebutuhan kenyamanan
3. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi nyeri pada kebutuhan
kenyamanan
4. Untuk mengetahui apa saja gangguan pada kebutuhan
kenyamanan
5. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi kebutuhan
kenyamanan
6. Untuk mengetahui bagaimana pengukuran intensitas pada
kebutuhan kenyamanan
7. Untuk mengetahui apa saja penatalaksanaan medis kebutuhan
kenyamanan
8. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang kebutuhan
kenyamanan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Medis Kebutuhan Kenyamanan


1. Pengertian
Kenyamanan merupakan suatu keadaan dimana individu
mengalami sensasi yang menyenangkan dalam berespon terhadap
suatu rangsangan. (Haswita dan Sulistyowati, 2015).
Nyeri merupakan suatu kondisi lebih dari sekedar sensasi tinggal
yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan
sangat bersifat individual. (Haswita dan Sulistyowati, 2015)
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak mengenakkan
bersifat sangan subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap
orang dalam hal skala atau tingkatnya dan hanya orang tersebutlah
yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang
dialaminya. (Hidayat dan Uliyah, 2014).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebutuhan kenyamanan
adalah Suatu keadaan dimana individu mengalami sensasi yang
menyenangkan dalam berespon terhadap suatu rangsangan.
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak mengenakkan
bersifat sangan subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap
orang dalam hal skala atau tingkatnya dan hanya orang tersebutlah
yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang
dialaminya.

2. Fisiologi Kebutuhan Kenyamanan


Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya
rangangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor,
merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiiki sedikit atau
bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa,
khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan
kandungempedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat
adanya stimulasi dan rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa
stimulasi zat kimiawi seperti histamin, bradikinin, prostaglandin, dan
macam-macam asam yang dilepas apabila terdapat kerusakan pada
jaringanakibat kekurangan oksigenasi. Stimulus yang lain dapat berupa
termal,listrik, dan mekanis.
Selanjutnya, stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut
ditransmisikan berupa impuls-impuls nyeri ke sum-sum tulang
belakang oleh dua jenis serabut yang bermielin rapat atau serabut A
(delta) dan serabut lamban (serabut C). Impuls-impuls yang
ditransmisikan oleh serabut delta A mempunyai sifat inhibitor yang
ditransmisikan ke serabut C. Serabut-serabut aferen masuk ke spinal
melalui akar dorsal (dorsal root) seeta sinaps pada dorsla horn. Dorsal
horn terdiri atas beberapa lapisan atau lamina yang saling bertautan. Di
antara lapisan dua atau tiga terbentuk substantia gelatinosa yang
merupakan saluran utama impuls. Keudian, impuls nyeri enyeberangi
sumsum tulang belakang pada interneuron dab bersambung ke jalur
spinal asendens yang paling utama, yaitu jalur sphinotalamic tract
(STT) atau jalur spinothalamus tract (SRT) yang membawa informasi
tentang sifat dan lokasi nyeri. Dari proses transmisi terdapat dua jalur
mekanisme terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate dan jalur nonopiate. Jalur
opiate ditandai oleh pertemuan reseptor pada oak yang terdiri atas jalur
spinal desendens dari talamus yang melalui otak tengah dan medula ke
tandk dorsal dari sumsum tulang belakang yang berkonduksi engan
nociceptro impuls supresif. Serotonin merupakan nuerotransmiter
dalam impuls supretif. Sistem supretif lebih mengaktifkan stimulasi
nociceptor yang ditransmisikan oleh serabut A. Jalur nonopiate
merupakan jalur desenden yang tidak memberikan respons terhadap
naloxeno yang kurang banyak diketahui mekanismenya.

3. Etiologi / Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan kemyamanan


Penyebab terbentuknya batu saluran kemih bisa terjadi
karena airkemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk
batu atau karena air kemih kekurangan penghambat pembentukan
batu yang normal (Sja’bani, 2006). Sekitar 80% batu terdiri dari
kalsium, sisanya mengandung berbagai bahan, termasuk asam urat,
sistin dan mineral struvit (Sja’bani, 2006). Batu struvit (campuran dari
magnesium, amonium dan fosfat) juga disebut batu infeksi karena
batu ini hanyaterbentuk di dalam air kemih yang terinfeksi (Muslim,
2007). Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat
dengan matatelanjang sampai yang sebesar 2,5 centimeter atau
lebih. Batuyang besar disebut kalkulus staghorn. Batu ini bisa
mengisi hampir keseluruhan pelvis renalis dan kalises renalis.
Brunner dan Sudarth (2003) dan Nurlina (2008) menyebutkan
beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan batu saluran
kemih,
yaitu:
a. Faktor Endogen
Faktor genetik, familial, pada hypersistinuria, hiperkalsiuria dan
hiperoksalouria.
b. Faktor Eksogen
Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan
mineral dalam air minum.

Muslim (2007) menyebutkan beberapa hal yang mempengaruhi


pembentukan saluran kemih antara lain:
1) Infeksi
Infeksi Saluran Kencing (ISK) dapat menyebabkan nekrosis
jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentuk batu saluran
kemih. Infeksi bakteri akan memecah ureum dan membentuk
amonium yang akan mengubah pH Urine menjadi alkali.
2) Stasis dan Obstruksi Urine
Adanya obstruksi dan stasis urine pada sistem perkemihan akan
mempermudah Infeksi Saluran Kencing (ISK).
3) Jenis Kelamin
Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita dengan
perbandingan 3:1
4) Ras
Batu saluran kemih lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia.
5) Keturunan
Orang dengan anggota keluarga yang memiliki penyakit batu
saluran kemih memiliki resiko untuk menderita batu saluran
kemih dibanding dengan yang tidak memiliki anggota keluarga
dengan batu saluran kemih.
6) Air Minum
Faktor utama pemenuhan urine adalah hidrasi adekuat yang
didapat dari minum air. Memperbanyak diuresis dengan cara
banyak minum air akan mengurangi kemungkinan terbentuknya
batu, sedangkan kurang minum menyebabkan kadar semua
substansi dalam urine meningkat.
7) Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan
terbentuknya batu dari pada pekerja yang lebih banyak duduk.
8) Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak
mengeluarkan panas sehingga pengeluaran cairan menjadi
meningkat, apabila tidak didukung oleh hidrasi yang adekuat
akan meningkatkan resiko batu saluran kemih.
9) Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani,
kalsium, natrium klorida, vitamin C, makanan tinggi garam akan
meningkatkan resiko pembentukan batu karena mempengaruhi
saturasi urine.

4. Gangguan pada kebutuhan kenyamanan


a. Jatuh
Jatuh merupakan 90% jenis kecelakaan dilaporkan dari seluruh
kecelakaan yang terjadi dirumah sakit resiko jatuh lebih besar
dialami lansia
b. Oksigen
Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap oksigen
akan mempengaruhi keamanan pasien
c. Pencahayaan
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan publik yang penting.
Tatacara pencahayaan dalam ruang rawat inap dapat
mempengaruhi kenyamanan pasien rawat inap (Kemenkes 2016)

5. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien batu
saluran kemih adalah (American Urological Association, 2005) :
a. Urinalisa
Warna kuning, coklat atau gelap : warna : normal kekuning-kuningan,
abnormal merah menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi
urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal, pH : normal 4,6 – 6,8
(rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali
(meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium
fosfat), Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat,
atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukkan Infeksi
Saluran Kencing, BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk
memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang
bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar perkiraan Glomerular
Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet tinggi protein, darah
dalam saluran pencernaan status katabolik (cedera, infeksi).
Kreatininserum hasil normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl
perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan
kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen.
Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap
tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
b. Laboratorium
1) Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila Klien dehidrasi berat atau
polisitemia.
2) Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan
sirkulasi serum dan kalsium urine).
3) Foto KUB (Kidney Ureter Bladder)
Menunjukkan ukuran ginjal, ureter dan bladder serta menunjukan
adanya batu di sekitar saluran kemih.
4) Endoskopi ginjal
Menentukan pelvis ginjal, dan untuk mengeluarkan batu yang
kecil.
5) USG Ginjal
Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
6) EKG (Elektrokardiografi)
Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.
7) Foto Rontgent
Menunjukan adanya batu didalam kandung kemih yang abnormal,
menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area
ginjal dan sepanjang ureter.
8) IVP (Intra Venous Pyelografi )
Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih,
membedakan derajat obstruksi kandung kemih divertikuli kandung
kemih dan penebalan abnormal otot kandung kemih dan
memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri
abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur
anatomik (distensi ureter).
9) Pielogram retrograde
Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung
kemih. Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung
kemih, urografi intravena atau pielografi retrograde. Uji kimia
darah dengan urine dalam 24 jam untuk mengukur kalsium, asam
urat, kreatinin, natrium, dan volume total merupakan upaya dari
diagnostik. Riwayat diet dan medikasi serta adanya riwayat batu
ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam keluarga didapatkan
untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya
batu kandung kemih pada klien
6. Penatalaksanaan Medis
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan
batu,
menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengidentifikasi
infeksi, serta mengurangi obstruksi akibat batu (Sja’bani, 2006). Cara
yang biasanya digunakan untuk mengatasi batu kandung kemih adalah
terapi konservatif, medikamentosa, pemecahan batu, dan operasi terbuka.
a. Terapi Konservatif
Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter kurang dari 5 mm.
Batu ureter yang besarnya kurang dari 5 mm bisa keluar spontan
(Fillingham dan Douglass, 2000). Untuk mengeluarkan batu kecil
tersebut terdapat pilihan terapi konservatif berupa (American Urological
Association, 2005):
1) Minum sehingga diuresis 2 liter/ hari
2) α – blocker
3) NSAID
Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran
batu syarat lain untuk terapi konservatif adalah berat ringannya keluhan
Klien, ada tidaknya infeksi dan obstruksi. Adanya kolik berulang atau
ISK menyebabkan konservatif bukan merupakanpilihan. Begitu juga
dengan adanya obstruksi, apalagi pada Klien- Klien tertentu (misalnya
ginjal tunggal, ginjal trasplan dan penurunan fungsi ginjal ) tidak ada
toleransi terhadap obstruksi. Klien seperti ini harus segera dilakukan
intervensi (American UrologicalAssociation, 2005).
b. Extracorporal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)
ESWL banyak digunakan dalam penanganan batu saluran kemih.
Badlani (2002) menyebutkan prinsip dari ESWL adalah memecah batu
saluran kemih dengan menggunakan gelombang kejut yang dihasilkan
oleh mesin dari luar tubuh. Gelombang kejut yang dihasilkan oleh
mesin di luar tubuh dapat difokuskan ke arah batu dengan berbagai
cara. Sesampainya di batu, gelombang kejut tadi akan melepas
energinya. Diperlukan beberapa ribu kali gelombang kejut untuk
memecah batu hingga menjadi pecahan-pecahan kecil, selanjutnya
keluar bersama kencing tanpa menimbulkan sakit.
Al-Ansari (2005) menyebutkan komplikasi ESWL untuk terapi batu
ureter hampir tidak ada. Keterbatasan ESWL antara lain sulit memecah
batu keras (misalnya kalsium oksalat monohidrat), perlu beberapa kali
tindakan, dan sulit pada orang bertubuh gemuk. Penggunaan ESWL
untuk terapi batu ureter distal pada wanita dan anak-anak juga harus
dipertimbangkan dengan serius karena ada kemungkinan terjadi
kerusakan pada ovarium.
c. Ureterorenoskopic (URS)
Pengembangan ureteroskopi sejak tahun 1980an telah mengubah
secara dramatis terapi batu ureter. Kombinasi ureteroskopi dengan
pemecah batu ultrasound, EHL, laser dan pneumatik telah sukses
dalam memecah batu ureter. Keterbatasan URS adalah tidak bisa
untuk ekstraksi langsung batu ureter yang besar, sehingga diperlukan
alat pemecah batu seperti yang disebutkan di atas. Pilihan untuk
menggunakan jenis pemecah batu tertentu, tergantung pada
pengalaman masing-masing operator dan ketersediaan alat tersebut.
d. Percutaneous Nefro Litotripsy (PCNL)
PCNL yang berkembang sejak dekade 1980 secara teoritis dapat
digunakan sebagai terapi semua batu ureter. Namun, URS dan ESWL
menjadi pilihan pertama sebelum melakukan PCNL. Meskipun demikian
untuk batu ureter proksimal yang besar dan melekat memiliki peluang
untuk dipecahkan dengan PCNL (Al-Kohlany,2005).
Menurut Al-Kohlany (2005), prinsip dari PCNL adalah membuat akses
ke kalik atau pielum secara perkutan. Kemudian melalui akses tersebut
dimasukkan nefroskop rigid atau fleksibel, atau ureteroskop, untuk
selanjutnya batu ureter diambil secara utuh atau dipecah. Keuntungan
dari PCNL adalah apabila letak batu jelas terlihat, batu pasti dapat
diambil atau dihancurkan dan fragmen dapat diambil semua karena
ureter bisa dilihat dengan jelas. Proses PCNL berlangsung cepat dan
dapat diketahui keberhasilannya dengan segera. Kelemahan PCNL
adalah PCNL perlu keterampilan khusus bagi ahli urologi.
e. Operasi Terbuka
Fillingham dan Douglass (2000) menyebutkan bahwa beberapa
variasi operasi terbuka untuk batu ureter mungkin masih dilakukan. Hal
tersebut tergantung pada anatomi dan posisi batu, ureterolitotomi bisa
dilakukan lewat insisi pada flank, dorsal atau anterior. Saat ini operasi
terbuka pada batu ureter kurang lebih tinggal 1 -2 persen saja, terutama
pada penderita-penderita dengan kelainan anatomi atau ukuran batu
ureter yang besar.

7. Patoflow gangguan kebutuhan kenyamanan


B. Tinjauan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada masalah nyeri yang dapat dilakukan adalah
adanya riwayat nyeri serta keluhan nyeri seperti lokasinya,
intensitas nyeri, kualitas, dan waktu serangan menurut ( Hidayat
dan Uliyah, 2014).
Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST (Kenyamanan),
yaitu :
a. P (pemacu) : faktor yang memengaruhi gawat atau ringannya
nyeri.
b. Q (quality) : dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau
tersayat.
c. R (region) : daerah perjalanan nyeri
d. S (severity): keparahan atau intensitas nyeri
e. T (time) : lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.

Pengkajian pada masalah nyeri yang dapat dilakukan adalah


adanya riwayat nyeri seperti keluhan nyeri. Intensitas nyeri kualitas
nyeri dan waktu, pengkajian dapat dilakukan dengan PQRST
a. P (peliatif) :faktor yang meringankan (provokatif) :faktor yang
memberatkan
b. Q (quality) :tingkat keluhan misalnya di tusuk-tususk
(quantitatif) :jumlah nyeri misalnya satu nyeri keluhan
c. R (ragion) :area keluhan nyeri (radion) :penyebaran nyeri
d. S (skala) :skala 1-10 (severity) :dampak keluhan terhadap
aktivitas
e. T (timing) :waktu keluhan nyeri (durasi) :jika nyeri dirasakan
hilang timbul berapa lama keluhan dirasakan

2. Diagnosis keperawatan (referensi PPNI, 2017)


Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respona klien terhdap masalah kesehatan/proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupu potensial.
a. Gangguan rasa nyaman
1) Definisi
Perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisiko
psikospiritual, lingkungan, dan sosial.
2) Penyebab
a) Gejala penyakit
b) Kurang pengendalian situasional/lingkungan
c) Ketidakadekuatan sumber daya (mis. dukungan finansial, sosial
dan pengetahuan)
d) Kurangnya privasi
e) Gangguan stimulus lingkungan
f) Efek samping terapi (mis. medikasi, radiasi, kemoterapi)
g) Gangguan adaptasi kehamilan

3) Gejala dan tanda mayor Subjektif :


a) Mengeluh tidak nyaman Objektif :
a) Gelisah

4) Gejala dan tanda minor Subjektif :


a) Mengeluh sulit tidur
b) Tidak mampu rileks
c) Mengeluh kedinginan/kepanasan
d) Merasa gatal
e) Mengeluh mual
f) Mengeluh lelah
g) Menunjukkan gejala distress
h) Tampak merintih/menangis
i) Pola eliminasi berubah
j) Postur tubuh berubah
k) Iritabilitas

b. Nausea
1) Definisi
Perasaan tidak nyaman pada bagian belakang tenggorok atau lambung
yang dapat mengakibatkan muntah.
2) Penyebab
a) Gangguan biokimiawi (mis. uremia, ketoasidosis diabetik)
b) Gangguan pada esophagus
c) Distensi lambung
d) Gangguan pancreas
e) Peregangan kapsul limpa
f) Tumor terlokalisasi (mis. neuroma akustik, tumor otak primer
atau sekunder, metastatis tulang di dasar tengkorak)
g) Peningkatan tekanan intraabdominal (mis. keganasan
intraabdomen)
h) Peningkatan tekanan intracranial
i) Peningkatan tekanan intraorbital (mis. glaukoma)
j) Mabuk perjalanan
k) Kehamilan
l) Aroma tidak sedap
m) Rasa makanan/minuman tidak enak
n) Stimulus penglihatan tidak menyenangkan
o) Faktor psikologis (mis. kecemasan, ketakutan, stres)
p) Efek agen farmakologis
q) Efek toksin
3) Gejala dan tanda mayor Subjektif :
a) Mengeluh mual
b) Merasa ingin muntah
c) Tidak berminat makan Objektif :
(tidak tersedia)
4) Gejala dan tanda minor Subjektif :
a) Merasa asam di mulut
b) Sensasi panasa/dingin
c) Sering menelan Objektif :
a) Saliva meningkat
b) Pucat
c) Diaforesis
d) Takikardi
e) Pupil dilatasi

c. Nyeri akut
1) Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional dengan kerusakan yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas riingan hingga berat
yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
2) Penyebab
a) Agen pencedera fisiologi (mis. inflamasi, iskemia, neoplsma)
b) Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia irirtan)
c) Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan).
3) Gejala dan tanda mayor Subjektif :
a) Mengeluh nyeri Objektif :
b) Tampak meringis
c) Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri)
d) Gelisah
e) Frekuensi nadi meningkat
f) Sulit tidur

