OLEH:
NURHANIFAH AZHAR HANA
NIM : 210704130
TAHUN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PRAKONSEPSI PADA REMAJA DENGAN KEK
DI KLINIK AKMAR JAYA AZMI MEDIKA TAHUN 2022
Pembimbing I
MARYANI, M.Keb
NIDN : 00-2704-7509
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang
berjudul Asuhan Kebidanan Prakonsepsi Pada Remaja dengan KEK di Klinik Akmar
Jaya Azmi Medika Tahun 2022.
Dalam penyusunan Laporan ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dari
berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Khairil Walid, SKM, MPd Ketua Yayasan Abadi Nusantara Jakarta.
2. Ibu Lia Idealistiana, SKM, SST, MARS, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Abdi Nusantara Jakarta.
3. Bd. Chomesah, STr. Keb Pemilik Klinik Akamr Jaya Azmi Medika yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk pengambilan data.
4. Ibu Maryani, M.Keb Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan,
pengarahan, dan bantuan kepada penulis dalam melakukan perbaikan- perbaikan
untuk ke sempurnaan laporan penulis.
5. Penguji yang telah banyak memberikan masukan, pengarahan, dan bantuan kepada
penulis dalam melakukan perbaikan-perbaikan untuk kesempurnaan laporan
penulis.
6. Keluarga besar yang selalu mendoakan, memotivasi dan membantu dengan tulus
dan kasih sayang serta selalu memberi semangat kepada penulis.
Dalam penulisan laporan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga
laporan kasus ini dapat berguna bagi pembaca umumnya dan profesi kebidanan
khususnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayahNya kepada
kita semua.
Serang, Juli 2022
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 3
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Data 21
B. Diagnose, masalah potensial dan tindakan segera jika dibutuhkan 21
C. Asuhan kebidanan yang diberikan 22
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 27
DOKUMENTASI ASUHAN 28
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Calon pengantin merupakan pasangan laki-laki dan perempuan yang akan
segera hidup bersama dalam mahligai rumah tangga dan membentuk keluarga
dalam ikatan pernikahan (Kemenag, 2009). Masalah pra nikah dapat dikaitkan
dengan masa prakonsepsi, karena setelah menikah akan segera menjalani proses
konsepsi. Kualitas seorang generasi penerus akan ditentukan oleh kondisi sejak
sebelum hamil dan selama kehamilan. Kesehatan prakonsepsi menjadi sangat
penting untuk diperhatikan termasuk status gizinya, terutama dalam upaya
mempersiapkan kehamilan karena akan berkaitan erat dengan outcome kehamilan
(Paratmanitya & Hadi, 2012).
Kehamilan merupakan impian bagi pasangan suami istri dengan memiliki
seorang anak, salah satu tujuan dari pernikahan telah terpenuhi. Bagi beberapa
wanita, hamil adalah hal yang sangat mudah didapatkan. Namun, ada beberapa
wanita yang harus melakukan banyak usaha untuk dapat hamil. Pengetahuan gizi
sangat diperlukan bagi pasangan suami istri dalam mempersiapkan kehamilan
terutama bagi pasangan yang akan menikah (Nuryani, 2012).
Kehamilan yang sehat membutuhkan persiapan fisik dan mental, oleh karena
itu perencanaan kehamilan harus dilakukan sebelum masa kehamilan. Proses
kehamilan yang direncanakan dengan baik akan berdampak positif pada kondisi
janin dan adaptasi fisik, serta psikologis ibu pada kehamilan menjadi lebih baik.
Pengaturan gizi yang baik juga sangat berperan dalam proses pembentukan
sperma dan sel telur yang sehat. Status gizi yang baik dapat mencegah masalah
gizi pada saat kehamilan seperti anemia, KEK, pencegahan infeksi dan komplikasi
kehamilan ( Oktaria dan Juli , 2016).
Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) seharusnya
dimulai sedini mungkin sejak janin dalam kandungan. Masa kehamilan merupakan
periode yang sangat menentukan kualitas SDM di masa depan, karena tumbuh
kembang anak sangat ditentukan sejak masa janin dalam kandungan. Kekurangan
Energi Kronis (KEK) merupakan suatu keadaan dimana status gizi seseorang
buruk disebabkan karena kurangnya konsumsi pangan sumber energi yang
mengandung zat gizi makro yang berlangsung lama atau menahun (Rahmaniar et
al, 2011). Masalah KEK sebelum masa kehamilan dapat diperbaiki melalui
konseling sebelum seorang wanita menikah sehingga wanita yang sudah terdeteksi
KEK sebelum dia hamil, maka dapat dilakukan penanganan untuk memperbaiki
masalah KEK pada wanita tersebut.
Bila keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil baik, maka besar peluang
janin yang dikandungnya akan baik dan keselamatan ibu sewaktu melahirkan akan
terjamin. Ibu hamil adalah salah satu kelompok yang paling rawan terhadap
masalah gizi. Masalah gizi yang dialami ibu hamil sebelum atau selama kehamilan
dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Masalah gizi
yang dialami ibu hamil seperti kekurangan energi kronis (KEK), anemia, dan
kurang yodium (Mawaddah dan Hardinsyah, 2008).
Nutrisi merupakan satu dari banyak faktor yang ikut mempengaruhi hasil
akhir kehamilan. Status nutrisi dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktorfaktor yang
membuat nutrisi seorang wanita berisiko, seperti kemiskinan, kurang pendidikan,
lingkungan yang buruk, kebiasaan makan yang aneh, dan kondisi kesehatan yang
buruk akan terus berpengaruh pada status gizi dan pertumbuhan serta
perkembangan janin. Ibu hamil dengan status gizi buruk perlu mendapat
perawatan khusus (Bobak et al, 2004).
Permasalah gizi dalam proses kehamilan bukan hanya terdapat pada wanita
saja, akan tetapi status gizi laki-laki juga sangat berpengaruh pada proses
kehamilan istri. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ahsan, et al.(2010 ) laki-
laki yang memiliki berat badan berlebih (overwieght) mempengaruhi kejadian
keterlambatan konsepsi. Berat badan obesitas di tandai dengan IMT > 25 kg/m2.
Faktor lain yang berhubungan dengan masalah gizi pra hamil adalah
rendahnya pengetahuan gizi. Rendahnya pengetahuan gizi dapat menyebabkan
rendahnya pemilihan makanan dan memiliki peran dalam masalah gizi. Tingkat
pengetahuan gizi seseorang akan menentukan mudah tidaknya seseorang
memahami manfaat kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsi. Pengetahuan
gizi juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan kebiasaan
makan seseorang. Pendidikan gizi suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan
gizi kepada masyarakat, kelompok atau individu dengan harapan agar bisa
memperoleh pengetahuan tentang gizi yang lebih baik sehingga dapat berpengaruh
pada sikap dan prilaku (Notoatmojo, 2010).
Salah satu upaya menanggulangi masalah gizi melalui peningkatan
pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang dengan melakukan penyuluhan gizi.
Penyuluhan gizi merupakan suatu prinsip pemasaran yang bersifat edukatif untuk
memperbaiki kesadaran gizi yang bertujuan sebagai salah satu cara dalam
peningkatan pengetahuan seseorang dalam masalah gizi pra kehamilan. Edukasi
gizi merupakan bagian dari kegiatan pendidikan kesehatan, didefinisikan sebagai
upaya terencana untuk mengubah prilaku individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat dalam bidang kesehatan (Chacigo, 2010).
B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada remaja prakonsepsi
dengan KEK
2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa pada remaja prakonsepsi dengan
KEK
3. Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada remaja prakonsepsi
dengan KEK
4. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi asuhan kebidanan pada remaja
prakonsepsi dengan KEK
1. Pranikah A.
Pengertian
Kata dasar dari pranikah ialah “nikah” yang merupakan ikatan
(akad) perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran
agama. Imbuhan kata pra yang memiliki makna sebelum, sehingga arti dari
pranikah adalah sebelum menikah atau sebelum adanyanya ikatan perkawinan
(lahir batin) antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri (Setiawan,
2017). Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan,
perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan batas
usia 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan. Akat tetapi,
berdasarkan UU No. 35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU No. 23 tahun
2002 tentang perlindungan anak, usia kurang dari 18 tahun masih tergolong
anak-anak.
Berdasarkan ilmu kesehatan, umur ideal yang matang secara biologis
dan psikologis adalah 20-25 tahun bagi wanita, kemudian umur 25-30 tahun
bagi pria. Usia tersebut dianggap masa yang paling baik untuk berumah
tangga, karena sudah matang dan bisa berpikir dewasa secara rata-rata.
Rekomendasi ini ditujukan demi untuk kebaikan masyarakat, agar pasangan
yang baru menikah memiliki kesiapan matang dalam mengarungi rumah
tangga, sehingga dalam keluarga juga tercipta hubungan yang berkualitas. Ia
menuturkan dalam berumah tangga sekaligus menjaga keharmonisannya
bukan suatu pekerjaan yang mudah, karena memerlukan kedewasaan berpikir
dan bertindak setiap adanya guncangan yang muncul, baik guncangan akibat
ekonomi, masalah internal maupun eksternal (BKKBN, 2017).
E. Pencegahan KEK
Menurut Chinue (2019), ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya KEK,
antara lain :
1) Meningkatkan konsumsi makanan bergizi, yaitu
a. Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan
makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan
nabati (sayur berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe).
b. Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung
vitamin C (seperti daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat,
jeruk dan nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan
zat besi dalam usus.
2) Menambah pemasukan zat besi dalam tubuh dengan meminum tablet
penambah darah.
4. Perundang-Undangan
Kewenangan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan prakonsepsi Catin
dengan KEK dengan dalam memberikan asuhan kebidanan terdapat dalam :
a. Undang-undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Pasal 136 bahwa dalam ayat (1)
Upaya pemeliharaan kesehatan remaja harus ditujukan untuk mempersiapkan
menjadi orang dewasa yang sehat dan produktif, baik sosial maupun ekonomi.
(2) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
termasuk untuk reproduksi remaja dilakukan agar terbebas dari berbagai
gangguan kesehatan yang dapat menghambat kemampuan menjalani kehidupan
reproduksi secara sehat. (3) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat. Sedangkan pada pasal Pasal 137 ayat (1) Pemerintah
berkewajiban menjamin agar remaja dapat memperoleh edukasi, informasi, dan
layanan mengenai kesehatan remaja agar mampu hidup sehat dan bertanggung
jawab. (2) Ketentuan mengenai kewajiban Pemerintah dalam menjamin agar
remaja memperoleh edukasi, informasi dan layanan mengenai kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan pertimbangan
moral nilai agama dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Undang- undang RI Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan.
1) Pasal 46 (1) Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan bertugas
memberikan pelayanan yang meliputi:
a) pelayanan kesehatan ibu;
b) pelayanan kesehatan anak;
c) pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana;
d) pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau
e) pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
2) Tugas Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan secara
bersama atau sendiri.
3) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara
bertanggung jawab dan akunteb.
a. KepMenKes Nomor HK.01.07/MENKES/320/2020 tentang Standar Profesi
Bidan
Area Kompetensi 5: Keterampilan Klinis dalam Praktik Kebidanan Masa
Sebelum Hamil:
1) Perencanaan kehamilan,
2) Deteksi dini komplikasi, gangguan/masalah pada masa sebelum hamil,
Persiapan kehamilan artifisial.
b. Permenkes 21 tahun 2021 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil,
Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan
Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual.
Bahwa Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil adalah setiap kegiatan
dan/atau serangkaian kegiatan yang ditujukan pada perempuan sejak saat
remaja hingga saat sebelum hamil dalam rangka menyiapkan perempuan untuk
menjalani kehamilan yang sehat. Kegiatan juga ditujukan kepada laki-laki
karena kesehatan laki-laki juga dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi
perempuan. Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil ditujukan pada
kelompok sasaran yaitu remaja, calon pengantin, dan Pasangan Usia Subur
(PUS), serta sasaran lainnya misalnya kelompok dewasa muda.
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil meliputi pemberian
komunikasi, informasi dan edukasi, pelayanan konseling, pelayanan skrining
kesehatan, pemberian imunisasi, pemberian suplementasi gizi, pelayanan
medis, dan pelayanan kesehatan lainnya, dengan memberikan penekanan yang
berbeda sesuai dengan kebutuhan khusus untuk setiap kelompok. Pada
kelompok remaja, pelayanan kesehatan masa sebelum hamil ditujukan untuk
mempersiapkan remaja menjadi orang dewasa yang sehat dan produktif, agar
terbebas dari berbagai gangguan kesehatan yang dapat menghambat
kemampuan menjalani kehidupan reproduksi secara sehat. Sedangkan untuk
calon pengantin dan PUS, pelayanan kesehatan masa sebelum hamil bertujuan
untuk mempersiapkan pasangan agar sehat sehingga perempuan dapat
menjalankan proses kehamilan, persalinan yang sehat dan selamat, serta
melahirkan bayi yang sehat.
Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil bagi Pasangan Usia Subur
(PUS) diberikan kepada PUS laki-laki maupun perempuan, baik yang belum
mempunyai anak, maupun yang sudah memiliki anak dan ingin merencanakan
kehamilan selanjutnya. Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil pada PUS
meliputi:
Pemberian Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) dan konseling
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) dan konseling pada PUS lebih
diarahkan ke perencanaan kehamilan baik untuk anak pertama, kedua, dan
seterusnya. Ketika hendak merencanakan kehamilan, penting bagi PUS untuk
mempersiapkan status kesehatannya dalam keadaan optimal. Materi KIE dan
konseling untuk PUS meliputi:
1) Pengetahuan kesehatan reproduksi:
a) Kesetaraan gender dalam pernikahan;
b) Hak kesehatan reproduksi dan seksual; dan
c) Perawatan kesehatan organ reproduksi.
2) Kehamilan dan perencanaan kehamilan.
3) Kondisi dan penyakit yang perlu diwaspadai pada PUS.
4) Kesehatan jiwa.
5) Pengetahuan tentang fertilitas/kesuburan (masa subur).
6) Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
7) Pemeriksaan kesehatan reproduksi bagi PUS.
Materi KIE dan konseling yang wajib adalah perencanaan kehamilan
(terutama konseling KB termasuk KB pascapersalinan). Materi KIE dan
konseling lainnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaksanaan pemberian
KIE masa sebelum hamil bagi PUS dilakukan oleh tenaga kesehatan, penyuluh
keluarga berencana, kader kesehatan dan petugas lain. Pelaksanaan konseling
bagi PUS diberikan oleh tenaga kesehatan dan penyuluh keluarga berencana
yang kompeten dan berwenang. 1) Pelayanan Skrining Kesehatan
1) Pemberian Imunisasi
2) Pemberian Suplementasi Gizi
3) Pelayanan Klinis Medis
4) Pelayanan Kesehatan Lainnya
BAB III
TINJAUAN KASUS/SITUASI
b. Kelainan Konginetal
Spina x bifida
Labio x Skisis, Palato Skisis, Genato Skisis
x Penyakit jatung bawaan
x Fibrosistik
x Down Sindrom
c. Gangguan jiwa x
d. Kembar
x
B. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
1. BB : 40 kg, TB : 153 cm, IMT : 17 kg/m2, LILA : 22,5 cm
2. Pemeriksaan TTV :
1. TD : 110/70 mmHg
2. Suhu : 36, 5 oC
3. Nadi : 88x/ menit
4. Pernafasan : 20 x/ menit
3. Head to too
a. Mata : Konjungtiva: tidak anemis , Sklera : tidak ikterik
b. Mulut : Caries Dentis : tidak ada
c. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan Kelenjar Tiroid
d. Dada : tidak ada tarikan dinding dada
e. Payudara : simetris, payudara dan tidak ada pengeluaran
f. Abdomen : tidak ada Pembesaran dan tidak ada Nyeri tekan
g. Ekstremitas: simetris, tidak oedem, pergerakan aktif
h. Anogenital : Tidak dilakukan pemeriksaan
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah Lengkap : Hb : 12 gr%
b. Urine : Negatif
c. PMS : tidak dilakukan
d. HIV/AIDS : tidak dilakukan
e. Hepatitis : tidak dilakukan
C. ASSASMENT :
Seorang Perempuan Usia 21 tahun, calon pengantin dengan KEK
D. PENATALAKSANAAN
1. Informed Consent
2. Menjelaskan kepada klien tentang hasil pemeriksaan bahwa, tanda- tanda vital
dalam batas normal yaitu : TD : 110/70 mmHg, Suhu: 36, 5 oC, Nadi: 88x/
menit, Pernafasan: 20 x/ menit dan BB : 40 kg, TB : 153 cm, IMT : 17
kg/m2, LILA : 22,5 cm didapatkan tanda-tanda KEK klien mengerti dengan
penjelasan yang diberikan.
3. Memberikan konseling catin tentang pranikah, yaitu :
a. Promosi kesehatan pranikah :
Pre marital screening check up atau tes pranikah merupakan serangkaian
tes yang harus dilakukan pasangan sebelum menikah. Pemeriksaan yang
dilakukan meliputi pemeriksaan genetik, penyakit menulardan infeksi
melalui darah. Pemeriksaan bertujuan untuk mencegah agar penyakit
tersebut tidak menurun pada keturunannya di kemudian hari sehingga
hidup sehat bersama keluarga bisa tercapai. Waktu pelaksanaan pre
marital screening yang disarankan adalah 6 bulan sebelum calon
mempelai menikah.
b. Persiapan pranikah.
Persiapan pranikah yang terkait dengan Kesehatan reproduksi adalah :
1) Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan Kesehatan ini dilakukan idealnya adalah 3 bulan
sebelum tanggal pernikahan. Manfaatnya untuk : - Mengetahui
status kesehatan calon pengantin (catin)
- Memberikan waktu pengobatan apabila ditemukan masalah
kesehatan
- Mencegah penularan penyakit kepada pasangan
- Mempersiapkan kehidupan rumah tangga yang sehat
- Mempersiapkan kehamilan dan menghasilkan keturunan yang
sehat dan berkualitas
2) Persiapan gizi
Persiapan gizi perlu dilakukan sebelum menikah, ini berkaitan
dengan persiapan kehamilan, dimana proses kehamilan
membutuhkan cadangan nutrisi dari ibu. Persiapan gizi meliputi
penentuan status gizi dan pemenuhan gizi seimbang.
Status gizi ditentukan dengan pengukuran Indek Massa Tubuh (IMT)
serta pengukuran Lingkar Lengan atas bagi Catin perempuan.
3) Imunisasi tetanus
Imunisasi tetanus diperlukan untuk melindungi ibu dan bayi dari
penyakit tetanus. Sebelum pemberian imunisasi tetanus akan
dilakukan screening imunisasi tetanus apakah sudah mendapat 5 kali
imunisasi/ belum, apabila belum, maka catin perempuan harus
melengkapinya di Puskesmas.
4) Menjaga Kesehatan organ reproduksi
- Usahakan organ kemaluan dalam kondisi kering, setelah
BAB/BAK lap dengan menggunakan tissue/ handuk yang
lembut, kering, bersih, hal ini untuk menghidari timbulnya jamur
diarea kemaluan
- Memakai celana dalam dengan bahan yang mudah menyerap
keringat/ katun
- Pakaian dalam diganti minimal 2 kali dalam sehari
- Bagi perempuan, sesudah buang air kecil, membersihkan alat
kelamin sebaiknya dilakukan dari arah depan menuju belakang
agar kuman yang terdapat pada anus tidakmasuk ke dalam organ
reproduksi.
- Pada saat haid , seringlah mengganti pembalut paling lama setiap
4 jam sekali
- Bagi laki-laki, dianjurkan untuk dikhitan atau disunat agar
mencegah terjadinya penularan penyakit menular seksual serta
menurunkan risiko kanker penis.
5) Menjaga Kesehatan jiwa
Sebelum menikah, calon pengantin harus mempersiapkan mental.
Karena pada saat pernikahan akan banyak terjadi penyesuaian
terhadap karakter pasangan, penyesuaian peran, ekonomi dan sosial.
Oleh karena itu sangat penting bagi catin untuk menjaga kesehatan
jiwanya sebelum menikah.
4. Menjelaskan kepada calon pengantin tentang pengertian KEK, dampak KEK
dalam kehamilan.
- Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah salah satu keadaan malnutrisi
atau keadaan patologis akibat kekurangan secara relatif atau absolut satu
atau lebih zat gizi (Supariasa, 2013).
- Kekurangan Energi Kronis (KEK) memberikan tanda dan gejala yang
dapat dilihat dan diukur. Tanda dan gejala KEK yaitu Lingkar Lengan
Atas (LILA) kurang dari 23,5 cm (Supariasa, 2013)
- Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada saat kehamilan dapat berakibat
pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya.
- Kekurangan Energi Kronik (KEK) dapat dicegah dan ditangani melalui
berbagai langkah, antara lain : Menganjurkan kepada ibu untuk
mengkonsumsi makanan yang berpedoman umum gizi seimbang, hidup
sehat, Tunda kehamilan, Memberikan penyuluhan mengenai gizi
seimbang yang diperlukan oleh ibu hamil (Supariasa, 2013).
Nama :Nn . A
Usia :21 Tahun
Pra Konsepsi Remaja dengan KEK
A. Pengkajian Data
Pada pengkajian data ini, data subjektif yang dibutuhkan diperoleh dari
Anamnesa dengan cara wawancara kepada pasien, sedangkan untuk mendapatkan Data
objektif dilakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.
( Rukiyah dkk,2014). Tanggal 23 Juli 2022 pukul 17.00 WIB bertempat di Klinik
Akmar Jaya Azmi Medika dengan Identitas Nn. A berumur 21 tahun, beragama islam,
Suku Jawa/ Indonesia, pendidikan SMA ( tamat ), beragama islam, pekerjaan buruh
pabrik, tinggal di Kelurahan Lipatik, RT/RW 06/07 Walantaka – Kota Serang
Dari hasil pengkajian anamnesa di dapatkan data subjektif Nn. A berumur 21
tahun datang dengan keluhan untuk mengetahui keadaan kesehatannya karena sedang
mempersiapkan pernikahan, klien mengatakan terlalu kurus.
Data objektif ditemukan hasil pemeriksaan fisik : KU : baik, kesadaran : Compos
mentis , vital dalam batas normal yaitu : TD : 110/70 mmHg, Suhu: 36, 5 oC, Nadi:
88x/ menit, Pernafasan: 20 x/ menit dan BB : 40 kg, TB : 153 cm, IMT : 17 kg/m2,
LILA : 22,5 cm , conjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada pembesaran
kelenjar tyroid, payudara tidak ada benjolan, palpasi abdomen tidak ada nyeri tekan
dan tidak ada masa, ekstermitas tidak oedema.
Masalah yang ditemukan yaitu: 1) Kurangnya pengetahuan tentang kesiapan
prakonsepsi, 2). Kurang pengetahuan tentang gizi seimbang.
A. Kesimpulan
Selama pelaksanaan asuhan kebidanan pada Nn. A usia 21 tahun dengan pranikah pada
remaja KEK dan mengacu pada tujuan yang ada maka dapat ditemukan suatu diagnosa
kebidanan yaitu :
1. Calon pengantin wanita dengan KEK
2. Potensial terjadinya gangguan system reproduksi sebelum, saat, dan sesudah hamil
Dalam melaksanakan asuhan kebidanan ini pasien mempunyai pengaruh terhadap
pelaksanaan asuhan kebidanan antara lain : 1. Pasien memberikan kepercayaan kepada
petugas
1. Keterbukaan pasien dalam mengungkapkan masalah kepada petugas
2. Adanya pengertian dan kesadaran pasien dalam mempersiapkan pernikahannya dan
dukungan keluarga serta petugas.
B. Saran
1. Bagi Tempat Praktik dan tenaga kesehatan
a. Menggunakan komunikasi dengan tepat dan jelas
b. Menunjukkan sikap bersedia mau membantu pasien
c. Memberikan motivasi atau dukungan
2. Bagi Klien
a. Hendaknya pasien dan calon suaminya mempersiapkan sematang mungkin
pernikahannya
b. Memegang teguh norma perkawinan (regulasi) dan mematangkan diri secara
bertanggung jawab melalui kehidupan bersama yang akan dijalani yaitu sebagai
suami istri
c. Bisa menjaga keseimbangan biologis, psikologis, spiritual sehingga tenang dan
lancar dalam menghadapi kehidupannya
d. Hendaknya mau Kontrol ke Bidan setelah 1 bulan
DAFTAR PUSTAKA
1. Supariasa, dkk. 2013. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.
2. BKKBN. 2017. Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional Nomor 24 tahun 2017 tentang Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan
dan Pasca Keguguran.Jakarta: BKKBN.
3. Arisman, 2017. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
4. Undang - Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009
5. Undang - Undang Kebidanan Nomor 04 Tahun 2019
6. KepMenKes Nomor HK.01.07/MENKES/320/2020 tentang Standar Profesi Bidan
7. Permenkes 21 tahun 2021 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa
Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan
Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual
DOKUMENTASI ASUHAN