OLEH :
KELOMPOK 3
MAHASISWA PROFESI NERS
OLEH :
1. RINA (2021032086)
2. JUMARNI (2021032042)
3. KASMINA (2021032043)
4. MARIA ULFA (2021032049)
5. MARTIN Y PAKAN (2021032050)
6. NOVRI ASI ALI (2021032070)
7. SITIYARA YUNUS (2021032099)
8. INDO IYYA MAPPAITA (2021032038)
9. MUJIDA NUR SANTI (2021032060)
i
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Seminar Dengan Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)
Di Ruang Catelia Upt Rumah Sakit Undata Provinsi Sulawesi Tengah
DEPARTEMEN
KEPERAWATAN ANAK
Mengetahui :
CI Lahan CI Institusi
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia Nya sehingga laporan seminar kasus kelompok dapat terselesaikan. Adapun
penyakit yang menjadi seminar kasus kelompok yaitu dengan diagnose medis Demam
Berdarah Dengue (DBD)
Dalam menyelesaikan penulisan laporan ini, penulis telah banyak menerima
bimbingan, bantuan, dorongan, arahan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Pihak Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu yang telah
memfasilitasi dalam pelaksanaan praktek lapangan.
2. Direktur Rumah Sakit Upt Undata Provinsi Sulawesi tengah yang telah bersedia
mengizinkan penulis untuk dapat melaksanakan praktek lapangan.
3. Bidang Dilklit Dan Bidan Keperawatan Rumah Sakit Upt Undata Provinsi Sulawesi
Tengah
4. Ns.Yuhana Damantalm,M.Erg selaku Clinical Instructor Institusi STIKes Widya
Nusantara Palu.
5. Ns. Sarini, S.Kep selaku Clinical Instructor Lahan Di Ruangan Catelia Rumah Sakit
Provinsi Undata Palu
6. Perawat-perawat senior di ruangan Catelia yang telah banyak memberikan ilmu
selama pelaksanaan praktek lapangan.
7. Teman-teman kelompok yang banyak membantu dan memberikan motivasi terhadap
satu sama lain.
Kami menyadari bahwa laporan seminar kasus ini masih ada kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan, oleh sebab itu kami mengharapkan saran dan masukan demi
penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan seminar kasus ini dapat digunakan sebagai
bahan pembelajaran secara khusus dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien
dengan DBD dan dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya profesi keperawatan.
Kelompok III
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabakan oleh virus
dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Penyakit ini dapat
menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama pada anak.
Penyakit ini juga sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah (Ambarwarti dan
Nasution, 2017).
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang menyerang anak dan orang
dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut,
perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod
Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti atau oleh Aedes
Aebopictus (Wijayaningsih 2017).
Demam Berdarah Dengue menular melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. DBD
merupakan penyakit berbasis vektor yang menjadi penyebab kematian utama di banyak
negara tropis. Penyakit DBD bersifat endemis, sering menyerang masyarakat dalam
bentuk wabah dan disertai dengan angka kematian yang cukup tinggi, khususnya pada
mereka yang berusia dibawah 15 tahun (Harmawan 2018).
B. Epidemiologi
Demam berdarah dengue pertama kali di kenal di Asia Tenggara, lebih tepatnya
di Filipina pada tahun 1953, karena adanya kasus demam yang menyerang anak disertai
manifestasi perdarahan dan renjatan. Penyakit ini di namakan “Phillippine
Haemorrhagic Fever” untuk membedakannya dengan demam berdarah tipe yang
lainnya. Pada tahun 1956 meletus epidemi penyakit serupa di Bangkok. Setelah tahun
1958 penyakit ini dilaporkan berjangkit dalam bentuk epidemi di berbagai negara lain
di Asia Tenggara, diantaranya di Hanoi (1958), malaysia (1962-1964), Saigon (1965)
yang disebabkan virus dengue tipe 2, dan Calcutta (1963) dengan virus dengue tipe 2
dan chikungunya yang berhasil diisolasi dari beberapa kasus (Ikatan Dokter Anak
Indonesia, 2010).
Jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia mengalami lonjakan
drastis pada awal tahun 2020. Bahkan, wabah DBD di wilayah Nusa Tenggara Timur
(NTT), seperti Kabupaten Sikka, kini sudah berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB).
Kementerian Kesehatan mencatat jumlah kasus DBD di Indonesia sudah menembus
angka 16 ribu, pada periode Januari sampai awal Maret 2020 tersebut. Dari jumlah itu,
100 jiwa meninggal dunia.
C. Etiologi
Faktor penyebab DBD pada umumnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan
perilaku manusia. Mulai dari perilaku tidak menguras bak, membiarkan genangan air di
sekitar tempat tinggal. Belum lagi saat ini telah masuk musim hujan dengan potensi
penyebaran DBD lebih tinggi. Penderita DBD umumnya terkena demam tinggi dan
3
mengalami penurunan jumlah trombosit secara drastis yang dapat membahayakan jiwa.
Inilah yang membuat orangtua terkadang menganggap remeh. Sehingga hanya
diberikan obat dan menunggu hingga beberapa hari sebelum dibawa ke dokter atau
puskesmas. Kondisi ini tentu bisa parah bila pasien terlambat dirujuk dan tidak dapat
tertangani dengan cepat (Wang et al. 2019).
D. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia.
Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus
sehingga menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin)
terjadinya: peningkatan suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding
pembuluh darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravascular
ke intersisiel yang menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi akibat
dari penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus
(Murwani 2018).
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit seperti
petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya kehilangan
kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara normal. Hal tersebut
dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan menimbulkan syok.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus akan masuk ke dalam
tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pertama tama yang terjadi adalah viremia
yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal
pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit, hiperemia
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening,
pembesaran hati atau hepatomegali (Murwani 2018).
Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus
antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3
dan C5 akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk melepaskan
histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas
dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya pembesaran plasma ke
ruang ekstraseluler. Pembesaran plasma ke ruang eksta seluler mengakibatkan
kekurangan volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia
serta efusi dan renjatan atau syok. Hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit >20%
menunjukan atau menggambarkan adanya kebocoran atau perembesan sehingga nilai
hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena (Murwani 2018).
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium, pleura,
dan perikardium yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui
infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukan
kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus di kurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan gagal jantung,
sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa
mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul
4
anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan
baik (Murwani 2018).
E. Klasifikasi
Menurut WHO DBD dibagi dalam 4 derajat yaitu (Nurarif & Kusuma 2017):
1. Derajat I yaitu demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia, himokonsentrasi.
2. Derajat II yaitu seperti derajat I, disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau
perdarahan di tempat lain.
3. Derajat III yaitu ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan
lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi disertai
dengan sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan anak tampak gelisah.
4. Derajat IV yaitu syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak teratur.
F. Manifestasi Klinik
Berdasarkan kriteria WHO 2018 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal dibawah ini
dipenuhi :
1. Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat bifastik
2. Manifestasi perdarahan yang berupa :
a. Uji tourniquet positif
b. Petekie, ekimosis, atau purpura
c. Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran cerna, tempat bekas
suntikan
d. Hematemesis atau melena
3. Trombositopenia <100.00/ul
4. Kebocoran plasma yang ditandai dengan
a. Peningkatan nilai hematokrit > 20% dari nilai baku sesuai umur dan jenis
kelamin
b. Penurunan nilai hematokrit > 20% setelah pemberian cairan yang adekuat
5. Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusi pleura
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan pada penderita DBD antara lain
adalah (Wijayaningsih 2017) :
1. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar hemoglobin,
hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan nilai hematokrit yang selalu dijumpai
pada DBD merupakan indikator terjadinya perembesan plasma.
a. Pada demam dengue terdapat Leukopenia pada hari kedua atau hari
ketiga.
b. Pada demam berdarah terdapat trombositopenia dan juga
hemokonsentrasi.
c. Pada pemeriksaan kimia darah: Hipoproteinemia, hipokloremia,
SGPT, SGOT, ureum dan Ph darah mungkin meningkat.
5
2. Uji Serologi = Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test)
Uji serologi didasarkan atas timbulnya antibody pada penderita yang terjadi
setelah infeksi. Untuk menentukan kadar antibody atau antigen didasarkan pada
manifestasi reaksi antigen-antibody. Ada tiga kategori, yaitu primer, sekunder, dan
tersier. Reaksi primer merupakan reaksi tahap awal yang dapat berlanjut menjadi
reaksi sekunder atau tersier. Yang mana tidak dapat dilihat dan berlangsung sangat
cepat, visualisasi biasanya dilakukan dengan memberi label antibody atau antigen
dengan flouresens, radioaktif, atau enzimatik. Reaksi sekunder merupakan lanjutan
dari reaksi primer dengan manifestasi yang dapat dilihat secara in vitro seperti
prestipitasi, flokulasi, dan aglutinasi. Reaksi tersier merupakan lanjutan reaksi
sekunder dengan bentuk lain yang bermanifestasi dengan gejala klinik.
3. Uji hambatan hemaglutinasi
Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan IgG berdasarkan
pada kemampuan antibody-dengue yang dapat menghambat reaksi hemaglutinasi
darah angsa oleh virus dengue yang disebut reaksi hemaglutinasi inhibitor (HI).
4. Uji netralisasi (Neutralisasi Test = NT test)
Merupakan uji serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus dengue.
Menggunakan metode plague reduction neutralization test (PRNT). Plaque adalah
daerah tempat virus menginfeksi sel dan batas yang jelas akan dilihat terhadap sel
di sekitar yang tidak terkena infeksi.
5. Uji ELISA anti dengue
Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan uji Hemaglutination Inhibition
(HI). Dan bahkan lebih sensitive dari pada uji HI. Prinsip dari metode ini adalah
mendeteksi adanya antibody IgM dan IgG di dalam serum penderita.
6. Rontgen Thorax : pada foto thorax (pada DBD grade III/ IV dan sebagian besar
grade II) di dapatkan efusi pleura.
H. Kriteria Diagnosis
Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DBD akan dijumpai :
1. HB dan PVC meningkat (≥20%)
2. Trombositopenia (≤ 100.000/ ml)
3. Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis)
4. Ig. D dengue positif
5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hipokloremia, dan
hiponatremia
6. Ureum dan pH darah mungkin meningkat
7. Asidosis metabolic : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah
8. SGOT /SGPT mungkin meningkat.
I. Tindakan Penanganan
Dasar pelaksanaan penderita DBD adalah pengganti cairan yang hilang sebagai
akibat dari kerusakan dinding kapiler yang menimbulkan peninggian permeabilitas
6
sehingga mengakibatkan kebocoran plasma. Selain itu, perlu juga diberikan obat
penurun panas (Rampengan 2017). Penatalaksanaan DBD yaitu :
1. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue Tanpa Syok
Penatalaksanaan disesuaikan dengan gambaran klinis maupun fase, dan untuk
diagnosis DBD pada derajat I dan II menunjukkan bahwa anak mengalami DBD
tanpa syok sedangkan pada derajat III dan derajat IV maka anak mengalami DBD
disertai dengan syok. Tatalaksana untuk anak yang dirawat di rumah sakit meliputi
a. Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air sirup, susu untuk
mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah, dan
diare.
b. Berikan parasetamol bila demam, jangan berikan asetosal atau ibuprofen
karena dapat merangsang terjadinya perdarahan.
c. Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
1) Berikan hanya larutan isotonik seperti ringer laktat atau asetat.
2) Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam.
3) Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan
jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena
biasanya hanya memerlukan waktu 24-48 jam sejak kebocoran pembuluh
kapiler spontan setelah pemberian cairan.
4) Apabila terjadi perburukan klinis maka berikan tatalaksana sesuai dengan
tatalaksana syok terkompensasi.
2. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue Dengan Syok
Penatalaksanaan DBD menurut WHO (2018), meliputi:
a. Perlakukan sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secara nasal.
b. Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti ringer laktat/asetan secepatnya.
c. Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20
ml/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian
koloid 10-20 ml/kg BB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
d. Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi: berikan transfusi darah
atau komponen.
e. Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai
membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB
dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi
klinis laboratorium.
f. Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam.
Perlu diingat banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu
banyak dari pada pemberian yang terlalu sedikit.
J. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami demam berdarah dengue
yaitu perdarahan massif dan dengue shock syndrome (DSS) atau sindrom syok dengue
(SSD). Syok sering terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun. Syok ditandai
7
dengan nadi yang lemah dan cepat sampai tidak teraba, tekanan nadi menurun menjadi
20 mmHg atau sampai nol, tekanan darah menurun dibawah 80 mmHg atau sampai nol,
terjadi penurunan kesadaran, sianosis di sekitar mulut dan kulit ujung jari, hidung,
telinga, dan kaki teraba dingin dan lembab, pucat dan oliguria atau anuria (Pangaribuan
2017).
Sebagian pasien DBD yang tidak tertangani dapat mengalami Dengue Syok
Syndrome (DSS) yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini dikarenakan pasien
mengalami hipovolemi atau defisit volume cairan akibat meningkatnya permeabilitas
kapiler pembuluh darah sehingga darah menuju luar pembuluh. Saat ini angka kejadian
DBD di rumah sakit semakin meningkat, tidak hanya pada kasus anak, tetapi pada
remaja dan juga dewasa (Pare et al. 2020).
8
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal
yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun
selama pasien dirawat di rumah sakit (Widyorini et al. 2017).
1. Identitas pasien
Nama, umur (pada DBD paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang
dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang
tua, dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DBD untuk datang kerumah
sakit adalah panas tinggi dan anak lemah
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat
demam kesadaran composmetis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7
dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan,
mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, dan
persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya
manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III. IV), melena atau hematemesis.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DBD anak biasanya mengalami
serangan ulangan DBD dengan tipe virus lain.
5. Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya koplikasi dapat dihindarkan.
6. Riwayat Gizi
Status gizi anak DBD dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik
maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat factor predisposisinya. Anak yang
menderita DBD sering mengalami keluhan mual, muntah dan tidak nafsu makan.
Apabila kondisi berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang
mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status
gizinya berkurang.
7. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
bersih (seperti air yang menggenang atau gantungan baju dikamar)
8. Pola Kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, nafsu makan berkurang dan menurun.
b. Eliminasi (buang air besar): kadang-kadang anak yang mengalami diare atau
konstipasi. Sementara DBD pada grade IV sering terjadi hematuria.
c. Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit
atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun
istirahatnya berkurang.
9
d. Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk Aedes
aegypty.
e. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga
kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DBD, keadaan anak adalah
sebagai berikut :
a. Grade I yaitu kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital
dan nadi lemah.
b. Grade II yaitu kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada perdarahan
spontan petechie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak
teratur.
c. Grade III yaitu kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah,
kecil dan tidak teratur, serta takanan darah menurun.
d. Grade IV yaitu kesadaran coma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tekanan
darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan
kulit tampak biru.
10. Sistem Integumen
a. Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin,
dan lembab
b. Kuku sianosis atau tidak
c. Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam,
mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan atau epitaksis pada grade
II,III,IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering , terjadi
perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia
pharing dan terjadi perdarahan ditelinga (pada grade II,III,IV).
d. Dada : bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada poto thorak
terdapat cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales +,
ronchi +, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
e. Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati atau hepatomegaly dan
asites
f. Ekstremitas : dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang.
10
B. Pathway
Virus dengue
Reaksi antibodi
Viremia
Mengeluarkan zat mediator
Darah berpindah ke
Peningkatan suhu tubuh Intake inadekuat
ekstravaskuler
11
D. Intervensi Keperawatan
12
kehilangan cairan aktif and Fluid 2. Pertahankan catatan intake 2. Mempertahan keseimbangan cairan
dengan batasan 4. Intake dan output yang akurat
karakteristik: Setelah dilakukan 3. Monitor vital sign 3. Mencegah tanda-tanda syok
Penurunan tekanan tindakan
darah keperawatan 4. Kolaborasikan pemberian 4. Menyeimbangkan cairan yang
Penurunan tekanan selama .... x .... jam cairan IV masuk
nadi diharapkan volume
cairan membaik, 5. Monitor status nutrisi 5. Memperhatiakan status nutrisi
Penurunan turgor kulit
Penurunan haluaran kriteria hasil:
1. Mempertahanka 6. Persiapan untuk transfusi 6. Mencegah jika terjadinya
urin
n urine output kekurangan volume cairan yang
Membran mukosa berlebih
kering 2. Tekanan darah,
Kulit kering nadi, suhu
tubuh dalam
batas normal
3. Tidak ada tanda
tanda dehidrasi
4. Elastisitas
turgor kulit baik
5. Membran
mukosa lembab
6. Tidak ada rasa
haus yang
berlebihan
3. Domain 2, kelas 1 1. Nutritional status: Terapi menelan
(00002) Adequacy of 1. Monitor tanda kelelahan 1. Memonitor tanda kelelahan selama
Ketidakseimbangan nutrisi nutrient selama makan, minum dan makan dan minum dapat
kurang dari kebutuhan 2. Nutritional Status menelan mengetahui seberapa kemmapuan
13
tubuh berhubungan dengan : food and Fluid klien dalam menelan
kesulitan menelan dengan Intake 2. Monitor berat badan 2. Memantau BB dapat memberi
batasan karakteristik: 3. Weight Control informasi apakah terdapat
Kram abdomen Setelah dilakukan penurunan nutrisi dalam tubuh
Nyeri abdomen tindakan 3. Monitor tanda dan gejala 3. Memantau ada atau tidaknya
keperawatan aspirasi motivasi klien untuk makan
BB dibawah rentang
selama …..x… 4. Monitor pergerakan lidah 4. Lidah memiliki fungsi dalam sistem
ideal BB untuk usia
diharapkan status pasien selama makan pencernaan
dan gender
nutrisi baik, dengan 5. Periksa mulut apakah ada 5. Memonitor apakah ada hambatan
Kerapuhan kapiler
kriteria hasil: makanan yang terkumpul pada proses mengunyah
Konstipasi
1. Asupan gizi disatu tempat setelah makan
Penyembuhan luka 6. Bantu pasien untuk dalam
tidak 6. Posisi duduk dapat meningkatkan
lambat posisi duduk selama 30
menyimpang keinginan untuk makan
Diare menit
dengan rentang
Kehilangan rambut 7. Pengaturan makanan dapat
normal
berlebihan 7. Tempatkan rak makanan mempermudah klien dalam
2. Asupan
Asupan makanan sedemikian rupa sehingga mengambil makanann sehingga
makanan tidak
kurnag dari pasien dapat melihat dan klien tidak merasa malas untuk
menyimpang
rekomended daily mendengar saat anda bicara makan
dengan rentang
allowance (RDA)
normal
Bising usus hiperaktif 8. Konsultasikan dengan terapi 8. Konsultasi dengan ahli gizi dapat
Hipoglikemia atau tim dokter membantu pemenuhan nutrisi
Kurang pertumbuhan meningkatkan konsistensi
lingkar kepala untuk makanan pasien secara
usia dan gender bertahap
Kurang peningkatan
tinggi badan untuk usia
dan gender
14
Letargi
Hipotonia otot
Penambahan berat
baan neonates <30
g/hari
Membrane mukosa
pucat
Penurunan BB dengan
asupan makan adekuat
15
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama : An. A
2. Tempat tanggal lahir/usia : 28 April 2020/2 Tahun, 2 Bulan, 8 Hari
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : Belum Sekolah
6. Alamat : BTN Palupi
7. Tanggal masuk : 18 Juni 2022
8. Tanggal pengkajian : 20 Juni 2022
9. Diagnose medik : DBD
10.No. RM : 01-05-01-84
B. Identitas orangtua/Wali
1. Ayah
a. Nama : Tn. T
b. Usia : 38 tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Wiraswasta
e. Agama : Islam
f. Alamat : BTN Palupi
2. Ibu
a. Nama : Ny. D
b. Usia : 32 tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : IRT
e. Agama : Islam
f. Alamat : BTN Palupi
16
mengalami sakit seperti sekarang,mimisan(+)
Keluhan saat pengkajian : Keluarga mengatakan dikulit klien terdapat
bintik merah, kulit teraba hangat dan kulit klien
kemerahan. Keluarga mengatakan klien sering
berkeringat.
B. Riwayat Kesehatan Lalu
1. Prenatal care
a. Keluhan selama hamil yang dirasakan oleh ibu : Tidak ada keluhan
b. Imunisasi TT : Ya
2. Natal
a. Jenis persalianan : Normal
b. Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan setelah
melahirkan : Tidak ada
3. Post Natal
a. Kondisi bayi : Normal
b. Anak pada saat lahir tidak mengalami
Klien pernah mengalami penyakit
Pada usia : ±2 Tahun
Diberikan obat oleh : Petugas Puskemsmas
Riwayat Kecelakaan : Tidak pernah
Genogram
Keterangan :
1. : Laki-Laki 5. : Klien
2. : Perempuan 6. Х : Meninggal
17
4. : Garis Pernikahan
III. Riwayat Imunisasi (Imunisasi Lengkap)
Reaksi Setelah
No Jenis Imunisasi Waktu Frekuensi Pemberian
pemberian
1. BCG Waktu lahir 1x Bengkak dibekas
suntikan
2. DPT (I,II,III) DPT I 2 bulan 1x Anak rewel,
DPT II 3 bulan 1x demam dan
DPT III 4 bulan bengkak didaerah
1x suntikan
V. Riwayat Nutrisi
A. Pemberian ASI : tidak diberikan
B. Pemberian susu formula
1. Alasan pemberian : ASI tidak keluar
2. Jumlah pemberian : Tidak menentu
3. Cara pemberian : Dot
18
Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian
0-6 bulan Susu formula 6 bulan
6 bulan MP ASI 1 bulan
7-8 bulan Bubur saring 2 bulan
9-12 bulan Makanan lunak 3 bulan
10-12 bulan Bubur lunak 2 bulan
11-12 bulan Makanan dewasa 1 bulan
12-24 bulan Makanan padat 1 tahun sampai sekarang
B. Cairan
No Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jenis minuman Susu, air putih Air putih, susu
2. Frekuensi 3-4x 3-4x
3. Cara pemenuhan Menggunakan Menggunakan gelas
gelas
19
3. Konsistensi Padat Padat
4. Kesulitan Tidak ada Tidak ada
5. Obat pencahar Tidak ada Tidak ada
D. Istirahat Tidur
No Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jam tidur 11-12 jam 10-11 jam
2. Pola tidur Baik Baik
3. Kebiasaan sebelum tidur Minum susu Bermain HP
4. Kesulitan tidur Tidak ada Tidak ada
E. Personal Hygiene
No Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Mandi Dimandikan , 2x Hanya dibersihkan
sehari menggunakan
tissue basah
2. Cuci rambut 3x seminggu Belum pernah
3. Gunting kuku Tidak menentu Belum pernah
4. Gosok gigi 2x sehari Belum pernah
F. Aktifitas/Mobilitas Fisik
No Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Kegiatan sehari-hari Bermain bersama Hanya beraktivitas
teman-teman diatas tempat tidur
2. Penggunaan alat bantu Tidak ada Tidak ada
aktivitas
3. Kesulitan pergerakan tubuh Tidak ada Tidak ada
20
b. Palpasi
Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tekstur rambut halus
7. Muka
a. Inspeksi
Wajah simetris, bentuk wajah bulan, tidak ada gerakan abnormal, ekspresi
wajah klien nampak menangis
b. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
8. Mata
a. Inspeksi
Sklera tidak icterus, konjungtiva anemis, pupil isokor, posisi mata simetris,
gerakan bola mata normal
9. Hidung & Sinus
a. Inspeksi
Posisi hidung simetris, tidak ada pembengkakan septum, tidak ada secret
10. Telinga
a. Inspeksi
Simetris, bentuk telinga normal, terdapat serumen
b. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
11. Mulut
a. Inspeksi
Gigi nampak bersih, tidak ada peradangan pada gusi, mukosa nampak kering
12. Tenggorokan
a. Inspeksi
Warna mukosa merah, tidak ada nyeri pada saat menelan
b. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
13. Leher
a. Inspeksi
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
b. Palpasi
Tidak ada pembesaran kelenjar limfa, kelenjar tiroid teraba
14. Thorax dan Pernafasan
a. Inspeksi
Bentuk dada normal chest, irama pernafasan teratur, tidak ada lesi,
b. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
c. Auskultasi
Suara nafas vasikuler, tidak ada suara nafas tambahan
d. Perkusi
Sonor
21
15. Abdomen
a. Inspeksi
Bentuk abdomen datar, tidak ada lesi
b. Palpasi
Ada nyeri tekan pada hepar, tidak ada benjolan
c. Auskultasi
Peristaltic usus 16x/menit
d. Perkusi
Tympani
16. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas
Tampak simetris kiri dan kanan, tampak petekie pada kedua tangan, kekuatan
otot 5/5
b. Ekstremitas bawah
Terpasang infus di kaki kanan dengan cairan RL 16 tpm , tampak petekie pada
kedua kaki, kekuatan otot 5/5
X. Pemeriksaan Diagnostik
A. Hasil laboratorium
Hemoglobin (HGB) 12,8 g/dl 10.8-15.6
Leukosit (WBC) 6,3 ribu/ul 4.5-13.5
Eritrosit (RBC) 4,95 juta/ul 4.1-5.1
Hematokrit (HCT) 37,9 % 33-45
Trombosit (PLT) 134 ribu/ul 181-521
Basophil 0,6 % 0-1
Eosinophil 2,4 % 1-5
Limfosit 62,5 % 20-40
Monosit 7,9 % 1-6
22
XII. Pathway Kasus
Virus dengue
Reaksi antibodi
Viremia
Mengeluarkan zat
mediator
Merangsang
Peningkatan permeabilitas hipotalamus
dinding pembuluh darah
Peningkatan suhu
tubuh
Kebocoran plasma
Dehidrasi
Darah berpindah ke
ektravaskuler
Hipertermia
Kelihangan cairan aktif
23
6. Kulit kering
7. TTV : - ND : 124X/menit
- SB : 37,8ºC
- RR : 30X/menit
5. Terapi : - IVFD RL 16 tpm
- Paracetamol 3x120 mg cth
DO :
1. Kulit klien kemerahan
2. Akral hangat
3. TTV : - TD : 110/80mmHg
- ND : 124X/menit
- SB : 37,8ºC
- RR : 30X/menit
4. Terapi : - IVFD RL 16 tpm
- Paracetamol 3x120 mg cth
24
2. DS : Keluarga mengatakan klien sering Kehilangan Defisien
berkeringat cairan aktif volume cairan
DO :
1. Akral hangat
2. Mukosa kering
3. Kulit kering
4. TTV : - TD : 110/80mmHg
- ND : 124X/menit
- SB : 37,8ºC
- RR : 30X/menit
25
kelas 6 Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda vital
(00007) tindakan 2. Monitor suhu dan warna kulit
Hipertermia keperawatan selama 3. Tingkatkan intake cairan
b.d dehidrasi 2x24 jam diharapkan 4. Berikan pengobatan antipiretik
tingkat suhu tubuh
dalam kisaran
normal, dengan
kriteria hasil :
1. Suhu tubuh tidak
ada deviasi dari
kisaran normal
2. Tekanan nadi
tidak ada deviasi
dari kisaran
normal
XVIII. Implementasi
26
kering - TD : 110/70mmHg
- SB : 37,0ºc
- RR : 35x/menit
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Monitor status hidrasi
1 D/S 1. Meningkatkan asupan oral 20-06-2022
20-06- Hasil : keluarga menawarkan 20: 30
2022 klien untuk minum S : keluarga mengatakan porsi
15 : 30 setelah makan makan klien masih kurang
2. Mendukung klien dan O : - membram mukosa kering
keluarga untuk membantu - Kulit klien kering
pemberian makan dengan - Akral teraba hangat
baik A : masalah belum teratasi
Hasil : memotivasi keluarga P : intervensi dilanjutkan
untuk menawarkan 1. Tingkatkan asupan oral
makanan yang 2. Dukung klien dan keluarga
disukai klien untuk memberikan makan
pada klien
1 D/M 1. Mengkolaborasi pemberian 21-06-2022
20-06- cairan IV yang tepat 07: 30
2022 Hasil : IVFD RL 16 tpm S:-
21 : 30 O : terpasang cairan RL 16 tpm
di kaki kanan
A : masalah belun teratasi
P : intervensi dilanjutkan
1. Kolaborasi pemberian
cairan IV
1 D/P 1. Memonitor tanda-tanda vital 22-06-2022
21-06- Hasil : - ND : 145x/menit 13: 30
2022 - TD : 110/80mmHg S : keluarga mengatakan kulit
09 : 00 - SB : 36,8ºc klien teraba hangat
- RR : 30x/menit O : - membran mukosa lembab
2. Memonitor status hidrasi - TD : 110/80mmHg
Hasil : membran mukosa - ND : 130X/menit
lembab - SB : 36,5ºc
- RR : 34x/menit
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikian klien
pulang
1 D/S 1. Meningkatkan asupan oral 22-06-2022
21-06- Hasil : keluarga menawarkan
27
2022 klien untuk minum 20 : 30
14 : 30 setelah makan S : Keluarga mengatakan
2. Mendukung klien dan makanan klien dihabiskan dan
keluarga untuk membantu banyak minum
pemberian makan dengan O : Mukosa lembab
baik A : Masalah teratasi
Hasil : memotivasi keluarga P : Intervensi dihentikan klien
untuk menawarkan pulang
makanan yang disukai
klien
1 D/M 1. Mengkolaborasi pemberian 23-06-2022
21-06- cairan IV yang tepat 06: 30
2022 Hasil : IVFD RL 16 tpm S:-
22 : 00 O : Terpasang cairan RL 16 tpm
dikaki kanan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan klien
pulang
2 D/P 1. Memonitor tanda-tanda vital 21-06-2022
20-06- Hasil : - TD : 110/80mmHg 13 : 30
2022 - ND : 132x/menit S : Keluarga mengatakan kulit
10 : 30 - SB : 37,9ºc klien teraba hangat
- RR : 30x/menit O:
2. Memonitor suhu dan warna - Akral hangat
kulit - Warna kulit kemerahan
Hasil : SB : 37,9ºc, warna - Mukosa kering
kulit kemerahan, ada petekie - ND : 140x/menit
dikaki dan tangan, akral - TD : 110/80mmHg
hangat - SB : 36,8ºc
3. Memberikan pengobatan - RR : 30x/menit
antipiretik paracetamol 3x120 A : Masalah belum teratasi
mg cth P : Intervensi dilanjutkan
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Monitor suhu dan warna
kulit
2 D/S 1. Meningkatkan intake cairan 21-06-2022
20-06- Hasil : klien dianjurkan 20: 30
2022 meminum air putih 1 gelas / 4 S : keluarga klien mengatakan
15 : 50 jam pasien minum air sesuai
dengan anjuran
O : - pasien tampak pucat
- mukosa kering
A : masalah belum teratasi
28
1. Tingkatkan intake cairan
29
BAB IV
PEMBAHASAN
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang menyerang anak dan orang
dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut,
perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod
Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti atau oleh Aedes
Aebopictus (Wijayaningsih 2017).
Selama kelompok melakukan asuhan keperawatan pada klien An. A dengan
Demam Berdarah Dengue diruang Catelia Rumah Sakit Provinsi Undata Palu pada
tanggal 20 Juni 2022. Beberapa hal yang perlu dibahas dan diperhatikan dalam
penerapan kasus keperawatan tersebut, kelompok telah berusaha mencoba menerapkan
dan mengaplikasikan proses Asuhan Keperawatan pada klien dengan Demam Berdarah
Dengue sesuai dengan teori-teori yang ada. Untuk melihat lebih jelas asuhan
keperawatan yang diberikan dan sejauh mana keberhasilan yang dicapai akan diuraikan
sesuai dengan prosedur keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi, dan evaluasi.
Pengkajian kasus yang dilakukan pada klien An. A didapatkan data dari klien
yaitu klien masuk IGD Rumah Sakit Provinsi Undata Palu pada tanggal 18 Juni 2022
dengan keluhan panas ± 4 hari dan mimisan. Pada saat pengkajian tanggal 20 Juni
2022, Keluarga mengatakan dikulit klien terdapat bintik merah, kulit teraba hangat dan
kulit klien kemerahan.
Dalam melakukan pemeriksaan fisik pada An. A Kelompok tidak mengalami
hambatan, tidak semua pemeriksaan fisik pada klien yang dapat dilakukan, namun
dalam pemeriksaan teoritis dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena
pemeriksaan sangat penting dilakukan untuk menggali sejauh mana perkembangan
penyakit dan kondisi klien. Menurut teoritis pemeriksaan head to toe harus dilakukan
pada setiap pasien yaitu berupa pemeriksaan secara inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi. Pada kasus An. A didapatkan kelainan pada beberapa pemeriksaan yaitu :
pada bagian kulit terdapat bintik merah, kulit teraba hangat dan kulit klien kemerahan.
Pada tinjauan kasus kelompok menemukan 2 diagnosa keperawatan, diagnosa
yang muncul pada tinjauan kasus adalah :Defisien volume cairan dan Hipertermia.
Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan pada klien berdasarkan prioritas
masalah yang ditemukan, tidak semua rencana tindakan pada teori dapat ditegakkan
pada tinjauan kasus karena rencana tindakan pada tinjauan kasus disesuaikan dengan
keluhan yang dirasakan klien saat pengkajian dilakukan.
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi,
dan mengatasi masalah- masalah yang telah diidentifikasikan dalam diagnosis
keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana perawat mampu
menetapkan cara menyelesaikan masalah dengan efisien (Nikmatur rohmah & Saiful
walid, 2018). Intervensi atau perencanaan yang akan dilakukan oleh penulis
disesuaikan dengan kondisi klien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan
30
dapat dilaksanakan dengan SMART spesifik, measurable, acceptance, rasional dan
timing (Nikmatur rohmah & Siful walid, 2018).
Intervensi asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien telah
menggunakan Nursing interventions Classification (NIC) dan Nursing Outcomes
Classification (NOC).
Untuk diagnosa Hipertemia rencana tindakan yang dilakukan adalah Monitor
tanda-tanda vital,Monitor suhu dan warna kulit,Tingkatkan intake cairan dan Berikan
pengobatan antipiretik
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan yang
telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka membantu klien untuk
mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respons yang ditimbulkan
oleh masalah keperawatan dan kesehatan (Ali, 2018)
Untuk diagnosa defisien volume cairan rencana tindakan yang dilakukan adalah
Monitor tanda-tanda vital,Monitor status hidrasi,Tingkatkan asupan oral,Dukung klien
dan keluarga untuk membantu pemberian makan dengan baik dan Kolaborasi pemerian
cairan IV yang tepat.
Setelah rencana tindakan ditetapkan maka dilanjutkan dengan melakukan rencana
tersebut dalam bentuk nyata, sebelum diterapkan pada klien terlebih dahulu melakukan
pendekatan pada klien dan keluarga klien agar tindakan yang akan diberikan dapat
disetujui klien dan keluarga klien, sehingga seluruh rencana tindakan asuhan
keperawatan sesuai dengan masalah yang dihadapi klien.
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan
klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan
dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya (Setiadi, 2017). Dari 2
diagnosa keperawatan yang kelompok tegakkan sesuai dengan apa yang kelompok
temukan dalam melakukan studi kasus dan melakukan asuhan keperawatan belum
mencapai perkembangan yang diharapkan, dikarenakan waktu yang singkat oleh karena
itu diharapkan kepada perawat dan tenaga medis lainnya untuk melanjutkan intervensi
yang telah kelompok rencanakan. Dalam melakukan asuhan keperawatan untuk
mencapai hasil yang maksimal memerlukan adanya kerja sama antara penulis dengan
klien, perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya.
Untuk diagnosa Hipertermi dianggap teratasi karena Suhu badan kembali normal.
Untuk diagnosa kedua defisien volume cairan dianggap teratasi karena klien sudah
menghabiskan makanannya dan banyak minum.
31
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penerapan asuhan keperawatan pada pasien An. A di Rumah
Sakit Umum Provinsi Undata, kelompok dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Pada pengkajian pasien dengan Demam Berdarah Dengue ditemukan data berupa
bintik-bintik merah pada kulit,badan teraba hangat dan kulit kemerahan
pada pasien
2. Diagnosa Keperawatan
Pada kasus Demam Berdarah Dengue kelompok menemukan 2 diagnosa yang dapat
muncul pada penderita Demam Berdarah Dengue yaitu hipertemia dan defisien
volume cairan.
3. Perencanaan Kelompok menyusun rencana asuhan keperawatan yang telah disusun
berdasarkan specific, measurable, achievable, reasonable, dan time. Dengan
menggunakan standar luaran dan kriteria hasil, serta standar intervensi keperawatan
sesuai teori.
4. Pelaksanaan
Kelompok melakukan tindakan asuhan keperawatan pada pasien yang telah
dilakukan penyusunan rencana asuhan keperawatan. Kelompok melakukan tindakan
sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.
5. Evaluasi
Peneliti melakukan evaluasi pada pasien sesuai dengan kriteria hasil yang telah
dibuat oleh peneliti untuk target yang akan dicapai pada pasien.
B. Saran
1. Bagi Kelompok
Dalam upaya memberikan asuhan keperawatan pada pasien Demam Berdarah
Dengue yang diberikan dapat tepat, kelompok selanjutnya harus benar-benar
menguasai konsep tentang Demam Berdarah Dengue itu sendiri, terutama pada
faktor etiologi, anatomi fisiologi dan patofisiologi, selain itu peneliti juga harus
melakukan pengkajian dengan tepat agar asuhan keperawatan dapat tercapai sesuai
dengan masalah yang ditemukan pada pasien.
Kelompok juga harus teliti dalam mengangkat dan merumuskan diagnose
keperawatan yang ada pada pasien agar masalah keperawatan yang muncul pada
pasien dapat teratasi dan mendapatkan penanganan secara komprehensif dan
menyeluruh, Tidak hanya berfokus kepada masalah biologis pasien, namun juga
terhadap masalah psiko, sosio, spiritual pasien. Sehingga asuhan keperawatan yang
dilakukan dapat terlaksana secara optimal, dan mendapatkan hasil yang memuaskan
bagi pasien dan juga peneliti itu sendiri.
2. Bagi Rumah Sakit Undata
Bagi pihak rumah sakit hendaknya penanganan pasien Demam Berdarah
Dengue lebih ditingkatkan lagi kerja sama antar petugas pelayanan kesehatan dalam
32
hal menjaga keaadaan pasien serta memperhatikan aspek bio,psiko,sosio,social dan
spiritual pasien. Serta diharapkan dapat menjaga kebersihan pasien agar infeksi yang
terjadi pada pasien tidak bertambah buruk.
3. Bagi Perawat Ruangan
Disamping mendapatkan perawatan dan pengobatan pada saat di rumah sakit,
Alangkah baiknya jika tenaga kesehatan yang ada memberikan pengetahuan tentang
penyakit Demam Berdarah Dengue yang dialami oleh pasien, sehingga itu dapat
memotivasi pasien dalam mempertahankan kesehatannya baik saat berada di rumah
sakit maupun di rumah.
33
DAFTAR PUSTAKA
Asri, Khanitta Nuntaboot, and Pipit Festi Wiliyanarti. 2017. “Community Social
Capital on Fi Ghting Dengue Fever in Suburban Surabaya , Indonesia : A
Qualitative Study.” International Journal of Nursing Sciences 4(4): 374–77.
Candra, Aryu. 2017. “Dengue Hemorrhagic Fever : Epidemiology , Pathogenesis , and
Its Transmission Risk Factors.” 2(2): 110–19.
Drs. H. Syaifuddin, AMK. 2017. ANATOMI FISIOLOGI. Jakarta.
Erdin. 2018. Pathway Dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta.
Harmawan. 2018. Dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta.
Jing & Ming. 2019. “Dengue Epidemiology.” Global Health Journal 3(2): 37–45.
https://doi.org/10.1016/j.glohj.2019.06.002.
Kemenkes RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. Kemenkes
RI. 2019. Laporan Nasional Dinas Kesehatan. Jakarta. Kementerian
Kesehatan RI. 2016. Info Datin. Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Anak Indonesia. Jakarta: Pemberdayaan,
Kementerian Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA).
Mendiri N. K. & Prayogi, A. S. 2017. Asuhan Keperawatan Anak & Bayi Resiko
jakarta: Pemberdayaan, Kementerian Perempuan dan Perlindungan Anak
(KPPPA).
34