4) Gejala dan tanda


minor Subjektif :
(tidak tersedia)
Objektif :
a) Tekanan darah meningkat
b) Pola napas berubah
c) Proses berpikir terganggu
d) Menarik diri
e) Berfokus pada diri sendiri
f) Diaforesis
5) Kondisi klinis terkait
a) Kondisi pembedahan
b) Cedera traumatis
c) Infeksi
d) Sindrome koroner akut
e) Glaukoma

d. Nyeri kronis
1. Definisi
Pengalaman sensorik dan emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau llambat
dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan, yang berlangsung
lebih dari 3 bulan.
2. Penyebab
a) Kondisi muskuloskeletal kronis
b) Kerusakan sistem saraf
c) Penekanan saraf
d) Infiltrasi tumor
e) Ketidakseimbangan neurotransmitter, neromodulator, dan reseptor
f) Gangguan imunitas (mis. neuropati terkait HIV, virus varicella-zoster)
g) Gangguan fungsi metabolik
h) Riwayat posisi kerja statis
i) Penngkatatn indeks massa tubuh
j) Kondisi psca trauma
k) Tekanan emosional
l) Riwayat penganiayaan (mis. fisik, psikologis, seksual)
m) Riwayat penyalahgunaan obat/zat
2) Gejala dan tanda mayor Subjektif :
a) Mengeluh nyeri
b) Merasa depresi (tertekan) Objektif :
a) Tampak meringis
b) Gelisah
c) Tidak mampu menuntaskan aktivitas
3) Gejala dan tanda minor
a) Merasa takut mengalami cedera berulang Objektif :
a) Bersikap protektif (mis. posisi menghindari nyeri)
b) Waspada pola tidur berubah
c) Anoreksia
d) Fokus menyempit
e) Berfokus pada diri sendiri

3. Intervensi Keperawatan (referensi PPNI, 2018)


Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis
untuk mencapai tujuan (outcome) yang diharapkan.
a. Pengaturan posisi
Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau funsional
dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga berat dan konstan
Tujuan ( PPNI, 2019) :
1) Kesejahteraan fisik meningkat
2) Kesejahteraan psikologis meningkat
3) Dukungan sosial dari keluarga meningkat
4) Dukungan sosial dan temanmeningkat
5) Perawatan sesuai keyakinan budaya meningkat
6) Perawatan sesuai kebutuhan meningkat
7) Kebebasan melakukan ibadah meningkat
8) Rileks meningkat
9) Keluhan tidak nyaman menurun
10) Gelisah menurun
11) Kebisingan menurun
12) Keluhan sulit tidur menurun
13) Keluhan kedinginan menurun
14) Keluhan kepanasan menurun
15) Gatal menurun
16) Mula menurun
17) Lelah menurun
18) Merintih menurun
19) Menangis menurun
20) Iritabilitas menurun
21) Menyalahkan diri sendiri menurun
22) Konfusi menurun
23) Konsumsi alkohol menurun
24) Penggunaan zat menurun
25) Percobaan bunuh diri menurun
26) Memori masa lalu membaik
27) Suhu ruangan membaik
28) Pola eliminasi membaik
29) Postur tubuh membaik
30) Kewaspadaan membaik
31) Pola hidup membaik
32) Pola tidur membaik
Tindakan
Observasi :
1) Monitor status oksigenasi sebelum dan sesudah mengubah
posisi
2) Monitor alat traksi agar selalu cepat
Terapeutik :
3) Tempatkan pada matras/tempat tidur terapeutik yang tepat
4) Tempatkan pada posisi terapeutik
5) Tempatkan objek yang sering digunakan dalam jangkauan
6) Tempatkan bel atau lampu panggilan dalam jangkauan
7) Sediakan matras yang kokoh/padat
8) Atur posisi tidur yang disukai, jika tidak kontraindikasi
9) Atur posisi untuk mengurangi sesak mis. semi fowler
10) Atur posisi untuk meningkatkan drainage
11) Posisikan pada kesejajaran tubuh yang tepat
12) Imobilisasi dan topang bagian tubuh yang cedera dengan tepat
13) Tinggikan bagian tubuh yang sakit dengan tepat
14) Tinggikan tempat tidur bagian kepala
15) Berikan bantal yang tepat pada leher
16) Berikan topangan pada area edema
17) Motivasi untuk melakukan ROM aktif atau pasif
18) Motivasi terlibat dalam perubahan posisi, sesuai kebutuhan
19) Minimalkan gesekan dan tarikan saat mengubah posisi
20) Ubah posisi setiap 2 jam
21) Ubah posisi dengan teknik logg roll
22) Pertahankan posisi dengan integritas traksi
23) Jadwalkan secara tertulis untuk perubahan posisi
24) Informasikan saat akan dilakukan perubahan posisi
25) Ajarkan cara menggunakan postur yang baik dan mekanika
tubuh yang baik selama melakukan perubahan posisi
Kolaborasi :
26) Kolaborasi pemberian premedikasi sebelum mengubah
posisi, jika perlu.

b. Terapi relaksasi
Definisi : Menggunakan teknik peregangan untuk mengurangi tanda
Dan gejala ketidaknyamanan seperti nyeri, ketegangan otot, atau
kecemasan
Tujuan (PPNI, 2019) :
1) Keluhan tidak nyaman menurun
2) Meringis menurun
3) Luka episiotomi menurun
4) Kontraksi uterus menurun
5) Berkeringat menurun
6) Menangis menurun
7) Merintih menurun
8) Hemoroid menurun
9) Kontraksi uterus menurun
10) Peyudara bengkak menurun
11) Tekanan darah menurun
12) Frekuensi darah menurun Tindakan
Tindakan
Observasi :
1) Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu kemampuan
kognitif
2) Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
3) Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan pengguanaan teknik
sebelumnya
4) Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan
suhu sebelum dan sesudah latihan
5) Monitor respons terhadap terapi relaksasi
Terapeutik :
6) Ciptakan lingkungantenag tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
7) Berikaninformasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
8) Gunakan pakaian longgar
9) Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
10) Gunakan ralaksasi sebagai strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis lain, jika sesuai
Edukasi :
11) Jeaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis rekasasi yang
tersedia (mis. musik, meditasi, napas salam, relaksasi otot
progresif)
12) Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang di pilih
13) Anjurkan mengambil posisi nyaman
14) Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
15) Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
16) Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. napas dalam,
peregangan, dan imajinsi terbimbing).

. c. Manajemen nyeri
Definisi: Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau funsional
dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
berat dan konstan.
Tujuan :
1) Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat
2) Keluhan nyeri menurun
3) Meringis menurun
4) Sikap protektif menurun
5) Gelisah menurun
6) Kesulitan tidur menurun
7) Menarik diri menurun
8) Berfokus pada diri sendiri menurun
9) Diaforesisi menurun
10) Perasaan depresi (tertekan) menurun
11) Perasaan takut mengalami cedera berulang menurun
12) Anoreksia menurun
13) Perineum terasa tertekan menurun
14) Uterus terasa membulat menurun
15) Ketegangan otot menurun
16) Pupil dilatasi menurun
17) Muntah menurun
18) Mual menurun
19) Frekuensi napas membaik
20) Pola napas membaik
21) Tekanan darah membaik
22) Proses berpikir membaik
23) Fokus membaik
24) Fungsi berkemih membaik
25) Perilaku membaik
26) Nafsu makan membaik
27) Pola tidur membaik
Tindakan
Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respons nyeri non verbal
4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentan nyeri
6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9) Monitor efek samping penggunaan analgetik
10) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
11) Kontrollingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
12) Fasilitasi istirahat dan tidur
13) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi :
14) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
15) Jelaskan strategi meredakan nyeri
16) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
17) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
18) Ajarkan tekni snonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
19) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

e. Manajemen nyeri
Definisi:
Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau funsional dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
dan konstan.
Tujuan :
1) Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat
2) Keluhan nyeri menurun
3) Meringis menurun
4) Sikap protektif menurun
5) Gelisah menurun
6) Kesulitan tidur menurun
7) Menarik diri menurun
8) Berfokus pada diri sendiri menurun
9) Diaforesisi menurun
10) Perasaan depresi (tertekan) menurun
11) Perasaan takut mengalami cedera berulang menurun
12) Anoreksia menurun
13) Perineum terasa tertekan menurun
14) Uterus terasa membulat menurun
15) Ketegangan otot menurun
16) Pupil dilatasi menurun
17) Muntah menurun
18) Mual menurun
19) Frekuensi napas membaik
20) Pola napas membaik
21) Tekanan darah membaik
22) Proses berpikir membaik
23) Fokus membaik
24) Fungsi berkemih membaik
25) Perilaku membaik
26) Nafsu makan membaik
27) Pola tidur membaik
Tindakan
Observasi
1) Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan mis mual, nyeri,
gatal, sesak
2) Identifikasi pemahaman tentang kondisi,situasi,dan perasaannya
3) Identifikasi masalah emosional dan spiritual
Terapeutik
4) Berikan posisi yang nyaman
5) Berikan kompres dingin atau hangat
6) Ciptakan lingkungan yang nyaman
7) Berikan pemijitan
8) Berikan terapi akupresur
9) Berikan terapi akupresur
10) Berikan terapi hipnosis
11) Dukung keluarga dan pengasuh terlibat dalam
terapi/pengobatan
12) Diskusikan mengenai situasi dan pilihan terapi atau pengobatan
13) Diskusikan mengenai situasi dan pilihan terapi atau pengobatan
yang diinginkan
Edukasi
14) Jelaskan mengenai kondisi dan pilihan terapi/pengobatan
15) Ajarkan terapi relaksasi
16) Ajarkan latihan pernapasan
17) Ajarkan teknik distraksi dan imajinasi terbimbing
Kolaborasi
18) Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu

4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan
mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi. (Tarwoto dan
Wartonah. 2015)

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan untuk
dapat menentukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan.
(Tarwoto dan Wartonah, 2015).
S : Data subjektif yang berisi data dari pasien melaluo anamnesis
(wawancara) yang merupakan ungkapan langsung.
O : Data objektif yaitu data dari hasil observasi melalui pemeriksaan
fisik.
A : Analisis dan interpretasi berdasarkan data yang terkumpul
kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi
diagnosis atau masalah potensial serta perlu tidaknya dilakukan
tindakan segera.
P : Perencanaan dan tindakan asuhan mandiri, kolaborasi untuk
tindak lanjut

PENGKAJIAN
KEPERAWATAN DASAR I

A. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk : 24 Agustus 2022
Tanggal Pengkajian : 25 Agustus 2022
Ruang/Kelas : Mawar
Nomor Register : 68xxxx
Diagnosa Medis : a. Batu Pyelum Tanggal 24 Agustus 2022

1. Identitas
Identitas Klien
Nama Klien : NY. S
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 31 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Makassar
Pendidikan : S1
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pekerjaan : Pengusaha
Alamat & Tlp : Desa kapita Kec. Bangkala Kab. Jeneponto

Identitas Penanggung
Nama : NY. S
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 68 Tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Desa kapita Kec. Bangkala Kab. Jeneponto
Hubungan dgn Klien : Ibu kandung

2. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat kesehatan sekarang.
1) Keluhan utama :
Nyeri pada luka bekas operasi di area perut sebelah sebelah
kanan
2) Riwayat keluhan utama (dinarasikan/diceritakan),
Klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi di area
perut sebelah kanan dengan skala 7, rasanya seperti ditusuk
tusuk, rasa nyerinya sering muncul, faktor yang
memperingankan pada saat klien tidur, faktor yang
memperberat pada saat klien bergerak
3) Keluhan yang menyertai :
Pasien mengeluh sulit BAB, perut kembung, dan sulit tidur

b. Riwayat kesehatan masa lalu.


