Anda di halaman 1dari 61

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA Ny.

W
DENGAN GANGGUAN SISTEM IMUNOLOGI: DENGUE
HEMORAGIK FEVER DI RUANG TERATAI RSUD
BANYUMAS

Disusun Oleh:
Fitrianingsih
17.069

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SERULINGMAS CILACAP
TAHUN 2019/2020
PENGESAHAN

Laporan Kasus dengan judul Asuhan Keperawatan Medika Bedah pada Ny.W
dengan Gangguan Sistem Imunologi: Dengue Hemoragik Fever di Ruang Teratai RSUD
Banyumas telah diijinkan dan disetujui oleh Dewan Penguji.

Diujikan tanggal : 17 April 2020

Penguji,

1. Puji Suwariyah, Ns.M.Kep. :………….……………...


NIK. 2697067

2. Iva Puspaneli S., Ns.M.Kep. :….……………………...


NIK. 47070882

Cilacap, 17 April 2020


Program Diploma III Keperawatan
STIKes SerulingmasCilacap
Ketua

Dr. Endang K. A M.,MMS.,Apt


NIK.83121049
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan
kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Medikal Bedah pada Ny.W
dengan Gangguan Sistem Imunologi: Dengue Hemoragik Fever di Ruang
Teratai RSUD Banyumas” dengan baik.

Penyusunan asuhan keperawatan ini tidak dapat terwujud tanpa adanya


dorongan dari pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan Terima Kasih kepada
yang terhormat.

1. Dr. Endang K. A M.,MMS.,Apt selaku Ketua STIKes Serulingmas


Cilacap
2. Puji Suwariyah, Ns.M.Kep. selaku penguji 1 STIKes Serulingmas Cilacap
3. Iva Puspaneli S., Ns.,M.Kep selaku penguji 2 STIKes Serulingmas Cilacap
4. Mujiono, S.Kep.,Ns. selaku pembimbing CI di Ruang Teratai RSUD
Banyumas

Penulisan berharap agar asuhan keperawatan ini dapat berguna dan


bermanfaat bagi semua orang. Oleh karena itu penulis mohon kritik dan saran
yang dapat membantu untuk kesempurnaan laporan kasus ini.

Cilacap, 21 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

COVER
PENGESAHAN.............................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................... iii
DAFTAR ISI..................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..............................................................................3
C. Tujuan................................................................................................ 3
D. Manfaat.............................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Teori
1. Definisi.................................................................................... 5
2. Etiologi.........................................................................................5
3. Manifestasi...................................................................................6
4. Klasifikasi................................................................................. 8
5. Patofisiologi................................................................................. 8
6. Pathway........................................................................................10
7. Pemeriksaan penunjang............................................................... 11
8. Penatalaksanaan umum................................................................11
9. Komplikasi...................................................................................12
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian....................................................................................12
2. Diagnosa Keperawatan................................................................ 14
3. Rencana Intervensi.......................................................................14
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pelaksanaan Studi Kasus....................................................................20
B. Ringkasan Asuhan Keperawatan....................................................... 24
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian..........................................................................................30
B. Diagnose Keperawatan...................................................................... 31
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................ 39
B. Saran.................................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang paling besar di dunia.
Iklim tropis mempunyai 2 musim yaitu musim penghujan dan musim
kemarau. Dampak dari iklim tropis salah satunya adalah dapat menyebabkan
adanya berbagai penyakit tropis yang disebabkan oleh nyamuk seperti malaria,
Demam Berdarah Dengue, Chikungunya dan Filariasis. Penyebab utama
munculnya berbagai penyakit tropis tersebut adalah perkembangbiakan dan
penyebaran nyamuk sebagai vektor penyakit yang tidak terkendali (Emi,
2013).
Hal ini dikarenakan saat perubahan musim khususnya dari kemarau ke
penghujan banyak nyamuk yang berkembang biak sehingga dapat
menyebabkan penyakit tropis. Penyakit tropis yang sering terjadi di
masyarakat adalah Demam Berdarah Dengue.
Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit demam akut dan
menyebabkan kematian dan disebabkan oleh virus yang ditularkan boleh
nyamuk. Nyamuk tersebut berasal dari nyamuk Aedes yang tersebar luas di
daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia (Soedarto, 2012). Penyebab
timbulnya penyakit Demam Berdarah Dengue adalah dari 4 virus dengue yang
kemudian ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegepty dan Aedes
Albopictus. Nyamuk ini sebagian besar berada di daerah tropis dan sub tropis
yaitu antara Indonesia sampai bagian utara Australia (Kemenkes RI ,2016 ).
Wabah Demam Berdarah Dengue pada tahun 2016 sudah menyebar di
seluruh dunia. Daerah di wilayah Amerika melaporkan lebih dari 2,38 juta
kasus pada tahun 2016, di mana Brasil sendiri melaporkan sedikitnya kurang
dari 1,5 juta kasus, kira-kira 3 kali lebih tinggi dari pada tahun 2014. Dari 1,5
juta kasus terdapat 1032 kasus kematian akibat Demam Berdarah Dengue
yang terjadi di wilayah tersebut. Wilayah Pasifik Barat melaporkan lebih dari
375.000 kasus dugaan Demam Berdarah Dengue pada tahun 2016, dimana
Filipina melaporkan 176.411 kasus dan Malaysia 100.028 kasus, yang menjadi
penyakit dengan angka kejadian tertinggi sama dengan tahun sebelumnya
untuk kedua negara tersebut. Kepulauan Solomon melaporkan wabah Demam
Berdarah Dengue terdapat lebih dari 7.000 kasus. Wilayah Afrika, Burkina
Faso melaporkan wabah Demam Berdarah Dengue terdapat 1.061 kasus yang
terjadi (WHO, 2018).
Angka insiden kasus Demam Berdarah Dengue di Indonesia dari tahun
2011-2016 secara umum mengalami peningkatan. Pada tahun 2011, jumlah
angka insiden kasus Demam Berdarah Dengue sebesar 27,67% kemudian pada
tahun 2012 meningkat menjadi 37,27% dan pada tahun 2013 juga meningkat
menjadi 45,85%. Hal ini berbeda ketika di tahun 2014 yang mengalami
penurunan menjadi 39,80%. Pada tahun 2015 kembali mengalami peningkatan
menjadi 50,75% dan tahun 2016 meningkat secara signifikan sebesar 78,85%
(Kemenkes RI, 2017).
Berdasarkan data Dinkes Jateng per 10 Maret 2020, dari total 35
kota/kabupaten tercatat ada total 1.227 pasien. Daerah tertinggi penderita
DBD yakni Kabupaten Cilacap dengan 146 pasien dan 2 meninggal dunia.
Kemudian, Kabupaten Jepara 104 pasien dan 1 meninggal dunia, Kota
Semarang 85 pasien dan 2 meninggal dunia. Selanjutnya di Kabupaten Tegal
ada 76 pasien dan 1 meninggal dunia, disusul Brebes dan Kebumen dengan 61
pasien dan 1 meninggal dunia. Total sebanyak 17 orang di Jawa Tengah
meninggal dunia akibat terjangkit DBD. Data tersebut mengacu pada Dinkes
Jateng sejak Januari hingga awal Maret 2020. Angka kematian tersebut
cenderung menurun sekitar 1,39 % dibanding triwulan pertama tahun 2019
yang mencapai 26 orang per 100 ribu pasien (Dinkes Jateng, 2020).
Maka dari itu perawat berperan penting dalam pemberian perawatan
pasien dengan demam berdarah untuk memberikan perawatan secara optimal
serta mengurangi angka kematian pasien akibat demam berdarah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis ingin mengetahui bagaimana
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah pada Ny.W dengan Gangguan Sistem
Imunologi: Dengue Hemoragik Fever di Ruang Teratai RSUD Banyumas?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah pada
Ny.W dengan Gangguan Sistem Imunologi: Dengue Hemoragik Fever di
Ruang Teratai RSUD Banyumas, penulis dapat menerapkan asuhan
keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat dan standar asuhan
keperawatan yang berlaku.

2. Tujuan Khusus
Setelah diakukan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah pada Ny.W
dengan Gangguan Sistem Imunologi: Dengue Hemoragik Fever di Ruang
Teratai RSUD Banyumas, penulis dapat:
a. Melakukan pengkajian pada Ny.W dengan Gangguan Sistem
Imunologi: Dengue Hemoragik Fever di Ruang Teratai RSUD
Banyumas.
b. Menyusun diagnosa pada Ny.W dengan Gangguan Sistem Imunologi:
Dengue Hemoragik Fever di Ruang Teratai RSUD Banyumas.
c. Merencanakan asuhan keperawatan pada Ny.W dengan Gangguan
Sistem Imunologi: Dengue Hemoragik Fever di Ruang Teratai RSUD
Banyumas.
d. Memberikan asuhan keperawatan pada Ny.W dengan Gangguan
Sistem Imunologi: Dengue Hemoragik Fever di Ruang Teratai RSUD
Banyumas.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada Ny.W dengan Gangguan
Sistem Imunologi: Dengue Hemoragik Fever di Ruang Teratai RSUD
Banyumas.
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah dilakukan sesuai
proses asuhan keperawatan.

D. Manfaat
1. Mahasiswa
Sebagai acuan bagi mahasiswa keperawatan untuk mengetahui
tentang aplikasi asuhan keperawatan medikal bedah pada pasien dengan
gangguan sistem imunologi: dengue hemoragik fever di ruang teratai
RSUD Banyumas.
2. Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan bagi rumah sakit agar termotivasi untuk
memberikan asuhan keperawatan medikal bedah pada pasien dengan
gangguan sistem imunologi: dengue hemoragik fever di ruang teratai
RSUD Banyumas secara maksimal.
3. Instansi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar
tentang asuhan keperawatan medikal bedah pada pasien dengan gangguan
sistem imunologi: dengue hemoragik fever di ruang teratai RSUD
Banyumas dan dapat dapat digunakan sebagai bahan pustaka yang dapat
memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan medikal bedah pada
pasien dengan gangguan sistem imunologi: dengue hemoragik fever di
ruang teratai RSUD Banyumas.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Teori
1. Definisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit
menular yang berbahaya. Penyakit ini dapat menimbulkan wabah dan
menyebabkan kematian dalam waktu yang siingkat. DBD pertama kali
ditemukan di Manila (Filipina) pada tahun 1953. Di Indonesia penyakit
DBD ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan DKI Jakarta. Kini
semua provinsi sudah terjangkit penyakit ini (Meilany, 2010).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh virus Dengue (arbo virus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk aides aegypti. Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh virus dengue terutama menyerang anak-
anak dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak, disertai manifestasi
perdarahan dan berpotensi menimbulkan renjatan/syok dan kematian
(Aplikasi NANDA NIC NOC jilid 1, 2013).
Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat
pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi
dan biasanya memburuk setelah 2 hari pertama (Meilany, 2010).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa demam
berdarah dengue adalah suatu penyakit yang dapat menular yang
mempunyai virus dengue dan dapat menyerang anak-anak maupun orang
dewasa.

2. Etiologi
Penyebab demam berdarah dengue (DBD) atau dengue
haemorragic fever (DHF) adalah virus dengue. Di Indonesia virus tersebut
saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue yang termasuk
dalam grup B. Dari arthopedi borne virus (arbovirus) yaitu DEN-1, DEN-
2, DEN-3, DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe yang
menjadi penyebab terbanyak. Di Thailand dilaporkan bahwa serotipe
DEN-2 adalah dominan sementara di Indonesia yang terutama deominan
adalah DEN-3 tapi akhir-akhir ini adalah kecenderungan dominan DEN-2.
Setelah oleh nyamuk yang membawa virus, maka inkubasi akan
berlangsung antara 3-15 hari sampai gejala demam Dengue muncul.
(Meilany, 2010.
Menurut (Warsidi, E.2009) Karakteristik nyamuk Aedes aegypti
yang menyebarkan penyakit demam berdarah antara lain :
a. Badannya kecil, warnanya hitam dengan bintik-bintik putih.
b. Hidup didalam dan disekitar rumah di tempat yang bersih dan sejuk
seperti: hinggap di pakaian yang tergantung, vas bunga yang ada
airnya atau ditempat kaleng bekas yang menampung air hujan.
c. Biasanya nyamuk Aedes aegypti yang menggigit tubuh manusia
adalah betina, sedangkan nyamuk jantan manyukai aroma manis pada
tumbu-tumbuhan.
d. Nyamuk Aedes aegypti menggigit pada siang atau sore hari dengan
peningkatan aktivitas menggigit sekitar 2 jam sesudah matahari terbit
dan beberapa jam setelah mataharit terbenam, sedangkan malamnya
digunakan untuk bertelur.

3. Manifestasi Klinis
Bentuk ringan demam dengue menyerang semua golongan umur
dan bermanivestasi lebih berat pada orang dewasa. Demam dengue pada
bayi dan anak berupa demam ringan yang disertai dengan timbulnya ruam
makulopapular. Pada anak besar dan dewasa, penyakit ini dikenal dengan
sindrom triase dengue yang berupa demam tinggi dan mendadak yang
dapat mencapai 40°C atau lebih dan terkadang disertai dengan kejang
demam, sakit kepala, anoreksia, muntah-muntah (vomiting), epigastrik
discomfort, nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut dan
perdarahan, terutama perdarahan kulit, walaupun hanya berupa uji
tourniguet positif. Selain itu, perdarahan kulit dapat berwujud memar atau
juga berupa perdarahan spontan mulai dari petechiae (muncul pada hari-
hari pertama demam dan berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas,
tubuh, dan muka, sampai epistaksis dan perdarahan gusi, sementara
perdarahan gastrointestinal masih lebih jarang terjadi dan biasanya terjadi
pada kasus syok yang berkepanjangan. Pada masa konvalesens seringkali
ditemukan eritema pada telapak tangan dan kaki dan hepatomegali. Nyeri
tekan sering kali ditemukan tanpa ikterus maupun kegagalan peredaran
darah.
Patokan World Health Organization (WHO, 1975) untuk
menegaskan diagnosa Dengue Haemorragic Fever (DHF) adalah sebagai
berikut :
a. Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.
b. Manifestasi perdarahan, termasuk paling tidak uji tourniguet positif
dan bentuk lain perdarahan/perdarahan spontan (Patechia, purpura,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi) dan hematemesis melena.
c. Pembesaran hati.
d. Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat disertai dengan
tekanan nadi yang menurun (20 mmHg atau kurang) tekanan darah
yang menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau
kurang) dan kulit yang teraba dingin dan lembab, terutama pada ujung
hidung, jari dan kaki penderita gelisah serta timbul sianosis disekitar
mulut.
Rumpel leed test dengan tekhnik :
a. Klien diukur tekanan darahnya dan dicari sistol dan diastolnya.
b. Setelah ketemu kemudian dijumlahkan lalu dibagi dua.
c. Hasil digunakan untuk patokan mempertahankan tekanan air raksa
tensimeter.
d. Pompa lagi balon tensimeter sampai patokan tadi lalu kunci dan
pertahankan sampai 5 menit.
e. Setelah itu buka kuncinya dan mansit dilepaskan.
f. Kemudian lihat apakah ada petekie / tidak didaerah vola lengan
bawah.      Kriteria normal Rumple leede yaitu <10 dalam 1 lingkaran
5 cm.
4. Klasifikasi DHF
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara
klinis dibagi menjadi 4 Derajat (Menurut WHO, 1986) yaitu :
a. Derajat I (ringan): Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala klinis lain
dan manifestasi perdarahan ringan, trombositopenia dan
hemokonsentrasi. tourniquet positif.
b. Derajat II (sedang): Ditemukan pula perdarahan kulit dan manifestasi
perdarahan lain.
c. Derajat III: Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah,
tekanan daerah rendah (hipotensi), gelisah, cyanosis sekitar mulut,
hidung dan jari (tanda-tanda dini renjatan).
d. Derajat IV: Ditemukan dengue shock syndrome dengan tensi dan nadi
yang tak terukur.

5. Patofisiologi
Demam Berdarah tidak tertular langsung dari satu orang ke orang
lainnya, namun melalui perantara gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penderita
menjadi infektif bagi nyamuk pada saat viremia, yaitu sejak beberapa saat
sebelum panas sampai masa demam berakhir, biasanya berlangsung 3-5
hari, nyamuk menjadi infektif 8-12 hari setelah menghisap darah orang
yang infektif dan penderita akan tetap infektif selama hidupnya. Adapun
masa inkubasi dari 3-14 hari, biasanya 4-7 hari.
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah
komplek virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua
peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator
kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah
dan menghilangkan plasma mealui endotel dinding itu.
Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagalasi (protambin, faktor V, VII, IX, X dan
fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat,
teutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF. Yang menentukan
beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh
darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia
dan diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut. Nilai hematokrit
meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami
hypovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jangan asidosis dan
kematian (Warsidi, E. 2009).
6. Pathway

Arbovirus (melalui Beredar dalam Infeksi virus


nyamuk aedes aegypi) aliran darah dengue

PGE 2 Membentuk & melepaskan Mengaktifkan


hipotalamus zat C3a, C5a sistem komplemen

Hipertermi Peningkatan reabsorbsi Permeabiitas


Na dan H2O membran ↑

Agregasi Kerusakan endotel Resiko syok


trombosit pembuluh darah hipovolemik

trombositopenia Merangsang & mengaktivasi Renjatan hipovolemik


faktor pembekuan & hipotensi

DIC Kebocoran plasma

Resiko
Perdarahan
perdarahan
Kekurangan
Resiko syok volume cairan
Resiko perfusijaringan
hipovolemik tidak efektif

Asidosis Hipoksia jaringan


metabolik

Ke eksravaskuler

Paru-paru Hepar Abdomen

Efusi pleura Hepatomegali Acites

Mual, muntah
Penekanan intra
Ketidakefektifan abdomen
pola nafas
Ketidakseimbangan
Nyeri akut nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan untuk menskrining penderita demam dengue adalah
melalui uji rumpel leede, pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar
hematokrit dan hapus darah tepi untuk melihat adanya limpositosis relatif
disertai gambar limfosit plasma biru. Pada DD terdapat Leukopenia
padahari ke-2 atau hari ke-3. Pada DBD terjadi leukopenia dan
Hemokonsentrasi. Trombositopenia : Trombosit < 150.000/mm3,
penurunan progresif pada pemeriksaan periodik dan waktu perdarahan
memanjang. Hemokonsentrasi : Hematokrit saat MRS>20% atau
meningkat progresif pada pemeriksaan periodik.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (metode
cell culture) atau pun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik
RT-PCR (Reverse Transcriptosi Polymerase Chain Reachon). Namun
ketika teknik yang rumit yang berkembang saat ini adalah uji serologi
(adanya antibodi spesifik terhadap antibodi total, IgM maupun IgG)
(Warsidi, E, 2009).

8. Penatalaksanaan Umum
Menurut (Meilany, 2010) penatalaksanaan untuk DBD sebagai berikut :
a. Tirah baring
b. Makanan lunak, dan bila belum nafsu makan diberi minum 1,5-2 liter
dalam 24 jam (susu, air dengan gula) atau air tawar yang ditambah
garam.
c. Medikamentosa yang bersifat simtomatis, seperti hiepertermia
diberikan asetamiofen, jangan diberikan asetosal karena bahaya
perdarahan.

Sedangkan pada pasien tanda renjatan dilakukan :

a. Pemasangan infus dan dipertahankan 12-48 jam setelah renjatan


teratasi.
b. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan
tiap jam, serta Hb dan Ht tiap 4-6 jam pada hari pertama selanjutnya
tiap 24 jam
c. Pada pasien DSS diberikan cairan intravena yang diberikan dengan
diguyur, seperti NaCl, ringer laktat, yang dipertahankan selama 12-24
jam setelah renjatan teratasi. Bila tidak nampak perbaikan dapat
diberikan plasma sejumlah 15-29 ml/kg BB dan dipertahankan selama
12-24 jam. Setelah renjatan teratasi bila kadar Hb dan Ht mengalami
penurunan maka diberi transfusi darah.

9. Komplikasi
Menurut (Warsidi, E, 2009) Komplikasi dari penyakit demam
berdarah diantaranya :
a. Ensepalopati : demam tinggi,gangguan kesadaran disertai atau tanpa
kejang
b. Disorientasi dan penurunan kesadaran
c. Perdarahan luas
d. Shock atau renjatan dan dapat terjadi anoksia jaringan

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Wawancara
1) Biodata: Meliputi identitas pasien dan identitas keluarga.
2) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan saat ini: biasanya klien mengeluh, antara
lain; Demam akut / suhu meningkat tiba-tiba (selama 2 – 7
hari). Sering disertai menggigil. Perdarahan pada kulit (petekie,
ekimosis, hematoma) serta perdarahan lain seperti epitaksis,
hematemesis, hematuria dan malena. Keluhan pada saluran
pernapasan : batuk, pilek, sakit waktu menelan nafas. Keluhan
pada saluran cerna : mual, muntah, tak nafsu makan, diare,
konstipasi. Keluhan sistem tubuh yang lain : nyeri atau sakit
kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi, nyeri otot abdomen,
nyeri ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh, kemerahan pada
kulit, kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata,
lakrimasi dan fotopobia, otot-otot sekitar mata sakit bila
disentuh.
b) Riwayat kesehatan keluarga: Apakah pada anggota keluarga yg
mengalami penyakit yg sama seperti di derita oleh klien.
c) Riwayat kesehatan dahulu: Apakah sebelumnya klien pernah
mengalami riwayat penyakit yg sama.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
2) Kesadaran : bisa saja Composmentis, samnolen, atau koma
(tergantung dari derajat penyakit DHF)
3) TTV : Biasanya terjadinya penurunan dalam pemeriksaan tanda-
tanda vital
4) Kepala
a) Wajah : mengalami kemerahan (flushig), pada hidung terjadi
epistaksis
b) Mulut : adanya perdarahan pada gusi, mukosa bibirtampak
kering & kadang-kadang lidah tampak kotor dan adanya
hiperemia pada tenggorokan
c) Leher : Tidak ada masalah pada leher
5) Paru : Pernafasan dangkal, ketika dilakukan perkusi biasanya dapat
ditemukan bunyi redup lantaran adanya efusi fleura
6) Jantung : Dapat terjadi anemia karena kekurangan cairan
7) Abdomen : adanya nyeri ulu hati, ketika dilakukan palpasi dapat
ditemukan adanya pembesaran hepar & limpa
8) Ekstremitas : Biasanya di temukan nyeri sendi
9) Kulit : Ditemukan adanya ptekie, purpura, ekimosis, dan
hyperemia serta hematoma.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi
b. Resiko Perdarahan
c. Resiko Syok Hipovolemk
d. Ketidakefektifan Pola Nafas
e. Kekurangan Volume Cairan
f. Nyeri Akut
g. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

3. Intervensi Keperawatan
a. Hipertermi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
peningkatan suhu tubuh dapat teratasi, dengan kriteria hasil:
NOC: Termoregulasi

Indikator Awal Tujuan Akhir

1. Peningkatan suhu kulit


2. Sakit otot
3. Perubahan warna kulit

Keterangan:
1: berat
2: cukup berat
3: sedang
4: ringan
5: tidak ada
NIC: Perawatan demam
1) Monitor warna kulit dan suhu
2) Pantau komplikasi yang berhubungan dengan demam
3) Fasilitasi istirahat, terapkan pembatasan aktivitas
4) Berikan cairan IV
5) Kolaborasi pemberian antipiretik
6) Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan
7) Dorong konsumsi cairan
b. Resiko Perdarahan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
tingkatan dimana pembekuan darah terjadi dalam waktu normal,
dengan kriteria hasil:
NOC: Koagulasi darah

Indikator Awal Tujuan Akhir

1. Perdarahan
2. Ptekia
3. Gusi berdarah
4. Memar
5. Hematuria
6. Hemateemesis
7. Ekimosis

Keterangan:
1: berat
2: cukup berat
3: sedang
4: ringan
5: tidak ada
NIC: pencegahan perdarahan
1) Monitor dengan ketat resiko terjadinya perdarahan pada pasien
2) Monitor komponen koagulasi darah
3) Pertahankan agar pasien tetap tirah baring jika terjadi perdarahan
aktif
4) Berikan produk pengganti darah
5) Kolaborasi pemberian vit K
c. Resiko Syok Hipovolemk
Setelah dilakukan tindakan keperawatan seama 3x24 jam diharapkan
keparahan tanda dan gejala syok dapat teratasi, dengan kriteria hasil:
NOC: Keparahan syok hipovolemik

Indikator Awal Tujuan Akhir

1. Penurunan TD sistolik
2. Penurunan TD diastolik
3. Nadi lemah dan halus
4. Akral dingin
5. Lesu

Keterangan:
1: berat
2: cukup berat
3: sedang
4: ringan
5: tidak ada
NIC:
1) Monitor terhadap adanya respon kompensasi awal syok
2) Monitor status sirkulasi
3) Monitor hasi laboratorium
4) Catat adanya memar, petechiae, dan konsisi membran mukosa
5) Berikan cairan melalui IV atau oral, sesuai kebutuhan
6) Berikan PRC, FFP, atau platelete, sesuai kebutuhan
d. Ketidakefektifan Pola Nafas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
status pernafasan pasien dapat kembali normal, dengan kriteria hasil:
NOC: Status pernafasan

Indikator Awal Tujuan Akhir

1. Sianosis
2. Demam
3. Batuk

Keterangan:
1: berat
2: cukup berat
3: sedang
4: ringan
5: tidak ada
NIC: Manajemen jalan nafas
1) Monitor status pernafasan dan oksigenasi
2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3) Posisikan pasien untuk meringankan sesak nafas
4) Regulasi asupan cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan
cairan
5) Kolaborasi penggunaan inhaler
e. Kekurangan Volume Cairan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
kebutuhan cairan pasien dapat terpenuhi, dengan kriteria hasil:
NOC: Hidrasi

Indikator Awal Tujuan Akhir

1. Haus
2. Penurunan TD
3. Nadi cepat dan lemah
4. Peningkatan suhu tubuh
5. Mata cekung
6. Diare

Keterangan:
1: berat
2: cukup berat
3: sedang
4: ringan
5: tidak ada
NIC:
1) Monitor tanda-tanda vital pasien
2) Monitor status hidrasi (mukosa, nadi, TD)
3) Monitor hasil laboratorium
4) Jaga intak yang akurat dan catat output
5) Berikan terapi IV, seperti yang ditentukan
6) Berikan atau persiapkan produk-produk darah
f. Nyeri Akut
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
nyeri dapat teratasi, dengan kriteria hasil:
NOC: Tingkat nyeri
Indikator Awal Tujuan Akhir

1. Nyeri yang dilaporkan


2. Panjang episode nyeri
3. Ekspresi wajah

Keterangan:
1: berat
2: cukup berat
3: sedang
4: ringan
5: tidak ada
NIC: Manajemen nyeri
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (PQRST)
2) Observasi adanya petunjuk non verbal mengenai ketidaknyamanan
3) Kondisikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
nyeri
4) Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi
5) Kolaborasi pemberian analgesik
6) Libatkan keluarga untuk mengontrol nyeri
g. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
nutrisi tubuh pasien dapat terpenuhi, dengan kriteria hasil:
NOC: Status nutrisi

Indikator Awal Tujuan Akhir

1. Asupan gizi
2. Asupan makanan
3. Energi
4. Rasio BB/ TB
5. Hidrasi

Keterangan:
1: sangat menyimpang dari rentang normal
2: banyak menyimpang dari rentang normal
3: cukup menyimpang dari rentang normal
4: sedikit menyimpang dari rentang normal
5: tidak menyimpang dari rentang normal
NIC: Manajemen nutrisi
1) Monitor status nutrisi ata asupan makanan
2) Beri makanan sesuai kebutuhan tubuh klien
3) Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan sedikit-sedikit tapi
sering
4) Timbang BB pasien setiap hari
5) Kolaborasi pemberian obat anti mual
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pelaksanaan Studi Kasus


Pelaksanaan studi kasus yang dilakukan oleh penulis meliputi design
studi kasus, metode pengambilan data, tempat dan waktu, kriteria pasien dan
etika pengelolaan kasus.
1. Design Studi Kasus
Design yang penulis pakai pada proposal ini yaitu menggunakan
studi kasus. Kasus yang dijadikan kelolaan oleh penulis yaitu berjudul
asuhan keperawatan medikal bedah pada Ny.W dengan gangguan sistem
imunologi: dengue hemoragik fever di ruang teratai RSUD Banyumas.
Pendekatan yang penulis lakukan melalui asuhan keperawatan sesuai
dengan fase dalam proses keperawatan yang meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
2. Metode Pengambilan Data
Metode pengambilan data dalam penulisan karya tulis ilmiah ini
penulis akan menggunakan metode deskriptif dan dalam mengumpulkan
data penulis akan menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan
proses keperawatan yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi.
Cara yang akan digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data
dalam penulisan karya tulis ilmiah, misalnya:
a. Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengadakan
pengamatan secara langsung kepada responden untuk mencari
perubahan atau hal-hal yang akan diteliti (Hidayat, 2014). Penulis
rencananya akan mengamati kondisi fisik pasien secara langsung.
b. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan melakukan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikunstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu (Sugiyono, 2013). Pengumpulan data yang akan dilakukan
penulis yaitu wawancara dengan pasien, keluarga pasien dan perawat
sesuai dengan format pengkajian maternitas.
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah suatu tindakan keperawatan yang
memeriksa seorang pasien dari ujung rambut sampai ujung kaki yang
bertujuan untuk mengetahui apabila ada kelainan atau masalah pada
diri pasien (Hidayat, 2014). Pemeriksaan fisik yang akan dilakukan
penulis kepada pasien yaitu pengkajian keadaan umum, pengukuran
tekanan darah, pengukuran suhu, serta pemeriksaan fisik head to toe.
d. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan
cara mempelajari dokumen unntuk mendapatkan data atau infomasi
yang berhubungan dengan masalah yang diteliti (Sugiyono, 2013).
Pengumpulan data pasien akan dilakukan oleh penulis dari pengkajian
secara langsung kepada pasien, keluarga pasien dan perawat.
e. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan adalah kegiatan peneliti yang dilakukan oleh
peneliti dalam rangka mencari landasan teoritis dari permasalahan
peneliti. Pada kasus ini studi kepustakaan diperoleh dari buku-buku
dan jurnal atau artikel yang membahas tentang post sectio caesarea
dengan indikasi ketuban pecah dini.
3. Tempat dan waktu
Penulis mengambil kasus Karya Tulis Ilmiah ini yaitu di Ruang
Teratai RSUD Banyumas, sedangkan waktu pengambilan kasus yaitu
pada tanggal 18 Februari 2020 dan mengelola pasien selama 3x24 jam.
4. Kriteria Pasien
Kriteria pasien yang dikelola oleh penulis yaitu pasien dengan
penyakit dengue hemoraik fever, pasien dan keluarga bersedia dikelola
oleh penulis, pasien dikelola oleh penulis selama 3x24 jam, pasien
berjenis kelamin laki-laki atau perempuan, serta pasien dengan semua
usia.
5. Etika Studi Kasus
Prinsip dasar etika studi kasus yang digunakan menurut Supardi
(2013) yaitu:
a. Self determination
Self determination yaitu pasien yang menjadi bahan studi kasus
diberi hak untuk memutuskan agar menjadi bahan studi kasus atau
tidak, tergantung kemauan pasien. Penulis akan memberikan hak
kepada keluarga dan pasien untuk memutuskan apakah bersedia atau
tidak menjadi pasien kelolaan penulis yaitu dengan memberikan
lembar persetujuan kepada pasien, jika bersedia maka pasien tanda
tangan dilembar persetujuan.
b. Privacy dan dignity
Privacy dan dignity yaitu pada studi kasus penulis wajib untuk
melakukan privasi agar menginisialkan data pasien, tidak akan
disebarluaskan dan hanya untuk kepentingan studi kasus. Pada studi
kasus ini penulis akan menjaga informasi dan identitas pasien serta
tidak mempublikasikanprivacy pasien kecuali atas izin pasien.
c. Anonimitty dan confidentiality
Anonmitty dan confidentiality yaitu yang dilakukan oleh penulis
harus baik dan kerahasiaan diberikan agar data pasien tidak tersebar
luas dengan menginisialkan pasien dan adanya anonimitas agar data
yang diperoleh bisa dirahasiakan. Pada studi kasus ini penulis akan
tidak mencantumkan nama secara lengkap, cukup mencantumkan
nama inisal saja.
d. Justice atau keadilan
Justice atau keadilan yaitu pasien diberi kebebasan untuk
menimbang agar menjadi bahan studi kasus atau tidak agar pasien
mempunyai keadilan yang ada disetiap hak asasi manusia. Pada studi
kasus ini penulis akan memberikan hal yang sama kepada semua
pasien selama berlangsungnya proses studi sampai selesai tanpa
adanya diskriminasi.
e. Beneficience atau bermanfaat
Beneficience adalah pada studi kasus ini diberikan keperawatan
yang intensif pada pasien yang dikelola agar mengetahui lebih baik
dan memaksimalkan dalam studi kasus pembuatan karya tulis imiah.
Pada studi kasus ini penulis akan melaksanakan tindakan keperawatan
kepada pasien sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) dan
tidak merugikan pasien.
f. Informed consent atau persetujuan
Informed consent merupakan suatu bentuk persetujuan antara
penulis atau peneliti dan responden atau pasien studi kasus dengan
memberikan lembar persetujuan yang diberikan sebelum pengelolaan
kasus di mulai, sebelumnya penulis telas menjelaskan tujuan
pengelolaan kasus dan pasien yang bersedia menjadi pasien kelolaan
diminta untuk mengisi surat persetujuan pasien serta
menandatanganinnya. Tujuan informed consent adalah agar subjek
mengerti maksud dan tujuan studi kasus, dan mengetahui dampak
yang tidak diinginkan. Pada studi kasus ini penulis akan memberikan
hak kepada keluarga dan pasien untuk memutuskan apakah bersedia
tau tidak menjadi pasien kelolaan penulis yaitu dengan memberikan
lembar persetujuan kepada pasien, jika bersedia maka pasien tanda
tangan dilembar persetujuan antara penulis dan pasien serta
memberikan informasi yang terkait dengan studi kasus yang dilakukan
kepada pasien.

B. Ringkasan Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
Dari hasil pengkajian identitas yang dilakukan oleh penulis
didapatkan data pasien bernama Ny.W, usia 29 tahun, jenis kelamin
perempuan, status sudah menikah, alamat Jatilawang, agama islam,
pendidikan terakhir SLTA, pekerjaan ibu rumah tangga, tanggal
masuk rumah sakit 17 Februari 2020, nomor RM 9009xx, dengan
diagnosa medis trombositopenia.
b. Riwayat kesehatan
Pada pengkajian riwayat kesehatan yang dilakukan oleh penulis
kepada pasien didapatkan data pasien mengeluh badannya lemas,
tidak berenergi, batuk dan sedikit sesak nafas serta mual dan nafsu
makan menurun.
Pasien mengatakan demam selama 5 hari disertai lemas, lalu
dirawat di puskesmas Jatilawang dan dilakukan pemeriksaan
laboratorium dan dihasilkan bahwa pasien mengalami penurunan
trombosit. Kemudian dirujuk ke RSUD Banyumas dan dilakukan
perawatan di ruang Teratai pada tanggal 17 Februari 2020.
Pasien juga mengatakan baru pertama kali dirawat dirumah sakit.
Sebelumnya belum pernah dirawat dengan penyakit yang sama seperti
sekarang.
Pasie mengatakan ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat
penyakit menurun hipertensi yaitu ibu dari pasien sendiri.
c. Pola fungsional gordon
Pada pengkajian pola fungsional gordon didapatkan data bahwa
pasien mengatakan kesehatan saat ini sangat penting dan harus dijaga
dengan istirahat yang cukup, makan dengan teratur karena saat ini
pasien sedang hamil. Pada pola nutrisi sebelum sakit pasien
mengatakan makan 3x sehari porsi sedang dengan komposisi nasi,
sayur, dan lauk serta minum air putih 7 gelas per hari. Sedangkan
selama sakit pasien mengatakan makan 3x sehari dengan porsi 5
sendok komposisi yang disajikan oleh rumah sakit serta minum 5
gelas per hari.
Pada pola eliminasi sebelum sakit pasien mengatakan BAB 1x
sehari dengan konsistensi padat, warna kuning, bau khas dan BAK 4-5
kali sehari dengan konsistensi cair, warna kuning dan bau khas.
Sedangkan selama sakit pasien mengatakan BAB 1x sehari dengan
konsistensi padat, warna kuning bau khas dan BAK 4-5 kali sehari
dengan konsistensi cair, warna kuning dan bau khas. Pada pola
aktivitas dan latihan pasien mengatakan sebelum sakit aktivitas dan
latihan dilakukan dengan mandiri, sedangkan selama sakit aktivitas
dan latihan pasien dibantu oleh orang lain/keluarga.
Pada pola persepsi sensasi dan kognitif pasien mengatakan
sebelum sakit semua panca inderanya berfungsi dengan baik/normal,
sedangkan selama sakit semua berfungsi normal keculai pangka lidah
yang terasa pahit. Pada pola istirahat dan tidur pasien mengatakan
sebelum sakit tidur cukup 8 jam per hari dan jarang terbangun.
Sedangkan selama sakit pasien mengatakan tidur menjadi terganggu
dan sering terbangun dimalam hari serta tidur 6 jam per hari. Pada
pola persepsi diri dan konsep diri pasien mengatakan sebelum sakit
dan selama sakit pasien menyukai dan mensyukuri seluruh tubuhnya.
Pada pola hubungan peran pasien mengatakan sebelum sakit dan
selama sakit pasien selalu berhubungan/komunikasi dengan baik
kepada anggota keluarga. Pada pola reproduksi dan seksual pasien
mengatakan sedang hamil anak ketiga. Pada koping stress dan
toleransi pasien mengatakan sebelum sakit jika ada masalah selalu
bercerita dengan suami atau keluarganya dan selama sakit pasien
mengatakan merasa sedikit cemas dengan penyakitnya dan prosedur
yang dilakukan, pasien selalu bercerita dengan suami dan
keluarganya. Pada pola keyakinan dan nilai pasien mengatakan
beragama islam dan selama sakit ibadah pasien menjadi terganggu.
d. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh penulis pada pasien
didapatkan data keadaan umum pasien baik dengan tanda-tanda vital
TD 98/60 mmHg, N 78x/menit, RR 18x/menit, S 36,8°C. Pada
pemeriksaan kepala bentuk simetris mesochepal, tidak ada bekas luka
atau benjolah, rambut hitam, mata simetris, pupil isokhor, sklera an
ikterik, dan konjungtiva anemis serta hidung simetris tidak ada
keluaran cairan. Pada pemeriksaan telinga simetris, bersih dan tidak
ada keluaran cairan. Pada pemeriksaan mulut dan gigi bersih, simetris,
mukosa bibir kering. Pada pemeriksaan leher tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid dan tidak ada bekas luka.
Pada pemeriksaan dada dihasilkan dada simetris, jantung S1/S2
reguler dan suara paru vesikuler. Pada pemeriksaan abdomen
dihasilkan perut bersih tidak ada bekas luka, terdapat bising usus,
tidak ada nyeri tekan serta bunyi perkusi timpani. Pada pemeriksaan
ekstremitas pasien terpasang infus asering 30tpm di tangan kanan,
serta tonus otot semua ekstremitas baik. Kulit bersih, lembab warna
sawo matang.
e. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu pemeriksaan
laboratorium. Dari hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan
pada tanggal 18 Februari 2020 didapatkan hasil bahwa hemoglobin
menurun (11,4), hematokrit menurun (31,8), eritrosit menurun (3,49),
trombosit menurun (40), MCH meningkat (32,6), MCHC meningkat
(35,7), monosit meningkat (12,970), dengue IgG (+), IgM (+).
f. Terapi medik
Terapi medik yang diberikan pada pasien yaitu asering 30 tpm,
paracetamol 500 mg x 3, SF 1x1, Kal. K 1x1, Ranitidine 2x1, Vit.c
1x1.
2. Analisa Data

Data Etiologi Problem


DS: Pasien mengatakan Kurang dukungan Hambatan
badannya terasa lemas dan lingkungan fisik mobilitas fisik
kurang energi
DO: Pasien tampak terbaring di
tempat tidur
DS: Pasien mengatakan batuk Sindrom Ketidakefektifan
dan merasa sedikit sesak nafas hipoventilasi pola nafas
DO: Pasien tampak batuk
DS: Pasien mengatakan nafsu Faktor biologis Ketidakseimbangan
mekean menurun dan nutrisi kurang dari
mengalami mual tubuh
DO: Makan tidak habi, hanya
habis 5 sendok
DS: Pasien mengatakan tidur Faktor Gangguan pola
terganggu dan sering terbangun lingkungan tiidur
selama sakit
DO: Pasien tampak lesu
Diagnosa keperawatan sesuai prioritas
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sindrom
hipoventilasi
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh berhubungan dengan
faktor biologis
c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kurang dukungan
lingkungan fisik
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor lingkungan
3. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sindrom
hipoventilasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan status pernafasan pasien dapat kembali normal, dengan
kriteria hasil:
NOC: Status pernafasan

Indikator Awal Tujuan Akhir


1. Sianosis 4 5
2. Demam 5 5
3. Batuk 3 5
Keterangan:
1: sangat berat
2: berat
3: cukup
4: ringan
5: tidak ada
NIC: Manajemen jalan nafas
1. Monitor status pernafasan dan oksigensai
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Posisikan pasien untuk meringankan sesak nafas
4. Regulasi asupan cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan
cairan
5. Kolaborasi penggunaan inhaler

Implementasi:

Implementasi yang dilakukan oleh penulis pada hari pertama


Selasa, 18 Februari 2020 yaitu penulis melakukan memonitor status
pernafasan dan oksigenasi, memposisikan pasien semi fowler serta
mengatur tetesan infus untuk mengoptimalkan kebutuhan cairan.

Hari kedua Rabu, 19 Februari 2020 penulis melakukan monitor


tanda-tanda vital sampai hari ketiga Kamis, 20 Februari 2020.
Evaluasi:

S: Pasien mengatakan batuk sudah berkurang

O: TD 108/78 mmHg, N 78x/menit, RR 20x/menit, S 36,6°C

A: Masalah belum teratasi

Indikator Awal Tujuan Akhir


1. Sianosis 4 5 5
2. Demam 5 5 5
3. Batuk 3 5 4

P: Pertahankan intervensi

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh berhubungan dengan


faktor biologis
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan nutrisi tubuh pasien dapat terpenuhi, dengan kriteria hasil:
NOC: Status nutrisi

Indikator Awal Tujuan Akhir


1. Asupan makanan 3 5
2. Energi 3 5
3. Hidrasi 3 5
Keterangan:
1: sangat menyimpang dari rentang normal
2: banyak menimpang dari rentang normal
3: cukup menyimpang dari rentang normal
4: sedikit menyimpang dari rentang normal
5: tidak menyimpang dari rentang normal
NIC: Manajemen nutrisi
1. Monitor status nutrisi/ asupan makanan
2. Beri makanan sesuai kebutuhan tubuh klien
3. Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan sedikit tapi sering
4. Timbang BB klien tiap hari
5. Kolaborasi pemberian obat anti mual
Implementasi:

Implementasi yang dilakukan oleh penulis pada hari pertama


Selasa, 18 Februari 2020 yaitu menganjurkan pasien untuk makan
dengan teratur, memberikan obat anti mual, serta menganjurkan
keluarga untuk memberikan makanan sedikit tapi sering.

Pada hari kedua Rabu, 19 Februari 2020 penulis melakukan


pemberian obat anti mual serta mengatur tetesan infus asering 30 tpm.
Pada hari ketiga Kamis, 20 Februari 2020 penulis memberikan cairan
infus asering 30 tpm serta menganjurkan pasien dan keluarga untuk
memberikan makanan sedikit tapi sering.

Evaluasi:

S: Pasien mengatakan sudah tidak mual

O: Makanan tampak habis

A: Masalah teratasi

Indikator Awal Tujuan Akhir


1. Asupan makanan 3 5 5
2. Energi 3 5 5
3. Hidrasi 3 5 5

P: Pertahankan intervensi

c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kurang dukungan


lingkungan fisik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan tidak ada hambatan mobilitas fisik pada klien, dengan
kriteria hasil:
NOC:

Indikator Awal Tujuan Akhir


1. Keseimbangan 3 5
2. Cara berjalan 3 5
3. Pergerakan dengan mudah 3 5
Keterangan:
1: berat
2: cukup
3: sedang
4: ringan
5: tidak ada
NIC:
1. Observasi hambatan mobilitas fisik
2. Ciptakan lingkungan yang nyaman
3. Bantu pasien untuk ambulasi
4. Instruksikan pasien untuk istirahat
5. Ajarkan keluarga untuk membantu ambulasi pasien

Implementasi:

Implementasi yang dilakukan oleh penulis pada hari pertama


Selasa, 18-20 Februari 2020 yaitu menginstruksikan pasien untuk
istirahat, memposisikan pasien nyaman (semi fowler) serta
menganjurkan keluarga untuk membantu ambulasi pasien.

Evaluasi:

S: Pasien mengatakan sudah tidak lemas dan dapat melakukan


aktivitas kembali

O: Pasien tampak dapat melakukan aktivitas

A: Masalah teratasi

Indikator Awal Tujuan Akhir


1. Keseimbangan 3 5 5
2. Cara berjalan 3 5 5
3. Pergerakan dengan mudah 3 5 5

P: Pertahankan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas asuhan keperawatan dengan cara
membandingkan antara konsep dasar teori dengan kasus yang menggunakan
pendekatan proses keperawatan, perencanaan atau intervensi, pelaksanaan atau
implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal proses keperawatan yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Evania, 2013).
1. Wawancara
Pengertian wawancara menurut Evania (2013) adalah suatu pola
dalam memulai komunikasi dengan tujuan yang spesifik dan terarah dalam
area tertentu. Pada saat melakukan pengkajian atau wawancara penulis
tidak mengalami kesulitan karena pasien sadar penuh, serta keluarga
kooperatif dan saat dilakukan wawancara dan menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh penulis.
Dari hasil wawancara pada Ny.W pada pengkajian status kesehatan
pasien didapatkan data pasien mengeluh badannya lemas, tidak berenergi,
batuk dan sedikit sesak nafas serta mual dan nafsu makan menurun. Pasien
mengatakan demam selama 5 hari disertai lemas, lalu dirawat di
puskesmas Jatilawang dan dilakukan pemeriksaan laboratorium dan
dihasilkan bahwa pasien mengalami penurunan trombosit. Kemudian
dirujuk ke RSUD Banyumas dan dilakukan perawatan di ruang Teratai
pada tanggal 17 Februari 2020. Pasien juga mengatakan baru pertama kali
dirawat dirumah sakit. Sebelumnya belum pernah dirawat dengan penyakit
yang sama seperti sekarang. Pasien mengatakan ada anggota keluarga
yang mempunyai riwayat penyakit menurun hipertensi yaitu ibu dari
pasien sendiri.
Pada pengkajian pola fungsional gordon didapatkan data bahwa
pasien mengatakan kesehatan saat ini sangat penting dan harus dijaga
dengan istirahat yang cukup, makan dengan teratur karena saat ini pasien
sedang hamil. Pada pola nutrisi sebelum sakit pasien mengatakan makan
3x sehari porsi sedang dengan komposisi nasi, sayur, dan lauk serta
minum air putih 7 gelas per hari. Sedangkan selama sakit pasien
mengatakan makan 3x sehari dengan porsi 5 sendok komposisi yang
disajikan oleh rumah sakit serta minum 5 gelas per hari.
Pada pola eliminasi sebelum sakit pasien mengatakan BAB 1x
sehari dengan konsistensi padat, warna kuning, bau khas dan BAK 4-5 kali
sehari dengan konsistensi cair, warna kuning dan bau khas. Sedangkan
selama sakit pasien mengatakan BAB 1x sehari dengan konsistensi padat,
warna kuning bau khas dan BAK 4-5 kali sehari dengan konsistensi cair,
warna kuning dan bau khas. Pada pola aktivitas dan latihan pasien
mengatakan sebelum sakit aktivitas dan latihan dilakukan dengan mandiri,
sedangkan selama sakit aktivitas dan latihan pasien dibantu oleh orang
lain/keluarga.
Pada pola persepsi sensasi dan kognitif pasien mengatakan
sebelum sakit semua panca inderanya berfungsi dengan baik/normal,
sedangkan selama sakit semua berfungsi normal keculai pangka lidah yang
terasa pahit. Pada pola istirahat dan tidur pasien mengatakan sebelum sakit
tidur cukup 8 jam per hari dan jarang terbangun. Sedangkan selama sakit
pasien mengatakan tidur menjadi terganggu dan sering terbangun dimalam
hari serta tidur 6 jam per hari. Pada pola persepsi diri dan konsep diri
pasien mengatakan sebelum sakit dan selama sakit pasien menyukai dan
mensyukuri seluruh tubuhnya.
Pada pola hubungan peran pasien mengatakan sebelum sakit dan
selama sakit pasien selalu berhubungan/komunikasi dengan baik kepada
anggota keluarga. Pada pola reproduksi dan seksual pasien mengatakan
sedang hamil anak ketiga. Pada koping stress dan toleransi pasien
mengatakan sebelum sakit jika ada masalah selalu bercerita dengan suami
atau keluarganya dan selama sakit pasien mengatakan merasa sedikit
cemas dengan penyakitnya dan prosedur yang dilakukan, pasien selalu
bercerita dengan suami dan keluarganya. Pada pola keyakinan dan nilai
pasien mengatakan beragama islam dan selama sakit ibadah pasien
menjadi terganggu..
2. Observasi
Pengertian observasi menurut Nursalam (2013), adalah kegiatan
mengamati perilaku dan keadaan pasien untuk memperoleh data tentang
masalah kesehatan dan keperawatan pasien. Dari hasil observasi
didapatkan data bahwa pasien mengalami batuk ringan serta badannya
lemas.
3. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh penulis pada pasien
didapatkan data keadaan umum pasien baik dengan tanda-tanda vital TD
98/60 mmHg, N 78x/menit, RR 18x/menit, S 36,8°C. Pada pemeriksaan
kepala bentuk simetris mesochepal, tidak ada bekas luka atau benjolah,
rambut hitam, mata simetris, pupil isokhor, sklera an ikterik, dan
konjungtiva anemis serta hidung simetris tidak ada keluaran cairan. Pada
pemeriksaan telinga simetris, bersih dan tidak ada keluaran cairan. Pada
pemeriksaan mulut dan gigi bersih, simetris, mukosa bibir kering. Pada
pemeriksaan leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada
bekas luka.
Pada pemeriksaan dada dihasilkan dada simetris, jantung S1/S2
reguler dan suara paru vesikuler. Pada pemeriksaan abdomen dihasilkan
perut bersih tidak ada bekas luka, terdapat bising usus, tidak ada nyeri
tekan serta bunyi perkusi timpani. Pada pemeriksaan ekstremitas pasien
terpasang infus asering 30tpm di tangan kanan, serta tonus otot semua
ekstremitas baik. Kulit bersih, lembab warna sawo matang.
B. Diagnosa Keperawatan, Intervensi dan Evaluasi
Pada kasus nyata penulis menemukan 3 diagnosa keperawatan
diantaranya 2 diagnosa yang muncul pada kasus nyata sesuai dengan teori, 1
diagnosa yang ditemukan pada kasus nyata tetapi tidak ada dikonsep teori,
serta 5 diagnosa yang tidak muncul pada kasus nyata tetapi ada dikonsep
teori.
1. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada Ny.W yang sesuai dengan
teori
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sindrom hipoventilasi
Ketidakefektifan pola nafas dapat didefinisikan sebagai inspirasi atau
ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat. Masalah tersebut dapat
ditandai dengan dispnea, penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan
bibir dan cuping hidung serta pola nafas yang abnormal (Keliat &
Akemat, 2015). Penulis mengangkat diagnosa tersebut sebagai diagnosa
utama karena pasien mengalami sesak nafas dan batuk. Jika masalah
tersebut tidak segera diatasi maka dapat memperburuk status pernafasan
pasien tersebut.
Tujuan dilakukannya tindakan keperawatan pada pasien yaitu untuk
menormalkan kembali status pernafasan pasien dengan dilakukannya
tindakan keperawatan antara lain yaitu memonitor status pernafasan dan
oksigensai, memposisikan pasien semi fowler tujuannya yaitu untuk
meringankan sesak nafas serta memonitor tanda-tanda vital pasien
setiap hari.
Evaluasi keperawatan yang dilakukan oleh penulis selama 3x24 jam
yaitu masalah tersebut belum teratasi karena pasien masih mengalami
batuk. Maka dari itu penulis akan mendelegasikan intervensi
keperawatan kepada perawat pelaksana, karena keterbatasan waktu
yang tidak memadai bagi penulis untuk melanjutkan perawatan pada
pasien.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh berhubungan dengan
faktor biologis
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat didefinisikan sebagai
asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
dengan batasan karakteristik pasien mengalami penurunan berat badan
20%, diare, kramnyeri abdomen, kurang minat pada makan, serta
membran mukosa pusat (Keliat & Akemat, 2018). Penulis mengangkat
diagnosa tersebut karena pasien mengalami mual, lemas serta tidak
berenergi. Jika masalah tersebut tidak segera diatasi maka akan
memperburuk kondisi pasien tersebut.
Tujuan dilakukan tindakan keperawatan pada pasien yaitu untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi pasien yaitu dengan dilakukan tindakan
keperawatan antara lain menganjurkan pasien untuk makan dengan
teratur, memberikan obat anti mual, menganjurkan keluarga untuk
memberikan makanan sedikit tetapi sering, serta memonitor infusan
atau memberikan infus asering 30 tpm.
Evaluasi keperawatan yang dilakukan oleh penulis selama 3x24 jam
yaitu masalah tersebut dapat tertasi karena pasien sudah dapat memakan
makanan dengan teratur dan tidak mual. Maka dari itu penulis akan
mendelegasikan intervensi keperawatan kepada perawat pelaksana,
karena keterbatasan waktu yang tidak memadai bagi penulis untuk
melanjutkan perawatan pada pasien.
2. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada Ny.W yang tidak ada
dikonsep teori
a. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kurang dukungan
lingkungan fisik
Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik
atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah dengan
batasan karakteistik gangguan sikap berjalan, penurunan keterampilan
motorik kasar dan halus, penurunan rentang gerak serta kesulitan
membolak-balik posisi (Keliat & Akemat, 2018). Penulis mengangkat
diagnosa tersebut karena pasien mengalami kesulitan untuk beraktivitas
dengan mandiri.
Tujuan dari tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu diharapkan
pasien dapat melakukan mobilitas fisik tanpa adanya hambatan serta
bergerak/aktivitas dengan mudah. Tindakan keperawatan yang
dilakukan yaitu mengobservasi hambatan mobilitas fisik, menciptakan
lingkungan yang nyaman, membantu pasien untuk ambulasi,
menginstruksikan pasien untuk istirahat, serta menganjurkan keluarga
untuk membantu pasien ambulasi.
Evaluasi keperawatan dihasilkan pada hari Kamis, 20 Februari 2020
yaitu pasien mengatakan sudah tidak lemas dan dapat melakukan
aktivitas secara perlahan. Hal ini karena pasien merasa kondisinya
sudah membaik. Maka dari itu penulis akan mendelegasikan intervensi
keperawatan kepada perawat pelaksana, karena keterbatasan waktu
yang tidak memadai bagi penulis untuk melanjutkan perawatan pada
pasien.
3. Diagnosa keperawatan yang tidak ditemukan pada Ny.W tetapi ada
dikonsep teori
a. Hipertermi
Hipertermi dapat didefinisikan sebagai suhu inti tubuh di atas kisaran
normal diurnal karena kegagalan termoregulasi. Hipertermi dapat
ditandai dengan gelisah, hipotensi, kejang, koma, kulit kemerahan, kulit
teras hangat, letargi, takikardi, dll (Keliat & Akemat, 2015). Penulis
tidak mengangkat diagnosa tersebut karena tidak didukung dengan
adanya data subyektif dan data obyektif yang terdapat pada batasan
karakteristik hipertermi.
b. Resiko perdarahan
Resiko perdarahan dapat didefinisikan sebagai rentan mengalami
penurunan volume darah, yang dapat mengganggu kesehatan. Faktor
resiko dapat terjadi pada gangguan fungsi hati, gagguan
gastrointestinal, komplikasi pascapartum, dll (Keliat & Akemat, 2015).
Penulis tidak mengangkat diagnosa tersebut karena tidak didukung
dengan adanya data subyektif dan data obyektif yang terdapat pada
batasan karakteristik resiko perdarahan.
c. Resiko syok hipovolemik
Resiko syok hipovolemik dapat didefiniskan sebagai rentan
mengalami ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh, yang dapat
mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa, yang dapat
mengganggu kesehatan. Faktor resiko dapat terjadi pada hipovolemia
(Keliat & Akemat, 2015). Penulis tidak mengangkat diagnosa tersebut
karena tidak didukung dengan adanya data subyektif dan data obyektif
yang terdapat pada batasan karakteristik resiko syok hipovolemik.
d. Kekurangan volume cairan
Kekurangan volume cairan dapat didefinisikan sebagai penurunan
cairan intravaskuler, interstisial, dan intraseluler ini mengacu pada
dehidrasi, kehilangna cairan saja tanpa perubahan kadar natrium.
Masalah tersebut dapat ditandai dengan haus, kelemahan,kulit kering,
nadi meningkat, mukosa kering serta penurunan turgor kulit (Keliat &
Akemat, 2015). Penulis tidak mengangkat diagnosa tersebut karena
tidak didukung dengan adanya data subyektif dan data obyektif yang
terdapat pada batasan karakteristik kekurangan volume cairan.
e. Nyeri akut
Nyeri akut merupakan pengalaman sensori dan emosional tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau
potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan (International
Association for the Study of Pain). Dengan batasan karakteristik
diantaranya yaitu keluhan pasien mengenai nyeri, perilaku pasien
seperti menangis, perubahan posisi untuk menghindari nyari, sikap
melindungi area nyeri (Keliat & Akemat, 2015). Penulis tidak
mengangkat diagnosa tersebut karena tidak didukung dengan adanya
data subyektif dan data obyektif yang terdapat pada batasan
karakteristik nyeri akut.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan pengkajian pada tanggal 18 Februari 2020,
penulis memperoleh gambaran dan pengalaman nyata dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pasien pada Ny.W selama 3x24 jam di ruang teratai
RSUD Banyumas dan penulis dapat menarik kesimpulan dari asuhan
keperawatan yang dilakukan pada pasien.
Pengkajian pada pasien didapatkan data diantaranya pasien dengan
diagnosa dengue hemoragic fever yang memunculkan masalah keperawatan
diantaranya yaitu ketidakefektifan pola nafas, ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh serta hambatan mobilitas fisik. Penulis melakukan
tindakan keperawatan diantaranya yaitu memonitor status pernafasan dan
oksigenasi, memposisikan pasien semi fowler untuk meringankan sesak nafas,
menganjurkan pasien untuk makan teratur, memberikan obat anti mual, serta
menganjurkan keluarga untuk membantu mobilisasi pasien.
Evaluasi perkembangan yang didapatkan oleh penulis yaitu ada masalah
yang belum teratasi dan juga masalah yang teratasi. Setelah melakukan asuhan
keperawatan pada pasien, penulis melakukan pendelegasian intervensi
keperawatan kepada perawat pelaksana, serta pendokumentasian dalam catatan
keperawatan.

B. Saran
1. Bagi mahasiswa
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kita harus lebih komunikatif
agar data yang kita dapat lebih akurat dan maksimal.
2. Bagi institusi STIKes Serulingmas Cilacap
Sumber atau referensi yang perlu diperbanyak untuk meningkatkan
kualitas standar dalam pembelajaran perkuliahan dan juga dalam
peyusunan laporan kasus di STIKes Serulingmas Cilacap.
3. Bagi rumah sakit
Dalam memberikan asuhan keperawatan diharapkan perawat tidak
hanya terpaku pada obat, tetapi kita juga perlu mengajarkan pasien tentang
tindakan keperawatan secara mandiri. Kita sebagai perawat juga perlu
memperhatikan privasi pasien karena hal ini sangat berpengaruh pada
kenyamanan pasien. Kita juga harus memperhatikan pada saat pasien
pulang dengan memberikan pengetahuan tentang penyakitnya.
DAFTAR PUSTAKA

Dinkes jateng. 2020. Profil kesehatan Jawa Tengah 2019. Jawa tengah.
Emi, M., Armansyah, T dan Muhammad, H. 2013. Daya Larvasida Ekstrak Etil
Asetat Daun Kemuning (Murraya paniculata (L) Jack) Terhadap Larva
Nyamuk Aedes Aegepty. Jurnal Medikal Veterinaria, Vol.7, No.1, 27-29.
Evania, N. (2013). Konsep Dasar Pemeriksaan Fisik Keperawatan. Jogjakarta: D-
Medika.
Hidayat, A.A. (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Keliat & Akemat. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan:
Definisi dan Klasifkasi 2015-2017, Ed. 10. Jakarta: EGC.
Kemenkes ri. 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta
Kemenkes ri. 2017. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta
Meilani. 2010. Penyakit menular di sekitar kita. Klaten: PT Intan Sejati.

Nurjannah & Tmanggor. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC), 6th


Indonesian edition. Indonesia: Elsevier.

Nurjannah & Tmanggor. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC), 6th


Indonesian edition. Indonesia: Elsevier.

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:Pendekatan Praktis


Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue, Dengue Hemoragic Fever. Jakarta:


CV Sagung Seto.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Warsidi, E. 2009. Bahaya dan pencegahan DBD. Bekasi: Mitra Utama.

WHO. 2018. Dengue and severe dengue.


Wilkinson, Judith. M. 2011. Buku saku diagnosa keperawatan: diagnosis
NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai