Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN KOMPREHENSIF PRAKTIK KLINIK PROFESI

STASE ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH PRAKONSEPSI

ASUHAN KEBIDANAN PADA PRANIKAH

DI PUSKESMAS RIMBO BUJANG IX

KABUPATEN TEBO TAHUN 2023

Pembimbing Akademik: Indah Putri Ramadhanti, S.ST.Bd.M.Keb


Pembimbing Lahan: Noralisa.M.K.M

Disusun oleh:
Nama : Pebbin Kori Sari
NIM : 221004615901112

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

FAKULTAS KEBIDANAN UNIVERSITAS

PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI

TAHUN 2023

i
LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN KOMPREHENSIF

PRAKTIK KLINIK PROFESI

STASE ASUHAN KEBIDANAN PADA PRANIKAH PRAKONSEPSI

Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Pranikah Prakonsepsi

Telah Memenuhi Disetujui untuk di laksankan ke tahap Laporan Kasus

Rimbo Ulu, Tanggal 19 Juni 2023

Menyetujui

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Indah Putri Ramadhanti, S.ST.Bd.M.Keb Noralisa. M.K.M


NIDN. 1013058901 NIP. 198203022005012006

ii
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KOMPREHENSIF

PRAKTIK KLINIK PROFESI

STASE ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH PRAKONSEPSI

Laporan Kasus Asuhan Kebidanan pada Pranikah Prakonsepsi

Telah Disahkan untuk didokumentasikan dalam bentuk Laporan

Komprehensif Rimbo Ulu , Tanggal 19 Juni 2023

Menyetujui

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Indah Putri Ramadhanti, S.ST.Bd.M.Keb Noralisa. M.K.M


NIDN. 1013058901 NIP.198203022005012006

Mengetahui, Diketahui,

Ka. Prodi Pendidikan Profesi Bidan Koord. Praktik Klinik Profesi

Suci Rahmadheny, S.ST,Bd. M.Keb. Lady Wizia, S.Keb., Bd.


NIDN. 1007049002 NIDN.

iii
DAFTAR ISI

COVER
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN PENDAHULUAN
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 6
1. Tujuan Umum 6
2. Tujuan Khusus 6
C. Manfaat 7
BAB II TINJAUAN TEORI 9
A. Pranikah 9
B. Prakonsepsi 28
C. Anemia 38
D. Manajemen Asuhan Kebidanan 43
BAB III TINJAUAN KASUS 50
A. Data Subjektif 50
B. Data Objektif 53
C. Analisis 54
D. Penatalaksanaan 55
BAB IV PEMBAHASAN 59
BAB V PENUTUP 64
A. Kesimpulan 64
B.Saran 66
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Calon pengantin yang akan menikah adalah cikal bakal terbentuknya

sebuah keluarga, sehingga sebelum menikah calon pengantin perlu

mempersiapkan kondisi kesehatannya. Hal ini bertujuan supaya Wanita dapat

menjalani kehamilan dan persalinan dengan baik. Sehingga, dapat melahirkan

generasi penerus yang sehat, menciptakan keluarga yang sejahtera dan

berkualitas. Oleh karena itu, kehamilan pertama merupakan fase dalam siklus

reproduksi perempuan yang harus dipersiapkan sebaik mungkin oleh calon

pengantin (Eka dkk, 2021).

Mempersiapkan kehamilan yang sehat dapat dilakukan sejak sebelum

menikah, salah satunya dengan melakukan skrining pranikah. Skrining

pranikah adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pertugas kesehatan

seperti bidan, pada calon pengantin sebelum menikah menuju persiapan

kehamilan yang sehat dan terencana (Kemenkes RI, 2015). Menurut World

Health Organization (WHO) tujuan dari skrining adalah untuk

mengidentifikasi orang-orang dalam populasi yang tampaknya sehat, yang

memiliki resiko lebih tinggi terhadap masalah atau kondisi kesehatan, sehingga

pengobatan atau intervensi dini bisa dilakukan serta mendapatkan hasil

kesehatan yang lebih baik bagi individu yang melakukan skrining. Pada

beberapa kasus, seperti skrining antenatal, tujuan skrining adalah untuk

memberikan informasi pada klien tentang peningkatan resiko atau kondisi

1
kesehatan, sehingga membantu klien dalam membuat keputusan tentang

perawatan atau pengobatan mereka (WHO, 2021).

Skrining pranikah bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu

(AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), mencegah kehamilan tidak diinginkan,

mencegah komplikasi yang mungkin terjadi pada masa kehamilan dan

persalinan, mencegah kelahiran mati, premature dan bayi dengan berat lahir

rendah, mencegah terjadinya kelahiran cacat, mencegah infeksi pada neonatal,

mencegah kejadian underweight dan stunting sebagai akibat dari masalah

nutrisi ibu, mengurangi resiko diabetes dan penyakit kardiovaskuler dalam

kehamilan dan mencegah penularan Human Immunodeficience Virus (HIV)

dari ibu ke janin (WHO dalam Eka dkk, 2021).

Skrining pranikah yang dilakukan pada calon pengantin diantaranya

pemeriksaan status kesehatan, pemeriksaan penunjang, dan status imunisasi

serta konsultasi kesehatan (Kemenkes RI, 2018).

Penelitian yang dilakukan oleh (Hamid dkk, 2010) didapatkan data dari

401 responden penelitian (calon pengantin) hanya 38,7% yang menyatakan

melakukan tindakan kesehatan sebelum menikah di Puskesmas. Dari tujuh

kegiatan yang dilakukan pada skrining pranikah yaitu imunisasi, ukur lingkar

lengan atas, cek laboratorium, cek tekanan darah, berat badan dan mens

terakhir, tes urin dan pemeriksaan kesehatan yang paling banyak dilakukan

adalah imunisasi walaupun imunisasi hanya dilakukan pada 135 responden dari

401 responden penelitian yang ada atau sekitar 33,6% responden. Dari 135

responden hanya 78 responden (57,8%) yang menyebutkan bahwa imunisasi

yang diberikan adalah imunisasi tetanus.

2
Apabila pasangan catin tidak melakukan skrining pranikah maka ini akan

meningkatkan resiko kecacatan, kesakitan bahkan kematian pada bayi. Guna

menghindari masalah tersebut serta menuju tercapainya well born baby and

well health mother, maka pasangan catin harus melakukan pemeriksaan diri

dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab (Arif dalam Ayu, 2021).

Menurut Widyawati dalam Wardyanti (2021) Indonesia merupakan

negara dengan tingkat kesadaran sangat rendah dalam melakukan skrining

pranikah. Skrining pranikah harus dilakukan oleh calon pengantin, hal ini

dikarenakan masa kehamilan, persalinan dan masa nifas memberikan

kontribusi terhadap banyaknya AKI dan AKB di Indonesia.

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia (2020) jumlah kematian ibu

yang dihimpun dari pencatatan program kesehatan keluarga di Kementerian

Kesehatan pada tahun 2020 menunjukkan 4.627 kematian di Indonesia. Jumlah

ini menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2019 sebesar 4.221

kematian. Berdasarkan penyebab, sebagian besar kematian ibu pada tahun

2020 disebabkan oleh perdarahan sebanyak 1.330 kasus, hipertensi dalam

kehamilan sebanyak 1.110 kasus, dan gangguan sistem peredaran darah

sebanyak 230 kasus.

Guna menekan terjadinya AKI dan AKB pemerintah juga berupaya

melakukan langkah preventif yaitu dengan memberikan peraturan bagi setiap

catin yang akan melangsungkan pernikahan untuk melakukan skrining

pranikah terlebih dahulu. Hal ini diatur dalam Instruksi bersama direktur

jendral bimbingan Masyarakat Islam dan urusan haji departemen agama dan

direktur jendral pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan

3
pemukiman Departemen Kesehatan No: 02 tahun 1989 Tentang Imunisasi

Toksoid (TT) Calon Pengantin bahwa setiap calon pengantin sudah di

imunisasi TT sekurang-kurangnya 1 bulan sebelum pasangan tersebut

mendaftarkan diri untuk menikah di KUA dengan dibuktikan berdasarkan surat

keterangan imunisasi calon pengantin. Peraturan tersebut menjadi dasar atau

landasan sebagai salah satu syarat administrasi pernikahan yang ditetapkan

KUA terhadap pasangan yang akan menikah (Arif Rahman Hakim, 2021).

Berdasarkan pemaparan diatas, Bidan memiliki peran penting dalam

meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya catin dalam melakukan

skrining pranikah. Peran Bidan dalam melakukan skrining pra nikah tertuang

dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 320 tahun 2020 Tentang Standar

Profesi Bidan bahwa bidan mampu melakukan skrining terhadap masalah dan

gangguan pada bayi baru lahir (neonatus), bayi, balita dan anak prasekolah,

remaja, masa sebelum hamil, masa kehamilan, masa persalinan, masa pasca

keguguran, masa nifas, masa antara, masa klimakterium, pelayanan Keluarga

Berencana, kesehatan reproduksi dan seksualitas perempuan (Kepmenkes,

2020).

Selain peran dari Bidan, pasangan calon pengantin juga perlu memiliki

kesadaran akan pentinganya melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum

menikah. Salah satunya untuk mempersiapkan kehamilan yang sehat. Persiapan

kehamilan merupakan suatu tindakan yang bertujuan untuk mengurangi risiko

dan mempromosikan gaya gidup sehat untuk meningkat peluang memiliki

keturunan yang sehat (Yulizawati dkk, 2016).

4
Persiapan kehamilan yang perlu dilakukan catin diantaranya melakukan

cek kesehatan, rajin berolahraga, mengkonsumsi makanan bergizi seimbang,

menghentikan kebiasan merokok, tidak mengkonsumsi minuman beralkohol,

rekreasi, serta rajin melakukan ibadah sesuai agama yang dianut. Dalam

penelitian Fitriani dan Rusman (2021) menyampaikan bahwa persiapan

kehamilan yang rendah dapat mengakibatkan komplikasi kehamilan serta

meningkatkan morbiditas dan mortalitas bagi ibu dan janin. Persiapan

kehamilan yang baik akan berdampak positif untuk calon ibu dan calon janin.

Berdasarkan data dari WHO, 4 dari 10 wanita mengalami kehamilan yang tidak

direncanakan sehingga mengakibatkan berkurangnya kebutuhan essensial saat

kehamilan sebanyak 40% (WHO, 2014).

Persiapan kehamilan yang baik dapat dilakukan sebelum menikah salah

satunya dengan melakukan skrining pranikah. Skrining pranikah berguna untuk

mengurangi resiko dan mempromosikan gaya hidup sehat untuk

mempersiapkan kehamilan sehat (WHO, 2013). Sehingga, penting bagi calon

pengantin untuk melakukan skrining pranikah guna mempersiapkan kehamilan

yang sehat.

Pemerintah telah melakukan upaya pada Wanita Usia Subur (WUS)

untuk mempersiapkan dan persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh

bayi yang sehat melalui Peraturan Menteri Kesehatan No 97 Tahun 2014

tentang pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan

masa sesudah melahirkan, penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi, serta

pelayanan kesehatan seksual. Persiapan kehamilan penting dilakukan sejak

sebelum menikah dikarenakan apabila ditemukan masalah pada saat dilakukan

5
skrining pranikah dapat dilakukan treatment terlebih dahulu hingga masalah

kesehatan dapat ditangani dan tidak menganggu program untuk memiliki

keturunan setelah menikah (Wati dkk, 2021).

Puskesmas merupakan sarana kesehatan yang melayani layanan primer

dalam kesehatan masyarakat dalam upaya preventif dan promotive serta

terjangkau bagi semua golongan Puskesmas. Mereka berpendapat bahwa

pemeriksaan yang mereka lakukan hanya untuk memenuhi syarat administrasi

pernikahan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis melakukan studi

Asuhan pada pasangan pranikah terhadap perilaku persiapan kehamilan di

wilayah Puskesmas Rimbo Bujang IX kecamatan Rimbo Ulu Kabupaten

Tebo Tahun 2023.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu menjelaskan konsep dasar serta mampu memberikan dan

melaksanakan asuhan pada pasangan pranikah di Puskesmas Rimbo

Bujang IX Kecamatan Rimbo Ulu, Kabupaten Tebo Tahun 2023.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu menjelaskan konsep dasar pada pasangan pranikah di

Puskesmas Rimbo Bujang IX Kecamatan Rimbo Ulu Kabupaten Tebo

Tahun 2023.

b. Mampu memberikan dan melaksanakan pengkajian data pada

Pasangan Pranikah di Puskesmas Rimbo Bujang IX Kecamatan

Rimbo Ulu Kabupaten Tebo Tahun 2023.

6
c. Mampu memberikan dan melaksanakan identifikasi diagnose dan

masalah asuhan pada Pasangan pranikah di Puskesmas Rimbo Bujang

IX Kecamatan Rimbo Ulu Kabupaten Tebo Tahun 2023

d. Mampu memberikan dan melaksanakan identifikasi diagnose

potensial asuhan pada pasangan pranikah di Puskesmas Rimbo Bujang

IX Kecamatan Rimbo Ulu Kabupaten Tebo Tahun 2023

e. Mampu memberikan dan melaksanakan identifikasi kebutuhan

tindakan segera asuhan pada pasangan pranikah di Puskesmas Rimbo

Bujang IX Kecamatan Rimbo Ulu Kabupaten Tebo Tahun 2023

f. Mampu memberikan dan melaksanakan perencanaan asuhan pada

pasangan pranikah di Puskesmas Rimbo Bujang IX Kecamatan Rimbo

Ulu Kabupaten Tebo Tahun 2023

g. Mampu memberikan dan melaksanakan pelaksanaan asuhan pada

pasangan Pranikah di Puskesmas Rimbo Bujang IX Kecamatan

Rimbo Ulu Kabupaten Tebo Tahun 2023

h. Mampu memberikan dan melaksanakan evaluasi asuhan pada

pasangan pranikah di Puskesmas Rimbo Bujang IX Kecamatan Rimbo

Ulu Kabupaten Tebo Tahun 2023

C. Manfaat penulisan

1. Bagi Mahasiswa

Dengan adanya tugas ini, selain meningkatkan proses belajar atau

menyelesaikan tugas, tetapi juga menambah wawasan mahasiswi dalam

pengetahuan tentang tindakan penyelesaian masalah pranikah dengan

anemia.

7
2. Bagi Puskesmas Rimbo Bujang IX

Sebagai bahan masukan atau informasi kepada petugas kesehatan sehingga

dapat menambah wawasan dan pendidikan kesehatan untuk mengatasi

berbagai macam kasus di dalam masyarakat.

3. Bagi Universitas Prima Nusantara

Sebagai salah satu bahan acuan untuk peningkatan kualitas pendidikan di

program studi Profesi Bidan, khusus nya tentang penyelesaian masalah yang

sering dialami pasangan catin pranikah dan prakonsepsi anemia.

8
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. PRANIKAH
A. Definisi
Pengertian Pernikahan Menurut Undang-Undang Pernikahan Pasal 1 No

1 tahun 1974 menyatakan bahwa pernikahan adalah suatu ikatan lahir batin

antara seorang pria dan wanita sebagai suami dan istri dengan tujuan

membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa (Sigelman, 2003). Mendefinisikan pernikahan sebagai sebuah

hubungan antara dua orang yang berbeda jenis kelamin dan dikenal dengan

suami istri. Dalam hubungan tersebut terdapat peran serta tanggung jawab dari

suami dan istri yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan,

persahabatan, kasih sayang, pemenuhan seksual, dan menjadi orang tua.

B. Fungsi Pernikahan

Menurut Soewondo (2001). Dalam sebuah pernikahan perlu adanya fungsi-

fungsi yang harus dijalankan dan bila fungsi-fungsi tersebut tidak berjalan atau

tidak terpenuhi maka tidak ada perasaan puas dan bahagia pada pasangan.

Menurut Duvall dan Miller (1986), Setidaknya terdapat enam fungsi penting

dalam pernikahan, antara lain :

1. Menumbuhkan dan memelihara cinta serta kasih sayang. Pernikahan

memberikan cinta dan kasih sayang antara suami dan isteri, orang tua dan

anak, dan antar anggota keluarga lainnya. Idealnya pernikahan dapat

memberikan kasih sayang kedua orang tua kepada anaknya sehingga

berkontribusi terhadap perkembangan anak.

9
2. Menyediakan rasa aman dan penerimaan. Mayoritas orang mencari rasa

aman dan penerimaan, serta saling melengkapi bila melakukan kesalahan

sehingga dapat belajar darinya dan dapat menerima kekurangan

pasangannya.

3. Memberikan kepuasan dan tujuan. Berbagai tekanan yang terdapat pada

dunia kerja terkadang menghasilkan ketidakpuasan. Ketidakpuasan tersebut

dapat diatasi dengan pernikahan melalui kegiatan yang dilakukan bersama-

sama anggota keluarga. Dengan pernikahan seseorang juga dipaksa untuk

memiliki tujuan dalam hidupnya.

4. Menjamin kebersamaan secara terus-menerus. Melalui pernikahan rasa

kebersamaan diharapkan selalu didapatkan oleh para anggota keluarga.

5. Menyediakan status sosial dan kesempatan sosialisasi. Sebuah keluarga yang

terikat oleh pernikahan memberikan status sosial pada anggotanya. Anak

yang baru lahir secara otomatis mendapatkan status sosial sebagai seorang

anak yang berasal dari kedua orang tuanya.

6. Memberikan pengawasan dan pembalajaran tentang kebenaran. Dalam

pernikahan, individu mempelajari mengenai peraturan-peraturan, hak,

kewajiban serta tanggung jawab. Pada pelaksanaannya individu tersebut

akan mendapatkan pengawasan dari aturan-aturan tersebut. Individu dalam

pernikahan juga mendapatkan pendidikan moral mengenai hal yang benar

atau salah.

10
C. Persiapan Pranikah

Persiapan pranikah adalah hal-hal yang harus dipersiapkan oleh calon

pengantin (catin) sebelum menikah. Persiapan pranikah tersebut meliputi hal-

hal berikut:

1). Aspek fisik/biologis Menurut WHO (World Health Organization) tentang

persiapan perkawinan dari aspek fisik dan biologis meliputi:

a) Usia.

Usia yang ideal menurut kesehatan dan juga program KB, maka usia

antara 20- 25 tahun bagi wanita dan usia antara 25-30 tahun bagi pria

adalah masa yang paling baik untuk berumah tangga. Lazimnya usia pria

lebih dari pada usia wanita, perbedaan usia relatif sifatnya.

b) Kondisi fisik

Kondisi fisik bagi mereka yang hendak berkeluarga amat dianjurkan

untuk menjaga kesehatan, sehat jasmani dan sehat rohani. Kesehatan fisik

meliputi kesehatan dalam arti orang itu tidak menghidap penyakit

(apalagi penyakit menular) dan bebas dari penyakit keturunan.

2). Aspek Mental / Psikologis, meliputi:

a) Kepribadian Aspek kepribadian sangat penting karena hal ini akan

mempengaruhi pasangan dalam kemampuan beradaptasi antar pribadi.

Pasangan yang memiliki kematangan pribadi akan memiliki kemampuan

yang baik dalam memberikan kebutuhan afeksional sebagai unsur

penting dalam berumah tangga. Kenyataannya, tidak ada orang yang

memiliki kepribadian ideal yang sempurna, tapi paling tidak masing-

masing pasangan bisa saling memahami dan menghargai kelebihan dan

11
kelemahan masing-masing, sehingga diharapkan akan bisa saling mengisi

dan melengkapi.

b) Pendidikan

Tingkat kecerdasan dan pendidikan masing-masing pasangan hendaknya

diperhatikan. Umumnya taraf kecerdasan dan pendidikan pria lebih tinggi

dari wanita, meskipun tidak menutup kemungkinan terjadi hal yang

sebaliknya. Kalaupun hal ini terjadi, hendaknya keduanya memiliki

kemampuan adaptasi dan saling menghargai yang cukup tinggi, karena

walau bagaimanapun, laki-lakilah yang kelak manjadi pemimpin dalam

rumah tangganya, sebagai pihak yang nantinya akan banyak mengambil

keputusan penting dalam keluarga. Karenanya, laki-laki dituntut

memiliki kemampuan berfikir yang cukup baik dan alangkah lebih

baiknya lagi apabila tingkat kecerdasan baik kecerdasan intelektual,

emosional, terlebih lagi kecerdasan spiritual (dalam hal iini tingkat

pemahaman terhadap agama) laki-laki lebih tinggi daripada wanita.

3). Aspek Psikososial dan Spiritual

a. Beragama dan berakhlak mulia maksud dari karakter ini ialah memiliki

nilai keagamaan yang baik, konsisten pada hokum-hukum syara‟,

mengerjakan ketaatan dan amal shalih, jauh dari perkaraperkara yang

diharamkan, akhlak yang terpuji, dan perilaku yang lurus. Semua itu

demi terjaminnya kesuksesan interaksi yang baik dan keawetan berumah

tangga di atas jalan yang benar, agar laki-laki yang hendak meminang

dan hendak dipinang sama-sama agamis dan berakhlak mulia.

12
b. Nasab (keturunan yang baik) Hendaknya pasangan yang akan dinikahi

berasal dari keturunan yang baik, karena nasab itu memiliki pengaruh

kuat terhadap etika dan perilaku seseorang. Umumnya orang yang

berlatar belakang dari keturunan yang baik, akan terhindar dari kehinaan,

kerendahan dan penyimpangan (jatuhnya buah tidak akan jauh dari

pohonnya). Nasab yang baik merupakan media untuk memperoleh

keturunan yang baik dan lebih mendekati pergaulan yang baik.

c. Latar belakang budaya perbedaan suku bangsa bahkan perbedaan

kebangsaan bukanlah halangan untuk bisa melakukan pernikahan,

asalkan masih seagama/ seaqidah. Meskipun demikian, tetap

memperhatikan faktor adat istiadat / budaya yang berlaku diantara

keduanya untuk diketahui masing-masing pihak agar dapat saling

menghargai dan menyesuaikan diri dengan ralatif muda.

d. Pergaulan Sebagai persiapan menuju pernikahan, sudah tentu masing-

masing pasangan harus saling mengenal terlebih dahulu. Tapi perlu

diperhatikan bahwa dalam pergaulan keseharian antar calon pengantin

harus tetap memegang nilai-nilai moral, etika dan kaidah agama yang

berlaku.

e. Persiapan Material

Islam tidak menghendaki kita berfikiran materialistik, yaitu hidup hanya

berorientasi pada materi. Akan tetapi bagi seorang suami, yang akan

mengemban amanah sebagai kepala keluarga, maka diutamakan adanya

kesiapan calon suami untuk menafkahi. Dan bagi pihak wanita, adanya

kesiapan untuk mengelola keuangan keluarga. Kementrian Kesehatan

13
Republik Indonesia (2014) menjelaskan bahwa hal-hal yang harus

dipersiapkan oleh catin sebelum menikah adalah sebagai berikut:

a. Persiapan Fisik:

1) Pemeriksaan status kesehatan

- Tanda-tanda vital (suhu,nadi,frekuensi nafas,tekanan darah)

2) Pemeriksaan Darah rutin: Hb, Trombosit, Leukosit,

3) Pemeriksaan Darah yang dianjurkan:

- golongan Darah dan Rhesus

- Gula Darah Sewaktu (GDS)

- Thalasemia

- Hepatitis B dan

- TORCH (toksoplasmosis, rubella, cytomegalovirus dan herpes

simpleks)

4) Pemeriksaan Urin

c. Persiapan Gizi: Peningkatan status gizi calon pengantin terutama

perempuan melalui penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis)

dan anemia gizi beserta defisiensi asam folat

d. Status Imunisasi TT Pencegahan dan perlindungan diri yang aman

terhadap penyakit tetanus dilakukan dengan pemberian dosis imunisasi

TT untuk mencapai kekebalan penuh.

Tabel pemberian TT

Status TT Interval(selang waktu)minimal Lama Perlindungan

TT1 0

TT2 4 minggu setelah TTI 3 Tahun

14
TT3 6 bulan setelah TTII 5 Tahun

TT4 1 tahun setelah TT III 10 tahun

TT5 1 tahun setelah TT IV 25 Tahun

D. Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi

1. Pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari.

2. Tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat dan berbahan nonsintetik.

3. Membersihkan organ reproduksi luar dari depan kebelakang dengan

menggunakan air bersih dan dikeringkan menggunakan handuk atau tisu.

4. Pakailah handuk yang bersih, kering, tidak lembab/bau.

5. Khusus untuk perempuan:

a). Tidak boleh terlalu sering menggunakan cairan pembilas vagina.

b). Jangan memakai pembalut tipis dalam waktu lama.

c). Pergunakan pembalut ketika menstruasi dan diganti paling lama setiap 4

jam sekali atau setelah buang air.

d). Bagi perempuan yang sering keputihan, berbau dan berwarna harap

memeriksakan diri ke petugas kesehatan.

6. Bagi laki-laki dianjurkan disunat untuk kesehatan.

E. Tindak Kekerasan yang Mengganggu Pernikahan

Pernikahan ideal dapat terjadi ketika perempuan dan laki-laki saling

menghormati dan menghargai satu sama lain. Akan tetapi apabila hal di atas

tidak terjadi, maka hal-hal yang harus dihindari dalam pernikahan adalah

melakukan:

15
1) Kekerasan secara fisik (misal: memukul, menendang, menampar,

menjambak rambut, menyundut dengan rokok, melukai)

2) Kekerasan secara psikis (misal: menghina, mengeluarkan komentar-

komentar yang merendahkan, melarang mengunjungi saudara atau teman-

temannya, mengancam)

3) Kekerasan seksual (misal: memaksa dan menuntut berhubungan seksual)

4) Penelantaran (misal: tidak memberi nafkah istri, melarang istri bekerja)

5) Eksploitasi (misal:memanfaatkan, memperdagangkan dan

memperbudakkan pasangan) Apabila hal tersebut terjadi, maka sebaiknya

baik suami maupun istri berupaya mencari solusi terlebih dahulu dengan

berdialog. Langkah-langkah berikut ini juga dapat dilakukan ketika terjadi

kekerasan dalam rumah tangga:

- Mendatangi fasilitas kesehatan (Puskesmas/Rumah Sakit) untuk

mengobati lukaluka yang dialami dan mendapatkan visum dari dokter

atas permintaan polisi/penyidik.

- Menceritakan kejadian kepada keluarga, teman dekat atau kerabat

- Melapor ke polisi (Unit Pelayanan Perempuan dan Anak/UPPA)

- Mendapatkan pendampingan dari tokoh agama, Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM), psikolog atau Lembaga Bantuan Hukum (LBH).

F. Ketidaksetaraan Gender

Ketidaksetaraan gender adalah perlakuan diskriminatif /berbeda yang

diterima antara laki-laki dan perempuan (Nurhaeni, 2009). Berikut bebarapa

hal yang merupakan bentuk ketidaksetaraan gender dalam rumah tangga:

16
1) Stereotipi (pelabelan kepada perempuan atau laki-laki. Misalnya, laki-laki

kuat, perempuan lemah, perempuan emosional, laki-laki rasional).

2) Subordinasi (yang diutamakan adalah laki-laki terlebih dahulu baru

perempuan)

3) Marginalisasi (perempuan ditempatkan sebagai orang yang tidak memiliki

peran penting)

4) Beban ganda (beban kerja perempuan lebih lama dan lebih banyak:

perempuan dituntut menjadi ibu rumah tangga sekaligus pencari nafkah

keluarga)

G. Konsep KIE Catin Kesehatan Reproduksi dan Seksual

1) Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dalam Kesehatan

Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan baik dalam bentuk

verbal, non verbal maupun emosional antara komunikator kepada

komunikan, sehingga terjadi proses saling berbagi informasi satu sama lain

untuk mencapai saling pengertian dan saling memiliki (Everett M. Rogers).

Informasi adalah data yang sudah diproses dan diorganisir untuk memberi

arti bagi penggunanya (Romney dan Steinbart: 2009).

2) Edukasi atau pendidikan secara umum adalah segala upaya yang

direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau

masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku

pendidikan. Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep

pendidikan di dalam bidang kesehatan. Dilihat dari segi pendidikan,

pendidikan kesehatan adalah suatu pedagogik praktis atau praktek

pendidikan, oleh sebab itu konsep pendidikan kesehatan adalah konsep

17
pendidikan yang diaplikasikan pada bidang kesehatan (Noto Admodjo,

2003).

Menurut WHO (1992) sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi

kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas dari

penyakit atau kelemahan. Hal ini diharapkan agar adanya keseimbangan

yang serasi dalam interaksi antara individu dengan masyarakat dan makhluk

hidup lain serta lingkungannya (Mubarak, 2009). Menurut Kementrian

Kesehatan dalam Pusat Promosi Kesehatan (2015).

Tujuan KIE dalam kesehatan adalah sebagai berikut:

 Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku hidup bersigh dan

sehat

 Meningkatnya peran serta masyarakat, melalui interaksi antara petugas

kesehatan dengan masyarakat, sehingga dapat terbangun hubungan yang

baik, saling menguntungkan, saling mengisi, saling dapat memenuhi

harapan dengan masyarakat

 Menyampaikan informasi yang akurat kepada pengambil keputusan

untuk mendapatkan dukungan kebijakan, dana, sarana dan sumberdaya

lainnya dalam mendukung upaya pelayanan kesehatan di puskesmas

 Menggalang kemitraan dalam bidang kesehatan

 Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh petugas

puskesmas.

 Melalui KIE dalam bidang kesehatan dapat dihasilkan hal-hal sebagai

berikut :

18
- Terjadi perubahan pendapat (opinion change): pengetahuan, ide,

keyakinan dan pemikiran

- Membangun sikap positif / perubahan sikap (attitude change)

pada sasaran KIE

- Terjadi perubahan perilaku (behavior change) kearah PHBS

- Terjadi perubahan terhadap kehidupan sosial (social change) yang

lebih sehat.

H. Proses dan Unsur-Unsur KIE dalam Bidang Kesehatan

Proses dan unsur-unsur KIE dalam bidang kesehatan adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Proses dan Unsur KIE dalam Bidang Kesehatan

I. Fungsi KIE dalam Bidang Kesehatan

Fungsi dari KIE dalam bidang kesehatan meliputi:

1. Menyampaikan informasi (to inform)

2. Mendidik (to educate)

3. Menghibur (to entertain)

4. Mempengaruhi (to influence/ persuasive).

5. Promosi (to promote)

6. Bimbingan (to guidance)


19
7. Konseling (to councel)

8. Motivasi (to motivate)

9. Memberikan instruksi ( to instructive)

10. Negosiasi (to negosiate)

11. Memprovokasi (to provoke)

12. Meyakinkan (to convince)

J. Prinsip KIE dalam Bidang Kesehatan

Prinsip-prinsip KIE dalam bidang kesehatan meliputi hal-hal berikut ini:

1. Tujuan dan sasaran KIE harus jelas.

2. Adanya saling memahami isi pesan saat berkomunikasi.

3. Adanya kesamaan persepsi antara komunikator dan komunikan.

4. Menggunakan berbagai aspek komunikasi :verbal, non-vebal, emosional, isi

pesan serta saluran, media yang digunakan:

- Komunikasi Kelompok:

 Dalam gedung: diskusi kelompok dengan pasien, keluarga pasien

dan pengunjung puskesmas, kelompok remaja di puskesmas, dll

 Luar gedung:pemberdayaan kader, pengembangan UKBM,

pelaksanaan kegiatan UKS, pelatihan kader, penyuluhan kesehatan

pada ibu-ibu di Posyandu, kelompok ibu hamil, kelompok ibu

menyusui, dll

- Komunikasi Massa:

 Dalam gedung: pemasangan media cetak (poster), pembuatan

mading, billboard, spanduk yang berisi pesan kesehatan, pemutaran

radio/ tv spot yang berisi pesan-pesan kesehatan, dll

20
 Luar gedung : siaran radio, pameran, media tradisional, gerakan

masyarakat dalam PHBS (saat Hari Bebas Tembakau Sedunia, Hari

Kesehatan, Gebrak Malaria), dll

K. Kesehatan Reproduksi dan Seksual Menurut WHO (1994)

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan kesejahteraan fisik,

emosional, mental dan sosial yang utuh berhubungan dengan reproduksi, bukan

hanya bebas dari penyakit atau kecacatan namun dalam segala aspek yang

berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Individu yang

sehat secara reproduksi memiliki cara pendekatan yang positif dan penuh rasa

hormat terhadap seksualitas dan hubungan seksual, mereka juga berpotensi

untuk merasakan kesenangan dan pengalaman seksual yang aman, bebas dari

paksaan, diskriminasi dan kekerasan (Potter & Perry, 2009).

Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2000), kesehatan

reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik,

mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi, serta proses

reproduksi yang 27 pemikiran kesehatan reproduksi bukan hanya kondisi yang

bebas dari penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan

seksual yang aman (Triwibowo & Pusphandani, 2015).

Menurut Sarwono (2008), Seksualitas diartikan sebagai perbedaan

antara laki-laki dan perempuan baik secara fisik, psikologis, dan dalam istilah-

istilah perilaku:

a. Aktivitas, perasaan dan sikap yang dihubungkan sengan reproduksi.

21
b. Bagaimana laki-laki dan perempuan berinteraksi dalam berpasangan dan

didalam kelompok. Dengan demikian seksualitas adalah bagaimana

orang merasakan dan mengekspresikan sifat dasar dan ciri-ciri

seksualnya yang khusus. Sarwono juga menjelaskan bahwa pengertian

seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin

atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim

antara laki-laki dengan perempuan

L. Program KIE Calon Pengantin tentang Kesehatan Reproduksi dan

Seksual

Program KIE Kesehatan Reproduksi dan Seksual pada Calon Pengantin

merupakan program Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dengan

tujuan meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi dan

seksual bagi calon pengantin. Adapun hasil yang diharapkan adalah sebagai

berikut:

1. Petugas kesehatan memberikan KIE Kesehatan Reproduksi dan Seksual

kepada calon pengantin.

2. Adanya koordinasi antara petugas kesehatandi Puskesmas dan jaringannya

dengan lembaga keagamaan dan instansi terkait lainnya dalam

memberikan KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin.

3. Terlaksananya pemeriksaan kesehatan termasuk pemberian pelayanan

imunisasi Tetanus Toxoid (TT) bagi calon pengantin. Sasaran dari

pelaksanaan program ini yaitu semua pasangan calon pengantin yang akan

menikah.

22
M. Pelaksanaan KIE Kesehatan Reproduksi dan Seksual pada Calon

Pengantin

KIE Kesehatan Reproduksi dan Seksual bagi Calon Pengantin dilakukan

dengan menggunakan alat bantu/media KIE yaitu Lembar Balik Kesehatan

Reproduksi dan Seksual bagi Calon Pengantin. Lembar balik tersebut

diperuntukkan bagi petugas kesehatan. Informasi kesehatan reproduksi yang

diberikan dalam lembar balik adalah:

1. Persiapan pranikah

2. Kesetaraan gender dalam pernikahan

3. Keluarga berencana

4. Kehamilan, pencegahan komplikasi, persalinan dan pasca salin

5. Infeksi saluran reproduksi, infeksi menular seksual serta hiv dan aids,

termasuk pencegahan penularan hiv-aids dari ibu ke anak (ppia)

6. Informasi tentang deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara

gangguan dalam kehidupan seksual suami istri, dan

7. Mitos pada perkawinan.

N. Jenis Pelayanan dan Tempat Pelayanan

1. Pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual yang diberikan kepada

pasangan calon pengantin adalah:

a. KIE kesehatan reproduksi dan seksual: penyuluhan, konseling

b. Pemeriksaan kesehatan: pemeriksaan fisik dan penunjang (jika

diperlukan)

c. Imunisasi Tetanus Toxoid sesuai skrining status T.

23
Pelaksanaan kegiatan KIE ini bertempat di Puskesmas. Puskesmas

berperan dalam:

 Kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab dan koordinator

pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon

pengantin di wilayah kerjanya.

 Tenaga kesehatan bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan

kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin (identifikasi

klien, koordinasi dengan stake

2. Fasilitator dan Narasumber Fasilitator pelayanan kesehatan reproduksi dan

seksual bagi calon pengantin adalah tenaga kesehatan yang memiliki

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di puskesmas dan jajarannya.

Kriteria petugas kesehatan dapat bidan, dokter, dokter gigi, perawat, sarjana

kesehatan masyarakat atau petugas kesehatan yang telah mendapat orientasi

tentang pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin.

Dalam pelaksanaan KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon

pengantin, fasilitator dapat meminta bantuan narasumber untuk

menyampaikan materi bidang tertentu.

3. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk

melaksanakan KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin

adalah:

a) Ruangan atau aula

b) Alat tulis menulis (papan tulis, kertas, spidol, balpoin)

c) Lembar Balik Kesehatan Reproduksi dan Seksual bagi Calon pengantin

d) Buku Saku Kesehatan Reproduksi dan Seksual bagi Calon pengantin

24
e) Buku/media kesehatan ibu dan anak seperti Buku KIA, poster gizi dll.

f) Komputer/laptop dan LCD

4. Tahapan Pelaksanaan Beberapa tahapan yang dilakukan untuk melaksanakan

KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin:

a. Persiapan Pelaksanaan Hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum

pelaksanaan KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon

pengantin:

1) Melakukan koordinasi dengan KUA/BP4/Gereja/parisada/vihara

setempat untuk memastikan adanya peran aktif dan dukungan

terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut.

2) Mempersiapkan tempat dan sarana pelaksanaan untuk KIE kesehatan

reproduksi dan seksual bagi calon pengantin, misalnya di

Puskesmas/Poskesdes/KUA/gereja/ parisada/vihara, dan lain-lain.

3) Mempersiapkan materi, alat bantu penyuluhan dan jadwal pelaksanaan,

serta mempelajari materi yang akan disampaikan.

b. Pelaksanaan kegiatan Pelaksanaan pertemuan pelayanan kesehatan

reproduksi dan seksual bagi calon pengantin dilakukan sesuai

kesepakatan antara petugas kesehatan dengan pihak KUA. Oleh karena

itu perlu adanya kerja sama dengan lembaga/kelompok keagamaan

setempat. Alur Pelaksanaan KIE calon pengantin adalah sebagai

berikut:

1) Calon pengantin datang ke KUA/Gereja/parisada/vihara untuk

mengurus pernikahannya.

25
2) Calon pengantin mengisi formulir N1, N2 dan N4 dari

kelurahan/desa yang membawahi tempat tinggal calon pengantin.

3) Calon pengantin membawa surat pengantar yang diperoleh dari

KUA/Gereja/parisada/vihara ke Puskesmas untuk mendapatkan

surat keterangan sehat dan imunisasi TT (melalui skrining status

TT).

4) Di Puskesmas petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan,

KIE kesehatan reproduksi dan imunisasi TT bila diperlukan.

5) Calon pengantin kembali ke KUA/ Gereja/ parisada/ vihara dengan

membawa surat keterangan sehat dan status imunisasi TT.

6) KUA akan mencatatkan pernikahan pasangan pengantin yang telah

menyerahkan formulir N1, N2, N4, surat keterangan sehat dan

imunisasi TT.

7) Untuk pasangan calon pengantin diluar agama Islam, pencatatan

pernikahan, sesuai dengan aturan masing-masing agama.

Pelaksanaan KIE kesehatan reproduksi bagi calon pengantin dapat

dilihat pada bagan berikut:

Gambar 2.2 Alur KIE Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin

26
Monitoring, evaluasi dan pelaporan Untuk memantau perkembangan dan

hasil pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon

pengantin perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala

danberkesinambungan. Seluruh pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan

reproduksi dan seksual bagi calon pengantin dibuatkan pelaporan dan di

dokumentasikan.

Indikator Keberhasilan

1. Indikator Input:

- Adanya Petunjuk pelaksanaan KIE lembar balik kesehatan reproduksi dan

seksual bagi calon pengantin dan Buku KIA

- Adanya petugas kesehatan sebagai fasilitator untuk KIE kesehatan reproduksi

dan seksual bagi calon pengantin

- Tersedianya anggaran untuk KIE kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon

pengantin

2. Indikator Proses:

- Persentase calon pengantin yang mendapatkan pemeriksaan kesehatan,

imunisasi dan KIE kesehatan reproduksi dan seksual

- Persentase fasilitator yang melaksanakan KIE kesehatan reproduksi dan

seksual

- Persentase Puskesmas yang melaksanakan KIE kesehatan reproduksi dan

seksual bagi calon pengantin

- Indikator Output Seluruh calon pengantin mendapat KIE Kesehatan

reproduksi dan seksual.

27
O. Pelaporan Proses pelaksanaan kegiatan KIE

Kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin dilaporkan

oleh puskesmas setiap bulan ke dinas kesehatan kabupaten/kota. Pelaporan

pelayanan kesehatan reproduksi bagi calon pengantin dijadikan sebagai

dokumen, bahan informasi dan pembelajaran bagi pihak-pihak yang

berkepentingan. Isi laporan memuat:

1. Waktu pelaksanaan

2. Jumlah peserta (daftar hadir)

3. Fasilitator dan Narasumber

4. Proses pertemuan

5. Masalah dan hasil capaian pelaksanaan

6. Hasil Evaluasi

Pelaporan dilakukan secara berkala dan berjenjang dari Puskesmas ke dinas

kesehatan kabupaten/kota kemudian ke dinas kesehatan provinsi untuk

selanjutnya ke Kementerian Kesehatan. Pelaporan dibuat dalam bentuk laporan

tahunan.

2. PRAKONSEPSI
A.Definisi
Prakonsepsi terdiri dari dua kata yaitu, “pra” berarti sebelum,

“konsepsi” berarti pertemuan antara sel telur dengan sperma atau yang disebut

dengan pembuahan/fertilisasi. Prakonsepsi adalah waktu sebelum bertemunya

sperma dan sel telur/fertilisasi atau sebelum hamil (Dieny,dkk, 2019).

Masa prakonsepsi adalah waktu sebelum kehamilan atau waktu sebelum

sel telur (ovum) bertemu dengan sperma. Wanita prakonsepsi diasumsikan


28
sebagai wanita dewasa yang siap menjadi seorang ibu. Wanita usia subur

sebagai ibu hamil merupakan kelompok rentan yang status kesehatannya harus

diperhatikan. Kualitas generasi penerus ditentukan oleh kondisi ibu sebelum

dan selama hamil (Dieny,dkk, 2019).

Periode prakonsepsi berlangsung tiga bulan hingga satu tahun sebelum

pembuahan dan idealnya mencakup waktu ketika sel telur dan sperma matang,

sekitar 100 hari sebelum pembuahan (Susilowati dan Kuspriyanto, 2016).

Status Kesehatan pada periode prakonsepsi adalah bagian dari

kesehatan secara keseluruhan selama masa reproduksi yang membantu

mengurangi risiko dan menerapkan gaya hidup sehat untuk mempersiapkan

kehamilan yang sehat dan meningkatkan peluang untuk memiliki bayi yang

sehat (Yulizawati, dkk, 2016).

B. Tujuan Pelayanan Prakonsepsi

Pelayanan prakonsepsi dianggap sebagai komponen utama pelayanan

kesehatan pada wanita usia subur. Tujuan pelayanan prakonsepsi adalah

menyediakan sarana promosi, skrining, dan intervensi pada wanita usia subur

dalam rangka menurunkan faktor resiko yang memengaruhi kehamilan yang

akan datang. Menurut CDC (2006) dalam jurnal Yulizawati dkk, (2016) tujuan

pemberian perawatan pada masa prakonsepsi memiliki efek positif pada

berbagai aspek antara lain:

1. Penurunan angka kematian ibu dan bayi

2. Pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan

3. Mencegah komplikasi selama kehamilan dan persalinan

29
4. Menghindari kelahiran mati, kelahiran prematur dan berat badan lahir

Rendah

5. Pencegahan cacat lahir

6. Mencegah infeksi pada bayi baru lahir

7. Menghindari berat badan rendah dan retardasi pertumbuhan

8. Pencegahan penularan vertikal HIV/IMS

9. Berkurangnya risiko beberapa jenis kanker pada anak

10. Mengurangi risiko penyakit kardiovaskular dan diabetes tipe 2 di masa

depan.

C. Asuhan Prakonsepsi

Menurut WHO (2014) dalam buku Anggraeny dan Ariestiningsih (2017)

Pelayanan kesehatan prakonsepsi adalah pelayanan kesehatan bagi laki-laki

dan perempuan yang diberikan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya

dengan fokus pada upaya memperoleh anak yang sehat. Harapan dari Asuhan

prakonsepsi ini adalah terjadi penurunana angka kesakitan dan kematian pada

ibu dan bayi (Anggraeny & ariestiningsih, 2017). Terdapat beberapa

pemeriksaan yang dilakukan sebelum pernikahan dan sebelum terjadi

kehamilan yaitu dengan melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan-pemeriksaan ini dilakukan secara

bertahap:

1. Pemeriksaan Anamnesis

Pada pemeriksaan anamnesis didapatkan data mengenai nama, umur,

alamat, lama pernikahan, kesiapan untuk hamil dan memiliki keturunan

30
(jumlah anak yang diinginkan), pengetahuan tentang hubungan seksual dan

Keluarga Berencana.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik ini terbagi atas dua yaitu berupa pemeriksaan fisik umum

dan pemeriksaan fisik khusus. Pemeriksaan fisik umum meliputi

pemeriksaan (perut, jantung, tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu)

dapat dilakukan dengan alat seperti rontgen ultrasound. Sedangkan

pemeriksaan khusus meliputi organ reproduksi wanita, pemeriksaan dalam

membutuhkan Pap smear.

3. Pemeriksaan Laboratorium

Tes laboratorium dilakukan untuk mengidentifikasi penyakit yang bisa

mempengaruhi pernikahan dan kehamilan. Selama pemeriksaan

laboratorium dilakukan pemeriksaan dasar seperti pemeriksaan feses,

pemeriksaan darah lengkap, fungsi organ vital yaitu (hati dan ginjal), gula

darah dan hepatitis B/C. Dilakukan juga pemeriksaan untuk mendeteksi

adanya penyakit menular seksual dengan VDRL, preparat gonore, TORCH

(Sitomegali virus toksoplasmosis, virus herpes , rubella, chlamidya) dan

terhadap virus HIV/ AIDS (human immunodedeficiency virus). Dari hasil

pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dilakukan, pengobatan dini bisa

dilaksanankan untuk mendukung keinginan menikah dan segera hamil.

Pemeriksaan ini membutuhkan biaya dan persiapan mental jika ditemukan

adanya penyakit yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan janin (Purwoastuti & walyani, 2015).

31
Menurut DCD (2006) dalam buku Anggraeny & ariestiningsih, (2017) telah

mengeluarkan beberapa pertimbangan guna untuk meningkatkan pelayanan

kesehatan sebelum konsepsi, antara lain:

a. Kunjungan rutin (terjadwal) ke fasilitas kesehatan

b. Berikan pelatihan kesehatan prakonsepsi dan kehamilan seperti skrining

berat badan, imunisasi, status zat besi dan asam folat, penilaian

penggunaan alkohol, dan riwayat medis.

c. Pemberian konseling terkait modifikasi kebiasaan individu untuk

memudahkan pendataan, penilaian kesehatan prakehamilan dapat

dilakukan dengan menggunakan formulir. Hal-hal yang dapat

dicantumkan dalam formulir antara lain riwayat diet, aktivitas fisik, gaya

hidup, riwayat kesehatan individu dan keluarga serta obat-obatan yang

diminum, riwayat kesehatan seperti pola menstruasi, faktor genetik dan

lingkungan.

D. Kebutuhan Wanita Prakonsepsi

Penelitian (Winarsih, 2018) dijelaskan bahwa gizi adalah rangkaian proses

secara organik makanan yang dicerna oleh tubuh untuk memenuhi kebutuhan

pertumbuhan dan fungsi normal organ, serta mempertahankan kehidupan

seseorang. Gizi berasal dari bahasa arab “ghidza”, yang memiliki arti sebagai

makanan. Di indonesia, gizi berkaitan erat dengan pangan, yaitu segala bahan

yang dapat digunakan sebagai makanan. Makanan adalah bahan yang

mengandung zat-zat gizi dan unsur-unsur ikatan kimia yang dapat direaksikan

oleh tubuh menjadi zat gizi sehingga berguna bagi tubuh. Zat gizi atau

nutrients adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk menghasilkan

32
energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses

kehidupan. Berkaitan dengan asupan gizi seseorang, setidaknya kondisi

seseorang akibat mengonsumsi makanan dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu

gizi buruk, baik, dan lebih (Winarsih, 2018).

Berdasarkan informasi di atas, dapat disimpulkan bahwa ilmu gizi adalah

ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubunganya

dengan kesehatan optimal. Ilmu gizi juga bisa didefinisikan sebagai ilmu yang

mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubunganya dengan

kesehatan optimal (Winarsih, 2018).

Energi dibutuhkan supaya metabolisme tubuh berjalan dengan baik.

Kecukupan yang dianjurkan dibedakan sesuai dengan usia dan jenis kelamin.

Kebutuhan energi pada laki-laki lebih kurang 2600-2750 Kkal, sedangkan pada

wanita 2100-2250 Kkal. Energi tersebut paling banyak diperoleh dari

karbohidrat, lemak, dan protein (Dieny, dkk., 2019)

Kebutuhan yang diperlukan pada masa prakonsepsi yaitu:

1. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama tubuh. Setiap 1 gram

karbohidrat yang dikonsumsi menghasilkan energi sebesar 4 Kkal. Contoh

bahan makanan sumber karbohidrat adalah nasi, kentang, jagung, singkong,

ubi, roti, dan mie. Konsumsi karbohidrat dianjurkan sebesar 55-70% dari

kebutuhan energi sehari.

2. Protein

Kebutuhan protein pada masa prakonsepsi sebesar 10-30% dari kebutuhan

energi sehari. Protein berfungsi sebagai zat pembangun, pengatur, serta

33
perbaikan jaringan dan sel-sel yang rusak. Fungsi utama protein bukanlah

sebagai sumber energi, tetapi protein dapat menjadi sumber energi dengan

menyediakan 4 Kkal per gram. Kebutuhan protein dapat dipenuhi dengan

mengkonsumsi bahan makanan sumber protein hewani, seperti ikan, telur,

daging, daging ayam, susu, serta bahan makanan sumber protein nabati,

seperti kacang-kacangan, tahu dan tempe.

3. Lemak

Lemak merupakan seumber energi terbesar dibandingkan dengan

karbohidrat dan protein. Satu gram lemak menghasilkan 9 Kkal, anjuran

asupan lemak per hari adalah 20-30%. Lemak berperan dalam penyerapan

vitamin A,D,E, dan K. Asupan lemak akan memengaruhi jumlah lemak

tubuh yang berhubungan dengan produksi hormon, baik pada wanita

maupun pria, sel lemak yang menjaga ketersediaan hormon dalam tubuh

akan memengaruhi siklus menstruasi pada wanita dan produksi serta

kematangan sperma pada pria. Sumber makanan yang mengandung lemak

banyak ditemukan pada daging merah, ayam, ikan, udang, susu, keju, dan

minyak.

4. Serat

Serat merupakan komponen yang sangat penting pada asupan setiap orang.

Asupan serat yang kurang dapat mengakibatkan susah buang air besar

(sambelit/konstipasi), hemmoroid (ambeien), dan obesitas. Untuk mencegah

terjadinya gangguan pencernaan, tiap individu harus mengkonsumsi serat

dalam jumlah cukup untuk membantu menjaga kesehatan sistem

pencernaan. Kebutuhan serat pada masa prakonsepsi untuk pria adalah 37-

34
38 gram dan wanita sebesar 30-32 gram. Sumber serat yang baik adalah

sayuran, buah-buah, dan kacang-kacangan.

5. Cairan

Kebutuhan cairan pada setiap orang dapat berbeda, tergantung dari usia,

jenis kelamin, suhu lingkungan, jenis makanan yang dikonsumsi, dan jenis

aktivitasnya. Rekomendasi asupan cairan adalah 1,5-2 liter air/hari atau

setara dengan 8 gelas air/hari. Kebutuhan cairan dapat dipenuhi dari air

minum dan air dalam makanan. Air putih lebih disarankan daripada kopi,

teh, muniman bersoda, atau sirup.

6. Vitamin A

Vitamin A berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh, fungsi

penglihatan, dan sebagai sumber antioksida. Angka kecukupan Gizi (AKG)

vitamin A pada pria dimasa prakonsepsi adalah 600 mcg, sedangkan pada

wanita adalah sebesar 500 mcg. Bahan makanan sumber vitamin A, antara

lain daging, kuning telur, susu, mentega, wortel, tomat, kacang panjang, dan

bayam.

7. Vitamin D

Vitamin D adalah vitamin yang larut dalam lemak dan berperan dalam

mengoptimalkan kesehatan tulang serta fungsi otot. Vitamin D terdapat

dalam bahan makanan seperti hati, telur, dan ikan. Selain itu, konsumsi

bahan makanan yang berasal dari hewan ataupun tumbuhan yang

mengandung provitamin D akan berubah menjadi vitamin D bila terkena

sinar matahari. Kebutuhan vitamin D menurut AKG 2013 untuk pria dan

wanita pada masa prakonsepsi sebanyak 15 mcg.

35
8. Vitamin E

Vitamin E berperan sebagai antioksida dan berfungsi dalam sistem

kekebalan tubuh. Vitamin E ditemukan secara alami dalam beberapa

makanan dan suplemen makan. Sumber utama vitamin E adalah minyak

nabati (seperti minyak, jagung, minyak bunga matahari, dan minyak zaitun),

kacang-kacangan dan biji-bijian (seprti biji bunga matahari, kacang kenari),

serta alpukat. Angka kecukupan gizi (AKG) vitamin E pria dan wanita pada

masa prakonsepsi adalah 15 mg/hari.

9. Vitamin K

Vitamin K merupakan vitamin larut lemak yang berfungsi dalam proses

pembekuan darah. Kebutuhan vitamin K berdasarkan AKG 2013 untuk pria

dan wanita pada masa prakonsespsi adalah 1,3-1,4 mg/ hari. Bahan makanan

yang banyak mengandung vitamin K, diantaranya alpukat, minyak kedelai,

sayuran hijau, dan pisang.

10. Vitamin C

Vitamin C merupakan vitamin yang larut dalam air. Di dalam tubuh,

vitamin C Berperan penting dalam membantu absorbsi zat besi,

metabolisme asam folat, sebagai antioksidan, dan meningkatkan kekebalan

tubuh. Kebutuhan vitamin C berdasarkan AKG adalah 90 mg/hari pada pria

dan wanita 75 mg/hari pada wanita. Sumber utama vitamin C adalah buah

dan sayuran segar

36
11. Asam folat

Folat merupakan bagian dari beberapa vitamin B kompleks yang secara

alami terdapat pada bahan makanan atau dalam suplemen. Asam folat

berperan untuk memperoduksi sel darah merah bersama vitamin B12,

metabolisme asam amino, menjaga sistem kekebalan tubuh, dan berperan

penting dalam sistem otak serta saraf. Mengonsumsi folat diketahui dapat

menurunkan kejadian ovulasi infertil pada wanita. Selain itu, asupan asam

folat yang cukup juga berkaitan dengan berkurangnya sperma abnormal

pada pria. Asupan folat harus dijaga kecukupanya hingga masa kehamilan

untuk menghindari kelainan perkembangan janin diawal kehamilan. Angka

kecukupan gizi (AKG) folat pada pria dan wanita saat masa prakonsepsi

adalah 400 mcg/hari. Asam folat terdapat pada berbagai bahan makanan,

seperti daging, buah-buahan, sayuran terutam asparagus, kacang-kacangan,

wijen, dan serelia (biji-bijian).

12. Zat besi

Zat besi diperlukan tubuh untuk pembentukan hemoglobin dan mioglobin

yang dibutuhkan dalam proses metabolisme tubuh. Kekurangan asupan zat

besi dapat menyebabkan anemia dan gangguan ovulasi pada perempuan.

Kebutuhan asupan zat besi meningkat saat kehamilan. Untuk mencegah

kekurangan zat besi saat kehamilan, simpanan zat besi dapat dikaitkan pada

masa prakonsepsi, angka kecukupan gizi (AKG ) zat besi pada pria sebesar

13-15mg/hari, sedangkan pada wanita sebesar 26 mg/hari, zat besi dapat

diperoleh dari daging, ikan, dan unggas. Bahan makanan tersebut

mengandung zat besi heme yang tinggi. Sumber zat besi non-home adalah

37
dari nabati, seperti kacang-kacangan, sayuran warna hijau, dan rumput laut.

Ketersediaan zat besi dari bahan makanan nabati (zat besi non-heme) lebih

rendah dibandingkan yang terdapat dalam zat besi yang berasal dari bahan

makanan hewani (zat besi heme).

13. Selenium

Selenium mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kekebalan tubuh

dan antioksidan. Suplementasi selenium dan vitamin E diketahui dapat

meningkatkan kualitas sperma. Angka kecukupan gizi (AKG) selenium pria

dan wanita pada masa prakonsepsi adalah 30 mcg/hari. Selenium banyak

terdapat dalam daging, ikan, telur, kerang, biji-bijian, dan padi-padian.

14. Seng (Zinc)

Seng berperan penting untuk fungsi kekebalan, antioksida, serta reproduksi.

Angka kecukupan gizi (AKG) seng pada pria saat masa prakonsepsi adalah

13-17 mg/hari. Sementara itu, pada wanita kebutuhan seng sebesar 10

mg/hari. Kekurangan seng pada pria menyebabkan rendahnya kualitas

sperma. Seng banyak terdapat dalam bahan makanan seperti ikan, kerang,

daging, serta kacang-kacangan. (Dieny, dkk., 2019).

3. ANEMIA
A.Definisi
Anemia merupakan suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam

darah lebih rendah daripada nilai normal untuk kelompok orang menurut umur

dan jenis kelamin. Hemoglobin adalah zat warna di dalam darah yang

berfungsi mengangkut oksigen dan karbondioksida dalam tubuh.

38
Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau hemoglobin

(protein pembawa O2) dari nilai normal dalam darah sehingga tidak dapat

memenuhi fungsinya untuk membawa O2 dalam jumlah yang cukup ke

jaringan perifer sehingga pengiriman O2 ke jaringan menurun.

Anemia adalah penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen

akibat penurunan produksi sel darah merah, dan atau penurunan hemoglobin

(Hb) dalam darah. Anemia sering di definisikan sebagai penurunan kadar Hb

dalam darah sampai dibawah rentang normal

B. Etiologi

Anemia dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :

1. Gangguan pembentukan eritrosit

Gangguan pembentukan eritrosit terjadi apabila terdapat defisiensi substansi

tertentu seperti mineral (besi, tembaga), vitamin (B12, asam folat), asam

amino, serta gangguan pada sumsum tulang.

2. Perdarahan

Perdarahan baik akut maupun kronis mengakibatkan penurunan total sel

darah merah dalam sirkulasi.

3. Hemolisis

Hemolisis adalah proses penghancuran eritrosit. Secara umum penyebab

anemia adalah:

a. Kekurangan zat gizi dalam makanan yang di komsumsi.

b. Penyerapan zat besi yang tidak optimal, misalnya karena diare,

pembedahan saluran pencernaan.

39
c. Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang

banyak, perdarahan akibat luka, perdarahan karena penyakit tertentu,

kanker (Tarwoto S.kep,dkk.2007).

C. Batas Normal Kadar Hb dan Metode Pengukuran Hb

Hemoglobin adalah metaloprotein pengangkut oksigen yang

mengandung besi dalam darah.Hemoglobin adalah suatu zat di dalam sel darah

merah yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tub uh.

Hemoglobin terdiri oleh 4 molekul zat besi ( Hame ), 2 Molekul rantai Globin

Alpa dan 2 molekul rantai globin beta. Rantai globin alpha dan beta adalah protein

yang produksinya disandi oleh gen globin alpha dan beta (Yuni, 2015).

Kadar hemoglobin pada setiap golongan berbeda, kadar hemoglobin bervariasi

tergantung umur dan jenis kelamin

D. Penyebab Anemia

Beberapa jenis anemia dapat diakibatkan oleh defisiensi zat besi,

infeksi atau ganguan genetic, yang paling sering terjadi adalah anemia yang

disebabkan oleh kekurangan asupan zat besi. Kehilangan darah yang cukup

banyak, seperti saat menstruasi, kecelakaan dan donor darah berlebihan

jugadapat menghilangkan zat besi dalam tubuh.Wanita yang mengalami

menstruasi setiap bulan berisiko menderita anemia. Kehilangan darah secara

perlahan-lahan di dalam tubuh, seperti ulserasi polip kolon dan kanker kolon

juga dapat menyebabkan anemia.(Briawan, 2014).

Selain zat besi, masih ada dua jenis lagi anemia yang sering timbul

pada anak-anak, remaja dan wanita usia subur. Aplastik anemia terjadi bila sel

yang memproduksi butiran darah merah tidak dapat menjalankan tugasnya. Hal

ini dapat terjadi karena infeksi virus, radiasi, kemoterapi atau obat tertentu.
40
Adapun jenis berikutnya adalah haemolityc anemia, yang terjadi karena sel

darah merah hancur secara dini, lebih cepat dari kemampuan tubuh untuk

memperbaharuinya. Penyebab anemia jenis ini bermacam-macam, bisa bawaan

seperti talasemia atau sickle cell anemia(Adriani & Wirjatmadi, 2014).

E. Gejala Anemia

Menurut Natalia Erlina Yuni (2015) dalam bukunya yang berjudul

kelainan darah menyebutkan gejala anemia sebagai berikut:

1. Kulit Pucat

2. Detak Jantung Meningkat.

3. Sulit Bernafas.

4. Kurang Tenaga atau cepat lelah,

5. Pusing terutama saat berdiri

6. Kurang Tenaga atau cepat lelah,

7. Pusing terutama saat berdiri.

8. Sakit kepala,

9. Siklus menstruasi tidak menentu.

10.Lidah yang bengkak dan nyeri.

11.Kulit mata dan mulut berwarna kuning, limpa atau hati membesar,

penyembuhan luka atau jaringan yang terganggu.

F. Dampak Anemia

Anemia memiliki dampak buruk pada kesehatan bagi penderitanya,

terutama pada golongan rawan gizi yaitu, anak balita, anak sekolah, remaja,

wanita usia subur,ibu hamil dan menyusui dan juga pekerja. Menurtut

(Fikawati, Syafiq, & Veretamala, 2017) dampak anemia sebagai beritkut:

41
1. Menurunkan Daya tahan terhadap infeksi

Defisiensi zat besi menyebabkan menurunnya daya tahan terhadap

penyakit infeksi (Thompson & Ward, 2008) dan meningkatnya

kerentanan mengalami keracunan (Bersamin et al., 2008). Pada populasi

yang mengalami kekurangan zat besi, kematian akibat penyakit infeksi

meningkat karena kurangnya zat besi berdampak pada system imun

2. Mengganggu Produktivitas kerja

3. Selain itu, anemia juga berdampak pada produktivitas kerja dan juga

menyebabkan kelelahan.

Anemia yang terjadi pada massa hamil berhubungan dengan kejadian

BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) dan peningkatan risiko kematian ibu dan

bayi perinatal. Selama kehamilan, anemia diasosiasikan dengan peningkatan

kesakitan dan kematian.Anemia tingkat berat diketahui merupakan faktor

resiko kematian ibu.Untuk janinnya sendiri, anemia selama kehamilan dapat

meningkatkan risiko BBLR, kelahiran prematur, dan defisiensi zat besi serta

anemia pada bayi nantinya.

G. Pencegahan Anemia dan penanggulangan Rematri dan WUS

Anemia dapat dicegah dengan cara :

1. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi seperti makan- makanan yang

banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan,

ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua,

kacang-kacangan, tempe.

42
2. Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin

C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nenas)

sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.

3. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet

Tambah Darah (TTD). Mengobati penyakit yang menyebabkan atau

memperberat anemia seperti: kecacingan, malaria, dan penyakit TBC.

4. Manajemen Asuhan Kebidanan


A. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan
Penelitian (Nurmila, 2017) manajemen kebidanan adalah pendekatan

yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah

secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisisdata diagnosa kebidanan,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Proses manajemen ini terdiri dari 7

langkah berurutan dimana disetiap langkah disempurnakan secara periodik,

proses ini dimulai dari pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.

Dengan adanya proses manajemen asuhan kebidanan ini maka mudah kita

dapat mengenali dan mengidentifikasi masalah selanjutnya, merencanakan dan

melaksanakan suatu asuhan yang aman dan efektif.

B. Tahapan dalam Manajemen Asuhan Kebidanan

Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan yang

dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.

Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisa

diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut bisa

dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai

dengan kondisi klien. Berikut langkah-langkah dalam proses penatalaksanaaan


43
menurut varney. Adapun tahapan manajemen asuhan kebidanan menurut

langkah varney adalah sebagai berikut:

1. Langkah I Pengumpulan Data Dasar

2. Adapun pengumpulan data dasar yang lengkap untuk menilai keadaan

klien, data ini termasuk riwayat kesehatan klien, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan laboratorium serta laporan keterangan tambahan lain

berhubungan dengan kondisi klien yang didapat melalui wawancara pada

klien ataupun keluarga.

- Pertama, yaitu anamnesa dimana akan didapatkan bahwa klien

mengeluh mengalami mual, nafsu makan berkurang dan klien juga

merasa cepat lelah dan kadang-kadang juga mengalami pusing.

- Kedua, yaitu akan didapatkan data objektif. Pada pemeriksaan fisik

sesuai dengan kebutuhannya, pada pemeriksaan fisik akan dilakukan

dengan inspeksi dan palpasi yang akan didapatkan wajah dan

konjungtiva pucat timbul salah satu atau lebih tanda gejala kekurangan

energi kronis.

- Ketiga, pemeriksaan tanda-tanda vital, antropometri dan pemeriksaan

lab yang memungkinkan akan didapatkan hasil pengukuran LiLA

<23,5 cm dan pada pemeriksaan tes darah laboratorium ditemukan

hasil HB kurang dari normal (<11 gr%) dan tekanan darah yang rendah

dibawah 100 mmHg.

3. Langkah II Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah

berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah

44
dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan,

sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.

Diagnosis kurang energi kronis ditegakan berdasarkan data subjektif dan

data objektif yang didapatkan serta beberapa pemeriksaan fisik yang

dilakukan. Kurang energi kronis dapat ditegakan jika pasien didapatkan

Lingkar lengan atas (LILA) kurang dari 23,5cm. Badan kurus,

Konjungtiva pucat, Tensi kurang dari 100 mmHg, Hb kurang dari normal

(<11 gr%), Nafsu makan kurang, Mual, Badan lemas, Mata berkunang-

kunang.

4. Langkah III Mengidentifikasi Diagnosa/Masalah Potensial.

Pada langkah ini kita Mengidentifikasi adanya diagnosa atau masalah

potensial dan mengantisipasi penangananya. Pada langkah ini kita

mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial yang

berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasikan.

Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan

pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap

bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Langkah ini sangat

penting dalam melakukan asuhan yang aman. Masalah yang mungkin

terjadi berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah didentitifikasi

Kurang energi kronis pada masa usia subur khususnya masa persiapan

kehamilan maupun saat kehamilan dapat berakibat pada ibu maupun janin

yang dikandungnya. Terhadap persalinan pengaruhnya dapat

mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya

dan pendarahan. Serta terhadap janin pengaruhnya dapat menimbulkan

45
keguguran/abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan,

anemia pada bayi, dan bayi berat lahir rendah (Putri, 2017).

5. Langkah IV Melakukan Tindakan Segera Atau Kolaborasi

Pada langkah ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan

menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakan.

Bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan

konsultasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain berdasarkan

kondisi klien. Pada langkah ini bidan juga harus merumuskan tindakan

emergensi untuk menyelamatkan ibu, yang mampu dilakukan secara

mandiri dan bersifat rujukan. Pada kasus ini melalukan kolaborasi untuk

asuhan kesehatan prakonsepsi dengan dokter atau tenaga kesehatan

profesional lainya. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan

atau dokter dan atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani

bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi ibu. Pada kasus

kekurangan energi kronis tidak diperlukan adanya tindakan segera atau

kolaborasi, jika dalam keadaan tertentu terjadi komplikasi lain maka perlu

6. Langkah V Melakukan perencanaaan

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh

langkah-langkah sebelumnya dan merupakan lanjutan manajemen

terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasikan atau

diadaptasi. Setiap rencana asuhan harus disertai oleh klien dan bidan agar

dapat melaksanakan dengan efektif. Rencana asuhan kesehatan

prakonsepsi yang di lakukan yaitu:

- melakukan kunjungan ke tempat pelayanan kesehatan secara teratur

46
- pemberian edukasi terkait kesehatan prakonsepsi dan kehamilan seperti

skrining berat badan, vaksinasi, status zat besi dan asam folat,

pengkajian kosumsi alkohol, dan riwayat penyakit.

- pemberian konseling terkait modifikasi kebiasaan individu. Skrining

kesehatan prakonsepsi dapat dilakukan dengan menggunakan formulir

tersebut antara lain riwayat diet, aktivitas fisik, pola hidup, riwayat

kesehatan individu dan keluarga, obat-obatan yang dikonsumsi,

riwayat kesehatan seperti pola menstruasi, faktor genetik, dan

lingkungan. Adapun penatalaksanaan kekurangan energi kronis adalah

memberi penyuluhan ataupun konseling kepada ibu dengan

menjelaskan kepada ibu kandungan zat gizi pada setiap jenis makanan

berbeda-beda, maka untuk memenuhi kebutuhan sebagian besar zat

gizi diperlukan konsumsi makanan yang beragam dengan porsi yang

benar untuk setiap harinya, selain itu, pemberian tablet tambah darah,

suplemen vitamin juga sangat penting dalam kasus ini (Yulizawati,

dkk., 2016).

7. Langkah VI Pelaksanaaan Tindakan

Pada langkah keenam ini dilakukan rencana asuhan menyeluruh seperti yang

telah diuraikan pada langkah V dan dilaksanakan secara efisien dan aman.

Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun

berkolaborasi dengan tim kesehatan lainya.

8. Langkah VII Evaluasi

Pada langkah ketuju ini merupakan tahap akhir dalam manajemen kebidanan,

yakni dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang

47
dilakukan bidan. Adapun yang perlu dievaluasi yaitu: Lingkar lengan atas

kurang dari 23,5 cm, Badan kurus, Konjungtiva pucat, Tensi kurang dari 100

mmHg, Hb kurang dari normal (<11 gr%), Nafsu makan kurang, Mual, Badan

lemas, Mata berkunang-kunang Evaluasi sebagai bagian dari proses yang

dilakukan secara terus-menerus untuk meningkatkan pelayanan secara

komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien.

C. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

Metode 4 langkah pendokumentasian yang disebut SOAP (subjektif, Objektif,

Assesment, Planing) ini dijadikan proses pemikiran penatalaksanaan

kebidanan, dipakai untuk mendokumentasikan asuhan pemeriksaan klien dalam

rekaman medis sebagai catatan perkembangan kemajuan yaitu:

1. Subjektif (S)

Adalah segala bentuk pernyataan atau keluhan dari pasien sebagai langkah I

varney

2. Objektif (O)

Adalah data yang diobservasi dari hasil pemeriksaan oleh bidan/tenaga

kesehatan lain sebagai langkah I varney

3. Assesment (A)

Merupakan kesimpulan dari objektif dan subjektif sebagai langkah II, III

dan IV varney

4. Planning (P)

Adalah rencana tindakan yang dilakukan berdasarkan analisis sebagai

langkah V, VI, dan VII varney.

48
SOAP ini dilakukan asuhan terhadap wanita usia subur dengan kurang energi

kronis pada tahap berikutnya, dan atau kunjungan berikutnya untuk memantau

perkembangan ibu, kunjungan rumah dilakukan untuk asuhan yang lebih efektif

(Nurmila, 2017).

49
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH PRAKONSEPSI PADA CALON
PENGANTIN DI PUSKESMAS RIMBO BUJANG IX
KABUPATEN TEBO TAHUN 2023

Pengkajian
No.REGISTER : 02.1302.02
TANGGAL : 29 April 2023
PUKUL : 10.10 Wib
RUANG : Poli Kesehatan Reproduksi

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Catin Wanita Catin Laki-laki
Nama Ibu : Nn. D Nama Suami : Tn. P
Umur : 27 tahun Umur : 28 tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Honorer Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jalan Turi Alamat : Jayapura
2. Alasan Datang
Ingin memeriksakan kesehatan, suntik TT dan mendapatkan surat
keterangan kesehatan sebagai persyaratan calon pengantin
3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 15 Tahun
Siklus : 28 Hari/bulan, lama ± 5-7 Hari
Banyaknya : hari awal 4x/hari ganti pembalut, hari berikutnya 3x/hari
ganti pembalut
Dysmenorrhea : tidak pernah
Fluor Albus : kadang-kadang, bening, tidak gatal dan tidak berbau

50
4. Penyuluhan yang Pernah Didapat
Kedua calon pengantin belum pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan
reproduksi pranikah dan perencanaan kehamilan
5. Riwayat Kesehatan
a. Catin Wanita : Tidak sedang ataupun pernah menderita penyakit jantung,
hipertensi, asma, DM, ginjal, batuk lama (TBC atau
difteri), belum pernah melakukan pemeriksaan hepatitis,
IMS dan HIV/AIDS.
b. Catin Laki-laki : Tidak sedang ataupun pernah menderita penyakit
jantung, hipertensi, asma, DM, ginjal, batuk lama (TBC
atau difteri), belum pernah melakukan pemeriksaan
hepatitis, IMS dan HIV/AIDS.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Catin Wanita : Keluarga tidak ada yang sedang atau pernah menderita
penyakit menurun seperti jantung, hipertensi, ginjal, DM,
asma dan tidak ada yang sedang atau pernah menderita
penyakit menular seperti TBC, hepatitis, dan IMS

b. Catin Laki-laki : Orang tua laki-laki (ayah) menderita hipertensi.


Keluarga tidak ada yang sedang atau pernah menderita
penyakit menurun seperti jantung, ginjal, DM, asma dan
tidak ada yang sedang atau pernah menderita penyakit
menular seperti TBC, hepatitis, dan IMS

7. Anamnesis Tambahan Untuk Catin


a. Skrining Imunisasi Tetanus
Catin wanita mengaku pernah mendapatkan imunisasi Td saat SD namun
tidak memiliki pencacatan di buku KIA, buku Raport Kesehatanku,
Kohort dan/atau rekam medis catin
b. Sexuality (aktivitas seksual)
- Catin Wanita : belum pernah melakukan hubungan seksual
- Catin Laki-laki: belum pernah melakukan hubungan seksual
c. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan

51
- Catin Wanita : tidak pernah merokok, mengkonsumsi alkohol dan narkoba
- Catin Laki-laki: tidak pernah merokok, mengkonsumsi alkohol dan
narkoba
8. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi

- Catin Wanita : Makan 3 kali sehari dengan porsi sedang, terdiri dari
nasi, ayam, telur, daging, jarang mengkonsumsi buah
dan sayur. Minum air putih 7-8 gelas sehari. Tidak ada
pantangan/alergi makanan

- Catin laki-laki : Makan 3 kali sehari dengan porsi sedang, terdiri dari
nasi, ayam, telur, daging, jarang mengkonsumsi buah
dan sayur. Minum air putih 7-8 gelas sehari, suka
mengkosumsi minuman berwarna seperti es teh dan
kopi. Tidak ada pantangan/alergi makanan
b. Pola eliminasi
- Catin Wanita : BAB 1-2 hari sekali, warna kuning khas, tidak ada
keluhan sakit saat BAB. BAK 4-6 kali sehari, tidak
nyeri saat berkemih
- Catin Laki-laki: BAB 1 kali sehari warna kuning khas, tidak ada
keluhan
c. Istirahat
- Catin Wanita : tidur siang ± 1 jam dan pada malam hari tidur 7-8 jam
- Catin Laki-laki: jarang tidur siang dan pada malam hari tidur 7-8 jam
d. Aktivitas
- Catin Wanita : bekerja sebagai guru honorer di Sekolah Dasar
- Catin Laki-laki : Bekerja dari jam 07.00-17.00 WIB di Cv Motor
e. Personal Hygine
- Catin wanita : Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, ganti
celana dalam 2-3 kali/hari atau setiap kali basah.
Setelah BAK atau BAB dikeringkan menggunakan
handuk.

52
- Catin Laki-laki: Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari.
9. Riwayat pernikahan
Pasangan akan menikah tanggal 26 Mei 2023.
- Catin Wanita : pernikahan yang pertama dan alasan memutuskan untuk
menikah adalah kehendak pribadi
- Catin Laki-laki : pernikahan yang pertama dan alasan memutuskan untuk
menikah adalah kehendak pribadi
10. Riwayat Psikososial Budaya
Keluarga dari dua belah pihak mendukung pernikahan. Kedua calon
pengantin mengatakan sudah siap secara mental untuk menikah dan tidak
menunda kehamilan setelah menikah, bahkan ingin segera memiliki anak.
Tidak ada budaya tertentu yang berhubungan dengan pernikahan.
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Catin Wanita Catin Laki-laki
a. Keadaan umum : Baik Baik
b. Kesadaran : Composmetis Composmetis
c. Tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg 110/80 mmHg
Denyut Nadi : 84 kali/menit 88 kali/menit
Pernafasan : 22 kali/menit 20 kali/menit
Suhu : 36,oC 36,4oC
TB : 160 cm 176 cm
BB : 46 kg 72 kg
IMT : 18.0 23,3
Lila : 22 cm

2. Pemeriksaan Fisik
a. Catin Wanita
Bentuk tubuh : Normal
Wajah : sedikit pucat dan tidak ada kelainan yang berkenaan
dengan genetic seperti sindrom down
Mata : Konjungtiva sedikit anemis, sclera putih
Mulut : Bibir sedikit pucat, dan sedikit tidak kering

53
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan vena
jugularis
Payudara : Simetris kiri dan kanan, tidak ada benjolan dan nyeri tekan
Abdomen : Tidak terdapat bekas luka operasi, tidak ada pembesaran
uterus, dan tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas : Tidak terdapat oedema dan juga tidak terdapat varices
b. Catin Laki-laki
Bentuk tubuh : Normal
Wajah : Tidak pucat dan tidak ada kelainan yang berkenaan dengan
genetic seperti sindrom down
Mata : Konjungtiva merah muda, sclera putih
Mulut : Bibir tidak pucat, lembab tidak kering
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan vena
jugularis
Ekstremitas : Tidak terdapat oedema dan juga tidak terdapat varices
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Catin Wanita Catin Laki-laki
HepatitisB : (-) negatif HepatitisB : (-) negatif
Sifilis : (-) negatif Sifilis : (-) negatif
HIV : (-) negatif HIV : (-) negatif
RDT : (-) negatif RDT : (-) negatif
Hemoglobin : 9,6 gr/dl Hemoglobin : 11,8 gr/dl
Golongan darah :A Golongan darah : A
Protein urine : (-) negatif Protein urine : (-) negatif
Glukosa urine : (-) negatif Glukosa urine : (-) negatif
HCG (Test Pack) : (-) negatif

C. ANALISIS DATA
Diagnosa : Nn. D usia 27 Tahun dan Tn. P Usia 28 Tahun pasangan Catin
Wanita Anemia

54
D. PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada kedua calon pengantin bahwa
secara umum keadaan mereka baik, tanda-tanda vital batas normal,hasil
pemeriksaan laboratorium didapatkan HB: 9,6gr%
E: kedua calon pengantin mengerti dengan informasi yang diberikan
2. Menjelaskan kepada catin wanita bahwa status imunisasi tetanus saat ini
masih T0 karena tidak memiliki bukti pencacatan di buku KIA, buku Raport
Kesehatanku Kohort dan/atau rekam medis sehingga catin wanita perlu
diberikan suntik imunisasi tetanus sampai mencapai status T5.
E: catin wanita bersedia untuk dilakukan imunisasi tetanus.
3. Memberikan injeksi imunisasi tetanus 0,5 cc secara IM pada lengan kiri
catin wanita dan menjelaskan bahwa status imunisasi tetanus sekarang yaitu
T1 yang belum memiliki masa perlindungannya terhadap tetanus karena
merupakan langkah awal pembentukan kekebalan tubuh terhadap penyakit
tetanus. Sehingga catin wanita dianjurkan untuk datang kembali 4 minggu
lagi untuk mendapatkan imunisasi T2 yaitu pada tanggal 10 Februari 2021.
Catin wanita diharapkan mencapai status imunisasi T5 (T lengkap) dimana
masa perlindungannya > 25 tahun.
E: catin wanita mengerti dan tidak ada reaksi alergi. Status imunisasi telah
dicatat di surat keterangan kesehatan calon pengantin.
4. Menjelaskan persiapan pranikah dan prakonsepsi kepada kedua calon
pengantin bahwa harus memiliki kesiapan fisik meliputi pemeriksaan status
kesehatan, status gizi, dan laboratorium. Kesiapan Mental/Psikologis yaitu
harus siap menjadi orang tua termasuk mengasuh dan mendidik anak,
Kesiapan Sosial Ekonomi yaitu seperti status sosial ekonomi yang kurang
dapat meningkatkan risiko terjadi KEK dan anemia pada calon ibu.
E: kedua calon pengantin mengerti dengan penjelasan yang diberikan
5. Menjelaskan kepada catin wanita tentang :
a. meningkatkan konsumsi makanan sumber zat besi Meningkatkan asupan
makanan sumber zat besi dengan pola makan bergizi seimbang, yang
terdiri dari aneka ragam makanan, terutama sumber pangan hewani yang
kaya zat besi (besi heme) dalam jumlah yang cukup sesuai dengan

55
AKG.Selain itu juga perlu meningkatkan sumber pangan anabatic yang
kaya zat besi (besi non- heme), walaupun penyerapannya lebih rendah
dibanding dengan hewani. Makanan yang kaya sumber zat besi dari
hewani contohnya hati, ikan, daging dan unggas, sedangkan dari nabati
yaitu sayuran berwarna hijau tua dan kacang-kacangan.
b. Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan
hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati
(sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe.
c. Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung
vitamin c (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan
nenas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi
dalam usus
d. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet
Tambah Darah (TTD) dan sebaiknya dikonsumsikan bersama dengan :
 Buah –buahan sumber vitamin C ( jeruk, papaya, manga, jambu biji
dan lain-lain).
 Sumber protein hewani, seperti hati, ikan, unggas dan daging.
 Hindari mengonsumsi tablet tambah darah (TTD) bersamaan dengan:
Teh dan kopi karena mengandung senyawa fitat dan tannin yang dapat
mengikat zat besi menjadi senyawa yang kompleks sehingga tidak
dapat diserap.Tablet kalsium dosis yang tinggi, dapat menghambat
penyerapan zat besi. Susu hewani umumnya mengandung kalsium
dalam jumlah yang tinggi sehingga dapat menurunkan penyerapan zat
besi di mukosa usus.
E: catin wanita mengerti dengan penjelasan yang diberikan
7. Menganjurkan kepada kedua calon pengantin untuk menjaga pola makan
seimbang, mengurangi makanan yang mengandung kolesterol, kadar garam
dikarenakan catin laki-laki berisiko mengalami hipertensi dan mengurangi
kafein (batas mengkonsumsi kafein sebanyak 200 miligram/hari) karena
dapat memperburuk kesehatan menjelang persiapan kehamilan, minum air
putih 8 gelas/hari, serta mencegah stress berlebihan, melakukan olahraga
dan kontrol kesehatan secara rutin.

56
Evaluasi: kedua catin bersedia melakukan anjuran yang telah diberikan
8. Menjelaskan kepada kedua calon pengantin bahwa mereka bisa segera untuk
merencanakan kehamilan karena umur ideal yang matang secara biologis
dan psikologis adalah 20-25 tahun bagi wanita dan umur 25-30 tahun bagi
pria. Kehamilan ideal adalah kehamilan yang direncanakan, diinginkan dan
dijaga perkembangannya secara baik.
Evaluasi: kedua calon pengantin mengerti dengan penjelasan yang
diberikan
9. Menganjurkan kepada calon pengantin wanita untuk lebih banyak
mengkonsumsi makanan yang kaya zat besi seperti hati, daging sapi,
sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, ikan, dan daging ayam, serta
mengandung asam folat seperti pada sayuran bewarna hijau tua atau minum
susu yang terdapat kandungan asam folat. Selain itu, catin wanita juga
penting mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD). Aturan minum TTD
bagi catin wanita yaitu diminum secara teratur 1 tablet setiap minggu.
Evaluasi: catin wanita mengerti dengan penjelasan yang diberikan
10. Memberikan Informasi tentang:
a. Masa subur seorang perempuan, yaitu dekat dengan pertengahan siklus
haid (14 hari sebelum haid berikutnya atau antara kedua waktu dari
siklus terpanjang dikurang 11 dan siklus terpendek dikurangi 18) atau
terdapat tanda-tanda kesuburan, diantaranya: peningkatan suhu tubuh
±0,5oC, pembesaran pada payudara dapat disertai rasa nyeri/tidak
nyaman, dan perubahan cairan serviks menjadi lebih banyak, bening dan
teksturnya licin
b. Tentang kehamilan, yaitu proses kehamilan, tanda-tanda kehamilan,
memeriksakan kehamilan, kehamilan dan persalinan berisiko, tanda
bahaya kehamilan, kondisi emosional ibu hamil, Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dan Buku Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA).
c. Kondisi kesehatan yang perlu di waspadai pada calon pengantin, yaitu
anemia dan kekurangan gizi.
d. Penyakit-penyakit yang perlu di waspadai pada calon pengantin, yaitu

57
hepatits b, malaria, TORCH, kanker payudara, kanker leher rahim
(serviks), IMS (Infeksi Menular Seksual), ISR (Infeksi Saluran
Reproduksi) dan HIV AIDS.
e. Penyakit genetik yang dapat mempengaruhi kehamilan dan kesehatan
janin, yaitu thalassemia dan hemofilia.
f. Menjaga kesehatan jiwa dan harmonisasi pasangan suami istri, yaitu
sebelum memasuki jenjang pernikahan setiap calon pengantin perlu
mengenali karakteristik diri masing-masing pasangan terlebih dahulu
supaya terwujud keluarga yang sehat, bahagia, dan sejahtera
g. Kesetaraan gender dalam rumah tangga karena pernikahan yang ideal
dapat terjadi ketika perempuan dan laki-laki dapat saling menghormati
dan menghargai satu sama lain, yaitu dalam mengambil keputusan dalam
rumah tangga dilakukan secara bersama dan tidak memaksakan ego
masing-masing, suami-istri saling membantu dalam pekerjaan rumah
tangga, pengasuhan, dan pendidikan anak, kehamilan merupakan
tanggung jawab bersama laki-laki dan perempuan, laki- laki mendukung
terlaksananya pemberian ASI eksklusif.
h. Tindak kekerasan yang mengganggu pernikahan, berupa kekerasan
secara fisik, psikis, seksual, penelantaran dan eksploitasi. Serta langkah-
langkah selanjutnya yang dapat dilakukan.
i. Kehidupan seksual suami istri, yaitu gangguan seksual pada perempuan,
gangguan seksual pada laki-laki, dan mencegah gangguan seksual
j. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), yaitu melakukan aktivitas
fisik, konsumsi sayur dan buah, tidak merokok, tidak mengonsumsi
alkohol, memeriksa kesehatan secara berkala, membersihkan lingkungan,
dan menggunakan jamban sehat.
Evaluasi: kedua calon pengantin mengerti dengan informasi penjelasan
yang diberikan
10. Menganjurkan kedua calon pengantin untuk memeriksakan kesehatan
apabila ada keluhan.
Evaluasi : kedua calon pengantin bersedia untuk memeriksakan kesehatan
apabila ada keluhan.

58
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada pasangan catin Nn. D umur

27 dan Sdr. P umur 28 tahun tanggal 29 April 2023 di poli kesehatan reproduksi

didapatkan hasil pembahasan yang akan diuraikan tentang asuhan kebidanan

mengenai anemia pada wanita usia reproduksi berdasarkan referensi yang telah di

temukan. Pembahasan ini akan diuraikan secara narasi berdasarkan asuhan

kebidanan dengan 7 langkah varney yaitu: pengumpulan data dasar, merumuskan

diagnosis atau masalah aktual, merumuskan diagnosis atau masalah potesial,

melaksanakan tindakan segera atau kolaborasi, perencanaan tindakan asuhan

kebidanan, melakukan tindakan asuhan kebidanan dan mengevaluasi asuhan

kebidanan.

Pada langkah pertama mengidentifikasi terjadinya anemia pada wanita

usia reproduksi mengumpulkan semua informasi akurat dan lengkap dari semua

sumber yang telah melakukan penelitian terhadap anemia. Dilangkah ini akan

didapatkan berbagai referensi tentang definisi, tanda dan gejala serta faktor-faktor

penyebab terjadinya anemia.

Pada Nn D didapatkan hasil pemeriksaan fisik wajah sedikit pucat, mata

sedikit anemis dan pada pemeriksaan Hb didapatkan hasil 9,6 gr % hal ini sesuai

dengan penelitia (Siti, 2015) yaitu penentuan diagnosa anemia dapat dikalakukan

dengan meanamnesa yang dilakukan didapatkan klien mudah lelah, sering pusing,

mata berkunang kunang dan keluah mual muntah, serta dilakukan pemeriksaan

dan pengawasan Hb yang dilakukan mengunakan alat sahli didapatkan hasil

pemeriksaan Hb 11g%, Hb 9-10g%, Hb 7-8g%, Hb <7g%. menurut penelitian

59
(Sudikno, 2016) mengatakan metode yang paling sering digunakan di

labolatorium dan paling sederhana adalah metode sahli, dan yang lebih canggih

adalah metode cynmethemoglobin, hasil pembacaan metode sahli dipengaruhi

subjektivitas karena yang membandingkan warna adalah mata telanjang, maka

disimpulkan untuk menegakkan diagnose anemia tidak hanya dilihat dari hasil

anamnesa yang didapatkan dari data pasien atau pun keluhan tetapi didapat

dengan pemeriksaan labolatorium.

Sedangkan penelitian lainnya yang dilakukan (Desmon, 2017) mengatakan

diagnose anemia dapat kita lihat dengan melakukan anamnesa yang didapatkan

dari pasien atau pun data objektif yang di dapatkan oleh klien seperti terjadinya

seperti, klien mudah lelah, sering pusing, mata berkunang kunang dan keluhan

mual muntah.

Sejalan dengan penelitian (Elya Sugianti, 2017) yang mengatakan bahwa

untuk menegakkan diagnosa perlu diperhatikan anamnesa melalui pengkajian

yang dilakukan karena kita tidak selamanya ada pada daerah yang memiliki

labolatorium maka penegakkan diagnose dapat dilihat melalui data subjektif

ataupun keluahan yang didapatkan dari klien, maka kesimpulan dari langkah 2 ini

adalah penegakan diagnose.

dapat dilihat dari 2 aspek yaitu melalui anamnesa dan pemeriksaan

labolatorium yang dilakukan lalu memcocokkan dan mengidentifikasi lalu

menengakkan diagnose yang ada. Penelitian (Wijayanti, 2019) Faktor yang

mempengaruhi terjadinya anemia adalah kebutuhan mengomsumsi Fe yang tidak

terpenuhi, zat besi merupakan mineral mikro terdapat pada manusia yaitu 3-5

gram sebagai alat angkut oksigen dan paru-paru kejaringan tubuh dan

60
meningkatkan volume darah sehingga akan banyak melakukan pembentukan

hemoglobin maka, jika sebaliknya komsumsi Fe yang kurang maka akan terjadi

sebaliknya dan mengakibatkan anemia.

anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin lebih rendah dari

normal. Serupa dengan penelitian (Hidayah, 2016) yang mengatakan anemia

merupakan suatu kondisi terdapat defesiensi ukuran/jumlah eritrosit atau

kandungan hemoglobin. Anemia terjadi apabila kepekatan hemoglobin dalam

darah dibawah batas normal. Hemoglobin adalah sejenis pigmen yang terdapat

dalam sel darah merah bertugas dari paru-paru ke jaringan tubuh (Ahmady, 2016).

Penyebab anemia yang terjadi pada wanita usia subur ada beberapa yaitu

gangguan pembentukan eritrosit terjadi apabila terdapat defisiensi substansi

tertentu seperti mineral (besi, tembaga), vitamin (B12, asam folat), asam amino,

serta gangguan pada sumsum tulang. Perdarahan baik akut maupun kronis

mengakibatkan penurunan total sel darah merah dalam sirkulasi dan hemolisis

atau proses penghancuran eritrosit adapun penyebab anemia secara umum adalah

Kekurangan zat gizi dalam makanan yang di komsumsi, penyerapan zat besi yang

tidak optimal, misalnya karena diare, pembedahan saluran pencernaan, kehilangan

darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang banyak, perdarahan

akibat luka, perdarahan karena penyakit tertentu, kanker (Wijayanti, 2019)

Pada penelitian (Zafira, 2019) mengatakan anemia pada wanita usia subur

yang disebabkan kekurangan zat besi yang akan berdampak pada kesehatan

resproduksi wanita usia subur, menurungkan konsetrasi belajar, menurungkan

kemampuan fisik, dan mengakibatkan muka pucat. Menurut (Yohanes, 2020)

yang mengatakan komplikasi dari anemia adalah gagal jantung kongestif, konfusi

61
kanker, penyakit ginjal, gondok, gangguan pembentuka heme, penyakit infeksi

kuman, thalassemia, rematoid, dan gangguan system imun,, komplikasi diatas

adalah akibat yang terjadi jika anemia tidak ditangani secara baik.

Sedangkan penelitian lainnya mengatakan komplikasi dari anemia pada

wanita usia produksi adalah mempengaruhi kesuburan yang mengakibatkan

kemandulan, dan kelemahan saat hamil yang dapat mengakibatkan kematian pada

wanita (Dewi Novitasari, 2012)

Menurut Tarwoto, (2010) penatalaksanaan yang dilakukan pada wanita usia

produksi yang mengalami anemia antara lain:

a. Mengomsumsi makanan yang mengandung zat besi dari bahan hewani (daging,

ikan, ayam, hati, dan telur): dan dari bahan nabati (sayuran yang berwarna

hijau tua, kacang-kacangan, dan tempe)

b. Banyak makan makanan sumber vitamin c yang bermamfaat untuk

meningkatkan penyerapan zat besi, misalnya: jambu, jeruk, tomat dan nanas

c. Minum 1 tablet penambah darah setiap hari, khususnya saat mengalami haid

d. Bila merasakan adanya tanda dan gejala anemia, segera kepelayanan kesehatan

untuk diberikan pengobatan

Menurut (Susarmi, 2017) setelah ditegakkan diagnosis maka dibuat rencana

tindakan terapi yang akan dilakukan pada wanita yang mengalami anemia.

a. terapi kausal : tergantung pada penyebab, misalnya pengobatan cacing

tambang, pemgobatan hemoroid, pengobatan menoragia. Terapi kausal ini

dilakukan, kalau tidak maka anemia akan kambuh kembali.

b. pemberian preparat besi untuk menganti kekurangan zat besi dalam tubuh

adalah besi per oral merupakan obat pilihan pertama karena efektif, murah,

62
dan aman, ada beberapa preparat yang tersedia yaitu ferrous sulphat (sulfat

ferosus)preparat pilihan pertama dengan dosis 3x200 mg, dan ferrous

gluconate, ferrous fumarate, ferrous laclate, dan ferrous succinate, harga

lebih mahal tetapi efektifitasnya dan efek samping hampir sama.

Berdasarkan klasifikasi anemia tingkat WHO dimana rerata kadar HB

yang memiliki <11 g/dl wanita usia reproduksi merupakan salah satu kelompok

yang beresiko tinggi mengalami anemia, wanita usia subur rentang mengalami

anemia dimana salah satu penyebabnya karena siklus menstruasi setiap bulan

sehingga terjadi peningkatan kebutuhan zat besi Status gizi responden berdasarkan

IMT pada Penelitian yang dilakukan (Siagian, 2017) menunjukkan bahwa

responden kurus memiliki peluang mengalami anemia dibanding dengan yang

tidak kurus (Siagian, 2017) Penelitian lainnya menyebutkan bahwa kejadian

anemia pada WUS

63
BAB V
PENUTUP

Setelah mempelajari berbagai macam teori yang didapatkan dari referensi

seperti jurnal maupun buku mengenai kasus Hb kurang dari normal, sehingga

penulis menghubungkan dengan teori dan konsep asuhan kebidanan pada

pranikah serta prakonsepsi dengan anemia maka dapat menarik kesimpulan dan

saran yaitu:

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan referensi maka dilakukan dengan teknik pendekatan

manejemen asuhan yang dimulai dari analisis data dasar, pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan penunjang sehingga ditemukan data subjektif dan

objektif pada pasien. Dari referensi didapatkan tanda dan gejala yaitu

didapatkan nafsu makan berkurang yang menyebabkan pola makan ibu

tidak teratur, Data penunjang yang ditemukan pada saat pemeriksaan

Hemoglobin didapatkan dibawah normal yaitu 9,6 gr%.

2. Berdasarkan referensi Diagnosa/masalah aktual yang ditegakkan pada

pasien dengan anemia dengan pengumpulan data seperti riwayat

kesehatan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, maka ditetapkan

diagnosa kebidanan pada pasien dengan anemia pada catin wanita

pranikah dan prakonsepsi

3. Berdasarkan referensi Perumusan masalah potensial pada pasien dengan

Hb kurang dari normal akan menjadi masalah potensial dan di antisipasi

terjadinya gangguan kesuburan dan bahkan menyebabkan kematian dan

menyebabkan terjadi perdarahan pada ibu, persalinan sulit atau lama,


64
terjadinya pertumbuhan janin terhambat (PJT), Cacat bawaan, BBLR dan

kematian janin.

4. Berdasarkan telaah referensi didapatkan informasi bahwa tindakan segera

dan kolaborasi yang dilakukan untuk mengatasi anemia pada wanita usia

reproduksi adalah pemberian obat zink yang tinggi akan zat besi serta

melakukan transfuse dara bagi wanita yang mengalami penurunan Hb

secara drastis

5. Berdasarkan telaah referensi didapatkan informasi bahwa tindakan asuhan

pada wanita usia reproduksi yang mengalami anemia yaitu melakukan

kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya. Memperbaiki keadaan umum

klien serta memberikan pengetahuan kepada wanita terkait makanan yang

harus dikomsumsi untuk mencegah terjadinya anemia

6. Berdasarkan telaah referensi didapatkan informasi mengenai wanita usia

reproduksi yang mengalami anemia, hal yang harus di evaluasi yaitu

penanganan yang sudah dilakukan apakah berhasil meningkatkan kadar Hb

pada klien yang mengalami anemia atau tidak

7. Berdasarkan referensi Tindakan segera dan kolaborasi dengan dokter

berdasarkan referensi diatas maka perlu dilakukan tindakan segera dan

kolaborasi dengan dokter kandungan jika terjadi hal-hal yang dapat

membahayakan kondisi ibu

8. Memberikan konseling pada catin tentang pentingnya gizi seimbang dan

menganjurkan catin untuk mengatur pola makan serta mengkonsumsi

makanan dengan gizi seimbang, istirahat yang cukup serta tetap

mengkonsumsi tablet tambah darah sesuai dengan intruksi.

65
9. Berdasarkan referensi Tindakan yang dilakukan pada pasien dengan Hb

kurang dari normal dengan hasil yaitu asuhan yang telah diberikan ditandai

dengan semua tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan

dengan baik tanpa adanya hambatan.

B. Saran

1. Bagi Tenaga Kesehatan

a. Petugas kesehatan dapat mengenali dan mendeteksi secara dini Anemia

pada Pranikah dan prakonsepsi

b. Petugas kesehatan khususnya bidan perlu menjelaskan keadaan klien

kepada keluarga klien mengenai kondisi yang dialami oleh klien serta

diharapkan memberikan dorongan moral pada keluarga.

2. Bagi instutusi pendidikan

a. Agar menerapkan asuhan kebidanan dalam pemecahan masalah dapat

lebih ditingkatkan dan dikembangkan mengingat metode ini sangat

bermanfaat dalam membina tenaga bidan guna menciptakan sumber

daya manusia yang lebih profesional.

b. Perlu adanya persamaan presepsi antara pendidikan dan petugas

kesehatan dilahan praktek tentang penerapan asuhan kebidanan sebagai

alat dalam pendekatan pemecahan masalah pada praktek sehari-hari

sehingga meningkatkan mutu pelayanan tenaga kesehatan.

66
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeny, O. dan A. A. D. (2017). Gizi Prakonsepsi, Kehamilan, dan Menyusui.


UB press.
Angraini, D. I. (2018). Hubungan Faktor Keluarga dengan Kejadian Kurang
Energi Kronis pada Wanita Usia Subur di Kecamatan Terbanggi Besar.
Arif Rahman Hakim, (2021). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep
Persepsi 2 UMM.ac.id
Dieny, D. (2019). Gizi Prakonsepsi. (N. Syamsiah (ed.). Bumi Medika
Kemenkes RI dalam Buku Saku Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon
Pengantin 2018
Nurmila. (2017). Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal Care Pada Ny “R”
dengan Kekurangan Energi Kronis di Puskesmas Somba Opu Gowa
Tahun 2017
Yulizawati, D. (2016). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Peer Education

Mengenai Skrining Prakonsepsi Terhadap Pengetahuan dan Sikap Wanita

Usia Subur di Wilayah Kabupaten Agam Tahun 2016.

Winarsih. (2018). Pengantar Ilmu Gizi Dalam Kebidanan. Pustaka Baru Press.

Wulandari, R. (2018). Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal Pada Ny “R”

dengan Kekurangan Energi Kronis di Puskesmas Jumpandang Baru.

67

Anda mungkin juga menyukai