1) Riwayat penyakit sekarang (kapan & berapa lama): batu
pyelum
2) Riwayat penyakit lain (kapan & berapa lama): Diabetes
3) Riwayat dirawat di Rumah Sakit (Kapan, alasan dan berapa
lama) : ya, klien mengalami Abortus 8 tahun yang lalu
4) Riwayat kecelakaan: Pasien mengatakan tidak memiliki
riwayat kecelakaan
5) Riwayat alergi (Obat, makanan, binatang, lingkungan):
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi obat,
makanan, binatang dan lingkungan
6) Riwayat kebiasaan (merokok, minum-minuman keras,
minum kopi, mengkonsumsi obat) : Pasien mengatakan tidak
memiliki riwayat kebiasaan merokok, minum-minuman keras,
minum kopi dan mengkomsumsi obat
c. Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram dan Keterangan tiga
generasi dari klien)
1) Identifikasi berbagai penyakit keturunan yang umumnya
menyerang
2) Angora keluarga yang terkena infeksi alergi, asma, TBC, HT,
penyakit jantung
3) Klien usia > 70 tahun, berada pada generasi ke II
4) Mencantumkan keterangan untuk masing-masing anggota
(termasuk usia)
5) Keterangan

Laki-laki :

Perempuan :

Sakit :

Meninggal :

Tinggal serumah : ---------------------------


-------------------------

- ------------------------

Ket :
GI : kakek dan nenek dari ayah dan ibu sudah meninggal karena
faktor yang tidak diketahui
GII : - Ibu klien anak kedua dari 3 bersaudara berusia 65 tahun dan
menderita diabetes
- Ayah klien, anak pertama dari 3 bersaudara berusia 67
tahun
GIII : - Klien anak ke 2 dari 2 bersaudara berusia 31 tahun
- Klien tinggal serumah dengan suami dan anaknya yang
berusia 12 tahun

d. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang


menjadi faktor risiko : Klien mengatakan bahwa ibu klien memiliki
penyakit diabetes dan klien

3. Pengkajian Fisik Umum :


1) Keadaan Umum:
2) Berat badan : 65 Kg (Sebelum Sakit 69 Kg)
3) Tinggi Badan : 155 cm
4) Tekanan Darah : 120/100 mmHg
5) Nadi : 80 X / menit
6) Frekuensi Nafas : 20 X / menit
7) Suhu tubuh : 36.0  C

PENGKAJIAN
GANGGUAN KEBUTUHAN KENYAMANAN
I. Riwayat Kebutuhan Kenyamanan
a. Apakah pernah menderita penyakit/trauma yang mengakibatkan
nyeri: Ya, klien mengatakan memiliki penyakit maag
b. Apakah pernah menderita penyakit yang mengakibatkan nyeri,
tunjuk lokasi nyeri : Ya, klien menunjuk bagian epigastrium
c. Pernahkah mengalami gangguan perubahan suhu badan :Tidak
d. Apabila pernah mengalami, sehubungan dengan penyakit : Tidak
ada
e. Apakah pernah mengalami penyakit yang berhubungan dengan
pencernaan : Ya, klien menagatakan memiliki penyakit maag
f. Apakah pernah mengalami perut gembung : Ya, selama 4 hari
g. apa yang dilakukan klien untuk mengurangi : Klien mengatakan
istirahat atau tidur

II. Pemeriksaan Fisik


a. Inspeksi :
1. Vokal :
Mengeluh : Klien mengeluh nyeri pada luka bekas operasi
Meringis : Klien tampak meringis
Berteriak : Klien tampak tidak berteriak
Mengepal tinju : Klien tampak menegepal tinju
2. Ekpresi wajah :
Grimace : Klien tampak grimece
Menggertakkan gigi : Klien tidak tampak menggertakkan gigi
Mengangukkan rahang : Klien tidak tampak menganggukan
rahang
Menggigit bibir : Klien tidak tampak mengigit bibir
Keterangan tambahan : Tidak ada

3. Pengkajian Nyeri :
Onset : Akut
Frekuensi : Sering muncul
Durasi : Terus menerus
Lokasi : Perut sebelah kanan
Radiasi : Klien mengatakan nyeri menjalar ke belakang
Waktu : Klien mengatakan sering muncul
4. Gerakan badan :
Mobilisasi : Klien tidak mampu melakukan pergerakan
secara mandiri
Otot tegang : Otot klien tidak tegang
Rasa nyeri : Klien mengatakan nyeri saat mobilisasi
5. Tidur :
Susah tidur : Klien mengatakan susah tidur dan sering
terbangun saat malam hari
Membutuhkan obat-obatan : klien mengatakan membutuhkan
obat-obatan
6. Hygiene : Selama di rumah sakit klien dibantu oleh keluarga
mengganti pakaian dan mandi
7. Perencanaan : Klien mengalami Perut kembung
8. Kulit : normal
9. Menggigil : tidak
10. Ketegangan otot : Normal, klien tampak mampu menggerakkan
semua eksremitasnya dengan baik
11. Skala Nyeri : Skala nyeri 7

b. Palpasi
1. Intensitas Nyeri : Sakit sedang
2. Kualitas nyeri : Nyeri tertusuk tusuk
3. Massa : Tidak terdapat massa
4. Kulit : Hangat
c. Perkusi : Redup
d. Auskultasi : Paristaltik usus 4 (5-35)
III. Pemeriksaan diagnostik
a. Laboratorium

No Tanggal Pemeriksaa Hasil Nilai Rujukan Ket


n

1 24-08-22 SGOT 80* 0-31


SGPT 64* 0-42
Ureum 12 10-50
Kreatinin 0.84 0.6-1.2
eGFR (CKD- 92.91
EPI)

b. Radiologi

No Tanggal Pemeriksaa Kesan Ket


n

1 24-08- Foto thorax Foto thorax dalam Normal


2022 batas normal

IV . Terapi :

No Tanggal Nama Obat Dosis Frekuensi Rute Ket

1 25 -08-22 Ceftriaxone 1 gr 1x1 IV Antibiotik


2 Ketorolac 30 gr 2x1 IV Analgetik

KLASIFIKASI DATA

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


1. Klien mengeluh nyeri pada 1. Ekspresi wajah terlihat meringis
bagian luka post operasi di kesakitan
abdomen sebelah kanan 2. Klien tampak lemas dan
2. Klien mengatakan faktor yang berbaring di tempat tidur
memperingan pada saat klien 3. Terdapat luka post operasi batu
tidur dan faktor yang ginjal
memperberat saat beregerak 4. Klien tampak gelisah
3. Klien mengatakan sulit tidur 5. Klien tampak mengepal tinju
karena nyeri 6. Klien tidak mampu melakukan
4. Pengkajian nyeri post operasi : pergerakan secara mandiri
P : Klien mengatakan nyeri 7. Skala nyeri 7 (1-10)
akibat luka post operasi batu 8. Perkusi redup
ginjal 9. Paristaltik usus 4 (5-30)
Q : Klien mengatakan nyeri 10. TTV : TD : 120/100 mmHg
seperti ditusuk-tusuk N : 80 X / menit
R: Klien mengatakan nyeri P : 20 X / menit
terasa dibagian abdomen S : 36.0  C
sebelah kanan menjalar
hingga ke belakang
S : Klien mengatakan nyeri
sedang
T : Klien mengatakan nyeri
timbul secara intermiten
ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : Agen cedera fisik Nyeri akut
1. Klien mengeluh nyeri pada
bagian luka post operasi di
abdomen sebelah kanan
2. Klien mengatakan faktor yang
memperingan pada saat klien
tidur dan faktor yang
memperberat pada saat
bergerak
3. Klien mengatakan sulit tidur
akibat nyeri
4. Pengkajian nyeri post operasi :
P : luka post operasi batu
ginjal
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: nyeri terasa dibagian
abdomen sebelah kanan
menjalar hingga ke
belakang
S : 7 ( dari 0-10)
T : nyeri timbul secara
intermiten
DO :
1. Ekspresi wajah terlihat
meringis kesakitan
2. Klien tampak lemas dan
berbaring di tempat tidur
3. Terdapat luka post operasi
batu ginjal
4. Klien tampak gelisah
5. TTV : TD : 120/100 mmHg
N : 80 X / menit
P : 20 X / menit
S : 36.0  C

DIAGNOSA KEPERAWATAN

DIAGNOSA TANGGAL TANGGAL


KEPERAWATAN DITEMUKAN TERATASI
Nyeri akut berhubungan 25 - 08- 2022 27 - 08 - 2022
dengan agen cedera fisik
RENCANA KEPERAWATAN

DATA TUJUAN INTERVENSI


Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi,
dengan agen cedera fisik tindakan karakteristik, durasi,
DS : keperawtaan 3x24 frekuensi, kualitas,
1. Klien mengeluh nyeri jam masalah nyeri intensitas nyeri
pada bagian luka post akut menurun 2. Identifikasi skala
operasi di abdomen dengan kriteria nyeri
sebelah kanan hasil : 3. Identifikasi respon
2. Klien mengatakan 1. Keluhan nyeri non verbal
faktor yang (menurun 5) 4. Identifikasi faktor
memperingan pada 2. Meringis yang memperberat
saat tdiur dan faktor (menurun 5) dan memperingan
yang memperberat 3. Gelisah nyeri
pada bergerak (menurun 5) 5. Identifikasi
3. Klien mengatakan sulit 4. kesulitan tidur pengaruh nyeri pada
tidur (menurun 5) kualitas hidup
4. Pengkajian nyeri post 5. berfokus pada 6. Berikan teknik
operasi : diri sendiri nonfarmakologis untuk
P : luka post operasi (menurun 5) mengurangi nyeri
batu ginjal 7. Fasilitasi istirahat
Q : nyeri seperti tidur
ditusuk-tusuk 8. Jelaskan penyebab
R: nyeri terasa periode, dan pemicu
dibagian abdomen nyeri
sebelah kanan 9. Jelaskan strategi
menjalar hingga ke meredakan nyeri
belakang 10. Anjurkan
S : 7 ( dari 0-10) memonitor nyeri
T : nyeri timbul secara secara mandiri
intermiten 11. Kolaborasi
DO : pemberiann
1. Ekspresi wajah terlihat analgetik,jika perlu
meringis kesakitan
2. Klien tampak lemas
dan berbaring di
tempat tidur
3. Terdapat luka post
operasi batu ginjal
4. Klien tampak gelisah
5. TTV :
TD : 120/100 mmHg
N : 80 X / menit
P : 20 X / menit
S : 36.0  C

CATATAN PERKEMBANGAN I
HARI/TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
Kamis, 11. 10 1. Identifikasi lokasi, Pukul : 21.00 WITA
25-08-22
karakteristik, durasi, S = 1. Klien
frekuensi, kualitas, mengatakan masih
intensitas nyeri nyeri
H = Klien mengeluh nyeri 2. Klien mengatakan
pada luka post operasi di susah tidur
abdomen, dengan durasi 3. Klien mengatakan
tidak menentu, kualitas nyeri pada saat
nyeri seperti tertusuk bergerak
tusuk, intensitas skala O = 1.Klien masih
nyeri 7 (sedang) tampak gelisah
2.Kliien masih
11.15 2. Identifikasi skala nyeri tampak meringis
H = Klien mengatakan 3. Klien masih nyeri
skala nyeri 7 (nyeri skala 6
sedang) A = Masalah belum
teratasi
11.30
3. Identifikasi respon non P = Lanjutkan
verbal Intervensi
H = Klien tampak 1. Identifikasi lokasi,
meringis dan gelisah karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
11. 40 4. Identifikasi faktor yang intensitas nyeri
memperberat dan 2. Identifikasi skala
memperingan nyeri nyeri
H = faktor yang 3. Identifikasi respon
memperberat saat klien non verbal
bergerak dan faktor yang 4. Identivakasi faktor
memperingan saat klien yang memperberat
tidur dan memperingan
nyeri
5. Identifikasi pengaruh 5. Identifikasi
15. 30
nyeri pada kualitas hidup pengaruh nyeri pada
H = Klien mengatakan kualitas hidup
sulit untuk tidur dan tidak 11. Kolaborasi
mampu beraktivitas pemberian analgetik,
jika perlu
6. Berikan teknik
15.40
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
H = memberikan teknik
nafas dalam, klien
mampu melakukan dan
merasa nyaman

