Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEBIDANAN BATITA SEHAT

AN. I UMUR 18 HARI DENGAN KEBUTUHAN PEMANTAUAN


PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
DI POSYANDU TIREM KECAMATAN BRATI KABUPATEN GROBOGAN
TAHUN 2022

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Praktik Asuhan Kebidanan


Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah Semester V
Pembimbing Akademik: Elisa Ulfiana, S.SiT ,M.Kes

Disusun oleh:
Sandra Oktavia
P1337424420214

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN & PROFESI BIDAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN AJARAN 2022 / 2023
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SEHAT
AN. I UMUR 18 HARI DENGAN KEBUTUHAN PEMANTAUAN
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
DI POSYANDU TIREM KECAMATAN BRATI KABUPATEN GROBOGAN
TAHUN 2022

LAPORAN ILMIAH

Disusun oleh:

Sandra Oktavia
NIM. P1337424420214

Telah disetujui pada tanggal: November 2022

Oleh:

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

Elisa Ulfiana, S.SiT ,M.Kes Amalia Istiqomah, S.Tr Keb, Bdn


NIP. 19790108 200501 2 001 NIP. 19790627 2006042 020

2
Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami sebagi penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“ASUHAN KEBIDANAN BATITA SEHAT AN. I UMUR 18 HARI DENGAN
KEBUTUHAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DI
POSYANDU TIREM KECAMATAN BRATI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2022”
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak mendapatkan masukan
dari berbagai pihak, untuk itu saya ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu, pembimbing
lahan, pembimbing saat di lahan dan rekan- rekan yang telah memberikan motivasi terhadap
saya dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Adapun harapan kami kepada para pembaca atau semua kalangan yang telah mebaca
makalah ini yaitu dapat menambah wawasan / pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam penyusunan makalah ini saya menyadari masih banyak kesalahan, baik dari segi
isi maupun dari segi penulisan. Untuk itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak. Terima Kasih.

Semarang, November 2022


Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN 2

Kata Pengantar 3

BAB I 5

PENDAHULUAN 5

A. Latar Belakang 5

B. Rumusan Masalah 6

C. Tujuan 6

D. Manfaat 6

BAB II 7

TINJAUAN TEORI 7

A. Tinjauan Teori Medis 7

B. Tinjauan Teori Asuhan Neonatus 17

BAB III 20

KASUS 20

A. Pengkajian Data Subyektif 20

BAB IV 25

PEMBAHASAN 25

BAB V 26

PENUTUP 26

DAFTAR PUSTAKA 27

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Neonatus atau bayi baru lahir adalah masa kehidupan pertama di luar rahin sampai
dengan usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam
rahim menjadi diluar rahim. Kehidupan pada masa neonatus ini sangat rawan oleh karena
memerlukan penyesuian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-
baiknya. Masalah terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan,
minggu pertama bulan pertama.(ayudia, 2018)
Menurut Kementrian Kesehatan RI (2016), Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka
Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan indikator angka
kematian yang berhubungan dengan anak. kematian neonatal memiliki kontribusi terhadap
kematian sebesar 59% di usia 0-28 hari.(Setyatama, 2019)
Upaya penurunana Angka Kematian Neonatal (AKN) untuk meningkatkan derajat
kesehatan yaitu menggunakan strategi program berbasis masyarakat. Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan No. 39 tahun 2016 upaya-upaya untuk mencegah Angka Kematian
Neonatus diantaranya mengupayakan jaminan mutu kunjungan neonatal lengkap dan
menguatkan kader posyandu. Menurut rekap bulanan PWS KIA Puskesmas Brati
Kabupaten Grobogan bulan Oktober 2022, mengalami kenaikan 576 yaitu sebesar 75,8%.
Penurunan Angka Kematian Neonatal memerlukan upaya bersama tenaga kesehatan
dengan melibatkan dukun bayi, keluarga dan masyarakat dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas bagi ibu dan bayi baru lahir. Untuk mengukur keberhasilan
penerapan intervensi yang efektif dan efisien, dapat di monitor melalui indikator cakupan
pelayanan yang mencerminkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan bayi baru lahir.
Penurunan angka kematian neonatal dapat dicapai dengan memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan berkesinambungan sejak bayi dalam kendungan, saat lahir
hingga masa neonatal (Ayudia, 2018).
Kunjungan neonatus dapat dilakukan di beberapa tempat di antaranya di Puskesmas,
Bidan praktek mandiri (BPM) dan posyandu yang terdapat di desa.
Pemberian pelayanan dalam kunjungan neonatal lengkap sudah ditetapkan dengan
standar (minimal 3 kali) selama periode 0-28 hari setelah lahir, Kunjungan Neonatal ke-1
(KN I) dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam setelah lahir, Kunjungan Nasional ke-2 (KN
2) dilakukan pada kurun waktu hari 3-7 setelah lahir, Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3)

5
dilakukan pada kurun waktu 8-28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun
kunjungan rumah. (Istihara, 2018)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam kasus
ini adalah “Asuhan Kebidanan Balita Sehat An. I Umur 18 Hari dengan Kebutuhan
Pemantauan Pertumbuhan Dan Perkembangan Di Posyandu Di Posyandu Tirem
Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan Tahun 2022”?

C. Tujuan
Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu dan anak dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan pada An. I Umur 18 Hari dengan
Kebutuhan Pemantauan Pertumbuhan Dan Perkembangan Di Posyandu Di Posyandu
Tirem Kecamatan Brati Kabupaten Grobogan Tahun 2022

D. Manfaat
a. Bagi masyarakat
Sebagai masukan kepada masyarakat khususnya ibu beserta anak untuk selalu rajin ke
tempat posyandu dan tidak telat ketika sudah waktunya imunisasi
b.Bagi Institusi
Sebagai tambahan pengetahuan serta informasi dan data tentang anak dengan yang nantinya
akan dijadikan sebagai bahan acuan atau sebagai masukan bagi institusi pendidikan dalam
pengetahuan ilmu di materi asuhan kesehatan.
c. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai bahan informasi dan masukan bagi tenaga kesehatan terutama bidan untuk kualitas
pelayanan sehingga dapat memberikan pelayanan yang actual baik, berpotensial pada
masyarakat, penyuluhan serta konseling
d.Bagi Lahan Praktik (PMB)
Memberikan penyuluhan atau KIE serta dapat dijadikan sebagai acuan untuk dapat
mempertahankan mutu pelayanan terutama dalam memberikan asuhan pelayanan
kebidanan secara komprehensif

6
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Medis

1. Pengertian
Neonatus ialah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaiakn
diri dari kehidupan intra ke kehidupan ekstrauterin. Beralih dari ketergantungan mutlak
pad aibu menuju kemandirian fisiologis. Tiga factor yang mempengaruhi perubahan
fungsi dan proses vital neonatus yaitu maturadi, adaptasi dan toleransi. Bayi baru lahir
normal adalah bayi yang lahir dalan presentasi belakang kepala kepala melalui vagina
tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu,
dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar >7 dan tanpa cacat bawaaan. Empat
aspek transisi pada bayi baru lahir yang paling dramatic dan cepat berlangsung adalah
pada sisitem pernapasan, sirkulasi, kemampuan menghasilkan sumber glukosa. Masa
bayi awal adalah masa perubahan yang luar biasa dalam memengaruhi kesehatan,
kemampuan fisik anak, pikiran, interaksi sosial dan kemampuan untuk berkomunikasi.
Bayi adalah manusia yang lahir mulai dari usia 0 bulan sampai dengan usia 12 bulan
dengan mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Balita adalah individu atau
sekelompok individu dari suatu penduduk yang berada dalam rentan usia tertentu. Usia
balita dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu golongan usia bayi 0-1 tahun,
golongan batita 2-3 tahun, dan golongan prasekolah >2-5 tahun.

2. Ciri-ciri Neonatus Normal


Neonatus normal apabila memenuhi kriteria yaitu berat badan 2.500-4000 gr,
panjang badan 48 – 52 cm, lingkar dada 30 -38 cm, lingkar kepala 33 -35 cm, frekuensi
jantung 120 – 160 kali/ menit, pernapasan ± 40 – 60 kali/ menit, kulit kemerah-merahan
dan licin karena jaringan subkutan cukup, rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala
biasanya telah sempurna, kuku agak panjang dan lemas, genetalia: perempuan labia
mayora sudah menutupi lania minora, laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada.
Semua reflex sudah terbentuk dengan baik, Eliminasi baik, meconium akan keluar
dalam 24 jam pertama, meconium berwarna hitam kecoklatan.
3. Perubahan fisiologis
a. Sistem Pernapasan

7
Ketika struktuya matang, ranting paru-paru sudah bisa mengembangkan sistem
alveoli. Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta dan setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi.
Rangsangan gerakan pernapasan pertama terjadi karena beberapa hal berikut:
1) Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan keluar lahir stamulasi
mekanik
2) Penurunan PaO dan peningkatan PaCO merangsang kemoresepton yang terletaj
di simus karotikes (stimulasi kimiawi)
3) Rangsangan dengan di daerah muka dan perubahan suhu di dalam uterus
stimulasi
4) Reflex deflasi, hering breur.
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi pada waktu 30 menit pertama
sesudah lahir. Usia bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli selain
karena adanya surfaktan, yang adanya tarikan napas dan pengeluaran napas dengan
merintis sehingga udara bisa bertahan di dalam. Cara neonatus bernapas dengan cara
bernapas diafrakmatik dan abdominal sedangkan untuk frekuensi dan dalamnya
bernapas belum teratur. Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan kolaps dan
paru-paru kaku, sehingga terjadi atelectasis. Dalam kondisi ini (anoksia) neonatus
masih dapa mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan metabolisme
anterobik. Atau karakterisktik sirkulasi janin merupakan sistem tekanan rendah,
karena paru-paru maish terutuutp dan beirisi cairan, organ tersebut memerlukan
darah dalam jumlah minimal. Pemasnagan klem tali pusat akan menutup sistem
tekanan darah dari plasenta-janin. Aliran darah dari plasenta berhenti, sistem
sirkulasi bayi baru lahir akan mandiri, tertutup dan bertekanan tinggi. Efek yang
muncul segera akibat tindakan pemasangan klem tali pusat adalah kenaikan
resistensi vascular sistemik. Kenaikan resistensi vascular sistemik ini bersamaan
dengan pernapasan pertama bayi baru lahir.

b. Sistem Kardiovaskuler
Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil
oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke
jaringan. Untuk menyelenggarakan sirkulasi terbaik mendukung kehidupan luar
rahim, harus terjadi penutupan foramen ovale jantung dan penutupan duktus
anteriosus antara arteri paru dan aorta.
8
Dua peristiwa yang mengubah tekanan sistem pembuluh darah saat tali pusat
dipotong, resistensi pembuluh sistemik mengikat dan tekanan atrium kanan
menurun. Tekanan atrium kanan menurun karena kurangnya aliran darah ke atrium
kanan yang mengurangi volume dan tekananannya.
Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit
mengalir ke paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang. Pernapsan pertama
menurunkan resistensi pembuluh paru dan mengikatkan tekanan atrium kanan.
Oksigen pada permapasan pertama menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem
pembuluh paru (menurunkan resistensi pembuluh paru), ini akan meningkatkan
sirkulasi ke paru sehingga terjadi peningkatan volume darah pada atrium kanan.
Dengan peningkatan tekanan pada atrium kanan ini dan penurunan tekanan pada
atrium kiri, foramen ovale secara fungsi akan menutup. Dengan pernapasan kadar
oksigen darah akan meningkat, sehingga mengakibatkan duktus arteriousus
mengalami kontriksi dan menutup. Vena umbilicus, duktus arteriosus dan artei
hipogastika tali pusat menutup secara fungsi dalam beberapa menit setelah lahir dan
tali pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung dalam 2-3 bulan.
c. Sistem Thermoregulasi
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu, sehingga akan mengalami stress
dengan adanya perubahan lingkungan. Saat bayi masuk rung bersalin masuk
lingkungan lebih dingin. Suhu dingin menyebabkan air ketuban menguap lewat
kulit, sehingga mendinginkan darah bayi.
Pada lingkungan yang dingin, terjadi pembentukan suhu tanpa mekanisme
menggigil merupakan jalan utama bayi kedinginan untuk mendapatkan panas
tubuh. Pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merujuk pada penggunaan
lemak coklat untuk produksi panas.
Empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan bayi baru lahir
kehilangan panas tubuhnya.
1. Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi benda sekitarnya yang kontak langsung
dengan tubuh bayi pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak
langsung. Sebagai contoh konduksi bisa terjadi ketika menimbang bayi tanpa alas
timbangan, memegang bayi saat tangan dingin, dan menggunakan stetoskop dingin
untuk pemeriksaan BBL.
2. Konveksi
9
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang beergerak (jumlah
panas yang hilang bergantung pada kecepatan dan suhu udara). Sebagai contoh,
konveksi dapat terjadi ketika membiarkan atau menempatkan BBI, dekat jendela,
atau membiarkan BBL di ruangan yang terpasang kipas angina.
3. Radiasi
Panas dipancarkan dan BBL keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin
(pemindahan panas antara 2 obyek yang mempunyai suhu berbeda. Sebagai contoh,
membiarkan BBL dalam ruangan AC tanpa diberikan pemanas (radiant warner),
membiarkan BBL dalam keadaan telanjang, atau menidurkan BBL, berdekatan
dengan ruangan yang dingin (dekat tembok).
4. Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan yang tergantung pada kecepatan dan
kelembapan udara (perpindahan panas dengan cara mengubah cairan menjadi uap).
Evaporasi ini dipengaruhi oleh jumlah panas yang dipakai, tingkat kelembapan
udara, dan aliran udara yang melewati. Apabila BBI, dibiarkan dalam suhu kamar
250C maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi. Radiasi, dan evaporasi
yang besarnya 200g/BB, sedangkan yang dibentuk hanya sepuluhnya saja.
Agar dapat mencegah terjaidnya kehilangan panas pada bayi, maka lakukan hal
berikut:
a) Keringkan bayi secara seksama
b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih yang kering dan hangat
c) Tutup bagian kepala bayi
d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
f) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.
b. Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonates, relatif lebih luas dari tubuh orang dewasa,
sehingga metabolisme basal per KgBB akan lebih besar, sehingga BBL harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, artinya energy diperoleh dari
metabolisme karbohidrat dan lemak. Pada jam-jam pertama energy didapatkan dari
perubahan karbohidrat. Pada hari kedua, energy berasal dari pembakaran lemak.
Setelah mendapat susu ± pada hari keenam, energy 60% didapatkan dari lemak dan
40% dari karbohidrat.
c. Keseimbangan Air dan Fungsi Ginjal
10
Tubuh BBL mengandung relative banyak air dan kadar natrium relative lebih
besar dari kalium karena ruangan ekstraseluler luar. Fungsi ginjal belum sempurna
karena jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa, kesimbangan luas
permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal, renal blood flow relative
kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa.
d. Imunoglonulin
Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada pada sum-sum tulang dan lamina
propia ilimu dan apendiks. Plasenta merupakan sawar, sehingga fetus bebas dari
antigen dan stress imunologis. Pada BBL hanya terdapat gama globulin G, sehingga
imunologi dari ibu dapat melalui plasenta karena berat molekulnya kecil. Tetapi bila
ada infeksi yang dapat melalui plasenta (Lues, toksoplasma, herpes simpleks, dll)
reaksi imunologis dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma dan antibody gama
A, G, dan M.
e. Traktus Digestivus
Traktus digestivus relative lebih berat dan lebih panjang dibandingkan dengan
orang dewasa. Pada neonatus traktus digestivus mengandung zat yang berwarna
hitam kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarida dan disebut meconium.
Pengeluaran meconium biasanya dalam 10 jam pertama dan 4 hari biasanya tinja
sudah berbentuk serta berwarna normal. Enzim dalam traktus digestivus biasanya
sudah terdapat pada neonatus, kecuali amylase pancreas. Bayi sudah ada reflex
hisap dan menelan, sehingga pada saat bayi lahir sudah bisa minum ASI. Gumoh
sering terjadi akibat dari hubungan esofagus bawah dengan lambung belum
sempurna, dan kapasitas dari lambung juga terbatas, yaitu ± 30 cc.
f. Hati
Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan morfologis, yaitu
kenaikan kadar protein dan penurunan kader lemak serta glikogen. Sel hemopoetik
juga mulai berkurang, walaupun memakan waktu agak lama. Enzim hati belum aktif
benar pada waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasi hati pada neonatus juga belum
sempurna, contohnya pemberian obat kloramfenikol dengan dosis lebih dari
50mg/KgBB/hari dapat menimbulkan grey baby syndrome.
4. Kebutuhan dasar neonatus
a. Kebutuhan Fisik-Biomedis (ASUH)
Asuh merupakan kebutuhan anak dalam pertumbuhan anak yang beruhubungan
langsung dengan kebutuhan fisik anak.
11
1) Nutrisi
Nutrisi ini harus terpenuhi sejak anak masih dalam rahim. Ibu memberikan
nutrisi seimbang melalui konsumsi makanan yang bergizi dan menu seimbang.
ASI merupakan nutrisi yang paling lengkap dan seimbang bagi bayi terutama
pada 6 bulan pertama (ASI eksklusif). Nutrisi termasuk bagian gizi untuk
pembangunan tubuh yang mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan, terutama pada tahun-tahun pertama kehidupan di mana anak
sedang mengalami pertumbuhan yang sangat pesat terutama pertumbuhan otak.
2) Perawatan kesehatan dasar
● Pelayanan kesehatan
Anak perlu dipantau/ diperiksa kesehatannya secara teratur.
Penimbangan anak minimal 8 kali setahun dan dilakukan SDIDTK
minimal 2 kali setahun. Pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi setiap
bulan Februari dan Agustus.
● Imunisasi
Anak perlu diberikan imunisasi dasar yang lengkap yaitu BCG,
polio, DPT, Hb dan Campak agar terlindungi dari penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi. Pemberian imunisasi pada bayi dan anak
sangat penting untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap
penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi. Dengan melaksanakan
imunisasi yang lengkap maka diharapkan dapat mencegah timbulnya
penyakit yang menimbulkan kesakitan dan kematian.
● Mordibitas/ kesakitan
Diperlukan upaya deteksi dini, pengobatan dini dan tepat serta
limitasi kecacatan. Kesehatan anak harus mendapat perhatian dari para
orang tua, yaitu dengan cara membawa anaknya yang sakit ke tempat
pelayanan kesehatan terdekat. Peru diajarkan ke orang tua cara
membuat larutan oralit untuk penderita diare atau obat panas untuk
anak demam. Demikian juga penyakit ISPA yang sering memberi
dampak pada tumbuh kembang anak harus ditanggulangi sedini
mungkin.

3) Kebutuhan pakaian

12
Pakaian yang layak, bersih dan aman (tidak mudah terbakar, tanpa pernik-
pernik yang mudah menyebabkan anak kemasukan benda asing). Kebutuhan
rasa aman dan nyaman yang diberikan pada anak dapat diberikan melalui
pemenuhan kebutuhan pakaian pada anak. Pakaian merupakan sebuah bentuk
perlindungan dan kehangatan yang diberikan untuk mencegah dan melindungi
anak dari berbagai benda yang dapat membahayakan anak. Pakaian juga dapat
meningkatkan percaya diri anak dalam lingkungan sosialnya.
4) Kebersihan diri dan Sanitasi lingkungan

b. Kebutuhan Emosi/ Kasih Sayang (ASIH)


Kebutuhan ini berdasarkan adanya pemberian kasih sayang pada anak atau
memperbaiki psikologi anak. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang
erat, mesra dan selaras antara ibu dengan anak merupakan syarat mutlak untuk
menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental maupun psikososial.
Berperannya dan kehadiran ibu akan menjalin rasa aman bagi bayinya. Ini
diwujudkan dengan kontak fisik (kulit/mata) dan psikis sedini mungkin, misalnya
dengan menyusui bayi secepat mungkin segera setelah lahir. Kekurangan kasih
sayang ibu pada tahun-tahun pertama kehidupan mempunyai dampak negated pada
tumbuh kembang anak baik fisik, mental maupun sosial emosi. Kasih sayang dari
orang tuanya akan menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan dasar.
c. Kebutuhan Akan Stimulasi Mental (ASAH)
Kebutuhan ini merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi pada anak,
untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara optimal dan sesuai dengan
usia tumbuh kembang. Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses
belajar (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental (ASAH) ini
mengembangkan perkembangan mental psikososial: kecerdasan, keterampilan,
kemandirian, kreatifitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas dan
sebagainya.
5. Perawatan Bayi Baru Lahir
Semua bayi diperiksa segera setelah lahir untuk mengetahui apakah transisi dari
kehidupan intrauterine ke ekstrauterine berjalan dengan lancar dan tidak ada kelainan.
Pemeriksaan mediskomprehensif dilakukan dalam 24 jam pertama kehidupan.
Pemeriksaan rutin pada bayi baru lahir harus dilakukan, tujuannya untuk mendeteksi
kelainan atau anomali kongenital yang muncul pada setiap kelahiran dalam 10-20 per
13
1000 kelahiran, pengelolaan lebih lanjut dari setiap kelainan yang terdeteksi pada saat
antenatal, mempertimbangkan masalah potensial terkait riwayat kehamilan ibu dan
kelainan yang diturunkan, dan memberikan promosi kesehatan, terutama pencegahan
terhadap sudden infant death syndrome (SIDS) (Jamil et al., 2017)
Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah untuk membersihkan
jalan napas, memotong dan merawat tali pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi,
identifikasi, dan pencegahan infeksi. Asuhan bayi baru lahir meliputi :
a. Pencegahan Infeksi (PI)
Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus dilakukan
pada bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Pada saat
penanganan bayi baru lahir, pastikan penolong untuk melakukan tindakan
pencegahan infeksi.
Adapun prinsip pencegahan infeksi menurut adalah :
1) Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir
2) Pertimbangkan setiap orang (termasuk bayi dan staf) berpotensi menularkan
infeksi
3) Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan
4) Pakai –pakaian pelindung dan sarung tangan.
5) Gunakan teknik aseptic
6) Pegang instrumen tajam dengan hati – hati dan bersihkan dan jika perlu
sterilkan atau desinfeksi instrumen dan peralatan
7) Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin dan buang
sampah.
8) Pisahkan bayi yang menderita infeksi untuk mencegah infeksi nosokomial.

b. Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi


Untuk menilai apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak dilakukan penilaian
sepintas setelah seluruh tubuh bayi lahir dengan tiga pertanyaan :
1) Apakah kehamilan cukup bulan?
2) Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
3) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
Jika ada jawaban “tidak” kemungkinan bayi mengalami asfiksia sehingga
harus segera dilakukan resusitasi. Penghisapan lendir pada jalan napas bayi
tidak dilakukan secara rutin (Jamil et al., 2017)
14
c. Pemotongan dan perawatan tali pusat
Setelah penilaian sepintas dan tidak ada tanda asfiksia pada bayi, dilakukan
manajemen bayi baru lahir normal dengan mengeringkan bayi mulai dari muka,
kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
verniks, kemudian bayi diletakkan di atas dada atau perut ibu. Setelah pemberian
oksitosin pada ibu, lakukan pemotongan tali pusat dengan satu tangan melindungi
perut bayi.Perawatan tali pusat adalah dengan tidak membungkus tali pusat atau
mengoleskan cairan/bahan apa pun pada tali pusat (Jamil et al., 2017)

d. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap di
dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibuuntuk melaksanakan proses IMD
selama 1 jam. Biarkan bayi mencari, menemukan puting, dan mulai menyusu.
Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 60-90 menit,
menyusu pertama biasanya berlangsung pada menit ke- 45-60 dan berlangsung
selama 10-20 menit dan bayi cukup menyusu dari satu payudara (Jamil et al.,
2017).
Jika bayi belum menemukan puting ibu dalam waktu 1 jam, posisikan bayi lebih
dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit
berikutnya. Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, lanjutkan
asuhan perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian vitamin K,
salep mata, serta pemberian gelang pengenal) kemudian dikembalikan lagi kepada
ibu untuk belajar menyusu (Jamil et al., 2017).

e. Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam, kontak kulit
bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi

f. Pemberian salep mata/tetes mata


Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi mata. Beri
bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1%, oxytetrasiklin 1%
atauantibiotika lain). Pemberian salep atau tetes mata harus tepat 1 jam setelah
kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari 1
jam setelah kelahiran.
15
g. Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin
Semua bayi baru lahir harus diberi penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione)
1 mg intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi
vitamin yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir (Veftisia & Khayati,
2019). Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan.

h. Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah penyuntikan


vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur
ibu ke bayi yangdapat menimbulkan kerusakan hati (Veftisia & Khayati,
2019)Pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL)

i. Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan pada


bayi. Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan dianjurkan tetap berada di fasilitas
tersebut selama 24 jam karena risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24
jam pertama kehidupan. saat kunjungan tindak lanjut (KN) yaitu 1 kali pada
umur 1-3 hari, 1 kali pada umur 4-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari
(Veftisia & Khayati, 2019)

j. Pemberian ASI eksklusif


ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan
lain pada bayi berusia 0-6 bulan dan jika memungkinkan dilanjutkan dengan
pemberian ASI dan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. Pemberian ASI
ekslusif mempunyai dasar hukum yang diatur dalam SK Menkes Nomor
450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6
bulan.Setiap bayi mempunyai hak untuk dipenuhi kebutuhan dasarnya seperti
Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI Ekslusif, dan imunisasi serta pengamanan dan
perlindungan bayi baru lahir dari upaya penculikan dan perdagangan bayi.

6. Tanda-tanda bahaya
Jika terjadi tanda-tanda bahaya pada bayi rujuk segera kefasilitas kesehatan:
a. Pernapasan sulit atau lebih dari 60 kali per menit
b. Terlalu hangat ( >37,5 0C) atau terlalu dingin (< 36,5 0C)
c. Kulit bayi kering, biru, pucat atau memar
16
d. Isapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah dan mengantuk berlebihan
e. Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, feses lembek atau cair sering
berwarna hijau tua dan terdapat lendir atau darah
f. Rewel, lemas, kejang dan menangis terus menerus

7. Standar Asuhan Kebidanan


Asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir sampai dengan periode neonatus antara
lain:
g. Kunjungan Neonatus Pertama (KN 1)
Dilakukan dari 6-48 jam pertama setelah kelahiran bayi. Itu asuhan yang
diberikan adalah kehangatan tubuh bayi untuk mencegah hipotermi, memberikan
ASI eksklusif, pencegahan infeksi, perawatan mata, perawatan tali puat, injeksi
vitamin K 1 mg, dan imunisasi HB-0.
h. Kunjungan Neonatal Kedua (KN 2)
Dilakukan 3-7 hari setelah bayi lahir. Asuhan yang diberikan yaitu menjaga
kehangatan tubuh bayi. Memberikan ASI eksklusif, memandikan bayi, perawatan
tali puat, dan imunisasi.
i. Kunjungan Neonatal Lengkap (KN 3)
Dilakukan saat bayi umur 8-28 hari. Asuhan yang diberikan yaitu memeriksa
tanda bahaya dan gejala sakit, menajaga kehangatan tubuh bayi, memberikan ASi
eksklusif, dan imunisasi

B. Tinjauan Teori Asuhan Neonatus


Terdapat 7 langkah manajemen kebidanan menurut Varney yang meliputi
langkah 1 pengumpulan data dasar,langkah ini interpretasi data dasar, langkah ini
mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial, langkah IV identivikasi kebutuhan
yang memerlukan penanganan segera, langkah V merencanakan asuhan yang
menyeluruh, langkah VI melaksanakan perencanaan, dan langkah VII evaluasi.
1. Langkah 1 : Pengumpulan data dasar

17
Dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang diperlukan untuk
mengevaluasi keadaan klien secara lengkap. Mengumpulkan semua informasi yang
akurat dari sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Pada kasus neonatus kemungkinan anamnesa yang didapatkan atau data
subjektif adalah bayi lahir normal di tolong oleh bidan, segera menangis, usia
kehamilan 37 minggu- 42 minggu, bayi berjenis kelamin 46 perempuan atau laki-
laki dengan berat badan 2500-4000 gram dan keadaan ibu dan bayi sehat.
Data objektif menurut Marmi dan Rahardjo (2014) yang didapatkan bayi baru
lahir adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran yang berusia 0-28 hari,
sedangkan menurut Dwienda, dkk (2014) bayi baru lahir normal adalah berat badan
2500-4000 gram, panjang badan 48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm, lingkar kepala
33-35 cm, frekuensi jantung 120- 160x/menit, pernapasan 40-60x/menit, kulit
kemerah-merahan, rambut kepala biasanya telah sempurna, genetalia jika
perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora sedangkan pada laki-laki
testis sudah turun, skrotum sudah ada, daerah mulut terbentuk dengan baik,
eliminasi baik, mekonium berwarna hitam kecoklatan (Dwienda, dkk: 2014).
2. Langkah II : Interpretasi data dasar
Dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnose atau masalah klien atau
kebutuhan berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Kata ”masalah dan diagnose” keduanya digunakan karena beberapa
masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnose tetapi membutuhkan penanganan
yang dituangkan dalam rencana asuhan kebidanna terhadap klien. Masalah bisa
menyertai diagnose. Kebutuhan adalah suatu bentuk asuhan yang harus diberikan
kepada klien, baik klien tahu atupun tidak tahu.
Diagnosa kebidanan yang ditegakkan adalah bayi sehat pada Bayi I umur 18
hari jenis kelamin perempuan dengan kebutuhan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan.
3. Langkah III : Mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnose lain berdasarkan rangkaian masalah
dan diagnose yang sudah diidentifikasi. Membutuhkan antisipasi, bila mungkin
dilakukan pencegahan. Penting untuk melakukan asuhan yang aman. Pada kasus
neonatus dengan kebutuhan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan Bayi I
tanpa ada kebutuhan khusus.
4. Langkah IV : Identifikai kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
18
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dana tau
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang
lain sesuai dengan kondisi klien.
Diagnose yang perlu di lakukan yaitu perlu dilakukan kolaborasi sejak dini
dengan pantauan orang tua, kader, dan nakes mengenai tumbuh kembang anak.
5. Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Merencanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh meliputi apa yang sudah
diidentifikasi dari klien dan dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya. Rencana asuhan
yang diberikan yaitu dengan memberitahu pemahaman kepada orangtua untuk
selalu memantau pertumbuhan dan perkembangan anak.
6. Langkah VI : Melaksanakan perencanaan
Melaksanakan rencana asuhan pada langkah ke lima secara efisien dan aman.
Jika bidan tidak melakuknnya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaanya. Pada kasus ini bidan bisa memantau dan memberikan
penjelasan kepada kader dan orang tua tentang tumbuh kembang anak yang sesuai
umur.
7. Langkah VII : Evaluasi
Dilakukan evalusai keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meluputi
pemenuhan kebutuhan dan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi seusai
dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan di dalam masalah dan
diagnose. Pelaksanaan rencana asuhan tersebut dapat dianggap efeksi bila ada
pendokumntasian hasil asuhan kebidanan tentang tumbuh kembang.

19
BAB III

KASUS

A. Pengkajian Data Subyektif


1. Alasan Datang : Ibu mengatakan ingin memeriksakan pertumbuhan dan
perkembangan bayinya.

Keluhan Utama : Ibu mengatakan anaknya dalam keadaan sehat dan tidak ada keluhan

2. Riwayat Kesehatan:
Dahulu : Ibu mengatakan anaknya tidak pernah sakit kejang, TBC, muntah
berkepanjangan, demam yang tidak kunjung sembuh, dan sesak nafas.

Sekarang : Ibu mengatakan bayinya tidak sedang menderita penyakit

Keluarga : Ibu mengatakan dalam keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit


menular maupun menurun

3. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas:

Dahulu :
Persalinan Nifas Kead
Th Asi anak
UK Jenis Penolong JK/ BB Penyulit IMD Penyulit
eksklusif sekarang

- - - - - - - - - -

Sekarang :
Persalinan Nifas Kead
TH Penyul Asi anak
UK Jenis Penolong JK/ BB Penyulit IMD
it eksklusif sekarang

2022 39 Spontan Bidan Pr/ 3500 - Ya - Ya sehat


gr

Riwayat tumbang :
a. Pertumbuhan BB :
Berat badan dan tinggi badan bayi mengalami kenaikan
BB lahir :3500 gram

20
TB lahir : 50 cm
Status gizi: Normal
Perkembangan anak : Ibu mengatakan adanya kemampuan untuk merespon
rangsangan dengan menggerakkan jari / tangan
Kelainan bawaan : Ibu mengatakan tidaka ada kelainan bawaan

4. Riwayat Imunisasi :

Tanggal Usia Jenis Imunisasi

19 oktober 2019 6 jam Hb0 dan vitamin K

5. Pola kebiasaan sehari- hari:


a. Pola Nutrisi : Ibu mengatakan ASI sudah keluar lancar dan bayi masih
Menyusu secara eksklusif
b. Pola eliminasi : Ibu mengatakan bayinya sudah mengeluarkan BAK 2 kali dan
BAB 1 kali
c. Pola Istirahat : Ibu mengatakan bayinya tidur setelah kenyang menyusu
ibunya
d. Pola aktifitas : Ibu mengatakan bayinya aktif bergerak

6. Pola Sosial Ekonomi : Ibu mengatakan anak diasuh langsung oleh orang tuanya,
dalam keluarga yang harmonis. Ibu mengatakan lingkungan masyarakat sekitarnya
juga baik dan ramah. Ibu mengatakan perekonomian keluarganya cukup,
pernghasilannya mampu untuk mencukupi keluarganya

B. Pengkajian Data Obyektif


Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Vital signs
N : 116 x/menit
RR : 44 x/menit
T : 36,4oC

21
2. Pengukuran Antopometri
BB lahir : 3100 kg
PB lahir : 49 cm
BB sekarang : 3200 kg
PB sekarang : 49 cm
LK : 34 cm
LD : 33 cm
Lila : 11 cm

3. Status Present
Kepala : Bentuk normal, kulit bersih, rambuh bersih tidak rontok
Muka : Simetris, sedikit pucat
Mata : Simetris, sklera warna putih, konjungtiva merah muda
Hidung : Sedikit berlendir, tidak ada polip
Mulut : Bersih, tidak terdapat karang gigi, tidak ada luka
Telinga : Simetris, tidak ada pengeluaran cairan
Leher : Tidak ada pembengkakan kalenjar
Dada : Bunyi jantung lup dug, sedikit ada bunyi wheezing atau stridor
Pulmo/COR : Pergerakan dinding dada kanan dan kiri simetris
Abdomen : Bising usus (+), tidak ada nyeri tekan
Genetalia : Bersih, tidak ada kelainan
Punggung : Tidak ada kelainan tulang belakang
Anus : Tidak ada hemoroid
Kulit : Normal, tidak ada ruam, tidak ada bintik kemerahan
Ekstermitas
Atas : Simetris, tidak terdapat polidaktil maupun sindakatili,
warna kemerahan.
Simetris, tidak terdapat sindakatili maupun
Bawah : polidaktili.
Integumen : Tidak ikterik, tidak ada hemangioma

4. Reflek
Rooting reflex : Baik, bayi menoleh ke arah benda yang menyentuh pipi
Sucking reflex : Baik, bayi akan menghisap ketika puting, jari atau benda lain
diletakkan di mulut bayi

22
Grasp reflex : Baik, bayi menggenggam erat saat disodorkan bayi telunjuk ketelapak
bayi
Moro reflex :Baik, bayi melengkungkan punggungnya melemparkan kepala
kebelakang dan merentangkan tangan dan kaki saat terkejut
Tonicneck reflex : Baik, ketika kedua tangan bayi diangkat, bayi berusaha mengangkat
kepala
Babibski reflex : Baik, jari-jari kaki bayi mencengkeram ketika bagian telapak bayi
diusap

C. Data Penunjang
Anak tidak diperiksa laboratorium

D. Analisa Data
Diagnosa : An. I umur 18 hari dengan kebutuhan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan
Masalah : Tidak ada masalah
Kebutuhan : Pemeriksaan fisik bayi dan KIE merawat bayi sehat

E. Penatalaksaan dan Evaluasi


Tanggal : 5 November 2022 Jam : 09.15 WIB
1. Melakukan observasi tanda-tanda vital pada bayi dan memberitahu ibu dan keluarga hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan. TTV (N = 116 x/mnt, RR = 44 x/mnt, S = 36,4 0 C)
(BB= 3200 gr, PB = 49 cm, LILA =11 cm, LK= 34 cm, LD = 33 cm)
Hasil : Ibu mengerti bahwa keadaan bayi baik
2. Menganjurkan ibu untuk memantau dan menstuimulasi pertumbuhan berat badan dan
tinggi badan serta tahapan perkembangan (motorik halus sesuai dengan SDIDTK untuk
bayi umur 0-3 bulan antara lain dapat terlentang,menatap wajah, mengoceh, menggerakan
kepala kanan /kiri ke tengah, mengajak bicara dan tersenyum,tengkulup, mengangkat
kepala 450 , tegak dan ketawa keras).
Hasil : Ibu mengangguk tanda mengerti dan bersedia untuk memantau pertumbuhan berat
badan dan tinggi badan serta tahapan perkembangan anaknya.
3. Memberitahu ibu untuk tetap memberikan ASI saja secara eksklusif kepada bayi minimal
6 bulan tanpa tambahan makanan apapun.

23
Hasil : Ibu mengangguk memahami dan sudah mantap untuk menyusui secara eksklusif
selama 6 bulan
4. Memberitahu ibu tanda bahaya yang bisa terjadi pada bayi, seperti bayi tidak mau
menyusu, suhu tubuh bayi diatas 370C dan dibawah 36,50C, kulit bayi kuning dan kebiruan
dan nafas cepat.
Hasil : Ibu mengangguk mengerti dan paham mengenai tanda bahaya pada bayi
5. Memberitahu jadwal imunisasi BCG sesuai dengan buku KIA yang telah diberikan oleh
puskesmas yaitu tanggal 18 November 2022
Hasil : ibu mengangguk mengambil buku KIA dan memahami jadwal imunisasi bayinya
di tanggal 18 november dan bersedia datang
6. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
Hasil : Pendokumentasian sudah dilakukan.

24
BAB IV

PEMBAHASAN

Dari pengkajian dan pemeriksaan yang telah dilakukan sesuai data yang
diperoleh bahwa bayi lahir dengan normal yaitu dengan BB 3200 gram, PB 4 cm.
Selama Posyandu pada An. I tidak ditemukan masalah apapun yang dialami.
Asuhan yang diberikan berkaitan dengan neonatus meliputi pendidikan kesehatan
tentang imunisasi, pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya bayi baru lahir
dan anjuran pada ibu tentang memberikan ASI eksklusif.
Tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada di lahan
praktek. Dari hasil pengkajian didapatkan diagnosa kebidanan Neonatus cukup bulan-
sesuai umur kehamilan usia 18 hari fisiologis. Asuhan kebidanan yang dilakukan pada
Bayi I sudah menggunakan asuhan untuk Neonatus normal.
Pengkajian dilakukan pada tanggal 5 November 2022 pada pukul 09.00 WIB,
di desa Tirem Puskesmas Brati. Pengkajian dilakukan pada Bayi I usia 18 hari. Di
dapatkan bahwa By. I usia 18 hari datang ke posyandu desa Tirem Puskesmas Brati
dengan kebutuhan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita.
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, An. I sehat dan normal serta
tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya sesuai dengan KPSP.

25
BAB V

PENUTUP
Kesimpulan
Pada tahap pengkajian data yang terdiri atas data subyektif diperoleh data secara
lengkap. Data yang didapatkan dalam pengkajian digunakan sebagai dasar dalam
menentukan identifikasi diagnosa atau masalah terhadap keadaan yang dirasakan oleh
bayi. Pasien tidak mengalami keadaan yang gawat darurat, sehingga untuk penulisan
identifikasi kebutuhan segera tidak perlu dalam penulisan asuhan kebidanan.
Pada penatalaksanaan rencana tindakan disusun berdasarkan keadaan yang dialami
oleh bayi dan juga disesuaikan dengan kebutuhan bayi setelah rencana tindakan telah
tersusun dengan baik maka tahap selanjutnya adalah melaksanakan rencana tindakan yang
telah disusun sebelumnya. Evaluasi yang didapat berdasarkan asuhan kebidanan yang
diberikan, bayi mengalami kemajuan dalam keadaan kesehatannya.

Saran
1. Bagi petugas kesehatan
a. Dalam memberikan asuhan kebidanan diharapkan tetap mempertahankan untuk
menjaga komunikasi dalam upaya menjalin kerjasama antara petugas dengan klien
untuk keberhasilan asuhan yang diberikan. Selain itu dalam melakukan semua
tindakan petugas kesehatan harus benar-benar memperhatikan kebersihan dan
kesterilitasan
b. Memberi waktu kepada klien dan keluarga untuk bertanya serta memberikan
keterangan dan informasi yang jelas dan tepat.
2. Bagi masyarakat
a. Keluarga diharapakan selalu bekerjasama dengan petugas kesehatan dalam proses
pelayanan kesehatan sehingga asuhan dapat berjalan dengan baik
b. Melaksanakan saran dan petunjuk yang diberikan oleh petugas kesehatan
c. Segera datang/ memeriksakan diri kepada petugas kesehatan jika mengalami suatu
kelainan atau mempunyai keluhan tertentu.

26
DAFTAR PUSTAKA
Armini, N. W., Sriasih, N. G. K., Marhaeni, G. A., & SKM, M. (2017). Asuhan Kebidanan
Neonatus, bayi, balita dan anak prasekolah. Penerbit Andi.

Ayudia, fanny. (2018). Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Kelengkapan Kunjungan


Neonatus. Jik- Jurnal Ilmu Kesehatan, 2(1), 143–150. https://doi.org/10.33757/jik.v2i1.43

Hasnidar.,dkk. (2021). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Balita. Yayasan Kita Menulis.

Istihara, I. (2018). Hubungan Pengetahuan, Masa Kerja, dan Beban Kerja Bidan Dengan
Pelaksanaan Sop Kunjungan Neonatus Berdasarkan Kejadian Angka Kematian Bayi di Kota
Surakarta. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta. 4-5.

Jamil, siti nurhasiyah, Sukma, F., & Hamidah. (2017). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada
Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah. In Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada
Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah.

Maternity. D., & Anjani, A. D. (2018). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, Dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta. Penerbit Andi.

Sembiring, J. B. (2019). Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah. Yogyakrta.
Deepublish.

Setyatama, I. P. (2019). Pengaruh Peran Aktif Kader Kesehatan Terhadap Kunjungan


Neonatus Lengkap Di Posyandu Desa Timbangreja Wilayah Kerja Puskesmas Lebaksiu
Kabupaten Tegal. Bhamada: Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kesehatan (E-Journal), 10(1), 11.
https://doi.org/10.36308/jik.v10i1.116

Tefi, N. T., Farida, S. N., & Anggraini, R. D. (2020). Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada
Ny” I” Di Bidan Praktek Mandiri Ny” D” Desa Mancar Kec. Peterongan Kab. Jombang.
Jurnal Akademika Husada, II, 1–14.
http://jurnal.stikeshusadajombang.ac.id/index.php/jah/article/download/30/25

Veftisia, V., & Khayati, Y. N. (2019). Analisis Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda Bahaya
Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kabupaten Semarang. Indonesian Journal of Midwifery (IJM),
2(1), 43–48. https://doi.org/10.35473/ijm.v2i1.160
Sembiring, J. B. (2019). Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah. Deepublish.

27

Anda mungkin juga menyukai