Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

KUNJUNGAN 2 NY. E UMUR 21 TAHUN P1A0 6 HARI POST PARTUM


DI RUANG VK PUSKESMAS BRATI KABUPATEN GROBOGAN
TAHUN 2022

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Praktik Asuhan Kebidanan


Nifas dan Menyusui Semester V
Pembimbing Akademik: Elisa Ulfiana, S.SiT ,M.Kes

Disusun oleh:
Sandra Oktavia
P1337424420214

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN & PROFESI BIDAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN AJARAN 2022 / 2023
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS
KUNJUNGAN 2 NY. E UMUR 21 TAHUN P1A0 6 HARI POST PARTUM
DI RUANG VK PUSKESMAS BRATI KABUPATEN GROBOGAN
TAHUN 2022

LAPORAN ILMIAH

Disusun oleh:

Sandra Oktavia
NIM. P1337424420214

Telah disetujui pada tanggal: November 2022

Oleh:

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

Elisa Ulfiana, S.SiT ,M.Kes Amalia Istiqomah, S.Tr Keb, Bdn


NIP. 19790108 200501 2 001 NIP. 19790627 200604 2 020

2
Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami sebagi penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS KUNJUNGAN 2 NY. E UMUR 21 TAHUN
P1A0 6 HARI POST PARTUM DI RUANG VK PUSKESMAS BRATI KABUPATEN
GROBOGAN TAHUN 2022”
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak mendapatkan masukan
dari berbagai pihak, untuk itu saya ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu, pembimbing
lahan, pembimbing saat di lahan dan rekan- rekan yang telah memberikan motivasi terhadap
saya dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Adapun harapan kami kepada para pembaca atau semua kalangan yang telah mebaca
makalah ini yaitu dapat menambah wawasan / pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam penyusunan makalah ini saya menyadari masih banyak kesalahan, baik dari segi
isi maupun dari segi penulisan. Untuk itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak. Terima Kasih.

Semarang, November 2022


Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN 2

Kata Pengantar 3

BAB I 5

PENDAHULUAN 5

A. 5

B. 7

C. 7

D. 7

BAB II 9

TINJAUAN TEORI 9

A. 9

BAB III 24

KASUS 24

BAB IV 34

PEMBAHASAN 34

BAB V 37

PENUTUP 37

DAFTAR PUSTAKA 39

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kematian maternal masih menjadi masalah kesehatan global yang menjadi indikator
penting dalam keberhasilan program kesehatan ibu sekaligus salah satu indikator dalam
menggambarkan derajat kesehatan masyarakat. Laporan WHO tahun 2014 menunjukkan
AKI di dunia sebesar 289.000 jiwa, dan di negara berkembang menyumbang angka
kematian sebesar 99% kematian maternal di dunia yaitu mencapai angka 230 per 100.000
KH. Indonesia sendiri merupakan negara berkembang yang menyumbang AKI terbanyak
di Asia Tenggara yakni sebesar 214 per 100.000 KH (WHO, 2015).
Secara global, 289.000 wanita meninggal karena komplikasi yang berhubungan
dengan kehamilan, persalinan, atau periode postnatal setiap tahun. Dua pertiga dari semua
kematian ibu terjadi selama enam minggu pertama setelah kelahiran dan lebih dari dua
pertiga kematian bayi baru lahir terjadi selama minggu pertama kehidupan, sehingga
perlu sekali untuk melakukan perawatan pasca melahirkan untuk mencegah komplikasi
masa nifas (Yeetey Akpe Kwesi Enuameh, 2019).
Sebagian besar kematian ibu dan bayi terjadi dalam enam minggu pertama setelah
melahirkan. Sekitar (45%) penyebab kematian balita terjadi dimasa neonatus. Periode
pascakelahiran (waktu setelah melahirkan) dan selama enam minggu pertama kehidupan
sangat penting bagi bayi baru lahir dan ibu. Di negara berpenghasilan rendah, hampir
40% wanita mengalami komplikasi setelah melahirkan dan diperkirakan 15%
mengembangkan masalah yang berpotensi mengancam jiwa dan Indonesia masuk
didalamnya. Jawa Timur menjadi salah satu provinsi peyumbang AKI yang cukup tinggi
di Indonesia yaitu 602 kasus ditahun 2016. Kabupaten Ngawi mencatat bahwa masa nifas
menjadi masa penyumbang kematian nomor 3 setelah perdarahan dan eklamsia (Dinkes
Kab. Ngawi, 2017).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan 4 kali kunjungan masa nifas
yaitu dalam 24 jam setelah lahir, dua sampai tiga hari, enam sampai tujuh hari, dan pada
enam minggu. Kunjungan masa nifas bertujuan untuk menilai kesehatan ibu dan bayi
baru lahir, pencegahan terhadap kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan
bayinya dan mendeteksi adanya kejadian-kejadian masa nifas. Kurangnya perawatan yang
tepat selama periode masa nifas bisa berakibat signifikan terhadap bahaya dan
meningkatkan resiko kematian ibu dan bayi (WHO, 2019).

5
Tidak sedikit ibu beranggapan bahwa masa nifas adalah masa yang tidak penting lagi
karena bayi sudah lahir dan ibu berasa sehat. Padahal kenyataannya banyak ibu ataupun
bayi meninggal pada masa ini. 90 % ibu melakukan pemeriksaan ANC selama
kehamilannya akan tetapi sedikit yang kembali untuk melakukan kunjungan masa nifas.
Ibu yang melakukan kunjungan masa nifas dikarenakan ibu mendapatkan informasi
tentang kunjungan nifas ini dari media seperti radio, menonton tv, media sosial dan
materi cetak, dan berhubungan positif dengan perawatan postnatal. Selain itu juga
dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, Usia dan keterjangkauan layanan kesehatan
(Ermelena, 2017).
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra, yakni
indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Yudiyanti, 2017). Pengetahuan
ibu tentang masa nifas merupakan salah satu faktor yang penting dalam kesuksesan
proses menyusui. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ibrahim (2012)
menyebutkan bahwa ibu yang berpengetahuan baik 1,9 kali berpeluang untuk melakukan
kunjungan nifas dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan kurang. Semakin tinggi
tingkat pengetahuan, semakin ibu melakukan kunjungan nifas.
Usia ibu sangat menentukan keaktifan ibu untuk kunjungan nifas, karena Semakin tua
usia seseorang semakin bijaksana dan matang sikapnya, semakin tua seseorang
kemungkinan sudah semakin lama banyak pengalaman dalam hal merawat diri sendiri
maupun bayi dalam masa nifas. Semakin lama semakin bertambah ketrampilannya.
Perkembangan usia seseorang dapat mempengaruhi perkembangan dalam hal
pengetahuan dan sikap yang akan di ambilnya (Haslinda, 2011). Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh DiBari (2013) menyebutkan bahwa ada hubungan antara
umur dengan pelayanan kunjungan nifas, berdasarkan hasil penelitian di lapangan dengan
hasil penelitian terdahulu terdapat Kesesuaian antara hasil penelitian tersebut dikarenakan
umur 20-35 tahun merupakan umur yang baik untuk hamil, melahirkan, nifas, secara
mental sudah siap dan lebih menyadari pentingnya kesehatan. Hasil penelitian ini
didukung oleh pendapat Notoatmodjo (2010) yang menyebutkan bahwa usia berhubungan
dengan tingkat kematangan dan kekuatan dalam berfikir seseorang.
Jarak fasilitas kesehatan juga menjadi faktor yang mempengaruhi kunjungan nifas
dikarenakan jika jarak antara rumah dengan tempat pelayanan Kesehatan jauh maka biaya
akan semakin mahal begitupun dengan srana dan prasarananya semakin banyak
6
angunkutan umum akan semakin memudahkan keterjangkauan pelayanan kesehatan
(Kresno, 2016). Hal ini didukung oleh Notoatmodjo (2005) yang menyebutkan bahwa
jarak dan tersedianya sarana prasarana untuk mendukung kesehatan masyarakat
merupakan salah satu komponen dalam mempromosikan kesehatan dalam masyarakat itu
sendiri. Ketersediaan sarana dan prasarana ini di lingkungan masyarakat dapat dilihat
langsung oleh masyarakat, sehingga masyarakat ingin mencoba dan merasakan langsung
apa yang ia lihat.
Hal ini sejalan dengan Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Yudiyanti (2017)
menjelaskan Bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan masa nifas dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu: pengetahuan, usia, persepsi, jarak antara tempat tinggal dan
fasilitas kesehatan, waktu yang dimiliki, serta otonomi yang dimiliki oleh ibu nifas.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam
kasus ini adalah “ bagaimana asuhan kebidanan pada Ny. E Umur 21 Tahun P1A0 6
Hari Post Partum Kunjungan 2 Di Ruang VK Puskesmas Brati Kabupaten Grobogan
Tahun 2022”?

C. Tujuan
Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan pada Ny. E Umur 21 Tahun P1A0 6 Hari Post
Partum Kunjungan 2 Di Ruang VK Puskesmas Brati Kabupaten Grobogan Tahun
2022

D. Manfaat
a. Bagi masyarakat
Memberi masukan kepada masyarakat khususnya ibu untuk bersalin normal
b. Bagi Institusi
Sebagai tambahan pengetahuan serta informasi dan data tentang ibu dengan yang
nantinya akan dijadikan sebagai bahan acuan atau sebagai masukan bagi institusi
pendidikan dalam pengetahuan ilmu di materi asuhan kesehatan.
c. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai bahan informasi dan masukan bagi tenaga kesehatan terutama bidan untuk
kualitas pelayanan sehingga dapat memberikan pelayanan yang actual baik,
berpotensial pada masyarakat, penyuluhan serta konseling
d. Bagi Lahan Praktik (PMB)
7
Memberikan penyuluhan atau KIE serta dapat dijadikan sebagai acuan untuk dapat
mempertahankan mutu pelayanan terutama dalam memberikan asuhan pelayanan
kebidanan secara komprehensif

8
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Medis (Kasus)


1. Pengertian
a. Pengertian Masa Nifas (Post Partum)
Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti sebelum hamil, yang
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi secara
perlahan akan mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan organ
reproduksi ini disebut involus (Maritalia, 2012). Selama masa pemulihan tersebut
berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan fisik yang bersifat fisiologis dan
banyak memberikan ketidak nyamanan pada awal postpartum, yang tidak menutup
kemungkinan untuk menjadi patologis bila tidak diikuti dengan perawatan yang baik
(Yuliana & Hakim, 2020).
b. Menurut Maritalia (2012) masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
a) Puerperium dini
Puerperium dini merupakan masa pemulihan awal dimana ibu
diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan. Ibu yang melahirkan per
vagina tanpa komplikasi dalam 6 jam pertama setelah kala IV dianjurkan
untuk mobilisasi segera.
b) Puerperium intermedial
Suatu masa pemulihan dimana organ-organ reproduksi secara
berangsur-angsur akan kembali ke keadaan sebelum hamil. Masa ini
berlangsung selama kurang lebih enam minggu atau 42 hari.
c) Remote puerpeum
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan
sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan
mengalami komplikasi. Rentang waktu remote puerperium berbeda
untuk setiap ibu, tergantung dari berat ringannya komplikasi yang
dialami selama hamil atau persalinan.

2. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas

9
Kebutuhan dasar pada ibu masa nifas menurut Maritalia (2012) dan Walyani (2017)
yaitu:
a. Kebutuhan nutrisi
Ibu nifas harus mengkonsumsi makanan yang mengandung zat- zat yang
berguna bagi tubuh ibu pasca melahirkan dan untuk persiapan prosuksi ASI,
terpenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, zat besi, vitamin dan minelar untuk
mengatasi anemia, cairan dan serat untuk memperlancar ekskresi. Ibu nifas harus
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat- zat yang berguna bagi tubuh ibu
pasca melahirkan dan untuk persiapan prosuksi ASI, terpenuhi kebutuhan
karbohidrat, protein, zat besi, vitamin dan minelar untuk mengatasi anemia,
cairan dan serat untuk memperlancar ekskresi.
Kebutuhan kalori wanita dewasa yang sehat dengan berat badan 47 kg
diperkirakan sekitar 2200 kalori/ hari. Ibu yang berada dalam masa nifas dan
menyusui membutuhkan kalori yang sama dengan wanita dewasa, ditambah 700
kalori pada 6 bulan pertama untuk membeikan ASI eksklusif dan 500 kalori pada
bulan ke tujuh dan selanjutnya.
b. Kebutuhan cairan
Fungsi cairan sebagai pelarut zat gizi dalam proses metabolisme tubuh.
Minumlah cairan cukup untuk membuat tubuh ibu tidak dehidrasi. Ibu dianjurkan
untuk minum setiap kali menyusui dan menjaga kebutuhan hidrasi sedikitnya 3
liter setiap hari. Asupan tablet tambah darah dan zat besi diberikan selama 40 hari
postpartum. Minum kapsul Vit A (200.000 unit).
c. Kebutuhan ambulasi
Aktivitas dapat dilakukan secara bertahap, memberikan jarak antara
aktivitas dan istirahat. Dalam 2 jam setelah bersalin ibu harus sudah melakukan
mobilisasi. Dilakukan secara perlahan- lahan dan bertahap. Dapat dilakukan
dengan miring kanan atau kiri terlebih dahulu dan berangsur- angsur untuk berdiri
dan jalan.
d. Kebutuhan eliminasi
Pada kala IV persalinan pemantauan urin dilakukan selama 2 jam, setiap
15 menit sekali pada 1 jam pertama dan 30 menit sekali pada jam berikutnya.
Pemantauan urin dilakukan untuk memastikan kandung kemih tetap kosong
sehingga uterus dapat berkontraksi dengan baik. Dengan adanya kontraksi uterus
yang adekuat diharapkan perdarahan postpartum dapat dihindari.
10
Memasuki masa nifas, ibu diharapkan untuk berkemih dalam 6- 8 jam
pertama. Pengeluaran urin masih tetap dipantau dan diharapkan setiap kali
berkemih urin yang keluar minimal sekitar 150 ml. Ibu nifas yang mengalami
kesulitan dalam berkemih kemungkinan disebabkan oleh menurunnya tonus otot
kandung kemih, adanya edema akibat trauma persalinan dan rasa takut timbulnya
rasa nyeri setiap kali berkemih.
Kebutuhan untuk defekasi biasanya timbul pada hari pertama sampai hari
ke tiga postpartum. Kebutuhan ini dapat terpenuhi bila ibu mengkonsumsi
makanan yang mengandung tinggi serat, cukup cairan dan melakukan mobilisasi
dengan baik dan benar. Bila lebih dari waktu tersebut ibu belum mengalami
defekasi mungkin perlu diberikan obat pencahar.
e. Kebersihan diri
Pada masa nifas yang berlangsung selama lebih kurang 40 hari,
kebersihan vagina perlu mendapat perhatian lebih. Vagina merupakan bagian dari
jalan lahir yang dilewati janin pada saat proses persalinan. Kebersihan vagina
yang tidak terjaga dengan baik pada masa nifas dapat menyebabkan timbulnya
infeksi pada vagina itu sendiri yang dapat meluas sampai ke rahim.
f. Kebutuhan istirahat dan tidur
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang
dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.
Pada tiga hari pertama dapat merupakan hari yang sulit bagi ibu akibat
menumpuknya kelelahan karena proses persalinan dan nyeri yang timbul pada
luka perineum. Secara teoritis, pola tidur akan kembali mendekati normal dalam
2 sampai 3 minggu setelah persalinan.
g. Kebutuhan seksual
Ibu yang baru melahirkan boleh melakukan hubungan seksual kembali
setelah 6 minggu persalinan. Batasan waktu 6 minggu didasarkan atas pemikiran
pada masa itu semua luka akibat persalinan, termasuk luka episiotomi dan luka
bekas section caesarea (SC) biasanya telah sembuh dengan baik. Bila suatu
persalinan dipastikan tidak ada luka atau laserasi/ robek pada jaringan, hubungan
seks bahkan telah boleh dilakukan 3- 4 minggu setelah proses melahirkan.
h. Kebutuhan perawatan payudara
Menurut Walyani (2017) kebutuhan perawatan payudara pada ibu masa
nifas antara lain:
11
1) Sebaiknya perawatan mamae telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting
lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya.
2) Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara: pembalutan mamae
sampai tertekan, pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet
Lynoral dan Pardolel.
3) Ibu menyusi harus menjaga payudaranya untuk tetap bersih dan kering.
4) Menggunakan bra yang menyongkong payudara.
5) Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar
putting susu setiap kali selesai menyusui, kemudian apabila lecetnya sangat
berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. Asi dikeluarkan dan diminumkan
menggunakan sendok. Selain itu, untuk menghilangkan rasa nyeri dapat
minum paracetamol 1 tablet setiap 4- 6 jam.
i. Latihan senam nifas
Pada masa nifas yang berlangsung selama lebih kurang 6 minggu, ibu
membutuhkan latihan- latihan tertentu yang dapat mempercepat proses involusi.
Salah satu latihan yang dianjurkan pada masa ini adalah senam nifas. Senam nifas
adalah senam yang dilakukan oleh ibu setelah persalinan, setelah keadaan ibu
normal.
Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam 24 jam setelah persalinan, secara
teratur setiap hari. Luka yang timbul akibat proses persalinan karena 6 jam setelah
persalinan normal dan 8 jam setelah persalinan Caesar, ibu sudah dianjurkan
untuk mobilisasi dini. Tujuan utama mobilisasi dini adalah agar peredaran darah
ibu dapat berjalan dengan baik sehingga ibu dapat melakukan senam nifas.
j. Rencana KB
Rencana KB setelah ibu melahirkan sangatlah penting, dikarenakan
secara tidak langsung KB dapat membantu ibu untuk dapat merawat anaknya
dengan baik serta mengistirahatkan alat kandungnya.

3. Komplikasi dan Penyakit Dalam Masa Nifas


Komplikasi dan penyakit yang terjadi pada ibu masa nifas menurut Walyani
(2017) yaitu:
a. Infeksi nifas
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat- alat
genetelia dalam masa nifas. Masuknya kumankuman dapat terjadi dalam
12
kehamilan, waktu persalinan, dan nifas. Demam nifas adalah demam dalam masa
nifas oleh sebab apa pun. Morbiditas puerpuralis adalah kenaikan suhu badan
sampai 38⁰ C atau lebih selama 2 hari dari dalam 10 hari postpartum. Kecuali
pada hari pertama. Suhu diukur 4 kali secara oral.
b. Infeksi saluran kemih
Pada masa nifas dini, sensitivitas kandung kemih terhadap tegangan air
kemih di dalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan atau analgesia
epidural atau spinal. Sensasi peregangan kandung kemih juga mungkin
berkurang akibat rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomi yang
lebar, laserasi periuretra, atau hematoma dinding vagina. Setelah melahirkan,
terutama saat infus oksitosis dihentikan, terjadi diuresis yang disertai
peningkatan produksi urin dan distensi kandung kemih. Over distensi yang
disertai katerisasi untuk mengeluarkan air kemih sering menyebabkan infeksi
saluran kemih.
c. Metritis
Metritis adalah inspeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah
satu penyebab terbesar kematian ibu. Bila pengobatan terlambat atau kurang
adekuat dapat menjadi abses pelvic yang menahun, peritonitis, syok septik,
trombosis yang dalam, emboli pulmonal, infeksi felvik yang menahan
dispareunia, penyumbatan tuba dan infertilitas.
d. Bendungan payudara
Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada
payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi. Bendungan terjadi
akibat bendungan berlebihan pada limfatik dan vena sebelum laktasi. Payudara
bengkak disebabkan karena menyusui yang tidak kontinu, sehingga sisa ASI
terkumpul pada daerah ductus. Hal ini dapat terjadi pada hari ke tiga setelah
melahirkan. Penggunaan bra yang keras serta keadaan puting susu yang tidak
bersih dapat menyebabkan sumbatan pada ductus.
e. Infeksi payudara
Mastitis termasuk salah satu infeksi payudara. Mastitis adalah peradangan
pada payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak, yang disebabkan oleh kuman
terutama Sraphylococcus aureus melalui luka pada puting susu atau melalui
peredaran darah.
f. Abses payudara
13
Abses payudara merupakan komplikasi akibat peradangan payudara/
mastitis yang sering timbul pada minggu ke dua postpartum (setelah melahirkan),
karena adanya pembengkakan payudara akibat tidak menyusui dan lecet pada
puting susu.
g. Abses pelvis
Penyakit ini merupakan komplikasi yang umum terjadi pada penyakit-
penyakit meluar seksual (sexually transmitted disease/ STDs), utamanya yang
disebabkan oleh chlamydia dan gonorrhea.
h. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum yang merupakan
pembungkus visera dalam rongga perut. Peritoneum adalah selaput tipis dan
jernih yang membungkus organ perut dan dinding perut sebelah dalam.
i. Infeksi luka perineum dan luka abdominal
Luka perineum adalah luka perineum karena adanya robekan jalan lahir
baik karena rupture maupun karena episiotomy pada waktu melahirkan janin.
Rupture perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu
persalinan.
j. Perdarahan pervagina
Perdarahan pervagina atau perdarahan postpartum adalah kehilangan
darah sebanyak 500 cc atau lebih dari traktus genetalia setelah melahirkan.
Hemoragi postpartum primer mencakup semua kejadian perdarahan dalam 24 jam
setelah kelahiran.

4. Perubahan Fisiologis
Perubahan- perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu masa nifas menurut
Maritalia (2012) dan Walyani (2017) yaitu:
a) Uterus
Uterus merupakan organ reproduksi interna yang berongga dan berotot,
berbentuk seperti buah alpukat yang sedikit gepeng dan berukuran sebesar telur
ayam. Panjang uterus sekitar 7-8 cm, lebar sekitar 5-5,5 cm dan tebal sekitar 2, 5
cm. Letak uterus secara fisiologis adalah anteversiofleksio. Uterus terbagi dari 3
bagian yaitu fundus uteri, korpus uteri, dan serviks uteri.
Menurut Walyani (2017) uterus berangsur- angsur menjadi kecil (involusi)
sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil:
14
1) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr.
2) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat dengan
berat uterus 750 gr.
3) Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat dengan
simpisis, berat uterus 500 gr.
4) Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis dengan
berat uterus 350 gr.
5) Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus 50
gr.
Pemeriksaan uterus meliputi mencatat lokasi, ukuran dan konsistensi antara
lain:
1) Penentuan lokasi uterus dilakukan dengan mencatat apakah fundus berada
diatas atau dibawah umbilikus dan apakah fundus berada digaris tengah
abdomen/ bergeser ke salah satu sisi.
2) Penentuan ukuran uterus dilakukan melalui palpasi dan mengukur TFU pada
puncak fundus dengan jumlah lebar jari dari umbilikus atas atau bawah.
3) Penentuan konsistensi uterus Ada 2 ciri konsistensi uterus yaitu uterus kerasa
teraba sekeras batu dan uterus lunak.
b) Serviks
Serviks merupakan bagian dasar dari uterus yang bentuknya menyempit
sehingga disebut juga sebagai leher rahim. Serviks menghubungkan uterus
dengan saluran vagina dan sebagai jalan keluarnya janin dan uterus menuju
saluran vagina pada saat persalinan. Segera setelah persalinan, bentuk serviks
akan menganga seperti corong. Hal ini disebabkan oleh korpus uteri yang
berkontraksi sedangkan serviks tidak berkontraksi. Warna serviks berubah
menjadi merah kehitaman karena mengandung banyak pembuluh darah dengan
konsistensi lunak.
Segera setelah janin dilahirkan, serviks masih dapat dilewati oleh tangan
pemeriksa. Setelah 2 jam persalinan serviks hanya dapat dilewati oleh 2-3 jari dan
setelah 1 minggu persalinan hanya dapat dilewati oleh 1 jari, setelah 6 minggu
persalinan serviks menutup.
c) Vagina

15
Vagina merupakan saluran yang menghubungkan rongga uterus dengan
tubuh bagian luar. Dinding depan dan belakang vagina berdekatan satu sama lain
dengan ukuran panjang ± 6, 5 cm dan ± 9 cm.
Selama proses persalinan vagina mengalami penekanan serta pereganganan
yang sangat besar, terutama pada saat melahirkan bayi. Beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, vagina tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3
minggu vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
berangsur- angsur akan muncul kembali.
Sesuai dengan fungsinya sebagai bagian lunak dan jalan lahir dan
merupakan saluran yang menghubungkan cavum uteri dengan tubuh bagian luar,
vagina juga berfungsi sebagai saluran tempat dikeluarkannya sekret yang berasal
dari cavum uteri selama masa nifas yang disebut lochea.
Karakteristik lochea dalam masa nifas adalah sebagai berikut:
1) Lochea rubra/ kruenta
Timbul pada hari 1- 2 postpartum, terdiri dari darah segar barcampur
sisa- sisa selaput ketuban, sel- sel desidua, sisa- sisa verniks kaseosa, lanugo
dan mekoneum
2) Lochea sanguinolenta
Timbul pada hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 postpartum, karakteristik
lochea sanguinolenta berupa darah bercampur lendir.
3) Lochea serosa
Merupakan cairan berwarna agak kuning, timbul setelah 1 minggu
postpartum.
4) Lochea alba
Timbul setelah 2 minggu postpartum dan hanya merupakan cairan putih
(Walyani, 2017) Normalnya lochea agak berbau amis, kecuali bila terjadi
infeksi pada jalan lahir, baunya akan berubah menjadi berbau busuk.
d) Vulva
Sama halnya dengan vagina, vulva juga mengalami penekanan serta
peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Beberapa hari
pertama sesudah proses melahirkan vulva tetap berada dalam keadaan kendur.
Setelah 3 minggu vulva akan kembali kepada keadaan tidak hamil dan labia
menjadi lebih menonjol.
e) Payudara (mamae)
16
Setelah pelahiran plasenta, konsentrasi estrogen dan progesteron menurun,
prolactin dilepaskan dan sintesis ASI dimulai. Suplai darah ke payudara meningkat
dan menyebabkan pembengkakan vascular sementara. Air susu sata diproduksi
disimpan di alveoli dan harus dikeluarkan dengan efektif dengan cara dihisap oleh
bayi untuk pengadaan dan keberlangsungan laktasi.
ASI yang akan pertama muncul pada awal nifas ASI adalah ASI yang
berwarna kekuningan yang biasa dikenal dengan sebutan kolostrum. Kolostrum
telah terbentuk didalam tubuh ibu pada usia kehamilan ± 12 minggu.
Perubahan payudara dapat meliputi:
1) Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan hormon
prolactin setelah persalinan.
2) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada hari ke 2 atau
hari ke 3 setelah persalinan
3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi
(Walyani, 2017)
f) Tanda- tanda vital
Perubahan tanda- tanda vital menurut Maritalia (2012) dan Walyani
(2017) antara lain:
1) Suhu Tubuh
Setelah proses persalinan suhu tubuh dapat meningkat 0,5⁰ celcius
dari keadaan normal namun tidak lebih dari 38⁰ celcius. Setelah 12 jam
persalinan suhu tubuh akan kembali seperti keadaan semula.
2) Nadi
Setelah proses persalinan selesai frekuensi denyut nadi dapat sedikit
lebih lambat. Pada masa nifas biasanya denyut nadi akan kembali normal.
3) Tekanan darah
Setelah partus, tekanan darah dapat sedikit lebih rendah
dibandingkan pada saat hamil karena terjadinya perdarahan pada proses
persalinan.
4) Pernafasan
Pada saat partus frekuensi pernapasan akan meningkat karena
kebutuhan oksigen yang tinggi untuk tenaga ibu meneran/ mengejan dan
memepertahankan agar persediaan oksigen ke janin tetap terpenuhi. Setelah
partus frekuensi pernafasan akan kembali normal
17
g) Sistem peredaran darah (Kardiovaskuler)
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah
melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang mengakibatkan beban
jantung meningkat yang dapat diatasi dengan haemokonsentrasi sampai volume
darah kembali normal, dan pembulu darah kembali ke ukuran semula.
h) Sistem pencernaan
Pada ibu yang melahirkan dengan cara operasi (section caesarea) biasanya
membutuhkan waktu sekitar 1- 3 hari agar fungsi saluran cerna dan nafsu makan
dapat kembali normal. Ibu yang melahirkan secara spontan biasanya lebih cepat
lapar karena telah mengeluarkan energi yang begitu banyak pada saat proses
melahirkan. Buang air besar biasanya mengalami perubahan pada 1- 3 hari
postpartum, hal ini disebabkan terjadinya penurunan tonus otot selama proses
persalinan. Selain itu, enema sebelum melahirkan, kurang asupan nutrisi dan
dehidrasi serta dugaan ibu terhadap timbulnya rasa nyeri disekitar anus/ perineum
setiap kali akan b.a.b juga mempengaruhi defekasi secara spontan. Faktor- faktor
tersebut sering menyebabkan timbulnya konstipasi pada ibu nifas dalam minggu
pertama. Kebiasaan defekasi yang teratur perlu dilatih kembali setelah tonus otot
kembali normal.
i) Sistem perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat
spasine sfingter dan edema leher buli- buli sesudah bagian ini mengalami kompresi
antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urine dalam jumlah yang
besar akan dihasilkan dalam waktu 12- 36 jam sesudah melahirkan. Setelah
plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan
mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Uterus
yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
j) Sistem integumen
Perubahan kulit selama kehamilan berupa hiperpigmentasi pada wajah,
leher, mamae, dinding perut dan beberapa lipatan sendri karena pengaruh hormon
akan menghilang selama masa nifas.
k) Sistem musculoskeletal
Ambulasi pada umumnya dimulai 4- 8 jam postpartum. Ambulasi dini
sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses
involusi.
18
5. Perubahan Psikologis
a. Adaptasi psikologis ibu dalam masa nifas
1) Fase taking in
Fase taking in merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya
sendiri sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan
yang dialami ibu lebih disebabkan karena proses persalinan yang baru saja
dilaluinya. Rasa mules, nyeri pada jalan lahir, kurang tidur atau kelelahan,
merupakan hal yang sering dikeluhkan ibu. Pada fase ini, kebutuhan istirahat,
asupan nutrisi dan komunikasi yang baik harus dapat terpenuhi. Bila
kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, ibu dapat mengalami gangguan psikologis
berupa kekecewaan pada bayinya, ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan
fisik yang dialami, rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya dan
kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya.
2) Fase taking hold
Fase taking hold merupakan fase yang berlangsung antara 3- 10 hari
setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggung jawab dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga
mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik,
dukungan dan pemberian penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang
perawatan diri dan bayinya.
3) Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab peran barunya
sebagai seorang ibu. Fase ini berlangsung selama 10 hari setelah melahirkan.
Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya dan
siap menjadi pelindung bagi bayinya. Perawatan ibu terhadap diri dan bayinya
semakin meningkat. Rasa percaya diri ibu akan peran barunya mulai tumbuh,
lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan
suami dan keluarga dapat membantu ibu untuk lebih meningkatkan rasa
percaya diri dalam merawat bayinya. Kebutuhan akan istirahat dan nutrisi
yang cukup masih sangat diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.
b. Postpartum blues (Baby blues)

19
Postpartum blues merupakan perasaan sedih yang dialami oleh seorang
ibu berkaitan dengan bayinya. Biasanya muncul sekitar 2 hari sampai 2 minggu
sejak kelahiran bayi. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan perasaan yang
dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya.
c. Depresi postpartum
Seorang ibu primipara lebih beresiko mengalami kesedihan atau
kemurungan postpartum karena ia belum mempunya pengalaman dalam merawat
dan menyusui bayinya. Kesedihan atau kemurungan yang terjadi pada awal masa
nifas merupakan hal yang umum dan akan hilang sendiri dalam dua minggu
sesudah melahirkan setelah ibu melewati proses adaptasi.
Ibu yang mengalami baby blues akan mengalami perubahan perasaan,
menangis, cemas, kesepian khawatir, yang berlebihan mengenai sang bayi,
penurunan gairah sex, dan kurang percaya diri terhadap kemampuan menjadi
seorang ibu.
d. Respon antara ibu dan bayi setelah persalinan
Respon antara ibu dan bayi setelah persalinan menurut Maritalia (2012) antara
lain:
1) Touch (Sentuhan)
2) Eye to eye contact (Kontak mata)
3) Odor (Bau badan)
4) Body warm (Kehangatan tubuh)
5) Voice (Suara)
6) Entrainment (Gaya Bahasa)
7) Biorhythmic (Irama kehidupan)

6. Program Masa Nifas


Paling sedikit 4 kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan
untuk:
a. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
b. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan- kemungkinan adanya gangguan
kesehatan ibu nifas dan bayi.
c. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu
nifas maupun bayinya (Walyani, 2017).
20
Tujuan Program Masa Nifas (Walyani, 2017)
a. Kunjungan 1 ( 6-8 jam setelah persalinan )
1) Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas.
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberikan rujukan
bila perdarahan berlanjut.
3) Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
4) Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu.
5) Mengajarkan ibu untuk mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.

b. Kunjungan 2 ( 6 hari setelah persalinan )


1) Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di
bawah umbilicus tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau.
2) Menilai adanya tanda- tanda demam, infeksi, atau kelainan pasca melahirkan.
3) Memastikan ibu mendapat cukup cairan, makanan, dan istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda- tanda penyulit.
5) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara merawat
tali pusat, dan menjaga bayi agar tetap hangat.
c. Kunjungan 3 ( 2 minggu setelah persalinan )
1) Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di
bawah umbilicus tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau.
2) Menilai adanya tanda- tanda demam, infeksi atau kelainan pasca melahirkan.
3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda- tanda penyulit.
5) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara merawat
tali pusat, dan menjaga bayi agar tetap hangat.
d. Kunjungan 4 ( 6 minggu setelah persalinan )
1) Menanyakan pada ibu tentang penyulitpenyulit yang dialami atau bayinya.
2) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

B. Tinjauan Teori Asuhan Kehamilan


Proses manajemen terdiri dari 7 (tujuh) langkah yang berurutan dimana setiap
langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar
21
dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka
lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi, setiap langkah dapat
diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih rinci dan ini bisa berubah sesuai
dengan kebutuhan klien. Ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Langkah pertama : Pengkajian Data
Pengkajian data adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan
semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
a. Data Subyektif ( Anamnesa )
Pengkajian dalam rangka mendapatkan data tentang pasien melalui
pengajuan pertanyaan-pertanyaan (Jannah, 2013).
b. Data Obyektif
Dalam menghadapi masa nifas dari seorang klien, seorang bidan harus
mengumpulkan data untuk memastikan bahwa keadaan klien dalam keadaan stabil
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
2. Langkah kedua : Interpretasi Data
Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam langkah ini data yang telah
dikumpulkan diintepretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya
digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi
membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien,
masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
3. Langkah ketiga : Diagnosa Potensial
Mengidentifikasi berdasarkan diidentifikasi. Rangkaian. Langkah masalah-
masalah ini atau dan diagnosa-diagnosa potensial yang lain sudah bila membutuhkan
antisipasi, memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan
diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial benar-benar terjadi.
Dan yang paling penting melakukan asuhan yang aman (Hidayat dan Sujiyatini, 2010).
Diagnosa potensial terjadi pada ibu nifas dengan anemia sedang apabila terus berlanjut
bisa menyebabkan anemia berat (Manuaba, 2007).
4. Langkah keempat : Tindakan Segera

22
Mengidentifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan
masalah ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi, dan
melakukan rujukan (Alimul dan Wildan, 2008). Pada anemia sedang antisipasi yang
dilakukan dengan pemberian tablet Fe (sulfas Ferosus 200 mg) 2-3 kali per hari,
dianjurkan makan-makanan yang mengandung banyak protein, sayuran hijau dan
kolaborasi dengan dokter (Manuaba, 2007).
5. Langkah kelima : Rencana Tindakan
Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau
diagnosa yang telah diidentifikasi dan diantisipasi, apakah dibutuhkan penyuluhan,
konseling dan rujukan yang mungkin diperlukan (Rukiah dkk, 2013).
6. Langkah keenam : Pelaksanaan
Pada langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh seperti
yang diuraikan pada langkah kelima, mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan
secara efisien dan bermutu (Rukiah dkk, 2013).
7. Langkah ketujuh : Evaluasi
Langkah ini merupakan mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan pada klien apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam diagnosa
dan masalah rencana tersebut (Rukiah dkk, 2013).

23
BAB III

KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS


KUNJUNGAN 2 NY. E UMUR 21 TAHUN P1A0 6 HARI POST PARTUM
DI RUANG VK PUSKESMAS BRATI KABUPATEN GROBOGAN
TAHUN 2022

Pengkajian
Tanggal : 15 November 2022
Waktu : 08.30 WIB
Tempat : VK PKM Brati
Identitas Pasien
Biodata
1. Nama ibu : Ny. E 1. Nama suami : Tn. S
2. Umur : 21 2. Umur : 24
3. Suku bangsa : Jawa 3. Suku bangsa : Jawa
4. Agama : Islam 4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMP 5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : IRT 6. Pekerjaan :Wiraswata
7. Alamat : Bantar RT:6/RW:4 7. Alamat: : Bantar RT:6/RW:4

1. Pengkajian data subyektif


1. ALASAN DATANG:
Ibu mengatakan ingin mengetahui kondisinya dan perawatan ibu pada masa nifas
2. KELUHAN UTAMA:
Ibu mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan
Uraian Keluhan Utama
Ibu mengatakan tidak ada keluhan yang dirasakan.
3. Riwayat obstetri:
a. Riwayat Haid:
Menarche : 15 tahun
Nyeri Haid : tidak ada nyeri haid
24
Siklus : kurang lebih 28 hari
Lama : 5-7 hari
Warna darah : merah segar
Leukhorea : tidak berbau
Banyaknya : 3-4x ganti pembalut

b. Riwayat Persalinan dan Nifas yang lalu


Persalinan Nifas Kead
Tahun Asi anak
UK Jenis Penolong JK/ BB Penyulit IMD Penyulit
eksklusif sekarang
PERSALINAN INI

c. Riwayat persalinan Sekarang


Paritas :1 Abortus :0
Tempat persalinan : Puskesmas
Ditolong oleh : Bidan
Jenis persalinan : Spontan
Masalah dalam persalinan : tidak ada
Keadaan Plasenta : kulit ketuban lengkap, kotiledon lengkap , tidak ada
infark
Kedaan tali pusat : mengkilat dan kebiruan uk 50 cm
Keadaan bayi : normal
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal/ jam lahir : 3 November 2022 / 13.15 WIB
Apgar score : 8/9/10
BB : 3200 gr PB : 48cm LK: 33cm, LD: 35cm
Kelainan bawaan : tidak ada
d. Riwayat Kesehatan :
Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita :
1) Ibu mengatakan tidak pernah mengalami tekanan darah tinggi
2) Ibu mengatakan tidak pernah mengalami pusing yang berlebihan dan Hb di
bawah 10 mg/dl yang mengarah ke penyakit anemia

25
3) Ibu mengatakan tidak pernah mengalami batuk yang tidak sembuh sembuh dan
disertai darah yang mengarah ke penyakit TBC
Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) :
1) Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yangpernah mengalami tekanan darah
tinggi yang apabila digunakan istirahat tidak turun yang mengarah ke penyakit
Hipertensi
2) Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yangpernah mengalami pusing yang
berlebihan dan Hb di bawah 10 mg/dl yang mengarah ke penyakit anemia
3) Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang pernah mengalami batuk yang
tidak sembuh sembuh dan disertai darah yang mengarah ke penyakit TBC
e. Riwayat KB : Pernah

Lama
Jenis KB Keluhan Alasan Berhenti
Penggunaan

KB metode Belum kb - -
Kalender
Rencana KB : ibu mengatakan belum memikirkan ingin melakukan KB
f. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari:
1) Nutrisi
a) Makan terakhir jam 07.00
⮚ Frekuensi makan pokok : 3-4 x sehari
⮚ Komposisi :
✔ Nasi : 1 x @ 1 piring penuh
✔ Lauk : 1 x @ 1 potong sedang, jenisnya : telur,
Tempe, ikan, ayam
✔ Sayur : 1 x @ 1 mangkuk sayur ; jenis :
kangkung, bayam, kol,wortel
✔ Buah : 2 x @ pisang, apel,jeruk, melon
✔ Camilan: 3x sehari, jenisnya : bubur kacang hijau, ciki
⮚ Pantangan : tidak ada
b) Minum terakhir jam 07.00
⮚ Jumlah total 8 – 10 gelas , Jenis : air putih dan teh manis
⮚ Susu : - gelas perhari, jenis susu -
2) Eliminasi

26
a) Buang Air Kecil : jam 08.00
⮚ Frekuensi perhari kuranglebih 7x sehari ; warna : kuning jernih
⮚ Keluhan/masalah : Tidak ada
b) Buang Air Besar : jam 08.00
⮚ Frekuensi perhari kurang lebih 1x dalam sehari ; warna : coklat konsistensi
lembek
⮚ Keluhan/masalah : Tidak ada
3) Personal hygiene :
⮚ Mandi : 2 x sehari
⮚ Keramas : 3 x seminggu
⮚ Gosok gigi : 3 x sehari
⮚ Ganti pakaian tiap baju basah terkena ASI; celana dalam 3-4 kali
4) Kebiasaan memakai alas kaki : ibu selalu memakai alas kaki jika keluar rumah
5) Hubungan seksual
⮚ Frekuensi : ibu belum melakukan hubungan seksual setelah melahirkan
sampai sekarang
⮚ Keluhan lain : tidak ada
6) Istirahat/tidur :
⮚ Tidur malam : kurang lebih 7 jam
⮚ Tidur siang : kurang lebih 2 jam
⮚ Keluhan/masalah : Ibu mengatakan tidur malamnya sering terbangun ketika
bayinya rewel, bisa tidur siang sebentar- sebentar dengan bayinya.
7) Aktivitas fisik dan olah raga :
⮚ Aktivitas fisik (beban pekerjaan) : Pasien sudah dapat berjalan dan menata
baju-baju bayi.
⮚ Olah raga : latihan senam nifas
8) Kebiasaan yang merugikan kesehatan :
⮚ Merokok : Ibu mengatakan tidak merokok
⮚ Minuman beralkohol : Ibu mengatakan tidak minum alkohol
⮚ Obat-obatan : Ibu mengatakan tidak mengkonsumsi obat
⮚ Jamu : Ibu mengatakan tidak minum jamu
9) Pola menyusui :
Ibu mengatakan menyusui bayinya secara on demand
10) Riwayat Psikososial-spiritual
27
a) Riwayat perkawinan :
⮚ Status perkawinan : menikah , umur waktu menikah : 20 th
⮚ Pernikahan ini yang ke 1 sah lamanya 1 th
⮚ Hubungan dengan suami : baik
b) Kehamilan ini diharapkan oleh ibu, suami, keluarga;
Respon & dukungan keluarga terhadap nifas ini: Baik
c) Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) : diskusi bersama keluarga
d) Ibu tinggal serumah dengan : suami dan orang tua
e) Pengambil keputusan utama dalam keluarga : suami
f) Dalam kondisi emergensi, ibu dapat mengambil keputusansendiri.
g) Orang terdekat ibu : suami
h) Yang menemani ibu selama kunjungan PNC : suami / keluarga
i) Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan Nifas : tidak ada
j) Penghasilan perbulan: Rp. 4. 000.000 Cukup
k) Praktik agama yang berhubungan dengan nifas : tidak ada
l) Keyakinan ibu tentang pelayanan kesehatan :
◻ ibu dapat menerima segala bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
nakes wanita maupun pria;
m) Tingkat Pengetahuan Ibu :
Hal-hal yang sudah diketahui ibu : Ibu mengetahui nutrisi ibu nifas
dan cara menjaga higiene vulva
yang belum diketahui ibu : ibu belum mengetahui ASI Eksklusif, cara
menyusui yang baik serta tanda bahaya ibu nifas
Hal-hal yang ingin diketahui ibu : ibu ingin mengetahui ASI Eksklusif, cara
menyusui yang baik serta tanda bahaya ibu nifas

2. Pengkajian data obyektif


1. PEMERIKSAAN FISIK:
a. Pemeriksaan Umum:
1) Keadaan umum: Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Tensi : 110/ 70 mmHg
4) Suhu /T : 36,5 ºC
5) Nadi : 88 x / menit
28
6) RR : 24 x / menit
7) BB sebelum/sesudah : 61kg / 69 kg
8) TB : 152 cm
9) IMT : 26,402
b. Status present
● Kepala : Mesochepal, rambut warna hitam dan tidak mudah
dicabut, tidak ada benjolan abnormal
● Muka : tidak oedem, tidak pucat
● Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik
● Hidung : simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret
● Mulut : bibir lembab, tidak ada karies gigi, tidak ada gigi
berlubang
● Telinga : tidak ada penumpukan serumen, simetris
● Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar
limfe danvena jugularis , tidak ada nyeri telan
● Ketiak : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
● Dada :simetris, tidak ada tarikan dinding dada, tidak ada
suara wheezing, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
benjolan abnormal
● Abdomen : tidak ada bekas luka operasi, tidak ada linen, dan
tidak ada pembesaran
limpa dan hepar
● Lipat paha : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
● Vulva : tidak oedem, tidak ada varises, terdapat
jahitan perineum
● Ekstremitas : tidak oedem, turgor kulit baik, pergerakan normal,
kuku jari bersih
● Punggung : tidak ada kelainan pada tulang punggung, tidak ada
benjolan abnormal
● Anus : tidak ada hemorroid
c. Status Obstetrik
▪ Muka : tidak oedem, tidak pucat, tidak ada cloasma

29
▪ Mamae : Membesar, kolostrum sudah keluar, puting susu
menonjol
▪ Abdomen : tidak ada bekas operasi, TFU pertengahan pusat dan
sympisis
▪ Genetalia : PPV : lokea sanguelenta
▪ Luka perenium : ada, derajat 1, lateral kanan lurus, luka sedikit kering,
sudah bersih

3. Data penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

4. Analisa data
Ny. E Umur 21 Tahun P1A0 6 Hari Post Partum Normal
Masalah: Perawatan ibu pada masa nifas
Kebutuhan :
- penkes tentang asi eksklusif
- penkes tentang tanda bahaya masa nifas
- penkes tentang teknik menyusui yang benar
- penkes tentang cara breast care engorgement

5. Penatalaksaan dan evaluasi


Tanggal : 15 November 2022 Jam :08.35 WIB
1. Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa ia dalam keadaan baik dan
normal Hasil : Ibu mengerti bahwa ia dalam keadaan baik dan normal
2. Menjelaskan pada ibu mengenai nutrisi ibu nifas, yaitu ibu membutuhkan makanan
yang mengandung protein tinggi seperti telur, daging ikan sebagai sumber pemulihan
tubuh, makan yang mengandung zat besi seperti sayur sayuran berwarna hijau serta
ibu tidak ada pantangan dalam makan.
Hasil : ibu mengerti bahwa nutrisi ibu nifas, yaitu ibu membutuhkan makanan yang
mengandung protein tinggi seperti telur, daging ikan sebagai sumber pemulihan tubuh,
makan yang mengandung zat besi seperti sayur sayuran berwarna hijau serta ibu tidak
ada pantangan dalam makan
3. Memberikan penkes pada ibu tentang ASI Eksklusif yaitu memberikan ASI saja
selama 6 bulan tanpa tambahan apapun kecuali obat serta manfaat ASI Ekslusif
30
diantaranya meningkatkan kekebalan bayi, kecerdasan otak bayi, mendekatkan
hubungan orang tua dan bayinya, murah serta baik untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi dimasa yang akan dating.
Hasil : ibu mengerti bahwa ASI Eksklusif yaitu memberikan ASI saja selama 6 bulan
tanpa tambahan apapun kecuali obat dan bersedia memberikan ASI saja selama 6 bulan
serta mengerti mengenai manfaat ASI
4. Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar yaitu dengan menyusui bayi sesering
mungkin, semau bayi, paling sedikit 8x/hari, jika bayi tidur >3 jam, bangunkan lalu
susui, susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindah ke payudara sisi yang lain.
Hasil : Ibu mengerti cara menyusui yang benar yaitu dengan menyusui bayi
sesering mungkin, semau bayi, paling sedikit 8x/hari, jika bayi tidur >3 jam,
bangunkan lalu susui, susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindah ke payudara
sisi yang lain.
5. Mengajarkan ibu untuk breast care guna mencegah bendungan asi pada payudara
bengkak.
Hasil : Ibu mengerti dan tahu bagaimana melakukan breast care pada payudara
sendiri
6. Memberi tahu ibu mengenai tanda bahaya post partum (setelah melahirkan), yaitu
adanya pengeluaran darah yang berlebihan disertai rasa pusing dan kunang kunang,
bengkak di muka, tangan, kaki, ibu mengalami depresi, payudara bengkak, dan
putting lecet
Hasil : ibu mengerti bahwa tanda bahaya post partum (setelah melahirkan),
yaitu adanya pengeluaran darah yang berlebihan disertai rasa pusing dan kunang
kunang, bengkak di muka, tangan, kaki, ibu mengalami depresi, payudara bengkak,
dan putting lecet
7. Memberi tahu ibu akan dilakukan kunjungan nifas ke 3 antara tanggal 24 November
2022 sampai 26 Desember 2021
Hasil : ibu mengerti dan bersedia untuk dilakukan kunjungan ulang nifas
berikutnya.

31
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien: No. RM Ruang: VK
Ny. E
Umur: Tanggal: 15 November 2022
21 tahun
Tanggal/Jam: Nama dan Paraf
15 November Catatan Perkembangan
2022 (SOAP)

S =Ibu mengatakan masih dalam kondisi setelah


bersalin 6 hari

O=
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- Tensi : 110/70 mmHg
- Suhu /T : 36,50 C
- Nadi : 88 x/menit
- RR : 24 x/menit
- BB : 61 kg
- TB : 152 cm
- IMT : 26 kg/m2

A=
- Diagnosis : Ny. E, umur 21 tahun, P1A0, 6
HARI post partum fisiologis
- Masalah : Perawatan ibu pada masa nifas

- Kebutuhan :
- penkes tentang asi eksklusif
- penkes tentang tanda bahaya masa nifas
- penkes tentang teknik menyusui yang benar
- penkes tentang cara breast care engorgement
P=

32
- Memberitahu ibu hasil pemeriksaan ibu baik.
- Menjelaskan pada ibu mengenai nutrisi ibu nifas
- Memberikan penkes pada ibu tentang ASI
Eksklusif yaitu memberikan ASI saja selama 6
bulan tanpa tambahan apapun kecuali obat serta
manfaat ASI Ekslusif
- Memberi penkes teknik menyusui
- Menganjurkan ibu untuk breast care
- Memberi penkes tanda bahaya post partum
- Memberitahu ibu akan dilakukan kunjungan
nifas ke 3

33
BAB IV

PEMBAHASAN
Setelah melakukan asuhan nifas kepada Ny. E dengan nifas normal di Puskesmas Brati maka
ada beberapa hal yang ingin penulis uraikan mengenai penanganan masa nifas ini, pengkajian,
analisa, dan pelaksanaan yang telah penulis lakukan antara lain :
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada Ny. E umur 21 tahun P1A0 nifas hari ke 6, dari
data subjektif tidak ada keluhan yangdirasakan ibu. Setelah dilakukan pengkajian yang
lebih dalam pada anamnesa yaitu pada proses menyusui Ny. E merasa bayinya tidak ada
masalah selama proses menyusu, isapan kuat dan aktif. Dari pola nutrisi Ny. E yang tinggal
serumah dengan orang tua selalu diperhatikan makanan dan minuman yang bergizi oleh
Ibunya Ny. E sehingga tidak ada masalah pada pemenuhan nutrisi selama menyusui. Dari
data Objektif Ny. E ditemukan hasil pemeriksaan untuk tanda-tanda vital normal.
Hal ini sesuai dengan jurnal penelitian oleh Kadek Edy Artana Putra, Rilyani , dan
Lidya Ariyanti dalam jurnal kebidanan Malahayati th 2021 tentang adanya peningkatan
produksi asi pada ibu yang sedari awal aktif menyusui disertai dengan pola pemenuhan
nutrisi ibu menyusui yang baik, dan bayi yang aktif melakukan isapan atau aktif menyusu.
2. Analisa
Analisa pada Ny E dengan keadaan normal yaitu adalah Ny. E usia 21 tahun P1A0
6 hari post partum
Ny. E yang baru mengalami paritas 1 belum pernah menjalani masa di awal nifas
sehingga muncul kebngungan dalam melakukan asi esklusif dan caramenyusui yang
benar, hal ini sesuai dengan jurnal penelitian yang dilakukan oleh Ansik Khoiriyah, Ravita
Prihatini dalam jurnal midpro 2016 tentang Hubungan Antara Paritas Dengan
Keterampilan Menyusui Yang Benar Pada Ibu Nifas dengan hasil bahwa pada primipara
ditemukan ibu yang kurang mengerti bagaimana teknik menyusui yang benar sehingga
muncul masalah seperti pusting lecet, payudara bengkak, bendungan asi, dll.
3. Penatalaksanaan
Pada tanggal 09 November 2022 dilakukan penatalaksanaan pada Ny. E sengan
memberikan Asuhan kebidanan masa nifas normal. Asuhan yang diberikan pada Ny. E
yaitu pemantauan keadaan umum ibu, tanda tanda vital, pengeluaran darah, kontraksi
uterus dan tinggi fundus uteri. Hasilnya ibu mengerti dengan kondisinya masih dalam
keadaan normal. Yang perlu digaris bawahi adalah beberapa penatalaksaan yang mengarah