7. Fasilitasi istirahat tidur


15. 50
H = klien telah nyaman
dengan fasilitas
lingkungan

8. Jelaskan penyebab
16.00
periode, dan pemicu
nyeri
H = klien mengatakan jika
banyak bergerak akan
meneyebabkan nyeri

9. Jelaskan strategi
20. 15
meredakan nyeri (tenik
distraksi mendengarkan
music)
H = klien sudah paham
dan sudah melakukan
distraksi

10. Anjurkan memonitor


20. 30
nyeri secara mandiri
H = Klien telah paham
cara memonitor nyerinya

11. Penatalaksanaan
20.50 pemberiann
Analgetik
H = klien diberikan inj.
Katerolac

CATATAN PERKEMBANGAN II
HARI/TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
Jumat, 09.00 1. Identifikasi lokasi, Pukul 23.10 WITA
26-08-22
karakteristik, durasi, S: 1. Klien mengatakan
frekuensi, kualitas, nyeri berkurang tetapi
intensitas nyeri masih hilang timbul
H = Klien mengeluh 2. Klien mengatakan
nyeri pada luka post skala nyeri 4
operasi di abdomen O: 1. Klien tampak
berkurang, dengan merintih .
durasi tidak menentu, 2 Klien masih gelisah
kualitas nyeri seperti 3. Nyeri pasien berskala
tertusuk tusuk, 4
intensitas skala nyeri A: Masalah belum
6(sedang) teratasi
P: Lanjutkan intervensi
09.15 2. Identifikasi skala nyeri 2. Identifikasi skala
H = Klien mengatakan nyeri .
skala nyeri 6 (nyeri 3.identifikasi respon non
sedang) verbal
5. Identifikasi nyeri pada
16.00
3. Identifikasi respon kualitas hidup
non verbal 11. Kolaborasi
H = Klien tampak pemberian obat,Jika
meringis dan gelisah perlu

16.15 4. Identifikasi faktor


yang memperberat dan
memperingan nyeri
H = Klien mengatakan
nyeri masih hilang
timbul
5. Identifikasi pengaruh
21.15 nyeri pada kualitas
hidup
H = Klien mengatakan
masih sulit untuk tidur

11. Penatalaksanaan
21.30 pemberiann
Analgetik
H = klien diberikan inj.
Katerolac

CATATAN PERKEMBANGAN III

HARI/TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


Sabtu, 08.1 2. Identifikasi skala Pukul : 12:30 Wita
27 -08 - 22 5 S : 1.Pasien mengatakan
nyeri
nyeri epigastrium
H = Klien mengatakan
berkurang dan mulai
skala nyeri 2 dan terasa
membaik
membaik
2.Pasien mengatakan
sudah paham dengan
3. Identifikasi respon
09.0 tekhnik relaksasi napas
non verbal
0
dalam
H=
O: 1. Pasien tampak
- Klien tampak tidak
lebih sehat
meringis
2. Pasien tidak tampak
-Klien tampak tidak
gelisah
gelisah
3. Nyeri pasien berskala
2
5. Identifikasi pengaruh
A :Masalah teratasi
nyeri pada kualitas
09.1
P : Pertahankan
5 hidup
intervensi
H = Klien mengatakan
sudah bisa tidur
nyenyak

11. Penatalaksanaan
pemberiann
12.0
Analgetik
0
H = klien diberikan inj.
Katerolac

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keamanan dan kenyamanan merupakan kebutuhan dasar manusia.
Kebutuhan tersebut di butuhkan oleh seluruh rentang usia manusia,
terutama pada usia vulnerable seperti anak dan lansia. Usia secara
alami akan mempengaruhi kesanggupan individu untuk
mempertahankan dirinya tetap dalam kondisi aman dan merawat
dirinya agar senangtiasa merasa nyaman. Saat kebutuhan akan
keamanan dan kenyamanan terganggu, maka akan ada dampak yang
nyata kepada kehidupan sehari-hari yang menjurus kepada penurunan
kualitas hidup.

B. SARAN
Dengan adanya penulisan ini di harapkan bagi pembaca khususnya
Institusi Ilmu Kesehatan Pelamonia lebih mengetahui lagi manfaat dan
nilai-nilai yang terkandung dalam makalah ini dan dapat mengetahui
lebih dalam tentang gangguan kebutuhan keselamatan dan keamanan
dan bagaimana proses dan penerapannya dalam keperawatan
sehinggan dapat meningkatkan motivasi yang positif untuk terus belajar
dengan giat agar dapat meneruskan dan mengembangkan ilmu–ilmu
dari para ilmuan terlebih dahulu kepada generasi berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Bibliography
Brunner dan suddarth, 2003, Keperawatan Medical Bedah, Jakarta : EGC
Haswita dan Sulistyowati. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia : Untuk
Mahasiswa Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta: TIM.

Haswita dan Sulistyowati. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia. Untuk


Mahasiswa Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta: TIM.

Hidayat dan Uliyah . (2014). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Buku


1, Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat dan Uliyah. (2014). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Buku


1. Edisi2. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat dan Uliyah. (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Buku


2. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Indikator Diagnoatik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan


Indikator Diagnostik.Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan


Indikator Diagnostik.Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Tindakan keperawatan, Edisi 1. jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai