’’S” DENGAN
GANGGUAN KEBUTUHAN KENYAMANAN DI RUANG PERAWATAN
MAWAR RUMAH SAKIT TK.II PELAMONIA MAKASSAR
TANGGAL 25 S.D 27 AGUSTUS 2022
DISUSUN OLEH :
Peneliti
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN PENULISAN
BAB II PEMBAHASAN
A. KONSEP KEBUTUHAN KENYAMANAN
1. Definisi
2. Fisiologi kenyamanan
3. Etiologi dan factor-faktor yang mempengaruhi
4. Gangguan pada kebutuhan kenyamanan
5. Pemeriksaan penunjang
6. Penatalaksanaan medis
7. Patoflow gangguan kenyamanan
B. TINJAUAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
2. Diagnosis keperawatan
3. Intervensi keperawatan
4. Implementasi
5. Evaluasi
BAB III STUDI KASUS
A. Pengkajian
B. Diagnosis keperawatan
C. Rencana keperawatan
D. Catatan perkembangan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebutuhan kenyamanan?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien batu
saluran kemih adalah (American Urological Association, 2005) :
a. Urinalisa
Warna kuning, coklat atau gelap : warna : normal kekuning-kuningan,
abnormal merah menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi
urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal, pH : normal 4,6 – 6,8
(rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali
(meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium
fosfat), Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat,
atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukkan Infeksi
Saluran Kencing, BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk
memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang
bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar perkiraan Glomerular
Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet tinggi protein, darah
dalam saluran pencernaan status katabolik (cedera, infeksi).
Kreatininserum hasil normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl
perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan
kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen.
Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap
tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
b. Laboratorium
1) Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila Klien dehidrasi berat atau
polisitemia.
2) Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan
sirkulasi serum dan kalsium urine).
3) Foto KUB (Kidney Ureter Bladder)
Menunjukkan ukuran ginjal, ureter dan bladder serta menunjukan
adanya batu di sekitar saluran kemih.
4) Endoskopi ginjal
Menentukan pelvis ginjal, dan untuk mengeluarkan batu yang
kecil.
5) USG Ginjal
Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
6) EKG (Elektrokardiografi)
Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.
7) Foto Rontgent
Menunjukan adanya batu didalam kandung kemih yang abnormal,
menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area
ginjal dan sepanjang ureter.
8) IVP (Intra Venous Pyelografi )
Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih,
membedakan derajat obstruksi kandung kemih divertikuli kandung
kemih dan penebalan abnormal otot kandung kemih dan
memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri
abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur
anatomik (distensi ureter).
9) Pielogram retrograde
Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung
kemih. Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung
kemih, urografi intravena atau pielografi retrograde. Uji kimia
darah dengan urine dalam 24 jam untuk mengukur kalsium, asam
urat, kreatinin, natrium, dan volume total merupakan upaya dari
diagnostik. Riwayat diet dan medikasi serta adanya riwayat batu
ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam keluarga didapatkan
untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya
batu kandung kemih pada klien
6. Penatalaksanaan Medis
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan
batu,
menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengidentifikasi
infeksi, serta mengurangi obstruksi akibat batu (Sja’bani, 2006). Cara
yang biasanya digunakan untuk mengatasi batu kandung kemih adalah
terapi konservatif, medikamentosa, pemecahan batu, dan operasi terbuka.
a. Terapi Konservatif
Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter kurang dari 5 mm.
Batu ureter yang besarnya kurang dari 5 mm bisa keluar spontan
(Fillingham dan Douglass, 2000). Untuk mengeluarkan batu kecil
tersebut terdapat pilihan terapi konservatif berupa (American Urological
Association, 2005):
1) Minum sehingga diuresis 2 liter/ hari
2) α – blocker
3) NSAID
Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran
batu syarat lain untuk terapi konservatif adalah berat ringannya keluhan
Klien, ada tidaknya infeksi dan obstruksi. Adanya kolik berulang atau
ISK menyebabkan konservatif bukan merupakanpilihan. Begitu juga
dengan adanya obstruksi, apalagi pada Klien- Klien tertentu (misalnya
ginjal tunggal, ginjal trasplan dan penurunan fungsi ginjal ) tidak ada
toleransi terhadap obstruksi. Klien seperti ini harus segera dilakukan
intervensi (American UrologicalAssociation, 2005).
b. Extracorporal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)
ESWL banyak digunakan dalam penanganan batu saluran kemih.
Badlani (2002) menyebutkan prinsip dari ESWL adalah memecah batu
saluran kemih dengan menggunakan gelombang kejut yang dihasilkan
oleh mesin dari luar tubuh. Gelombang kejut yang dihasilkan oleh
mesin di luar tubuh dapat difokuskan ke arah batu dengan berbagai
cara. Sesampainya di batu, gelombang kejut tadi akan melepas
energinya. Diperlukan beberapa ribu kali gelombang kejut untuk
memecah batu hingga menjadi pecahan-pecahan kecil, selanjutnya
keluar bersama kencing tanpa menimbulkan sakit.
Al-Ansari (2005) menyebutkan komplikasi ESWL untuk terapi batu
ureter hampir tidak ada. Keterbatasan ESWL antara lain sulit memecah
batu keras (misalnya kalsium oksalat monohidrat), perlu beberapa kali
tindakan, dan sulit pada orang bertubuh gemuk. Penggunaan ESWL
untuk terapi batu ureter distal pada wanita dan anak-anak juga harus
dipertimbangkan dengan serius karena ada kemungkinan terjadi
kerusakan pada ovarium.
c. Ureterorenoskopic (URS)
Pengembangan ureteroskopi sejak tahun 1980an telah mengubah
secara dramatis terapi batu ureter. Kombinasi ureteroskopi dengan
pemecah batu ultrasound, EHL, laser dan pneumatik telah sukses
dalam memecah batu ureter. Keterbatasan URS adalah tidak bisa
untuk ekstraksi langsung batu ureter yang besar, sehingga diperlukan
alat pemecah batu seperti yang disebutkan di atas. Pilihan untuk
menggunakan jenis pemecah batu tertentu, tergantung pada
pengalaman masing-masing operator dan ketersediaan alat tersebut.
d. Percutaneous Nefro Litotripsy (PCNL)
PCNL yang berkembang sejak dekade 1980 secara teoritis dapat
digunakan sebagai terapi semua batu ureter. Namun, URS dan ESWL
menjadi pilihan pertama sebelum melakukan PCNL. Meskipun demikian
untuk batu ureter proksimal yang besar dan melekat memiliki peluang
untuk dipecahkan dengan PCNL (Al-Kohlany,2005).
Menurut Al-Kohlany (2005), prinsip dari PCNL adalah membuat akses
ke kalik atau pielum secara perkutan. Kemudian melalui akses tersebut
dimasukkan nefroskop rigid atau fleksibel, atau ureteroskop, untuk
selanjutnya batu ureter diambil secara utuh atau dipecah. Keuntungan
dari PCNL adalah apabila letak batu jelas terlihat, batu pasti dapat
diambil atau dihancurkan dan fragmen dapat diambil semua karena
ureter bisa dilihat dengan jelas. Proses PCNL berlangsung cepat dan
dapat diketahui keberhasilannya dengan segera. Kelemahan PCNL
adalah PCNL perlu keterampilan khusus bagi ahli urologi.
e. Operasi Terbuka
Fillingham dan Douglass (2000) menyebutkan bahwa beberapa
variasi operasi terbuka untuk batu ureter mungkin masih dilakukan. Hal
tersebut tergantung pada anatomi dan posisi batu, ureterolitotomi bisa
dilakukan lewat insisi pada flank, dorsal atau anterior. Saat ini operasi
terbuka pada batu ureter kurang lebih tinggal 1 -2 persen saja, terutama
pada penderita-penderita dengan kelainan anatomi atau ukuran batu
ureter yang besar.
b. Nausea
1) Definisi
Perasaan tidak nyaman pada bagian belakang tenggorok atau lambung
yang dapat mengakibatkan muntah.
2) Penyebab
a) Gangguan biokimiawi (mis. uremia, ketoasidosis diabetik)
b) Gangguan pada esophagus
c) Distensi lambung
d) Gangguan pancreas
e) Peregangan kapsul limpa
f) Tumor terlokalisasi (mis. neuroma akustik, tumor otak primer
atau sekunder, metastatis tulang di dasar tengkorak)
g) Peningkatan tekanan intraabdominal (mis. keganasan
intraabdomen)
h) Peningkatan tekanan intracranial
i) Peningkatan tekanan intraorbital (mis. glaukoma)
j) Mabuk perjalanan
k) Kehamilan
l) Aroma tidak sedap
m) Rasa makanan/minuman tidak enak
n) Stimulus penglihatan tidak menyenangkan
o) Faktor psikologis (mis. kecemasan, ketakutan, stres)
p) Efek agen farmakologis
q) Efek toksin
3) Gejala dan tanda mayor Subjektif :
a) Mengeluh mual
b) Merasa ingin muntah
c) Tidak berminat makan Objektif :
(tidak tersedia)
4) Gejala dan tanda minor Subjektif :
a) Merasa asam di mulut
b) Sensasi panasa/dingin
c) Sering menelan Objektif :
a) Saliva meningkat
b) Pucat
c) Diaforesis
d) Takikardi
e) Pupil dilatasi
c. Nyeri akut
1) Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional dengan kerusakan yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas riingan hingga berat
yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
2) Penyebab
a) Agen pencedera fisiologi (mis. inflamasi, iskemia, neoplsma)
b) Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia irirtan)
c) Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan).
3) Gejala dan tanda mayor Subjektif :
a) Mengeluh nyeri Objektif :
b) Tampak meringis
c) Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri)
d) Gelisah
e) Frekuensi nadi meningkat
f) Sulit tidur
d. Nyeri kronis
1. Definisi
Pengalaman sensorik dan emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau llambat
dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan, yang berlangsung
lebih dari 3 bulan.
2. Penyebab
a) Kondisi muskuloskeletal kronis
b) Kerusakan sistem saraf
c) Penekanan saraf
d) Infiltrasi tumor
e) Ketidakseimbangan neurotransmitter, neromodulator, dan reseptor
f) Gangguan imunitas (mis. neuropati terkait HIV, virus varicella-zoster)
g) Gangguan fungsi metabolik
h) Riwayat posisi kerja statis
i) Penngkatatn indeks massa tubuh
j) Kondisi psca trauma
k) Tekanan emosional
l) Riwayat penganiayaan (mis. fisik, psikologis, seksual)
m) Riwayat penyalahgunaan obat/zat
2) Gejala dan tanda mayor Subjektif :
a) Mengeluh nyeri
b) Merasa depresi (tertekan) Objektif :
a) Tampak meringis
b) Gelisah
c) Tidak mampu menuntaskan aktivitas
3) Gejala dan tanda minor
a) Merasa takut mengalami cedera berulang Objektif :
a) Bersikap protektif (mis. posisi menghindari nyeri)
b) Waspada pola tidur berubah
c) Anoreksia
d) Fokus menyempit
e) Berfokus pada diri sendiri
b. Terapi relaksasi
Definisi : Menggunakan teknik peregangan untuk mengurangi tanda
Dan gejala ketidaknyamanan seperti nyeri, ketegangan otot, atau
kecemasan
Tujuan (PPNI, 2019) :
1) Keluhan tidak nyaman menurun
2) Meringis menurun
3) Luka episiotomi menurun
4) Kontraksi uterus menurun
5) Berkeringat menurun
6) Menangis menurun
7) Merintih menurun
8) Hemoroid menurun
9) Kontraksi uterus menurun
10) Peyudara bengkak menurun
11) Tekanan darah menurun
12) Frekuensi darah menurun Tindakan
Tindakan
Observasi :
1) Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu kemampuan
kognitif
2) Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
3) Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan pengguanaan teknik
sebelumnya
4) Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan
suhu sebelum dan sesudah latihan
5) Monitor respons terhadap terapi relaksasi
Terapeutik :
6) Ciptakan lingkungantenag tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
7) Berikaninformasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
8) Gunakan pakaian longgar
9) Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
10) Gunakan ralaksasi sebagai strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis lain, jika sesuai
Edukasi :
11) Jeaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis rekasasi yang
tersedia (mis. musik, meditasi, napas salam, relaksasi otot
progresif)
12) Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang di pilih
13) Anjurkan mengambil posisi nyaman
14) Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
15) Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
16) Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. napas dalam,
peregangan, dan imajinsi terbimbing).
. c. Manajemen nyeri
Definisi: Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau funsional
dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
berat dan konstan.
Tujuan :
1) Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat
2) Keluhan nyeri menurun
3) Meringis menurun
4) Sikap protektif menurun
5) Gelisah menurun
6) Kesulitan tidur menurun
7) Menarik diri menurun
8) Berfokus pada diri sendiri menurun
9) Diaforesisi menurun
10) Perasaan depresi (tertekan) menurun
11) Perasaan takut mengalami cedera berulang menurun
12) Anoreksia menurun
13) Perineum terasa tertekan menurun
14) Uterus terasa membulat menurun
15) Ketegangan otot menurun
16) Pupil dilatasi menurun
17) Muntah menurun
18) Mual menurun
19) Frekuensi napas membaik
20) Pola napas membaik
21) Tekanan darah membaik
22) Proses berpikir membaik
23) Fokus membaik
24) Fungsi berkemih membaik
25) Perilaku membaik
26) Nafsu makan membaik
27) Pola tidur membaik
Tindakan
Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respons nyeri non verbal
4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentan nyeri
6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9) Monitor efek samping penggunaan analgetik
10) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
11) Kontrollingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
12) Fasilitasi istirahat dan tidur
13) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi :
14) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
15) Jelaskan strategi meredakan nyeri
16) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
17) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
18) Ajarkan tekni snonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
19) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
e. Manajemen nyeri
Definisi:
Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau funsional dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
dan konstan.
Tujuan :
1) Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat
2) Keluhan nyeri menurun
3) Meringis menurun
4) Sikap protektif menurun
5) Gelisah menurun
6) Kesulitan tidur menurun
7) Menarik diri menurun
8) Berfokus pada diri sendiri menurun
9) Diaforesisi menurun
10) Perasaan depresi (tertekan) menurun
11) Perasaan takut mengalami cedera berulang menurun
12) Anoreksia menurun
13) Perineum terasa tertekan menurun
14) Uterus terasa membulat menurun
15) Ketegangan otot menurun
16) Pupil dilatasi menurun
17) Muntah menurun
18) Mual menurun
19) Frekuensi napas membaik
20) Pola napas membaik
21) Tekanan darah membaik
22) Proses berpikir membaik
23) Fokus membaik
24) Fungsi berkemih membaik
25) Perilaku membaik
26) Nafsu makan membaik
27) Pola tidur membaik
Tindakan
Observasi
1) Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan mis mual, nyeri,
gatal, sesak
2) Identifikasi pemahaman tentang kondisi,situasi,dan perasaannya
3) Identifikasi masalah emosional dan spiritual
Terapeutik
4) Berikan posisi yang nyaman
5) Berikan kompres dingin atau hangat
6) Ciptakan lingkungan yang nyaman
7) Berikan pemijitan
8) Berikan terapi akupresur
9) Berikan terapi akupresur
10) Berikan terapi hipnosis
11) Dukung keluarga dan pengasuh terlibat dalam
terapi/pengobatan
12) Diskusikan mengenai situasi dan pilihan terapi atau pengobatan
13) Diskusikan mengenai situasi dan pilihan terapi atau pengobatan
yang diinginkan
Edukasi
14) Jelaskan mengenai kondisi dan pilihan terapi/pengobatan
15) Ajarkan terapi relaksasi
16) Ajarkan latihan pernapasan
17) Ajarkan teknik distraksi dan imajinasi terbimbing
Kolaborasi
18) Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan
mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi. (Tarwoto dan
Wartonah. 2015)
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan untuk
dapat menentukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan.
(Tarwoto dan Wartonah, 2015).
S : Data subjektif yang berisi data dari pasien melaluo anamnesis
(wawancara) yang merupakan ungkapan langsung.
O : Data objektif yaitu data dari hasil observasi melalui pemeriksaan
fisik.
A : Analisis dan interpretasi berdasarkan data yang terkumpul
kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi
diagnosis atau masalah potensial serta perlu tidaknya dilakukan
tindakan segera.
P : Perencanaan dan tindakan asuhan mandiri, kolaborasi untuk
tindak lanjut
PENGKAJIAN
KEPERAWATAN DASAR I
A. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk : 24 Agustus 2022
Tanggal Pengkajian : 25 Agustus 2022
Ruang/Kelas : Mawar
Nomor Register : 68xxxx
Diagnosa Medis : a. Batu Pyelum Tanggal 24 Agustus 2022
1. Identitas
Identitas Klien
Nama Klien : NY. S
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 31 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Makassar
Pendidikan : S1
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pekerjaan : Pengusaha
Alamat & Tlp : Desa kapita Kec. Bangkala Kab. Jeneponto
Identitas Penanggung
Nama : NY. S
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 68 Tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Desa kapita Kec. Bangkala Kab. Jeneponto
Hubungan dgn Klien : Ibu kandung
2. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat kesehatan sekarang.
1) Keluhan utama :
Nyeri pada luka bekas operasi di area perut sebelah sebelah
kanan
2) Riwayat keluhan utama (dinarasikan/diceritakan),
Klien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi di area
perut sebelah kanan dengan skala 7, rasanya seperti ditusuk
tusuk, rasa nyerinya sering muncul, faktor yang
memperingankan pada saat klien tidur, faktor yang
memperberat pada saat klien bergerak
3) Keluhan yang menyertai :
Pasien mengeluh sulit BAB, perut kembung, dan sulit tidur
Laki-laki :
Perempuan :
Sakit :
Meninggal :
- ------------------------
Ket :
GI : kakek dan nenek dari ayah dan ibu sudah meninggal karena
faktor yang tidak diketahui
GII : - Ibu klien anak kedua dari 3 bersaudara berusia 65 tahun dan
menderita diabetes
- Ayah klien, anak pertama dari 3 bersaudara berusia 67
tahun
GIII : - Klien anak ke 2 dari 2 bersaudara berusia 31 tahun
- Klien tinggal serumah dengan suami dan anaknya yang
berusia 12 tahun
PENGKAJIAN
GANGGUAN KEBUTUHAN KENYAMANAN
I. Riwayat Kebutuhan Kenyamanan
a. Apakah pernah menderita penyakit/trauma yang mengakibatkan
nyeri: Ya, klien mengatakan memiliki penyakit maag
b. Apakah pernah menderita penyakit yang mengakibatkan nyeri,
tunjuk lokasi nyeri : Ya, klien menunjuk bagian epigastrium
c. Pernahkah mengalami gangguan perubahan suhu badan :Tidak
d. Apabila pernah mengalami, sehubungan dengan penyakit : Tidak
ada
e. Apakah pernah mengalami penyakit yang berhubungan dengan
pencernaan : Ya, klien menagatakan memiliki penyakit maag
f. Apakah pernah mengalami perut gembung : Ya, selama 4 hari
g. apa yang dilakukan klien untuk mengurangi : Klien mengatakan
istirahat atau tidur
3. Pengkajian Nyeri :
Onset : Akut
Frekuensi : Sering muncul
Durasi : Terus menerus
Lokasi : Perut sebelah kanan
Radiasi : Klien mengatakan nyeri menjalar ke belakang
Waktu : Klien mengatakan sering muncul
4. Gerakan badan :
Mobilisasi : Klien tidak mampu melakukan pergerakan
secara mandiri
Otot tegang : Otot klien tidak tegang
Rasa nyeri : Klien mengatakan nyeri saat mobilisasi
5. Tidur :
Susah tidur : Klien mengatakan susah tidur dan sering
terbangun saat malam hari
Membutuhkan obat-obatan : klien mengatakan membutuhkan
obat-obatan
6. Hygiene : Selama di rumah sakit klien dibantu oleh keluarga
mengganti pakaian dan mandi
7. Perencanaan : Klien mengalami Perut kembung
8. Kulit : normal
9. Menggigil : tidak
10. Ketegangan otot : Normal, klien tampak mampu menggerakkan
semua eksremitasnya dengan baik
11. Skala Nyeri : Skala nyeri 7
b. Palpasi
1. Intensitas Nyeri : Sakit sedang
2. Kualitas nyeri : Nyeri tertusuk tusuk
3. Massa : Tidak terdapat massa
4. Kulit : Hangat
c. Perkusi : Redup
d. Auskultasi : Paristaltik usus 4 (5-35)
III. Pemeriksaan diagnostik
a. Laboratorium
b. Radiologi
IV . Terapi :
KLASIFIKASI DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
CATATAN PERKEMBANGAN I
HARI/TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
Kamis, 11. 10 1. Identifikasi lokasi, Pukul : 21.00 WITA
25-08-22
karakteristik, durasi, S = 1. Klien
frekuensi, kualitas, mengatakan masih
intensitas nyeri nyeri
H = Klien mengeluh nyeri 2. Klien mengatakan
pada luka post operasi di susah tidur
abdomen, dengan durasi 3. Klien mengatakan
tidak menentu, kualitas nyeri pada saat
nyeri seperti tertusuk bergerak
tusuk, intensitas skala O = 1.Klien masih
nyeri 7 (sedang) tampak gelisah
2.Kliien masih
11.15 2. Identifikasi skala nyeri tampak meringis
H = Klien mengatakan 3. Klien masih nyeri
skala nyeri 7 (nyeri skala 6
sedang) A = Masalah belum
teratasi
11.30
3. Identifikasi respon non P = Lanjutkan
verbal Intervensi
H = Klien tampak 1. Identifikasi lokasi,
meringis dan gelisah karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
11. 40 4. Identifikasi faktor yang intensitas nyeri
memperberat dan 2. Identifikasi skala
memperingan nyeri nyeri
H = faktor yang 3. Identifikasi respon
memperberat saat klien non verbal
bergerak dan faktor yang 4. Identivakasi faktor
memperingan saat klien yang memperberat
tidur dan memperingan
nyeri
5. Identifikasi pengaruh 5. Identifikasi
15. 30
nyeri pada kualitas hidup pengaruh nyeri pada
H = Klien mengatakan kualitas hidup
sulit untuk tidur dan tidak 11. Kolaborasi
mampu beraktivitas pemberian analgetik,
jika perlu
6. Berikan teknik
15.40
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
H = memberikan teknik
nafas dalam, klien
mampu melakukan dan
merasa nyaman
8. Jelaskan penyebab
16.00
periode, dan pemicu
nyeri
H = klien mengatakan jika
banyak bergerak akan
meneyebabkan nyeri
9. Jelaskan strategi
20. 15
meredakan nyeri (tenik
distraksi mendengarkan
music)
H = klien sudah paham
dan sudah melakukan
distraksi
11. Penatalaksanaan
20.50 pemberiann
Analgetik
H = klien diberikan inj.
Katerolac
CATATAN PERKEMBANGAN II
HARI/TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
Jumat, 09.00 1. Identifikasi lokasi, Pukul 23.10 WITA
26-08-22
karakteristik, durasi, S: 1. Klien mengatakan
frekuensi, kualitas, nyeri berkurang tetapi
intensitas nyeri masih hilang timbul
H = Klien mengeluh 2. Klien mengatakan
nyeri pada luka post skala nyeri 4
operasi di abdomen O: 1. Klien tampak
berkurang, dengan merintih .
durasi tidak menentu, 2 Klien masih gelisah
kualitas nyeri seperti 3. Nyeri pasien berskala
tertusuk tusuk, 4
intensitas skala nyeri A: Masalah belum
6(sedang) teratasi
P: Lanjutkan intervensi
09.15 2. Identifikasi skala nyeri 2. Identifikasi skala
H = Klien mengatakan nyeri .
skala nyeri 6 (nyeri 3.identifikasi respon non
sedang) verbal
5. Identifikasi nyeri pada
16.00
3. Identifikasi respon kualitas hidup
non verbal 11. Kolaborasi
H = Klien tampak pemberian obat,Jika
meringis dan gelisah perlu
11. Penatalaksanaan
21.30 pemberiann
Analgetik
H = klien diberikan inj.
Katerolac
11. Penatalaksanaan
pemberiann
12.0
Analgetik
0
H = klien diberikan inj.
Katerolac
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keamanan dan kenyamanan merupakan kebutuhan dasar manusia.
Kebutuhan tersebut di butuhkan oleh seluruh rentang usia manusia,
terutama pada usia vulnerable seperti anak dan lansia. Usia secara
alami akan mempengaruhi kesanggupan individu untuk
mempertahankan dirinya tetap dalam kondisi aman dan merawat
dirinya agar senangtiasa merasa nyaman. Saat kebutuhan akan
keamanan dan kenyamanan terganggu, maka akan ada dampak yang
nyata kepada kehidupan sehari-hari yang menjurus kepada penurunan
kualitas hidup.
B. SARAN
Dengan adanya penulisan ini di harapkan bagi pembaca khususnya
Institusi Ilmu Kesehatan Pelamonia lebih mengetahui lagi manfaat dan
nilai-nilai yang terkandung dalam makalah ini dan dapat mengetahui
lebih dalam tentang gangguan kebutuhan keselamatan dan keamanan
dan bagaimana proses dan penerapannya dalam keperawatan
sehinggan dapat meningkatkan motivasi yang positif untuk terus belajar
dengan giat agar dapat meneruskan dan mengembangkan ilmu–ilmu
dari para ilmuan terlebih dahulu kepada generasi berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bibliography
Brunner dan suddarth, 2003, Keperawatan Medical Bedah, Jakarta : EGC
Haswita dan Sulistyowati. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia : Untuk
Mahasiswa Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta: TIM.