Anda di halaman 1dari 79

LAPORAN AKHIR SEMINAR STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PROFESI NERS DENGAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.R


DENGAN DIAGNOSA MEDIS CA MAMAE DI RUANGAN TERATAI
RSUD UNDATA PROVINSI SULAWESI TENGAH

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK I

1. FENNYZAR WULANDARI (2022032012)


2. PUTRI AMALIA M DAHLAN (2022032039)
3. SILFANI A. MAHADALI (2022032048)
4. DODY ALFAYET LAMBOGO (2022032011)
5. SINTA (2022032049)
6. NURIYANA ABD HAKIM (2022032035)
7. HERLI (2022032015)
8. PIRDAYANTI RAHIM (2022032038)

PROGRAM STUDI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA PALU
2023

1
ii

LAPORAN AKHIR SEMINAR STASE KEPERAWATAN MEDIKAL


BEDAH PROFESI NERS DENGAN DIAGNOSA MEDIS CA MAMAE
DI RUANGAN TERATAI RSUD UNDATA PROVINSI SULAWESI
TENGAH

Telah Disahkan
Pada Tanggal Mei 2023

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ns. Ismunandar Wahyu Kindang., M.Tr.Kep Maswiyah, S.Kep.,Ns


Nik. 20220901133 Nip. 198009102003122006

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA PALU
2023
iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur, kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan akhir stase Asuhan
Keperawatan berjudul “Asuhan Keperawatan Ny. R dengan diagnosa medis Ca
Mamae di ruang Teratai RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah.”. Dalam
penyusunan laporan ini, kami tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu,
kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Harry Muliadi, M.Kes selaku Direktur RS UPT. RSUD Undata Provinsi
Sulawesi Tengah.
2. Ibu Mufliha Kamase, SE.,M.Si selaku Kepala Bidang Diklat UPT. RSUD
Undata Provinsi Sulawesi Tengah.
3. Bapak Pamawang SKM., M.Kes, selaku Kasie Diklat UPT. RSUD Undata
Provinsi Sulawesi Tengah.
4. Bapak Ns. Ismunandar Wahyu Kindang., M.Tr.Kep selaku dosen pembimbing
akademik.
5. Ibu Maswiyah, S.Kep,.Ns,. selaku pembimbing lahan praktik.
6. Bapak ibu dosen Kampus Universitas Widya Nusantara Palu.
7. Teman-teman kelompok yang sudah berjuang sampai pada tahap ini
8. Teman-teman seperjuangan Program Profesi Universtias Widya Nusantara
Palu.
9. Semua pihak yang tidak mungkin kami sebutkan satu per satu.

Kami menyadari, laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak
demi sempurnanya laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat baik bagi
kami maupun bagi pembaca.

Palu, Maret 2023

Kelompok I
iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penulisan 2
C. Tempat Dan Waktu 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
A. Tinjauan Teori 4
B. Konsep Keperawatan 18
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 26
A. Biodata Pasien 26
B. Biodata Penanggung Jawab Pasien 26
C. Anamnesa 26
D. Pola Pemeriksaan Kesehatan 28
E. Riwayat Kesehatan Ekonomi 30
F. Pemeriksaan Fisik 31
BAB IV PEMBAHASAN 62
BAB V PENUTUP 66
A. Kesimpulan 66
B. Saran 67
DAFTAR PUSTAKA 68
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel
tunggal yang tidak normal dan tidak dapat terkendali oleh tubuh, sehingga
menjadi tumor ganas yang mengakibatkan kerusakan pada sel dan jaringan
sehat di dalam tubuh. Kanker dapat terjadi dimana saja dari jaringan yang
berbeda, di dalam organ yang berbeda1. Salah satu jenis kanker yang paling
umun di dapatkan pada wanita adalah kanker payudara. Kanker ini
merupakan tumor ganas yang terbentuk dan tumbuh di jaringan payudara
yang mencakup kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, dan jaringan ikat
di payudara2.
Menurut data Global Cancer Observatory (GLOBOCAN), kanker
payudara terjadi di 185 negara dan merupakan kanker dengan insiden
tertinggi di 107 negara di dunia dengan angka kejadian kanker payudara
menyumbang 11,7% dari 19,2 juta kasus yaitu sebanyak 2.261.419 orang
disemua usia. Penyumbang terbanyak kanker payudara di dunia adalah Benua
Asia dengan angka kejadian kanker payudara 45,4% yaitu sebanyak
1.026.171 orang di semua usia. Dan 3 negara dengan kasus kanker payudara
tertinggi pada tahun 2020 adalah China, Amerika Serikat, dan India.
Indonesia sendiri berada pada urutan ke 8 kanker payudara terbanyak di
dunia, dan urutan ke 4 di Asia dengan angka kejadian kanker payudara kanker
payudara 16,6% yaitu sebanyak 65.858 orang di semua usia3.
Data Global Cancer Observatory di Indonesia menunjukkan pada tahun
2020 kanker payudara mengalami peningkatan kasus menjadi 65.858 (16,6%)
dari total 392.914 kasus baru kanker, dibandingkan dengan angka kejadian
kasus kanker payudara pada tahun 2018 sebanyak 58.256 (30,9%) dari total
188.231 kasus baru kanker4. Dan berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Tengah kasus tumor payudara pada tahun 2015 sebesar
0,04%, meningkat pada tahun 2016 menjadi sebesar 0,07%, dan mengalami
peningkatan yang signifikan pada tahun 2017 sebesar 0,28%5.
2

Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang banyak


diderita oleh perempuan baik di negara maju maupun berkembang. Kanker
payudara tergolong penyakit tidak menular dan penyebabnya masih belum
diketahui secara pasti. Penyakit ini disebabkan oleh sel-sel yang rusak pada
jaringan payudara dan perubahan karakteristik genetik. Kanker payudara
membutuhkan waktu lama untuk berkembang di dalam tubuh, dan
mempunyai banyak faktor resiko yang sangat beragam diantaranya faktor
genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik merupakan faktor yang berasal
dari riwayat keluarga yang mengidap kanker payudara, dan faktor lingkugan
seperti jenis kelamin, usia, perubahan genetik, ras, usia pertama menstruasi
<12 tahun, usia menopouse >55 tahun, tidak menikah, tidak mempunyai anak,
mengunakan kontrasepsi hormonal, berat badan berlebih, stres dan gaya
hidup yang buruk. Selain faktor di atas, terdapat juga faktor lainnya yang
dapat meningkatkan resiko terkena kanker payudara, diantaranya pola makan
yang buruk seperti makan makanan yang tinggi lemak, daging yang masih
kemerahan, daging olahan, mengonsumsi gula berlebih, dan makanan
gosong6.
Gejala awal kanker payudara seringkali tidak disadari atau dirasakan
secara jelas oleh penderita, sehingga banyak penderita yang melakukan
pengobatan sudah dalam kondisi stadium lanjut. Inilah menjadi salah satu
penyebab tingginya angka kematian akibat kanker payudara. Padahal,
kematian akibat kanker payudara pada stadium dini masih bisa dicegah. Jika
kanker payudara terdeteksi secara dini maka pasien memiliki harapan hidup
yang lebih tinggi yaitu diantara 85% hingga 95%. Namun, pada kenyataannya
70-90% penderita kanker payudara melakukan pemeriksaan di rumah sakit
setelah merasakan sakit parah yakni setelah memasuki stadium lanjut7.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diperolehnya pengetahuan pelaksanaan asuhan keperawatan pada
Ny. R dengan diagnosa medis Ca Mammae di ruang Teratai RSUD Undata
Provinsi Sulawesi Tengah.
3

2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian yaitu mengumpulkan data subyektif dan data
obyektif Ny. R dengan diagnosa medis Ca Mammae di ruang Teratai
RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah.
b. Menganalisa data yang diperoleh
c. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. R dengan diagnosa
medis Ca Mammae di ruang Teratai RSUD Undata Provinsi Sulawesi
Tengah.
d. Membuat rencana tindakan keperawatan pada Ny. R dengan diagnosa
medis Ca Mammae di ruang Teratai RSUD Undata Provinsi Sulawesi
Tengah.
e. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang
tentukan.
f. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
g. Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan pada Ny. R dengan
diagnosa medis Ca Mamae di ruang Teratai RSUD Undata Provinsi
Sulawesi Tengah.

C. Tempat Dan Waktu


1. Tempat
Asuhan keperawatan ini di lakukan di ruang Teratai RSUD Undata
Provinsi Sulawesi Tengah.
2. Waktu
Asuhan Keperawatan ini di lakukan pada tanggal 20-25 Februari 2023.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Definisi
Ca Mamae adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang
terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk
benjolan di payudara. Jika benjolan kanker tidak terkontrol, maka sel-sel
kanker bisa bermetastase pada bagian-bagian tubuh yang lain. Metastase
bisa terjadi pada kelenjar getah bening ketiak ataupun diatas tulang belikat.
Selain itu, sel-sel kanker bisa bersarang ditulang, paru, hati kulit dan
bawah kulit. Ca Mamae merupakan keganasan pada jaringan payudara
yang dapat berasal dari epitel ductus maupun lobulusnya7.
Ca Mamae biasanya terdeteksi pada saat dilakukan pemeriksaan,
sebelum gejala berkembang, atau setelah wanita memperhatikan benjolan.
Sebagian besar massa terlihat saat terjadi benjolan di payudara dimana
awalnya bersifat jinak dan terus berkembang dan menyebar sehingga tidak
terkendali. Analisi mikroskopis payudara diperlukan untuk diagnosis
definitis dan untuk mengetahui tingkat penyebaran (in situ atau invasif)
dan ciri jenis penyakitnya. Analisis mikroskopis jaringan didapat melalui
biopsi jarum atau bedah. Biopsi didasarkan pada klinis pasien individu
faktor, ketersediaan perangkat biopsi, dan sumber daya tertentu7.

2. Anatomi
Jaringan payudara di bentuk oleh gladula yang sifatnya yaitu
memproduksi air susu atau disebut juga dengan (lobulus) yaitu yang
biasanya dialirkan ke arah putting atau disebut (nipple) yaitu melalui
duktus. Struktur lainnya yaitu adalah jaringan lemak yang juga merupakan
komponen yang terbesar, dan connective tissue, dengan pembuluh darah
dan juga saluran yang beserta kelenjar limfatik. Maka Setiap dari payudara
itu akan mengandung kira-kira 15-20 lobus yang dapat tersusun sirkuler.
Pada Jaringan lemak (subcutaneous adipose tissue) yaitu yang
5

membungkus satu lobus dapat memberikan bentuk dan ukuran dari


payudara. Pada Tiap lobus itu juga terdiri dari beberapa lobules yang juga
merupakan tempat untuk produksi air susu yang berfungsi sebagai respon
dari suatu signal dan hormonal. Terdapat 3 macam jenis hormon yang bisa
mempengaruhi dari payudara yaitu yakni estrogen, progesterone, dan
prolactin., yang menyebabkan jaringan grandula payudara dan di uterus
terus mengalami banyak perubahan selama dalam menjalani siklus
menstruasi. dan Areola adalah hiperpigmentasi di sekitar nipple7.
Jaringan pada payudara juga dapat didukung oleh ligamentum
suspensorim cooper. Dan ligament ini akan terus berjalan sepanjang jalur
parengkim dan juga dari fasia bagian dalam atau (deep fasia) dan akan
melekat ke bagian dermis. Jika ligamentum ini memendek oleh karena
infiltrasi sel kanker, akan menarik dermis yang memberikan gambaran
skin dampling. Tidak ada otot dalam payudara, tapi otot terletak dibawah
payudara dan menutup iga. Aliran darah ke arah kulit payudara itu
tergantung juga pada pleksus subdermal, juga beserta yang terhubung
dengan pembuluh darah yang sangat dalam atau bisa juga disebut dengan
(deeper vessel) fingsinya yang akan mensuplai aliran darah ke parengkim
payudara8. Suplai darah berasal dari:
a. perforator dari arteri mamaria interna.
b. Arteri torakalis lateralis.
c. Arteri torakodorsalis.
d. Perforator arteri interkostalis.
e. Arteri torakoakromialis.
6

3. Etiologi
Ada beberapa penyebab dari Ca Mamae antara lain :
a. Usia
Sekitar 60% terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar
ditemukan pada wanita berusia 75 tahun9.
b. Pernah Ca Mamae
Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif
memiliki resiko tertinggi menderita Ca Mamae. Setelah payudara
yang terkena diangkat, maka resiko terjadinya karsinoma pada
payudara yang sehat meningkat sebesar 0,5-1%/tahun9.
c. Riwayat keluarga menderita kanker payudara
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita
kanker, memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk menderita Ca
Mamae9.
d. Faktor genetic dan hormonal
Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan
terjadinya kanker payudara, yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seorang
wanita memiliki salah satu dari gen tersebut, maka kemungkinan
menderita kanker payudara sangat besar9.
e. Menarche (menstruasi pertama)
Sebelum usia 12 tahun, menopause setelah usia 55 tahun,
kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil.
Semakin dini menarke, semakin besar resiko Ca Mamae. Resiko
menderita Ca Mamae adalah 2-4 kali lebih besar pada wanita yang
mengalami menarke sebelum usia 12 tahun9.
f. Pemakaian pil KB atau terapi sulih esterogen
Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya Ca mammae,
yang tergantung kepada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya.
Belum diketahui berapa lama efek pil akan tetap ada setelah
pemakaian pil dihentikan. Terapi sulih estrogen yang dijalani selama
lebih dari 5 tahun tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko Ca
mammae dan resikonya meningkat jika pemakaiannya lebih lama9.
7

g. Obesitas pasca menopause


Obesitas sebagai faktor resiko Ca mammae masih diperdebatkan.
Beberapa penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko Ca
mammae kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita
yang obes9.
h. Pemakaian alkohol
Pemakaian alkoloh lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan
resiko terjadinya Ca mammae9.
i. Bahan kimia
Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia
yang menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan
produk industry lainnya) mungkin meningkatkan resiko terjadinya Ca
Mamae9.
j. DES (dietstilbestrol)
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran
memiliki resiko tinggi menderita Ca Mamae9.
k. Penyinaran
Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada),
pada masa kanak-kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya Ca
Mamae9.
l. Faktor resiko lainnya
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker Rahim, ovarium
dan kanker usus besar serta adanya riwayat kanker dalam keluarga
bisa meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae9.

4. Patofisiologi
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara
lain obesitas, radiasi, hyperplasia, optik, riwayat keluarga dengan
mengkonsumsi zat-zat karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan
epitel payudara dan dapat menyebabkan kanker payudara. Karsinoma
mamae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi di sistem
8

duktal, mula-mula terjadi hyperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel


atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi carcinoma insitu dan menginvasi
stroma. Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel
tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-
kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari
carcinoma mamae telah bermetastasis. Carsinoma mamae bermetastasis
dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui
saluran limfe dan aliran darah10.
Ca Mamae tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ yang
dekat maupun yang jauh antara lain limfogen yang menjalar ke kelenjar
limfe aksilaris dan terjadi benjola, dari sel epidermis penting mnejadi
invasi timbul krusta pada organ pulmo mengakibatkan ekspansi paru tidak
optimal10.

5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan Ca mamae adalah :
a. Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara
b. Payudara tidak simetris/mengalami perubahan bentuk dan ukuran
karena mulai timbul pembengkakan
c. Adanya perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar
putting susu, mengkerut seperti jeruk perut dan adanya ulkus pada
payudara
d. Adanya perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan, panas
e. Ada cairan yang keluar dari puting susu
f. Ada pembengkakan di daerah lengan
g. Adanya rasa nyeri atau sakit di daerah payudara
h. Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun
sudah diobati, serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik
ke dalam
i. Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh
lain11.
9

6. Pathway

Carsinoma
Mamae

Mendesak jaringan mendesak ke mendesak pembuluh


Disekitar suatu sel saraf darah

Menekan pada mengalami interup aliran darah


terhambat
Jaringan mamae padasi sel

Mamae bengkak nyeri kronik hipoksi

Masa tumor metastasis pada necrose jaringan


Mendesak tulang

Perfusi pada aktivitas terganggu bakteri patogen


Jaringan

Ulkus gangguan mobilitas resiko infeksi


fisik

Gangguan kebersihan diri terganggu


Integritas kulit

Integumen kulit kotor

Defisit Perawatan Diri


10

7. Tingkatan Kanker Payudara


Ada beberapa tingkatan tahap perkembangan pada kanker payudara,
diantaranya sebagai berikut :
a. Tahap Stadium 0
Pada tahap stadium ini dapat disebut juga dengan Ductal
Carcinoma In-Situ atau Non Invasive Cancer. Pada beberapa kasus di
mana kanker belum menyebar pada pembuluh atau saluran payudara
dan juga kelenjar susu di payudara12.
b. Tahap Stadium I
Stadium ini kanker masih sangat kecil dan belum dapat menyebar
dan tidak signifikan penyebarannya pada pembuluh limfa12.
c. Tahap Stadium II A
Pada tahap stadium ini sudah ada benjolan kanker masih sebesar 2
cm sehingga belum bisa dideteksi dari luar. Karena belum dapat
terdeteksi maka sulit untuk mengetahui apakah seseorang menderita
kanker/tumor payudara atau tidak. Seseorang dengan stadium ini
masih bisa disembuhkan dengan kemungkinan sembuh sekitar 70%12.
d. Tahap Stadium II B
Benjolan pada stadium 2 ukurannya sudah lebih dari 2 cm sampai
5 cm. Penyebarannya sudah sampai pada kelenjar susu dan kebagian
sekitar ketiak, pada stadium ini masih mempunyai harapan
kesembuhan dengan kemungkinan sembuh adalah 30-40%12.
e. Tahap Stadium III A
Pada tahap stadium 3 A ini kanker payudara sebesar 87% telah
menyebar ke daerah limfa dan telah berukuran lebih dari 5 cm
sehingga sudah menyebar ke titik-titik pada pembuluh limfa di
ketiak12.
f. Tahap Stadium III B
11

Pada tahap stadium III B benjolan sudah lebih panjang dari


sebelumnya dan telah menyebar ke berbagai bagian di sekitar kulit
termasuk dinding dada, tulang rusuk, dan otot dada. Hal ini karena
dapat menyebabkan pembengkakan pada payudara dan juga dapat
menyebabkan luka yang sudah bernanah di sekitar payudara, sehingga
di diagnosis sebagai Imflammatory Breast Cancer atau kanker
payudara inflamasi. Tetapi Ini juga mungkin belum menyebar ke titik-
titik di pembuluh limfa ketiak dan lengan atas, dan juga belum
menyebar ke bagian tubuh lainnya12.
g. Tahap Stadium III C
Pada tahap ini, dimana benjolan sudah menyebar ke berbagai titik
pada pembuluh limfa. Kanker telah menyebar ke seluruh organ
payudara, penyebarannya lebih dari 10 titik di pembuluh limfa di
bagian bawah tulang selangka12.
h. Tahap Stadium IV
Di tahap stadium 4 kanker telah tumbuh sangat banyak sehingga
telah menyebar ke bagian organ tubuh lainnya. Oleh karena itu, tidak
ada pilihan selain melakukan operasi pengangkatan payudara. Kanker
juga sudah bermetafisis, artinya kanker sudah menyebar dari kelenjar
getah bening pada sekitar dada dan ketiak ke area lain seperti paru-
paru, tulang, hati, dan juga otak. Jika sudah memasuki stadium ini
maka kanker di payudara bisa membengkak dan juga pecah sehingga
dapat mengeluarkan bau busuk yang hebat dari payudara. Keluhan
lain yang dirasakan adalah sesak nafas karena kanker memberi
tekanan pada payudara dan juga penderita merasakan perasaan tidak
nyaman12.

8. Komplikasi
a. gangguan neurovaskuler
b. metastasis : otak, di hati, pada tulang tengkorak, di vertebra, di iga, dan
juga tulang panjang
c. terjadi fraktur patologi
12

d. akan mengalami fibrosis payudara


e. juga akan mengalami mkematian7

9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB)

Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB)


Prosedur pemeriksaan ini dengan cara menyuntikkan jarum berukuran
22–25 gauge melewati kulit atau secara percutaneous untuk
mengambil contoh cairan dari kista payudara atau mengambil
sekelompok sel dari massa yang solid pada payudara. Setelah
dilakukan FNAB, material sel yang diambil dari payudara akan
diperiksa di bawah mikroskop yang sebelumnya terlebih dahulu
dilakukan pengecatan sampel. Sebelum dilakukan pengambilan
jaringan, terlebih dulu dilakukan pembersihan pada kulit payudara
yang akan diperiksa. Apabila benjolan dapat diraba maka jarum halus
tersebut di masukan ke daerah benjolan. Apabila benjolan tidak dapat
diraba, prosedur FNAB akan dilakukan dengan panduan dari sistem
pencitraan yang lain seperti mammografi atau USG. Setelah jarum
dimasukkan ke dalam bagian payudara yang tidak normal, maka
dilakukan aspirasi melalui jarum tersebut. Pada prosedur FNAB
seringkali tidak dilakukan pembiusan lokal karena prosedur anastesi
lebih memberikan rasa sakit dibandingkan pemeriksaan FNAB itu
13

sendiri. Selain itu, lidokain yang digunakan sebagai bahan anestesi


bisa menimbulkan artefak yang dapat terlihat pada pemeriksaan
mikroskopis Hampir semua tumor dapat dilakukan biopsi aspirasi,
baik yang letaknya superfisial palpable ataupun tumor yang terletak di
dalam rongga tubuh unpalpable, dengan indikasi:
1) Membedakan tumor kistik, solid dan peradangan
2) Diagnosis prabedah kanker sebagai pengganti diagnosis potong
beku intraoperatif
3) Diagnosis pertama pada wanita muda yang kurang dari 30 tahun
dan wanita lanjut usia
4) Payudara yang telah dilakukan beberapa kali biopsi diagnostik
5) Penderita yang menolak operasi atau anestesi
6) Nodul–nodul lokal atau regional setelah operasi mastektomi
7) Kasus Ca mammae stadium lanjut yang sudah inoperabel
8) Mengambil spesimen untuk kultur dan penelitian
Prosedur FNAB memiliki beberapa keuntungan antara lain FNAB
adalah metode tercepat dan termudah dibandingkan biopsi eksisi
maupun insisi payudara. Hasil dapat diperoleh dengan cepat sehingga
pasien dapat segera mendapatkan terapi selanjutnya. Keuntungan lain
dari metode ini adalah biaya pemeriksaan lebih murah, rasa cemas dan
stress pasien lebih singkat dibandingkan metode biopsi. Kekurangan
dari metode ini hanya mengambil sangat sedikit jaringan atau sel
payudara sehingga hanya dapat menghasilkan diagnosis berdasarkan
keadaan sel. Dari kekurangan tersebut, FNAB tidak dapat menilai
luasnya invasi tumor dan terkadang subtipe kanker tidak dapat
diidentifikasi sehingga dapat terjadi negatif palsu13.
b. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik dengan menggunakan jarum
yang sangat halus maupun dengan jarum yang cukup besar untuk
mengambil jaringan. Kemudian jaringan yang diperoleh menggunakan
metode insisi maupun eksisi dilakukan pewarnaan dengan Hematoxylin
dan Eosin. Metode biopsi eksisi maupun insisi ini merupakan
14

pengambilan jaringan yang dicurigai patologis disertai pengambilan


sebagian jaringan normal sebagai pembandingnya. Tingkat keakuratan
diagnosis metode ini hampir 100% karena pengambilan sampel jaringan
cukup banyak dan kemungkinan kesalahan diagnosis sangat kecil.
Tetapi metode ini memiliki kekurangan seperti harus melibatkan tenaga
ahli anastesi, mahal, membutuhkan waktu pemulihan yang lebih lama
karena harus di insisi, menimbulkan bekas berupa jaringan parut yang
nantinya akan mengganggu gambaran mammografi, serta dapat terjadi
komplikasi berupa perdarahan dan infeksi10.
c. Mammografi dan ultrasonografi
Berperan dalam membantu diagnosis lesi payudara yang padat
palpable maupun impalpable serta bermanfaat untuk membedakan
tumor solid, kistik dan ganas. Teknik ini merupakan dasar untuk
program skrinning sebagai alat bantu dokter untuk mengetahui lokasi
lesi dan sebagai penuntun FNAB. Menurut Muhartono (2018), FNAB
yang dipandu usg untuk mendiagnosis tumor payudara memiliki
sensitivitas tinggi yaitu 92% dan spesifisitas 96%. Pemeriksaan ini
mempergunakan linear scanner dengan transduser berfrekuensi 5 MHz.
Secara sistematis, scanning dimulai dari kuadran medial atas dan bawah
dilanjutkan ke kuadran lateral atas dan bawah dengan film polaroid
pada potongan kraniokaudal dan mediolateral oblik. Nilai ketepatan
USG untuk lesi kistik adalah 90–95%, sedangkan untuk lesi solid
seperti FAM adalah 75–85%. Untuk mengetahui tumor ganas nilai
ketepatan diagnostik USG hanya 62–78% sehingga masih diperlukan
pemeriksaan lainnya untuk menentukan keganasan pada payudara10.
d. MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CT-SCAN
Walaupun dalam beberapa hal MRI lebih baik daripada
mamografi, namun secara umum tidak digunakan sebagai pemeriksaan
skrining karena biayanya mahal dan memerlukan waktu pemeriksaan
yang lam. Akan tetapi MRI dapat dipertimbangkan pada wanita muda
dengan payudara yang padat atau pada payudara dengan implant,
15

dipertimbangkan pasien dengan resiko tinggi untuk menderita Ca


Mamae10.
e. USG payudara
USG payudara dapat memberi gambaran jelas mengenai kondisi
jaringan kelenjar susu , tepi, ada tidaknya benjolan, ukuran, bentuk,
sifat tumor, dan lainnya. Ketepatan USG dalam mendiagnosa sekitar
80-85%10.

f. Pemeriksaan Immunohistokimia
Pemeriksaan Imunohistokimia (IHK) adalah metode pemeriksaan
menggunakan antibody sebagai probe untuk mendeteksi antigen dalam
potongan jaringan (tissue sections) ataupun bentuk preparasi sel
lainnya. IHK merupakan standar dalam menentukan subtipe kanker
payudara. Pemeriksaan IHK pada karsinoma payudara berperan dalam
membantu menentukan prediksi respons terapi sistemik dan prognosis10.

10. Penatalaksanaan
Terapi yang dapat diberikan kepada penderita kanker payudara secara
medis diantaranya :
a. Pembedahan
Pembedahan pada sebagian besar pasien, terapi bedah bertujuan untuk
mengangkat tumor, (meminimalkan resiko rekurensi lokal)11.
b. Mastektomi Radikal
Mastektomi radikal atau disebut (lumpektomi), yaitu operasi
mengangkat sebagian dari keseluruhan kulit payudara. mengikuti
Operasi ini harus selalu diikuti dengan pemberian-pemberian terapi.
Biasanya lumpektomi direkoendasikan pada orang yang tumornua
besar tidak lebih dari 2 cm dan pada letaknya selalu di pinggir
payudara11.
c. Mastektomi Total
16

Mastektomi total atau disebut (masetomi), yaitu sebuah operasi yang


dilakukan pengangkatan seluruh isi dari payudara saya, tatapi bukan
untuk mengangkat kelenjar yang ada di ketiak11.
d. Modified Mastekromi Radikal
Dengan cara metode Modified Mastekromi Radikal, yaitu sebuah
operasi yang dilakukan untuk pengangkatan seluruh dari isi payudara,
dan juga jaringan di payudara dan di atas tulang dada, seluruh selangka
san tulang iga, dan juga beserta benjolan yang di sekitar ketiak11.
e. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan tarapi sistematik yang selalu digunakan apabila
adanya penyebaran sistemik dan sebagian terapi ajuvan, yang
kemoterapi ajuvan ini diberikan kepada pasien pemeriksaan
histopatolik pasca bedah mastektomi ditemukan suatu metastasis di
suatu atau di beberapa kelenjar11.
f. Radioterapi
Radioterapi yang berfungsi untuk penderiita kanker payudara dan
biasanya juga digunakan sebagai alat terapi yng kuratif dengan cara
mempertahankan mamae dan bisa juga sebagai alat terapi tambahan
atau terapi paliatif11.
g. Terapi Hormonal
Terapi hormonal Yaitu sebuah Pertumbuhan pada kanker payudara
yang sangat bergantung kepada suatu suplai hormone estrogen, dan
juga oleh karena itu terapi ini adalah tindakan berfungsi untuk
mengurangi dalam pembentukan hormone yang dapat menghambat
laju dari perkembangan semua sel kanker itu, akan tetapi terapi
hormonal itu biasanya disebut juga dengan sebuah terapi anti estrogen
karna terapi ini system kerjanya terapi ini sangat menghambat atau
juga dapat menghentikan kemampuan dari hormone estrogen yang
sudah ada di dalam menstimulus perkembangan kanker payudara11.
h. Terapi target
Pemberian terapi anti target hanya diberikan di rumah sakit tipe A/B.
Pemberian anti-Her2 hanya pada kasus-kasus dengan pemeriksaan
17

IHK yang Her2 positif. Pilihan utama anti-Her2 adalah herceptin, lebih
diutamakan pada kasus-kasus yang stadium dini dan yang mempunyai
prognosis baik (selama satu tahun: tiap 3 minggu). Penggunaan anti
VEGF atau m-tor inhibitor belum direkomendasikan11.

11. Pencegahan
Tujuan utama pencegahan kanker payudara adalah untuk mengurangi
kejadian kanker payudara, agar mampu dapat menurunkan angka kematian
yang disebabkan akibat kanker payudara. Cara yang efisien untuk
mencegah penyakit tidak menular dan kanker payudara adalah dengan
meningkatkan kesehatan dan mendeteksi kanker payudara sedini mungkin.
Adapun upaya pencegahan yang dilakukan antara lain :
a) Pencegahan Primer
Pencegahan primer kanker payudara adalah bentuk promosi
kesehatan yang diterapkan untuk individu yang sehat dengan
melakukan upaya menghindari terpaparan berbagai macam faktor
risiko dan dapat mempertahankan gaya hidup sehat14.
b) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder diberikan kepada mereka yang berisiko
terkena kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan melalui
deteksi secara dini dengan berbagai metode yang dilakukan seperti
mamografi atau SADARI (pemeriksaan payudara sendiri)14.
c) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah pencegahan yang dapat lebih mengarah
pada individu yang sudah positif mengidap kanker payudara.
Perawatan kanker payudara yang tepat sesuai stadiumnya bisa
dipercaya mampu mengurangi kecacatan penderita dan juga dapat
memperpanjang kelangsungan harapan hidup penderita. Pencegahan
tersier sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup
penderitanya, menghindari komplikasi penyakit, dan dapat
melanjutkan pengobatan.
18

1) Obat penghambat hormon estrogen digunakan dalam pengobatan


pasien kanker, salah satunya tamoxifen digunakan untuk mereka
yang memiliki riwayat kanker payudara di dalam anggota
keluarganya. Namun, ini kontroversial karena menyangkut
masalah dalam etika pemberian obat-obatan kepada seseorang.
2) Wanita yang menyusui dianggap dapat mencegah kanker
payudara.
3) Diet yang baik, seimbang, rendah lemak dan gula seharusnya
dilakukan sedini mungkin dari masa pertumbuhan kanak-kanak.
4) Beberapa ahli percaya bahwa di dalam makanan maupun oba
yang mengandung vitamin A, terutama beta-karoten di percaya
bisa mencegah kanker14.

ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORI

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama, umur (usia lebih dari 50 tahun beresiko terkena Ca
mamae), jenis kelamin (jenis kelamin perempuan sangat beresiko terkena
Ca mammae dibandingkan dengan laki-laki), agama, pendidikan, alamat,
No. RM, pekerjaan, status perkawinan (wanita yang belum menikah
memiliki resiko untuk terkena Ca Mamae) tanggal MRS, tanggal
pengkajian, dan sumber informasi.
2. Riwayat Kesehatan
a. Diagnosa Medik : Ca Mamae
b. Keluhan Utama : Terasa nyeri dan adanya benjolan pada payudara
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
1) Biasanya klien timbul benjolan pada payudara dan benjolan ini
makin lama makin mengeras
2) Terasa nyeri pada payudara jika benjolan semakin membesar
3) Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk
d. Riwayat Kesehatan Terdahulu :
19

1) Penyakit yang pernah dialami


Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya
seperti penyakit payudara jinak, hyperplasisa tipikal, dan pernah
mengalami sakit bagian dada sehingga mendapatkan terapi
penyinaran
2) Alergi (obat, makanan, plester,dll) : Tidak ada
3) Imunisasi : Imunisasi lengkap
4) Kebiasaan/pola hidup/life style : Kebiasaan makan tinggi lemak
5) Obat-obat yang digunakan : Biasanya klien mempunyai riwayat
pemakaian kontrasepsi oral.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker,
memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk menderita Ca mammae.
Adanya keluarga yang mengalami ca adanya keluarga yang
mengalami ca mammae berpengaruh pada kemungkinan klien
mengalami ca mammae atau pun keluarga klien pernah mengidap
penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium dan kanker serviks
f. Genogram :
Ibunya menderita ca mamae, maka resiko besar untuk anak
perempuannya menderita ca mamae
3. Pengkajian Keperawatan
a. Persepsi Kesehatan & Pemeliharaan Kesehatan
Biasanya klien menganggap benjolan di payudara adalah hal yang
biasa dan tidak perlu untuk dibawa ke dokter
b. Pola Nutrisi/metabolic
Biasanya klien mengalami gangguan dalam pemenuhan nutrisi
karena klien susah makan dan akibatnya klien tidak dapat memenuhi
kebutuhan nutrisinya. Adanya penurunan berat badan
c. Pola Eliminasi
BAB dan BAK klien lebih sedikit dari biasanya karena klien sulit
makan
d. Pola Aktivitas & Latihan (saat sebelum sakit dan saat di RS)
20

Adanya gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari karena


adanya rasa nyeri pada payudara
e. Pola Tidur & Istirahat
Biasanya klien mengalami gangguan tidur dikarenakan nyeri pada
payudara yang ia rasakan
f. Pola Kognitif & Perceptual
Biasanya klien mengalami pusing pasca bedah sehingga ada
komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik.
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Organ payudara merupakan alat vital bagi manusia. Kelainan atau
kehilangan bahkan adanya gangguan mengakibatkan klien tidak
percaya diri, malu dan kehilangan haknya sebagai wanita.

h. Pola Seksual & Reproduksi


Biasanya ada sedikit gangguan dalam kebutuhan reproduksinya dan
biasanya kurang puas
i. Pola Peran & Hubungan
Ada gangguan dalam hubungan dengan keluarga maupun orang lain.
Gangguan peran pun ada karena klien tidak dapat melakukan
perannya seperti biasa
j. Pola Manajemen Koping & Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan dan ada
keputusasaan
k. Sistem Nilai & Keyakinan
Aktivitas spiritual pasien mengalami penurunan khusunya dalam
melaksanakan ibadah akibat dari nyeri dan ketidakmampuan
melakukan aktivitas.
4. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian Pemeriksaan persistem :
a. Pemeriksaan Sistem pernafasan
Pemeriksaan sistem pernafasan mulai dari inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi. Kaji pola pernafasan pasien, adanya kesulitan bernapas,
21

penggunaan otot bantu pernafasan, batuk produktif/non produktif, sesak


napas, sakit dada, adanya suara nafas tambahan dan bunyi nafas.
b. Pemeriksaan Sistem Kardiovaskular
Pemeriksaan sistem kardiovaskular mulai dari inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi. Kaji adanya keluhan nyeri dada, ictus cordis, pulpasi dinding
dada, sirkulasi perifer, irama jantung, denyut jantung, batas-batas jantung
dan suara bunyi jantung.
c. Pemeriksaan Sistem Neurologi
Pemeriksaan Sistem saraf, meliputi GCS, Rangsangan meningeal, Refleks
fisiologis, Refleks patologis, adanya gerakan involunter.
d. Pemeriksaan Sistem Integumen
Pemeriksaan integumen meliputi pemeriksaan kulit, rambut dan kuku.
Perlu dikaji distribusi rambut: adanya lesi; warna kulit: adanya kelainan
kulit berupa Peu d’ orange (Nampak seperti kulit jeruk), dumpling, ulserasi
atau tanda-tanda radang, adanya ikterik, sianosis, kemerahan, pucat; akral:
hangat, panas, dingin kering, dingin; turgor; adanya oedem dan lokasinya.
Kaji warna kuku: pink, sianosis.
e. Pemeriksaan Sistem Pencernaan
Pemeriksaan sistem pencernaan perlu dikaji adanya penurunan berat
badan, kelainan kongenital, perdarahan gusi, abses, pembengkakan KGB,
adanya keletihan/kelemahan, pemeriksaan abdomen, nyeri tekan pada
abdomen, peristaltik usus dan adanya diet khusus.
f. Pemeriksaan Sistem Urogenitalia
Pada pemeriksaan sistem ini perlu dikaji yaitu adanya penggunaan alat
bantu/ kateter, kandung kencing, nyeri tekan pada bagian kandung kemih,
dan adanya gangguan.
g. Sistem Muskuloskeletal
Kemampuan pergerakan sendi, deformitas, adanya fraktur, kekakuan,
nyeri sendi/otot, dan kekuatan otot.
h. Sistem Endokrin
Perlu dikaji adanya hiperglikemia, hipoglikemia, adanya luka gangrene.
5. Pemeriksaan penunjang
22

a. Biopsi payudara (jarum atau eksisi)


Biopsy ini memberikan diagnosa definitife terhadap massa dan berguna
untuk klasifikasi histologi pentahapan, dan selaksi terapi yang tepat.
b. Foto thoraks
Foto thorak dilakukan untuk mengkaji adanya metastase.
c. CT scan dan MRI
CT scan dan MRI teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara,
khususnya massa yang lebih besar, atau tumor kecil, payudara mengeras
yang sulit diperiksa dengan mammografi
d. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi dapat membantu dalam membedakan antara massa padat
dan kista dan pada wanita yang jaringan payudaranya keras; hasil
komplemen dari
e. Mammografi
Mammografi Mammografi memperlihatkan struktur internal payudara,
dapat untuk mendeteksi kanker yang tak teraba atau tumor yang terjadi
pada tahap awal.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis (luka kanker)
2. Resiko pendarahan berhubungan dengan proses keganasan
3. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan Berhubungan Dengan Perubahan
Sirkulasi
1. Perencanaan Keperawatan

DIAGNOSIS KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN


KEPERAWATAN
Nyeri akut berhubungan Kontrol nyeri (L.08063) : Manajemen Nyeri (1.08238) :
dengan agen cedera Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama lebih Observasi :
fisiologis (D.0077) dari 3x24 jam klien diharapkan dapat mengatasi nyeri 1) Indentifikasi lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, kualitas
akut dengan kriteria hasil : intensitas nyeri
1) Dapat mengenali kapan nyeri terjadi
2) Indentifikasi skala nyeri
2) Klien dapat menggunakan tindakan pengurangan
3) Indentifikasi skala nyeri non verbal
nyeri tanpa analgesic
3) Klien melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri Terapeutik :
pada professional kesehatan 4) Berikan tekhnik non farmakologis untuk mengurangi rasa
4) Klien mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri
nyeri
5) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
5) Klien melaporkan nyeri yang terkontrol
Edukasi :

6) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri

7) Jelaskan strategi meredakan nyeri


24

Kolaborasi :

8) Kolaborasi pemberian obat analgetik, jika perlu


Resiko pendarahan Tingkat Pendarahan (L.02017) : Pencegahan Pendarahan (1.02067) :
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama lebih Observasi :
proses keganasan dari 3x24 jam klien diharapkan dapat mengatasi
1) Monitor tanda dan gejala pendarahan
(D.0012) resiko pendarahan dengan kriteria hasil :
2) Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan setelah
1) Kelembapan kulit Meningkat
kehilangan darah
2) Hemoglobin Membaik
Terapeutik :
3) Hematokrit Membaik
4) Tekanan darah membaik 3) Pertahankan bed rest selama pendarahan
Edukasi :
4) Jelaskan tanda dan gejala pendarahan
5) Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
6) Anjurkan segera melapor jika terjadi pendarahan
Kolaborasi :
7) Kolaborasi pemberian obat pengontrol pendarahan, jika
perlu
Gangguan Integritas Integritas kulit dan jaringan (L.14125) : Perawatan Luka ( 1.14564) :
25

Kulit/Jaringan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama lebih


Berhubungan Dengan dari 3x24 jam klien diharapkan dapat mengatasi Observasi :
Perubahan Sirkulasi gangguan integritas kulit dengan kriteria hasil :
1. Identifikasi karakteristik luka (mis. Drainase, warna,
(D.0129) 1) Diharapkan perfusi jaringan meningkat
ukuran, dan bau)
2) Kerusakan jaringan kulit menurun
2. Monitor tanda-tanda infeksi
3) Kerusakan lapisan kulit menurun
Terapeutik :
4) Pendarahan tidak terjadi
5) Tekstur kulit membaik 3. Bersihkan dengan cairan Nacl atau pembersih nontoksik,
sesuai kebutuhan
4. Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
5. Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai
kondisi pasien
Edukasi :
6. Anjurkan mengonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
7. Ajarkan perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi :
8. Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Tanggal pengkajian : 22 Februari 2023


Jam pengkajian : 16.00
Ruang / kelas : Teratai/Kelas III
Nomor Register : 01-06-29-39
Tanggal masuk : 18 Februari 2023

A. BIODATA PASIEN
1. Nama : Ny. R
2. Umur : 57 Tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Alamat : Jln. Dewi Sartika
5. Status : Ibu Rumah Tangga
6. Keluarga terdekat : Anak (Ny. I)
7. Diagnose medis : Ca Mamae
B. BIODATA PENANGGUNG JAWAB PASIEN
1. Nama : Ny. I
2. Umur : 30 Tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Alamat : Jln. Dewi Sartika
5. Status : Anak Kandung
C. ANAMNESA
1. Keluhan Utama
a. Keluhan Utama ( Alasan MRS ) : Pendarahan pada payudara
sebelah
kiri
b. Keluhan utama Saat pengkajian : Klien mengatakan nyeri bagian
Payudara sebelah kiri
c. Keluhan Penyerta : kadang batuk
27

2. Riwayat penyakit sekarang


Pasien masuk Rumah Sakit Undata Palu pada tanggal 18 Februari
2023 pasien masuk melalui ruangan UGD, dan pada tanggal yang sama
pasien dipindahkan ke ruangan teratai dengan keluhan pendarahan pada
payudara sebelah kiri, pendarahan yang dialami secara terus menerus. Saat
pengkajian pasien mengatakan nyeri pada bagian payudara sebelah kiri
akibat luka kanker, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan hilang
timbul, klien mengatakan telah dilakukan tindakan operasi pada bagian
payudara kiri sekitar 2 tahun yang lalu, adanya pendarahan pada payudara
kiri, adanya bengkak pada payudara sebelah kiri, klien mengatakan luka
kanker sudah mengeluarkan bau. keadaan umum klien tampak lemah,
klien tampak terbaring, klien tampak meringis, klien tampak gelisah,
frekuensi nadi meningkat, adanya luka kanker pada payudara kiri, adanya
nyeri tekan pada payudara kiri, adanya pendarahan dan bengkak disekitar
payudara kiri.
Pengkajian nyeri :
P: Nyeri dirasakan akibat luka kanker
Q: Pasien mengatakan nyeri dirasakan seperti di tusuk-tusuk
R: Nyeri pada bagian payudara sebelah kiri
S: Skala Nyeri 6 (sedang)
T: Nyeri dirasakan hilang timbul
3. Riwayat penyakit yang lalu
pasien mengatakan tidak pernah mempunyai riwayat penyakit sebelumnya.
4. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan sebelumnya ada keluarga (ibu kandung pasien) yang
mengalami penyakit yang sama dengan pasien yaitu menderita Ca mamae
seperti klien dan sudah lama meninggal.
28

D. GENOGRAM

Keterangan :
: Laki-Laki : Garis Perkawinan

: Perempuan : Garis Keturunan

: Pasien (Ny. R) ----- : Tinggal Serumah

: Meninggal

E. POLA PEMENUHAN KESEHATAN


1. Pola Pemenuhan Nutrisi
No Pemenuhan Di Rumah Di Rumah Sakit
Makan/Minum
1 Jumlah/Waktu Pagi : 1 kali Pagi : 1 kali (porsi dihabiskan)
Siang : 1 kali Siang : 1 kali (porsi dihabiskan)
Malam : 1 kali Malam : 1 kali (porsi
dihabiskan)
2 Jenis Nasi : Nasi Putih Nasi : Nasi Putih
29

Lauk : Ikan Lauk : Ikan


Sayur : Beragam Sayur : Beragam
Minum : Air Minum : Air Putih
Putih
3 Pantangan Tidak ada Tidak ada
4 Kesulitan Tidak ada Tidak ada
Makan/Minum
5 Usaha Tidak ada Tidak ada
mengatasi
masalah

2. Pola Eliminasi
No Pemenuhan Di Rumah Di Rumah Sakit
Eliminasi
BAB
1 Jumlah / Waktu Pagi : 1 Kali Pagi : 1 Kali
Siang : Tidak ada Siang : Tidak ada
Malam : Tidak ada Malam : Tidak ada
2 Warna Kuning Kuning

3 Bau Khas feses Khas feses


4 Konsistensi Padat Padat
5 Masalah Tidak ada Tidak ada
Eliminasi
6 Cara Mengatasi Tidak ada Tidak ada
Masalah
BAK
7 Jumlah / Waktu Pagi : 2 kali Pagi : 1 kali ganti pampers
Siang : 2 kali penuh
Malam:2 kali Siang : 1 kali ganti pampers
(tidak penuh)
Malam : 1 kali ganti pampers
30

penuh
8 Warna Kuning Kuning
9 Bau Amoniak Amoniak
10 Konsistensi Cair Cair
11 Masalah Tidak ada Tidak ada
Eliminasi
12 Cara Mengatasi Tidak ada Tidak ada
Masalah

3. Pola Istirahat Tidur


No Pemenuhan Istirahat Di Rumah Di Rumah Sakit
Tidur
1 Jumlah / Waktu Pagi : - Pagi : -
Siang : 12.00-15.00 Siang : 13.00-14.30
Malam : 22.00-06.00 Malam : 22.00-05.00
2 Gangguan Tidur Tidak ada Gelisah pada saat
tidur karena nyeri
yang dirasakan
3 Upaya Mengatasi Tidak ada Dengan posisi semi
Gangguan tidur fowler
4 Hal Yang Memper- Ketika merasa lelah Selesai makan
mudah Tidur dan kecapean
5 Hal Yang Memper- Cahaya pagi Bising
mudah bangun

4. Pola kebersihan diri/ Personal Hygine


No Pemenuhan Personal Di Rumah Di Rumah Sakit
Hygiene
1 Frekuensi Mencuci Seminggu sekali Tidak cuci rambut
Rambut
2 Frekuensi Mandi 1 kali sehari Hanya dilap tisu
basah
31

3 Frekuensi Gosok Gigi 3 kali sehari 1 kali sehari


4 Keadaan Kuku Bersih Bersih

5. Pola Kebiasaan
No Pola Kebiasaan Di Rumah Di Rumah Sakit
1. Merokok : Ya / Tidak Tidak Tidak
1) Frekuensi Tidak ada Tidak ada
2) Jumlah Tidak ada Tidak ada
3) Lama Pemakaian Tidak ada Tidak ada
2. Minuman keras / NAPZA:
Ya / Tidak Tidak Tidak
1) Frekuensi Tidak ada Tidak ada
2) Jumlah Tidak ada Tidak ada
F. Riwayat Sosial Ekonomi
1. Latar Belakang Social, Budaya Dan Spiritual Klien
a. Kegiatan kemasyarakatan : tidak ada
b. Konflik social yang dialami klien : klien mengatakan tidak ada konflik
dengan keluarga, tetangga, ataupun lingkungan sekitar.
c. Ketaatan klien dalam menjalankan agamanya : pada saat dirumah
maupun di rumah sakit klien selalu beribadah, berzikir dan berdoa.
d. Teman dekat yang senantiasa siap membantu : Keluarga
2. Ekonomi
a. Pasien menggunakan BPJS kesehatan
b. Biaya sehari-hari di rumah sakit di tanggung oleh anak pasien
c. Pasien hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga
G. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan TTV
TD : 130/90 MmHg Nadi : 108x/Menit
RR : 22x/Menit Suhu : 36,9
2. Keadaan Umum
Keadaan umum klien tampak lemah
32

3. PEMERIKSAAN SISTEM PERNAFASAN


Inspeksi
 Bentuk thorax : Normal chest
 Keluhan : Tidak Ada
 Batuk : Produktif
 Retraksi Otot bantu pernapasan : Tidak ada
 Pola Napas : Dispnea (Pola pernafasan teratur)
 Pernapasan cuping hidung : Tidak ada
 Alat bantu napas : Tidak ada
Palpasi
 Palpasi dada adanya nyeri tekan : Ada nyeri tekan
 Pemeriksaan taktil fremitus kiri dan kanan : Teraba sama
Perkusi
 Area paru : Bunyi nafas area paru sonor
Auskultasi
 Irama napas : Irama nafas teratur
 Suara napas : Vestikuler
4. PEMERIKSAAN SISTEM KARDIOVASKULER
Inspeksi
 Keluhan Nyeri dada : Adanya nyeri dada
 Ictus Cordis : Tidak teraba
Palpasi
 Pulsasi pada dinding dada teraba : Teraba kuat
 Nadi : Teraba kuat
 Sirkulasi Peripher
a) Nadi 108x/ menit
b) Irama : Teratur
c) Denyut : Kuat
Perkusi
 Batas-batas normal jantung
Batas atas : ICS II
33

Batas bawah : ICS V


Batas Kiri : ICS V Mid Clavikula Sinistra
Batas kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra
Auskultasi
 Irama jantung : Reguler
 Suara jantung : Normal (BJ1/BJ II tunggal)
5. PEMERIKSASAN SISTEM NEUROLOGI
Menguji tingkat kesadaran dengan GCS (Glasgow Coma Scale)
 Menilai respon membuka mata (E) : 4
 Menilai respon Verbal (V) : 5
 Menilai respon motorik (M) : 6
Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan nilai GCS :
Compos Mentis (15)
Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak
 Penigkatan suhu tubuh : Tidak ada
 Nyeri kepala : Tidak ada
 Kaku kuduk : Tidak ada
 Kejang : Tidak ada
Memeriksa nervus cranialis
 Nervus I , Olfaktorius (pembau ) : Pasien bisa menebak aroma
 Nervus II, Opticus (Penglihatan) : Penglihatan jelas
 Nervus III, Ocumulatorius : Pasien mampu mengangkat kelopak mata
 Nervus IV, Throclearis : Pasien mampu melebarkan mata dan dapat
mengerakkan mata keatas dan kebawah
 Nervus V, Thrigeminus : Pasien mampu merasakan ransangan pada
sekitar wajah
 Nervus VI, Abdusen : Pasien mampu melihat kearah samping dan
memiringkan kepala
 Nervus VII, Facialis : Pasien mampu senyum dan mengangkat alis
 Nervus VIII, Auditorius : Pasien mampu mendengar dengan baik
34

 Nervus IX, Glosopharingeal : Pasien mampu menerapkan asam dan


manis
 Nervus X Vagus: pasien mampu mengerakan leher
 Nervus XI Acessorius : pasien mampu mengangkat dan menahan
tekanan pada bahu
 Nervus XII Hypoglasus : pasien mampu mengulurkan lidahnya
6. PEMERIKSAAN SISTEM INTEGUMEN
a. Kulit
Inspeksi :
 Adakah lesi : Ada
 Jaringan parut : Ada
 Warna Kulit : Sawo matang
 Kelainan- kelainan pada kulit : terdapat luka kanker pada payudara
kiri pasien
 Keterangan : pada bagian kulit terdapat luka kanker pada payudara
kiri pasien, adanya pendarahan pada bagian luka kanker.
b. Pemeriksaan Rambut
Inspeksi

 Penyebaran : Merata
 `Bau : Ya
 Rontok : Ya
 warna : Hitam tampak sebagian sudah beruban
 Kebersihan : Bersih (terakhir cuci rambut pada saat masuk RS)
Palpasi
 Tekstur Rambut : Kasar
 Rapuh : Ya
c. Pemeriksaan Kuku
Inspeksi
 Warna kuku keping-pingan, bentuk oval, kebersihan bersih
Palpasi
 Tekstur kuku : Kasar
35

 Adanya penebalan kuku


 Crt <2 detik
7. PEMERIKSAAN SISTEM PENCERNAAN
 BB: Sebelum : 70 Kg IMT : 22,3
Sesudah : 68 Kg Interprestasi: Berat Badan Ideal
 TB: 153 cm
IMT Interpretasi
18,4 – 24,9 Berat badan kurang
18,5 – 29,9 Berat badan ideal
25 – 29,9 Berat badan lebih
30 – 39,9 Gemuk
40 ke-atas Sangat Gemuk

Inspeksi
 Kelainan konginetal :
Labioseisis : Tidak ada
Palatoseisis : Tidak ada
Labiopalatoseisis : Tidak ada
 Lesi : Tidak terdapat lesi
 Bibir Pecah : Bibir pasien nampak pecah-pecah
 Caries : Gigi pasien rapi dan tidak ada caries
 Gigi Palsu : Tidak ada menggunakan gigi palsu
 Gingivitis : Tidak ada peradangan gusi
 Pendarahan : tidak ada
 Abses : tidak ada
 Uvula : Simetris
 Benda asing : Tidak ada
 Tenggorokan : Dapat menelan dengan baik
 Abdomen : Datar
- Bentuk Abdomen : Datar
36

- Massa : Tidak
- Kesimetrisan : Simetris
- Keterangan : Abdomen pasien datar dan bentuk
abdomen
datar dan tidak terdapat massa pada
abdomen serta simetris kiri dan kanan

Palpasi
 Nyeri tekan : Tidak
 Peristaltik : 8x/menit
 BAB :1 kali setiap pagi hari
 Konsistensi : Lunak
 Diet : Tidak ada
 Diet Khusus : Tidak ada
 Nafsu makan : Nafsu makan baik yaitu 3 kali dalam sehari
 Porsi : Porsi makan dihabiskan
8. PEMERIKSAAN SISTEM UROGENITALIA
Inspeksi
 Kebersihan genetalia : Bersih
 Apakah ada flour albus : Tidak ada
 Apakah ada lesi : Tidak terdapat lesi pada genitalia pasien
 Kebersihan meatus uretra : Meatus uretra pada pasien nampak bersih
 Keluhan berkemih : Tidak ada
 Kemampuan berkemih : Pasien mampu berkemih spontan
 Jika menggunakan kateter: Tidak ada
9. RIWAYAT PSIKOLOGIS
a. Status Nyeri :
1) Menurut Skala Intensitas Numerik
● ● ● ● ● ● ● ● ● ●
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
37

2) Menurut Agency for Health Care Policy and Research


No Intensitas Nyeri Diskripsi
1 □ Tidak Nyeri Pasien mengatakan tidak merasa nyeri
2 □ Nyeri ringan Pasien mengatakan sedikit nyeri atau ringan.
Pasien nampak gelisah
3 □ Nyeri sedang Pasien mengatakan nyeri masih bisa ditahan atau
sedang
Ekspresi wajah pasien meringis
Pasien nampak gelisah
Pasien mampu sedikit berparsitipasi dalam perawatan
4 □ Nyeri berat Pasien mangatakan nyeri tidak dapat ditahan atau
berat.
Pasien sangat gelisah
Fungsi mobilitas dan perilaku pasien berubah
5 □ Nyeri sangat Pasien mengatan nyeri tidak tertahankan atau sangat
berat berat
Perubahan ADL yang mencolok
( Ketergantungan ), putus asa.

b. Status Emosi
 Bagaimana ekspresi hati dan perasaan klien : Klien tampak sudah
ikhlas dengan penyakit yang dideritanya
 Tingkah laku yang menonjol : pasien selalu ceria dan dapat diajak
berkomunikasi dengan baik
 Suasana yang membahagiakan klien : Klien mengatakan bahagia karna
anak-anak yang selalu bersedia merawat dan mendampingi klien
 Stressing yang membuat perasaan klien tidak nyaman: Klien
mengatakn stres karna tidak nyaman dengan nyeri yang dirasakan
c. Gaya Komunikasi
 Apakah klien tampak hati-hati dalam berbicara : Ya
 Apakah pola komunikasinya : berkomunikasi baik
 Apakah klien menolak untuk diajak komunikasi : Tidak
38

 Apakah komunikasi klien jelas : Ya


 Apakah klien menggunakan bahasa isyarat : Tidak
d. Pola Interaksi
 Kepada siapa klien berespon : Kepada orang yang dikenalnya saja baik
orang tua, sanak saudara, perawat serta teman-temannya dan
lingkungan sekitar.
 Siapa orang yang dekat dan dipercaya klien : orang-orang terdekat
dengan pasien
 Bagaimanakah klien dalam berinteraksi : Aktif
 Apakah tipe kepribadian klien : Terbuka
e. Pola Pertahanan
Bagaimana mekanisme koping klien dalam mengatasi masalahnya : pasien
sudah dapat menerima dengan baik apa yang diderita pasien.
f. Dampak di Rawat di Rumah Sakit
Apakah ada perubahan secara fisik dan psikologis selama klien di rawat di
RS: pasien mengatakan tidak ad perubahan apapun dalam diri pasien baik
di rumah maupun rumah sakit.
g. Pemeriksaan Status Mental Dan Spiritual
1) Kondisi emosi / perasaan klien
 Apa suasana hati yang menonjol pada klien : Ceria
 Apakah emosinya sesuai dengan ekspresi wajahnya : ya
2) Kebutuhan Spiritual Klien :
 Kebutuhan untuk beribadah : tidak terpenuhi
 Masalah- masalah dalam pemenuhan kebutuhan spiritual :
Pasien hanya bisa baring ditempat tidur
 Upaya untuk mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan spiritual
Upaya untuk mengatasi masalah spiritual pasien nampak selalu
berdoa, berzikir di tempat tidur
3) Tingkat Kecemasan Klien :
Komponen Yang Cemas Cemas Cemas Panik
No dikaji Ringan Sedang Berat
1 Orintasi terhadap □ Baik □Menurun □ Salah □ Tdk ada
39

reaksi
Orang, tempat,
waktu
2 Lapang persepsi □ Baik □Menurun □Menyempit □ Kacau
3 Kemampuan □ Mampu □ Mampu □Tidak □Tdk ada
menyelesaikan dengan mampu tanggapan
masalah bantuan
4 Proses Berfikir □ Mampu □ Kurang □Tidak □Alur fikiran
berkonsent mampu mampu kacau
rasi dan mengingat mengingat
mengingat dan dan
dengan berkonsen berkonsent
baik trasi rasi
5 Motivasi □ Baik □ Menurun □ Kurang □ Putus asa

H. Terapi yang di berikan


1. Cairan Infus Nacl 0,9% 20 Tpm
2. Injeksi asam tranexsamat 500 mg/8 jam/IV
3. Injeksi Ranitidine 50 mg/8 jam/IV
4. Injeksi Omeprazole 40 mg/12 jam/IV
5. Injeksi Cefriaxone 1 amp/12 jam/IV
6. Injeksi Cetorolac 30 mg/8 jam/IV
7. Metronidazole 500 mg/12 jam/drips IV
40

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. PEMERIKSAAN HASIL LABORATORIUM

Nama Test Hasil Satuan Nilai Rujukan


Hematology
Darah Lengkap
Hemoglobin (HGB) 7,0 g/dl 12-16
Leukosit (WBC) 9,2 Ribu/µL 4.0-11.0
Eritrosit (RBC) 2,52 Juta/µL 4.1-5.1
Hematokrit (HCT 21,7 % 36-47
Trombosit (PLT) 203 Ribu/µL 150-450
MCV 86,1 fL 81-99
MCH 27,8 Pg 27-31
MCHC 32,3 g/dl 31-37
RDW-CV 17,4 % 11,5-14,5
MPV 6,2 fL 6,5-9,5
Hitung Jenis Lekosit
Basophil 0,3 % 0-1
Eosinophil 2,7 % 1-3
Neutrofil 71,2 % 50-70
Limfosit 15,8 % 20-40
Monosit 10,0 % 2-8
NLR 4,51 CutoOff <3.13
41

ALC 1454 Juta/µL >1500

PENGUMPULAN DATA

1. klien mengatakan nyeri pada bagian payudara sebelah kiri akibat luka kanker
2. klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk
3. klien mengatakan nyeri dirasakan hilang timbul
P : Nyeri dirasakan akibat luka kanker
Q : Pasien mengatakan nyeri dirasakan seperti di tusuk-tusuk
R : Nyeri pada bagian payudara sebelah kiri
S : Skala Nyeri 6 (sedang)
T : Nyeri dirasakan hilang timbul
4. klien mengatakan telah dilakukan tindakan operasi pada bagian payudara kiri
sekitar 2 tahun yang lalu
5. klien mengatakan adanya pendarahan pada payudara sebelah kiri
6. klien mengatakan adanya bengkak pada payudara sebelah kiri
7. klien mengatakan luka kanker sudah mengeluarkan bau
8. keadaan umum klien tampak lemah
9. klien tampak terbaring
10. ekspresi wajah klien tampak meringis
11. klien tampak gelisah
12. frekuensi nadi meningkat
13. nampak adanya luka kanker pada payudara kiri
14. nampak adanya nyeri tekan pada payudara kiri
15. nampak adanya pendarahan disekitar luka kanker
42

16. nampak adanya bengkak disekitar luka kanker


17. Mukosa bibir kering
18. TTV :
TD: 130/90 mmHg N: 108 x/menit
S: 36,9 ℃ BB sebelum : 70 Kg
R: 22 x/menit BB sesudah : 68 Kg
43

KLASIFIKASI DATA

NO DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

1. klien mengatakan nyeri pada bagian 1. keadaan umum klien tampak


payudara sebelah kiri akibat luka lemah
kanker 2. klien tampak terbaring
2. klien mengatakan nyeri seperti 3. ekspresi wajah klien tampak
ditusuk-tusuk meringis
3. klien mengatakan nyeri dirasakan 4. klien tampak gelisah
hilang timbul 5. frekuensi nadi meningkat
P : Nyeri dirasakan akibat luka 6. nampak adanya luka kanker pada
kanker Q : Pasien mengatakan nyeri payudara kiri
dirasakan seperti di tusuk-tusuk 7. nampak adanya nyeri tekan pada
R:Nyeri pada bagian payudara payudara kiri
sebelah kiri 8. nampak adanya pendarahan
S : Skala Nyeri 6 (sedang) disekitar luka kanker
T : Nyeri dirasakan hilang timbul 9. nampak adanya bengkak disekitar
4. klien mengatakan telah dilakukan luka kanker
tindakan operasi pada bagian 10. Mukosa bibir kering
payudara kiri sekitar 2 tahun yang 11. TTV :
lalu TD: 130/90 mmHg
5. klien mengatakan adanya pendarahan N: 108 x/menit
pada payudara sebelah kiri S: 36,9 ℃
6. klien mengatakan adanya bengkak R: 22 x/menit
pada payudara sebelah kiri BB sebelum masuk RS : 70 Kg
7. klien mengatakan luka kanker sudah BB sesudah masuk RS : 68 Kg
mengeluarkan bau
44

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS : Carsinoma Mamae Nyeri akut
-klien mengatakan nyeri pada
bagian payudara sebelah Mendesak ke suatu
kiri akibat luka kanker sel saraf
-klien mengatakan nyeri seperti
ditusuk-tusuk mengalami interup
-klien mengatakan nyeri padasi sel
dirasakan hilang timbul
P : Nyeri dirasakan akibat Nyeri Akut
luka kanker
Q : Pasien mengatakan
nyeri dirasakan seperti di
tusuk-tusuk
R:Nyeri pada bagian
payudara sebelah kiri
S : Skala Nyeri 6 (sedang)
T : Nyeri dirasakan hilang
timbul
DO:
- ekspresi wajah klien
tampak meringis
- Klien tampak gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- nampak adanya nyeri tekan
pada payudara kiri
- TTV
TD: 130/90 mmHg
N: 108 x/menit
S: 36,9℃ R: 22x/mnt
45

2. DS : Carsinoma Mamae Resiko


- klien mengatakan telah Pendarahan
Mendesak pembuluh
dilakukan tindakan operasi
darah
pada bagian payudara kiri
sekitar 2 tahun yang lalu Hipoksi

- klien mengatakan adanya Necrose jaringan


pendarahan pada payudara
sebelah kiri Bakteri patogen
- klien mengatakan adanya
bengkak pada payudara Resiko Pendarahan
sebelah kiri

DO :
- Keadaan umum klien
tampak lemah
- Klien tampak gelisah
- nampak adanya luka
kanker pada payudara kiri
- nampak adanya nyeri tekan
pada payudara kiri
- nampak adanya
pendarahan disekitar luka
kanker
- nampak adanya bengkak
disekitar luka kanker
- TTV :
TD: 130/90 mmHg
N: 108 x/menit
S: 36,9℃
R: 22x/mnt
46

3 DS : Carsinoma Mamae Gangguan


- klien mengatakan adanya Integritas
Mendesak jaringan
luka bekas post op pada Kulit/Jaringan
disekitar
payudara kiri
- klien mengatakan luka Terhambat jaringan

bekas post op sudah mamae

mengeluarkan bau Mamae bengkak

DO :
Masa tumor
- Keadaan umum klien mendesak
tampak lemah
- Klien tampak gelisah
Perfusi Pada
- nampak adanya luka Jaringan
kanker pada payudara kiri
- nampak adanya
Gangguan integritas
pendarahan disekitar luka
kulit
kanker
- TTV :
TD: 130/90 mmHg
N: 108 x/menit
S: 36,9℃
R: 22x/mnt

Diagnosa Keperawatan Prioritas


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis (luka kanker)
2. Resiko pendarahan berhubungan dengan proses keganasan
3. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan Berhubungan Dengan Perubahan Sirkulasi
47

INTERVENSI KEPERAWATAN

N DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


O
1 Nyeri akut berhubungan dengan agen Kontrol nyeri (L.08063) : Manajemen nyeri (1.08238) : 1. Untuk mengetahui lokasi,
cedera fisiologis (Luka Kanker). (D.0077) Setelah dilakukan tindakan Observasi : karakter, durasi frekuensi
Ditandai dengan : keparawatan selama 3x24 1. Indentifikasi lokasi, karakteristik, kualitas, intensitas nyeri.
durasi frekuensi, kualitas intensitas
DS : jam diharapkan nyeri akut nyeri 2. Agar mengetahui skala
- klien mengatakan nyeri pada bagian dapat menurun dengan 2. Indentifikasi skala nyeri nyeri pada pasien
payudara sebelah kiri akibat luka kanker dengan kriteria hasil: 3. Indentifikasi skala nyeri non verbal 3. Untuk mengetahui respon
- klien mengatakan nyeri seperti ditusuk- 1. Keluhan nyeri menurun Terapeutik : nyeri dari verbal pasien
tusuk 2. Meringis menurun 4. Berikan tekhnik non farmakologis 4. Untuk mengetahui
- klien mengatakan nyeri dirasakan hilang 3. Gelisah membaik untuk mengurangi rasa nyeri lingkungan yang dapat
timbul 4. Tekanan darah dalam Edukasi : memperberat pasien
P : Nyeri dirasakan akibat luka kanker batas normal 120/80 5. Jelaskan strategi meredakan nyeri 5. Agara pasien dapat
Q : Pasien mengatakan nyeri dirasakan mmHg Kolaborasi : meringankan skala nyeri
seperti di tusuk-tusuk 6. Kolaborasi pemberian obat yang dirasakan
analgetik, jika perlu
R : Nyeri pada bagian payudara sebelah 6. Untuk menghilangkan rasa
kiri nyeri pada pasien
48

S : Skala Nyeri sedang


T : Nyeri dirasakan hilang timbul
DO:
- ekspresi wajah klien tampak meringis
- Klien tampak gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- nampak adanya nyeri tekan pada
payudara kiri
- Skala nyeri 6
- TTV
TD: 130/90 mmHg
N: 108 x/menit
S: 36,9℃ R: 22x/mnt

2 Resiko pendarahan berhubungan dengan Tingkat Pendarahan Pencegahan Pendarahan (1.02067) : 1. Untuk mengetahui tanda
proses keganasan (D.0012) (L.02017) : dan gejala dari pendarahan
Observasi :
Ditandai dengan : Setelah dilakukan tindakan 2. Untuk mengetahui nilai dari
1. Monitor tanda dan gejala
DS : keperawatan selama lebih hemaglobin pada saat
pendarahan
- klien mengatakan telah dilakukan dari 3x24 jam klien pendarahan terjadi
49

tindakan operasi pada bagian payudara diharapkan dapat mengatasi 2. Monitor nilai hematokrit / 3. Dengan bed rest total
kiri sekitar 2 tahun yang lalu resiko pendarahan dengan hemoglobin sebelum dan setelah diharapkan pasien tidak
- klien mengatakan adanya pendarahan kriteria hasil : kehilangan darah mengalami pendarahan
pada payudara sebelah kiri 1. Kelembapan kulit 4. Agar dapat menambah
Terapeutik :
- klien mengatakan adanya bengkak pada Meningkat pengetahuan pasien tentang
3. Pertahankan bed rest selama
payudara sebelah kiri 2. Hemoglobin Membaik tanda dan gejala pendarahan
pendarahan
DO : 3. Hematokrit Membaik 5. Agar asupan nutrisi pasien
Edukasi :
- Keadaan umum klien tampak lemah 4. Tekanan darah membaik terpenuhi
- Klien tampak gelisah 4. Jelaskan tanda dan gejala 6. Agar dapat mencegah
- nampak adanya nyeri tekan pada pendarahan terjadinya pendarahan
payudara kiri 5. Anjurkan meningkatkan asupan
- nampak adanya pendarahan disekitar makanan dan vitamin K
luka kanker Kolaborasi :
- nampak adanya bengkak disekitar luka 6. Kolaborasi pemberian obat
kanker pengontrol pendarahan, jika perlu
- TTV :
TD: 130/90 mmHg S: 36,9℃
N: 108 x/menit R: 22x/mnt
3 Gangguan Integritas Kulit/Jaringan Integritas Kulit dan Perawatan Luka (1.14564) : 1. Untuk mengetahui kondisi
50

Berhubungan Dengan Perubahan Jaringan (L.14125) : luka


Sirkulasi (D.0129) Setelah dilakukan tindakan 2. Untuk mengetahui adanya
Observasi :
Ditandai dengan : keperawatan selama 3x24 tanda-tanda infeksi
1. Identifikasi karakteristik luka
DS : jam diharapkan gangguan 3. Agar dapat merangsang
(mis. Drainase, warna, ukuran, dan
- klien mengatakan adanya luka kanker integritas kulit/jaringan penyembuhan luka lebih
bau)
pada payudara sebelah kiri dapat teratasi dengan kriteria cepat
2. Monitor tanda-tanda infeksi
- klien mengatakan luka kanker sudah hasil: 4. Agar luka dapat terhindar
mengeluarkan bau 1. Kerusakan jaringan Terapeutik : dari bakteri yang
DO : membaik 3. Bersihkan dengan cairan Nacl atau menyebkan infeksi
- Keadaan umum klien tampak lemah 2. Kerusakan lapisan kulit pembersih nontoksik, sesuai 5. Agar klien dapat melakukan
- Klien tampak gelisah membaik kebutuhan perawatan luka secara
- nampak adanya luka kanker pada 3. Nyeri menurun 4. Pertahankan teknik steril saat mandiri
payudara sebelah kiri 4. Tidak ada pendarahan melakukan perawatan luka 6. Agar dapat mecegah
- nampak adanya pendarahan disekitar 5. Tidak ada kemerahan Edukasi : penyebaran luka
luka kanker
5. Ajarkan perawatan luka secara
- TTV :
mandiri
TD: 130/90 mmHg S: 36,9℃
Kolaborasi :
N: 108 x/menit R: 22x/mnt
6. Kolaborasi pemberian antibiotik,
51

jika perlu
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO DX HARI/TANGGAL IMPLEMENTASI HASIL TINDAKAN


1 Kamis 1. Mengindentifikasi lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, 1. Pasien mengatakan lokasi nyeri berada di payudara
23-02-2023 kualitas intensitas nyeri bagian kiri, nyeri ditusuk-tusuk, durasi 20-30 menit,
2. Mengidentifikasi skala nyeri frekuensi nyeri hilang timbul.
3. mengidentifikasi skala nyeri non verbal 2. skala nyeri 6
4. Memberikan tekhnik non farmakologis untuk mengurangi 3. -Ekspresi wajah pasien meringis
rasa nyeri dengan cara latihan teknik nafas dalam -Pasien tampak gelisah
5. Menjelaskan strategi meredakan nyeri dengan cara 4. pasien dapat melakukan teknik nafas dalam untuk
melakukan kompres hangat mengurangi rasa nyeri dengan cara tarik nafas lalu
6. mengkolaborasikan pemberian obat analgetik dihembuskan.
5. Pasien nampak melakukan kompres hangat pada area
nyeri yang dirasakan
6. Telah dilayani pemberian injeksi
- ketorolac 30 mg/8 jam/IV
- Ranitidine 50 mg/8 jam/IV
52

NO DX HARI/TANGGAL EVALUASI TTD


1 Kamis S:- Pasien mengatakan lokasi nyeri berada di payudara bagian kiri
02-02-2023 - Pasien mengatakan nyeri ditusuk-tusuk, durasi 20-30 menit, frekuensi nyeri hilang timbul.
- Pasien mengatakan nyeri sedang
O: -Ekspresi wajah pasien masih tampak meringis
- Pasien tampak gelisah
- Skala nyeri 6.
- Hasil TTV :
TD: 140/90 mmhg R: 22 x/menit
N: 109x/menit S: 37,7 C
A: Masalah nyeri akut belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi frekuensi,kualitas,intensitas nyeri.
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
5. Kolaborasi pemberian analgetik
53

NO DX HARI/TANGGAL IMPLEMENTASI HASIL TINDAKAN


1 Jum’at 1. Mengindentifikasi lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, 1. – pasien mengatakan masih merasakan nyeri
24-02-2023 kualitas intensitas nyeri -Pasien mengatakan lokasi nyeri berada di payudara
2. Mengidentifikasi skala nyeri bagian kiri, nyeri ditusuk-tusuk, durasi nyeri berkurang
3. mengidentifikasi skala nyeri non verbal 10-15 menit, frekuensi nyeri hilang timbul.
4. Memberikan tekhnik non farmakologis untuk mengurangi 2. skala nyeri berkurang 5
rasa nyeri dengan cara latihan teknik nafas dalam 3. -Ekspresi wajah pasien masih meringis
5. mengkolaborasikan pemberian obat analgetik -Pasien tampak gelisah
4. pasien dapat melakukan teknik nafas dalam untuk
mengurangi rasa nyeri dengan cara tarik nafas lalu
dihembuskan.
5. Telah dilayani pemberian injeksi
- ketorolac 30 mg/8 jam/IV
- Ranitidine 50 mg/8 jam/IV
54

NO DX HARI/TANGGAL EVALUASI TTD


1 Jum’at S: -Pasien mengatakan masih merasakan nyeri
03-02-2023 -Pasien mengatakan lokasi nyeri berada di payudara bagian kiri, nyeri ditusuk-tusuk, durasi
nyeri berkurang 10-15 menit, frekuensi nyeri hilang timbul.
O: -Ekspresi wajah pasien masih meringis
-Pasien tampak
-Skala nyeri berkurang 5
- Hasil TTV
TD: 130/80 mmhg N: 110x/menit
S: 36,9 C R: 20 x/menit
A: masalah nyeri akut belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
1. Identifikasi lokasi, karakteristik,durasi frekuensi,kualitas,intensitas nyeri.
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Kolaborasi pemberian analgetik
55

NO DX HARI/TANGGAL IMPLEMENTASI HASIL TINDAKAN


1 Sabtu 1. Mengindentifikasi lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, 1. – pasien mengatakan masih merasakan nyeri
25-02-2023 kualitas intensitas nyeri -Pasien mengatakan lokasi nyeri berada di payudara
2. Mengidentifikasi skala nyeri bagian kiri, nyeri ditusuk-tusuk, durasi nyeri berkurang
3. mengidentifikasi skala nyeri non verbal 5-10 menit, frekuensi nyeri hilang timbul.
4. mengkolaborasikan pemberian obat analgetik 2. skala nyeri berkurang 4
3. -Ekspresi wajah pasien tampak sudah tidak meringis
-Pasien masih tampak gelisah
4. Telah dilayani pemberian injeksi
- ketorolac 30 mg/8 jam/IV
- Ranitidine 50 mg/8 jam/IV
56

NO DX HARI/TANGGAL EVALUASI TTD


1 Sabtu S: – pasien mengatakan masih merasakan nyeri
04-02-2023 -Pasien mengatakan lokasi nyeri berada di payudara bagian kiri, nyeri ditusuk-tusuk, durasi
nyeri berkurang 5-10 menit, frekuensi nyeri hilang timbul.
5. skala nyeri berkurang 4
O: -Ekspresi wajah pasien tampak sudah tidak meringis
-Pasien masih tampak gelisah
- Skala nyeri berkurang 4
-Hasil TTV :
TD: 120/80 mmhg N: 100x/menit
S: 36,5 C R: 20 x/menit
A: masalah nyeri akut belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Kolaborasi pemberian analgetik
57

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO DX HARI/TANGGAL IMPLEMENTASI HASIL TINDAKAN
2 Kamis 1. Memonitoring tanda dan gejala pendarahan 1. -Pasien mengatakan adanya pendarahan pada
23-02-2023 2. Memonitoring nilai hematokrit / hemoglobin sebelum payudara kiri bagian luka kanker
dan setelah kehilangan darah 2. Telah dilakukan tranfusi darah sebanyak 1 kantong
3. Mempertahankan bed rest selama pendarahan untuk mengatasi kekurangan hemoglobin
4. Menjelaskan tanda dan gejala pendarahan 3. Pasien dalam keadaan tirah baring selama di rawat
5. Menganjurkan meningkatkan asupan makanan dan untuk mencegah pendarahan
vitamin K 4. Pasien maupun keluarga dapat mengerti penjelasan
6. Mengkolaborasikan pemberian obat pengontrol mahasiswa dan mampu menjelaskan kembali tentang
pendarahan tanda dan gejala dari pendarahan.
5. pasien nampak selalu memakan nasi, sayur-sayuran
dan buah-buahan
6. Telah dilayani pemberian injeksi :
- Injeksi asam tranexsamat 500 mg/8 jam/IV

NO DX HARI/TANGGAL EVALUASI TTD


58

2 Kamis, S : -Pasien mengatakan masih adanya pendarahan pada payudara kiri


23-02-2033 -Pasien mengatakan adanya bengkak pada sekitar payudara kiri luka kanker
O :-Tampak adanya pendarahan pada payudara kiri
-Tampak adanya bengkak pada payudara kiri
-Tampak adanya nyeri tekan pada sekitar payudara kiri
-tampak dilakukan pembersihan luka pada payudara kiri
-Nampak telah dilakukan transfusi darah sebanyak 1 kantong
-Hasil TTV :
TD: 140/90 mmhg R: 22 x/menit
N: 109x/menit S: 37,7 C
A : Masalah resiko pendarahan belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Monitor tanda dan gejala pendarahan
2. Monitor nilai hematokrit / hemoglobin sebelum dan setelah kehilangan darah
3. Pertahankan bed rest selama pendarahan
4. Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
5. Kolaborasi pemberian obat pengontrol pendarahan
NO DX HARI/TANGGAL IMPLEMENTASI HASIL TINDAKAN
59

2 Jumat 1. Memonitoring tanda dan gejala pendarahan 1. -Pasien mengatakan pendarahan pada payudara kiri
24-02-2023 2. Memonitoring nilai hematokrit / hemoglobin sebelum sudah berkurang
dan setelah kehilangan darah -Pasien mengatakan pendarahan terjadi hanya pada
3. Mempertahankan bed rest selama pendarahan saat pasien banyak melakukan pergerakan
4. Menganjurkan meningkatkan asupan makanan dan 2. Telah dilakukan tranfusi darah pada hari kedua
vitamin K implementasi sebanyak 2 kantong untuk mengatasi
5. Mengkolaborasikan pemberian obat pengontrol kekurangan hemoglobin
pendarahan 3. Pasien dalam keadaan tirah baring selama di rawat
untuk mencegah pendarahan
4. pasien nampak selalu memakan nasi, sayur-sayuran
dan buah-buahan
5. Telah dilayani pemberian injeksi :
- Injeksi asam tranexsamat 500 mg/8 jam/IV

NO DX HARI/TANGGAL EVALUASI TTD


60

2 Jumat, S : -Pasien mengatakan masih ada pendarahan pada payudara kiri tetapi darah yang keluar sudah
24-02-2033 berkurang
-Pasien mengatakan pendarahan terjadi hanya pada saat pasien banyak melakukan pergerakan
O : -Tampak masih ada pendarahan pada payudara kiri
-Tampak adanya nyeri tekan pada sekitar payudara kiri
-tampak dilakukan pembersihan luka pada payudara kiri
-Nampak telah dilakukan transfusi darah sebanyak 2 kantong
-Hasil TTV :
TD: 130/80 mmhg N: 110x/menit
S: 36,9 C R: 20 x/menit
A : Masalah resiko pendarahan belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Monitor tanda dan gejala pendarahan
2. Monitor nilai hematokrit / hemoglobin sebelum dan setelah kehilangan darah
3. Pertahankan bed rest selama pendarahan
4. Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
5. Kolaborasi pemberian obat pengontrol pendarahan
NO DX HARI/TANGGAL IMPLEMENTASI HASIL TINDAKAN
61

2 Sabtu 1. Memonitoring tanda dan gejala pendarahan 1. -Pasien mengatakan pendarahan pada payudara kiri
25-02-2023 2. Memonitoring nilai hematokrit / hemoglobin sudah berkurang
sebelum dan setelah kehilangan darah 2. Telah dilakukan tranfusi darah pada hari ketiga
3. Mempertahankan bed rest selama pendarahan implementasi sebanyak 1 kantong untuk mengatasi
4. Menganjurkan meningkatkan asupan makanan dan kekurangan hemoglobin
vitamin K -Hasil nilai hemoglobin : 8,9 g/dl
5. Mengkolaborasikan pemberian obat pengontrol 3. Pasien dalam keadaan tirah baring selama di rawat
pendarahan untuk mencegah pendarahan
4. pasien nampak selalu memakan nasi, sayur-sayuran
dan buah-buahan
5. Telah dilayani pemberian injeksi :
- Injeksi asam tranexsamat 500 mg/8 jam/IV

NO DX HARI/TANGGAL EVALUASI TTD


62

2 Sabtu, S : -Pasien mengatakan masih ada pendarahan pada payudara kiri tetapi darah yang keluar sudah
25-02-2033 berkurang
O : -Tampak masih ada pendarahan pada payudara kiri
-Tampak adanya nyeri tekan pada sekitar payudara kiri
-tampak dilakukan pembersihan luka pada payudara kiri
-Nampak telah dilakukan transfusi darah sebanyak 1 kantong
-Hasil nilai hemoglobin : 8,9 g/dl
-Hasil TTV :
TD: 120/80 mmhg N: 100x/menit
S: 36,5 C R: 20 x/menit
A : Masalah resiko pendarahan belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Monitor tanda dan gejala pendarahan
2. Monitor nilai hematokrit / hemoglobin sebelum dan setelah kehilangan darah
3. Pertahankan bed rest selama pendarahan
4. Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
5. Kolaborasi pemberian obat pengontrol pendarahan

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
63

NO DX HARI/TANGGAL IMPLEMENTASI HASIL TINDAKAN


3 Kamis 1. Mengidentifikasi karakteristik luka (mis. Drainase, 1. -Pasien mengatakan luka kanker sudah mengeluarkan
23-02-2023 warna, ukuran, dan bau) bau
2. Memonitoring tanda-tanda infeksi - pasien mengatakan luka kanker terasa gatal
3. Membersihkan dengan cairan Nacl atau pembersih -nampak ukuran luka sudah membesar
nontoksik, sesuai kebutuhan -nampak adanya bau khas yang tercium
4. Mempertahankan teknik steril saat melakukan 2. Tampak adanya nyeri tekan, adanya bengkak dan
perawatan luka pendarahan pada payudara kiri
5. Mengajarkan perawatan luka secara mandiri 3. Telah dilakukan pembersihan luka pada area luka
6. Mengkolaborasikan pemberian antibiotik kanker dengan menggunakan nacl 0,9%
4. Pada saat membersihkan luka perawat maupun
mahasiswa selalu mempertahankn teknik kesterilan
dalam melakukan tindakan
5. Pasien maupun keluarga dapat mengerti cara yang
diajarkan mahasiswa.
6. Terapi yang diberikan :
-Metronidazole 500 mg/12 jam/drips IV

NO DX HARI/TANGGAL EVALUASI TTD


64

2 Kamis, S : -Pasien mengatakan luka kanker masih mengeluarkan bau


23-02-2033 -pasien mengatakan luka kanker terasa gatal
O : -nampak ukuran luka sudah membesar
-nampak adanya bau khas yang tercium
-Tampak adanya pendarahan pada payudara kiri
-Tampak adanya nyeri tekan pada sekitar payudara kiri
-tampak dilakukan pembersihan luka pada payudara kiri
-Hasil TTV :
TD: 140/90 mmhg R: 22 x/menit
N: 109x/menit S: 37,7 C
A : Masalah gangguan integritas kulit belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Identifikasi karakteristik luka (mis. Drainase, warna, ukuran, dan bau)
2. Bersihkan dengan cairan Nacl atau pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan
3. Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
4. Ajarkan perawatan luka secara mandiri
5. Kolaborasikan pemberian antibiotik, jika perlu

NO DX HARI/TANGGAL IMPLEMENTASI HASIL TINDAKAN


65

3 Jumat 1. Mengidentifikasi karakteristik luka (mis. Drainase, 1. -Pasien mengatakan luka kanker sudah mengeluarkan
24-02-2023 warna, ukuran, dan bau) bau
2. Membersihkan dengan cairan Nacl atau pembersih - pasien mengatakan luka kanker masih terasa gatal
nontoksik, sesuai kebutuhan -nampak adanya bau khas yang tercium
3. Mempertahankan teknik steril saat melakukan 2. Telah dilakukan pembersihan luka pada bagian luka
perawatan luka kanker dengan menggunakan nacl 0,9%
4. Mengajarkan perawatan luka secara mandiri 3. Pada saat membersihkan luka perawat maupun
5. Mengkolaborasikan pemberian antibiotik mahasiswa selalu mempertahankn teknik kesterilan
dalam melakukan tindakan
4. Pasien maupun keluarga dapat mengerti cara yang
diajarkan mahasiswa.
5. Terapi yang diberikan :
-Metronidazole 500 mg/12 jam/drips IV

NO DX HARI/TANGGAL EVALUASI TTD


3 Jumat, S : -Pasien mengatakan luka kanker masih mengeluarkan bau
66

24-02-2033 -pasien mengatakan luka kanker masih terasa gatal


O : -nampak ukuran luka sudah membesar
-nampak adanya bau khas yang tercium
-Tampak adanya pendarahan pada payudara kiri
-Tampak adanya nyeri tekan pada sekitar payudara kiri
-tampak dilakukan pembersihan luka pada payudara kiri
-Hasil TTV :
TD: 130/80 mmhg N: 110x/menit
S: 36,9 C R: 20 x/menit
A : Masalah gangguan integritas kulit belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Identifikasi karakteristik luka (mis. Drainase, warna, ukuran, dan bau)
2. Bersihkan dengan cairan Nacl atau pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan
3. Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
4. Kolaborasikan pemberian antibiotik, jika perlu

NO DX HARI/TANGGAL IMPLEMENTASI HASIL TINDAKAN


67

3 Sabtu 1. Mengidentifikasi karakteristik luka (mis. Drainase, 1. -Pasien mengatakan luka kanker masih mengeluarkan
25-02-2023 warna, ukuran, dan bau) bau
2. Membersihkan dengan cairan Nacl atau pembersih - pasien mengatakan gatal pada area luka kanker
nontoksik, sesuai kebutuhan sedikit berkurang
3. Mempertahankan teknik steril saat melakukan -nampak adanya bau khas yang tercium
perawatan luka 2. Telah dilakukan pembersihan luka pada bagian luka
4. Mengkolaborasikan pemberian antibiotik kanker dengan menggunakan nacl 0,9%
3. Pada saat membersihkan luka perawat maupun
mahasiswa selalu mempertahankn teknik kesterilan
dalam melakukan tindakan
4. Terapi yang diberikan :
-Metronidazole 500 mg/12 jam/drips IV

NO DX HARI/TANGGAL EVALUASI TTD


3 Sabtu, S : -Pasien mengatakan luka kanker masih mengeluarkan bau
68

25-02-2033 - pasien mengatakan gatal pada area luka kanker sedikit berkurang
O : - nampak adanya bau khas yang tercium
-Tampak adanya pendarahan pada payudara kiri
-Tampak adanya nyeri tekan pada sekitar payudara kiri
-tampak dilakukan pembersihan luka pada payudara kiri
-Hasil TTV :
TD: 120/80 mmhg N: 100x/menit
S: 36,5 C R: 20 x/menit
A : Masalah gangguan integritas kulit belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Identifikasi karakteristik luka (mis. Drainase, warna, ukuran, dan bau)
2. Bersihkan dengan cairan Nacl atau pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan
3. Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
4. Kolaborasikan pemberian antibiotik, jika perlu
BAB IV
PEMBAHASAN

Ca mammae atau carcinoma mammae yaitu sebuah keganasan yang sudah


berasal dari sebuah sel kelenjar, saluran kelenjar dan pada jaringan dengan
penunjang payudara. Ca mammae adalah sejenis tumor ganas yang sudah tumbuh
di dalam jaringan sel di payudara. Kanker ini bisa mulai tumbuh yaitu di dalam
kelenjar payudara seseorang, saluran payudara, di jaringan lemek maupun ada di
jaringan ikat pada sebuah payudara. Ca mammae adalah yaitu suatu penyakit dari
pertumbuhan sel, akibat dari adanya onkogen yang dapat juga menyebabkan
sebuah sel normal akan menjadi sebuah sel kanker di dalam jaringan payudara
seseorang.
Selama kelompok melakukan asuhan keperawatan pada klien Ny. R
dengan diagnosa medis Ca Mamae di ruang Teratai RSUD Undata Provinsi
Sulawesi Tengah pada tanggal 22-25 Februari 2023. Beberapa hal yang perlu
dibahas dan diperhatikan dalam penerapan kasus keperawatan tersebut, kelompok
telah berusaha mencoba menerapkan dan mengaplikasikan proses Asuhan
Keperawatan pada klien dengan diagnose medis Ca Mamae sesuai dengan teori-
teori yang ada. Untuk melihat lebih jelas asuhan keperawatan yang diberikan dan
sejauh mana keberhasilan yang dicapai akan diuraikan sesuai dengan prosedur
keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan
evaluasi.
Klien mengatakan masuk RSUD Undata Palu di ruang Teratai pada
tanggal 18 Februari 2023 dengan keluhan pendarahan pada payudara sebelah kiri.
Saat pengkajian pasien mengatakan nyeri pada bagian payudara sebelah kiri
akibat luka kanker, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan hilang timbul,
klien mengatakan telah dilakukan tindakan operasi pada bagian payudara kiri
sekitar 2 tahun yang lalu, adanya pendarahan pada payudara kiri, adanya bengkak
pada payudara sebelah kiri, klien mengatakan luka kanker sudah mengeluarkan
bau. keadaan umum klien tampak lemah, klien tampak terbaring, klien tampak
meringis, klien tampak gelisah, frekuensi nadi meningkat, adanya luka kanker
70

pada payudara kiri, adanya nyeri tekan pada payudara kiri, adanya pendarahan
dan bengkak disekitar payudara kiri.

Dalam melakukan pemeriksaan fisik pada Ny. R kelompok tidak


mengalami hambatan, tidak semua pemeriksaan fisik pada klien dapat dilakukan,
namun dalam pemeriksaan teoritis dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan
karena pemeriksaan sangat penting dilakukan untuk menggali sejauh mana
perkembangan-perkembangan penyakit dan kondisi klien. Menurut teoritis
pemeriksaan persistem harus dilakukan pada setiap pasien yaitu berupa
pemeriksaan secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi pada kasus Ny. R.
Pada tinjauan kasus kelompok menemukan 3 diagnosa keperawatan,
diagnosa yang muncul pada tinjauan kasus yaitu: nyeri akut berhubungan dengan
agen pencedera fisik, Resiko pendarahan berhubungan dengan proses keganasan
dan gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi.
Dalam Menyusun rencana tindakan keperawatan pada klien berdasarkan prioritas
masalah yang ditemukan, tidak semua rencana tindakan pada teori dapat
ditegakkan pada tinjaun kasus karena rencana tindakan pada tinjauan kasus
disesuaikan dengan keluhan yang dirasakan klien saat pengkajian dilakukan.
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam
diagnosa keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana perawat
mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah dengan efisien (Saiful Walid,
2019). Intervensi atau perencanaan yang akan dilakukan oleh kelompok
disesuaikan dengan kondisi klien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana
tindakan dapat dilaksanakan dengan SMART (spesifik, measurable, acceptance,
rasional dan timming).
Intervensi asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien telah
menggunakan standar intervensi, dan SDKI (2021-2023).
Dalam kasus ini kelompok diagnosa utama dalam melakukan intervensi
yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen pancedera fisiologis rencana tindakan
yang akan dilakukan adalah pengkajian secara komprehensif termasuk Monitor
71

tingkat nyeri menggunakan alat ukur yang valid, monitor tingkat nyeri non verbal,
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, Lakukan intervensi non
farmakologi dengan distraksi atau teknik relaksasi dan pemberian obat analgetik.
Sesuai dengan jurnal yang dikemukakan oleh Yuli Yanti dan Amin
Susanto bahwa salah satu langkah yang dilakukan untuk mengatasi nyeri akut
yaitu dengan cara teknik non farmakalogi yaitu Guided Imagery (metode relaksasi
untuk mengkhayalkan tempat dan kejadian berhubungan dengan rasa relaksasi
yang menyenangkan). Guided Imagery merupakan sebuah teknik yang
menggunakan imajinasi dan visualisasi untuk membantu mengurangi stres dan
mendorong relaksasi. Teknik ini akan berhasil jika pasien mengikuti arahan dari
perawat. Penelitian yang dilakukan oleh (Rosida & Warti Ningsih, 2020). Guided
imagery dilakukan dengan kisaran waktu 15-20 menit selama 3 hari dan dapat
digabungkan dengan terapi non farmakologi lainnya. Manajemen guided imagery
juga dapat dilakukan bersamaan dengan kolaborasi pemberian obat analgesic
untuk mengurangi nyeri tingkat ringan hingga sedang. Pemberian asuhan
keperawatan perawat dapat melakukan teknik guided imagery untuk mengurangi
rasa nyeri yang dirasakan pasien15.
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan
yang telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka membantu
klien untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respon yang
ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan (Ali, 2020).
Setelah rencana tindakan ditetapkan maka dilanjutkan dengan melakukan
rencana tersebut dalam bentuk nyata, sebelum diterapkan pada klien terlebih
dahulu melakukan pendekatan pada klien dan keluarga klien agar tindakan yang
akan diberikan dapat disetujui klien dan keluarga klien, sehingga seluruh rencana
tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan masalah yang dihadapi klien.
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya (Setiadi, 2019). Dari 3 diagnosa keperawatan yang kelompok tegakkan
72

sesuai dengan apa yang kelompok temukan dalam melakukan studi kasus dan
melakukan asuhan keperawatan belum mencapai perkembangan yang diharapkan,
dikarenakan waktu yang singkat oleh karena itu diharapkan kepada perawat daan
tenaga medis lainnya untuk melanjutnya intervensi yang telah kelompok
rencanakan. Dalam melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang
maksimalkan memerlukan adanya kerja sama antara penulis dengan klien,
perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya. Untuk ketiga diagnosa dianggap
belum teratasi karena klien masih merasakan nyeri dibagian payudara kiri,
sedangkan untuk mengatasi masalah pendarahan yang dialami klien dianggap
telah teratasi karena klien sudah tidak mengalami pendarahan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penerapan asuhan keperawatan pada pasien Ny. R
diruangan teratai RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah, kelompok dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pada pengkajian pasien dengan diagnosa ca mamae ditemukan saat
pengkajian pasien mengatakan nyeri pada bagian payudara sebelah kiri
akibat bekas luka post op, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan
hilang timbul, klien mengatakan telah dilakukan tindakan operasi pada
bagian payudara kiri, adanya pendarahan pada payudara kiri bekas operasi,
adanya bengkak pada payudara sebelah kiri, klien mengatakan luka bekas
post op sudah mengeluarkan bau. keadaan umum klien tampak lemah,
klien tampak terbaring, klien tampak meringis, klien tampak gelisah,
frekuensi nadi meningkat, adanya luka post op pada payudara kiri, adanya
nyeri tekan pada payudara kiri, adanya pendarahan dan bengkak disekitar
luka post op.
2. Diagnosa Keperawatan
Pada kasus ca mamae kelompok mendapatkan 3 diagnosa yang
dapat muncul pada penderita ca mamae yaitu Nyeri akut berhubungan
dengan agen pancedera fisik, resiko infeksi berhubungan dengan efek
prosedur invasif, dan gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan
dengan perubahan sirkulasi.
3. Perencanaan
Kelompok menyusun rencana asuhan keperawatan yang telah
disusun berdasarkan specific, measurable, achievable, reasonable and
time. Dengan menggunakan standar luaran dan kriteria hasil, serta
standar intevensi tindakan sesuai dengan intevensi yang telah dibuat.
4. Pelaksanaan
74

Kelompok melakukan tindakan asuhan keperawatan pada pasien


yang telah dilakukan penyusunan rencana asuhan keperawatan.
Kelompok melakukan tindak sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.
5. Evaluasi
Kelompok melakukan evaluasi pada pasien sesuai dengan kriteria
hasil yang telah dibuat oleh kelompok untuk target yang akan dicapai
pada pasien.

B. Saran

1. Bagi Kelompok
Dalam upaya memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien ca
mamae yang diberikan dapat tepat, kelompok selanjutnya harus benar-
benar menguasai konsep teori dari penyakit ca mamae itu sendiri,
terutama pada faktor etiologi, dan patofisiologi tentang ca mamae, selain
itu kelompok juga harus melakukan pengkajian dengan tepat agar asuhan
keperawatan dapat tecapai sesuai dengan masalah yang ditemukan pada
pasien.
2. Bagi Pihak Rumah Sakit Undata
Bagi pihak rumah sakit hendaknya penanganan pasien ca mamae
ditingkatkan lagi kerjasama antar petugas pelayanan kesehatan dalam hal
menjaga keadaan pasien serta memperhatikan aspek bio, psiko, sosial
dan spiritual pasien.
3. Bagi Perawat Ruangan
Disamping mendapatkan perawatan dan pengobatan pada saat di
rumah sakit, alangkah baiknya jika tenaga kesehatan yang ada
memberikan pengetahuan tentang ca mamae dan bagaimana cara
melakukan perawatan secara mandiri, sehingga itu dapat memotivasi
pasien dalam mempertahankan kesehatannya baik saat berada di rumah
sakit maupun di rumah.
75

DAFTAR PUSTAKA

1. Amaliyah N. Hubungan tingkat pengetahuan remaja putri terhadap perilaku


sadari sebagai deteksi dini kanker payudara pada siswi SMA Negeri 8 Takalar
Sulawesi Selatan [Skripsi]. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar;
2018. 109 hal.
2. Lubis UL. Pengetahuan remaja putri tentang pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) dengan perilaku sadari. Jurnal Ilmu Kesehatan [Internet]. 2017
April [Dikutip 25 Januari 2022];2(1):81–86. doi: 10.30604/jika.v2i1.36
3. WHO. Global Cancer Observatory [Internet]. 2020. [Dikutip 25 Januari 2022].
Tersedia dari : https://gco.iarc.fr/today/online-analysis-pie
4. Yayasan Kanker Payudara Indonesia [Internet]. 2020. [Dikutip 25 Januari
2022]. Tersedia dari : https://www.yayasankankerpayudaraindonesia.org/news-
detail.php?id=32
5. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Profil Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tengah [Internet]. 2017. [Dikutip 29 Januari 2022]. Tersedia
dari:https://dinkes.sultengprov.go.id/wp-content/uploads/2018/06/2017.pdf
6. Sirait MC. Hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku sadari pada
mahasiswi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Jambi
[Skripsi]. Jambi: Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Jambi; 2021. 129 hal.

Anda mungkin juga menyukai