34
pada masalah Ny.E yaitu tidak tahu caramenyusui yang benar. Adapun beberapa
penatalaksanaan nya antara lain :
a. Memberikan penkes tentang gizi ibu menyusui. Ny. E sudah sedikit tahu tentang
pemenuhan gizi selama menyusui karena tinggal serumah dengan orang tua yang
berpengalaman dalam hal tersebut. Maka Ny. E masih perlu dijelaskan lagi agar lebih
paham karena pengetahuan dan aplikasi tentang pola pemenuhan gizi ibu menyusui
ini sangat penting guna kelancaran produksi ASI. Hal ini sesuai dengan penelitian
Kadek Edy Artana Putra, Rilyani , dan Lidya Ariyanti dalam jurnal kebidanan
Malahayati th 2021 tentang Hubungan Pengetahuan Status Gizi, Pola Makan Dan
Pantangan Makanan Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Menyusui Di
Puskesmas Way Kandis Kota Bandar Lampung Tahun 2020 yaitu semakin baik
pengetahuan gizi pada ibu menyusui maka produksi asi semakin lancar.
b. Memberikan penkes tentang ASI eksklusif. Yaitu dengen asi eksklusif bayi akan
tumbuh sehat dan cerdas. Selain itu dengan peran suami dan keluarga akan sangat
membantu ibu dalam memenuhi asi eksklusif. Hal tersebut sesuai jurnal penelitian
Pendampingan Ibu Nifas Dalam Pemberian Asi Eksklusif Oleh Sri Yunita Suraida
Salat dan Arisda Candra Satriaawati dalam jurnal ISSN, tahun 2021. Selain itu ada
jurnal penelitian Jurnal Hubungan Dukungan Suami Dengan Pemberian Asi Eksklusif
Di Daerah Perdesaan oleh Novira Kusumayanti dan Triska Susila Nindya dalam jurnal
media gizi indonesia tahun 2017 bahwa dengan peran suami yang membantu istri akan
mensukseskan program asi eksklusif sampai 6 bulan.
c. Memberikan penkes tentang teknik menyusui yang benar untuk mencegah masalah-
masalah seperti puting susu lecet, payudara bengkak, bendungan asi, dll. Hal ini sesuai
dengan jurnal penelitian Ansik Khoiriyah, Ravita Prihatini dalam jurnal midpro 2016
tentang Hubungan Antara Paritas Dengan Keterampilan Menyusui Yang Benar Pada
Ibu Nifas dengan hasil bahwa pada primipara ditemukan ibu yang kurang mengerti
bagaimana teknik menyusui yang benar sehingga Ny. E perlu diberikan pendidikan
kesehatan tentang teknik menyusui yang benar guna menghindari masalah seperti
pusting lecet, payudara bengkak, bendungan asi, dll.
d. Memberikan penkes tentang breast care untuk mengatasi payudara bengkak pada
Ny.E Karena produksi ASI yang berlimpah dan tidak dibarengi dengan banyaknya
ASI yang disusu oleh bayi maka terjadi payudara yang penuh walaupun sudah selesai
disusukan. Maka dari itu Ny.E perlu di ajari bagaimana melakukan breast care yang
benar dan mengeluarkan asi dengan cara diperah kemudian bisa disimpan di dalam
35
kulkas untuk mendukung program asi eksklusif nanti. Pentingnya breast care pada ibu
menyusui memiliki manfaar untuk mengatasi produksi asi yang melimpah agar tidak
terjadi payudara bengkak, bendungan asi yang mengarah ke abses. Hal ini sesuai
dengan jurnal peneletian Manfaat Stimulus Otot-0tot Payudara (Breast Massage) dan
Pengeluaran Oksitosin (Pijat Oksitosin) Terhadap Volume Kolostrum Pada Ibu
Postpartum oleh N Parmila, T Yulianingsih tahun 2017 dengan hasil yaitu ibu
menyusui yang rutin melakukan breast cara akan meningkatkan produksi ASI yang
berkualitas dan terhindar dari masalah puting lecet, payudara bengkak, engorgement,
dan bendungan ASI.
e. Tindakan lain yang telah diberikan pada Ny. E yaitu memberitahukan ibu kapan akan
dilakukan kunjungan ulang nifas yang ke 3.

36
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa nifas adalah masa di mulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat
kandungan kembali semula seperti sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau
42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi secara perlahan akan mengalami perubahan
seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan organ reproduksi ini disebut involusi. Masa nifas
dibagi menjadi 3 tahap diantaranya puerperium dini, puerperium intermedial, remote
puerpeum. Ibu nifas harus memenuhi kebutuhan dasar yaitu kebutuhan nutrisi, cairan,
ambulasi , eliminasi, istirahat dan tidur, seksual, kebersihan diri, perawatan payudara, latihan
senam nifas, rencana KB.
Ibu nifas juga harus memperhatikan keadaannya jika terjadi infeksi nifas, infeksi saluran
kemih, metritis, bendungan payudara, infeksi payudara, abses payudara, abses pelvis,
peritonitis, infeksi luka perineum dan luka abdominal, perdarahan pervaginam. Perubahan-
perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu masa nifas yaitu berubahnya uterus, serviks,
vagina, vulva, payudara, ttv, kardiovaskuler, sistem pencernaan, sistem perkemihan, sistem
integumen, sistem musculoskeletal. Adaptasi psikologis ibu dalam masa nifas yaitu fase
taking in, taking hold, letting go. Pada saat masa nifas disarankan untuk mengikuti 4 program
dengan 4 kali kunjungan dengan tujuan untuk memantau keadaan ibu dan bayi.

B. Saran
A. Bagi penulis
Agar mahasiswa mendapatkan pengalaman dalam mempelajari kasus-
kasus pada saat praktik dalam bentuk manajemen SOAP serta
menerapkan asuhan sesuai standar pelayanan kebidanan yang telah di
tetapkan sesuai dengan kewenangan bidan yang telah diberikan kepada
profesi bidan. Serta diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif
terhadap klien.
B. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan untuk menambah sumber referensi di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Semarang sehingga memudahkan mahasiswa dalam
membuat tugas, makalah, dan lain sebagainya.

37
C. Bagi Puskesmas Brati
Bidan diharapkan dapat lebih aktif dalam memberikan informasi seperti
dalam penyuluhan dan konseling di Puskesmas Brati dan disarankan
untuk mempertahankan serta meningkatkan mutu pelayanan asuhan
kebidanan yang dilakukan secara continuity of care pada bersalin dan
nifas. Secara berkesinambungan sesuai dengan Standar Pelayanan
Minimal Kebidanan.
D. Bagi Ibu nifas
Diharapkan kepada ibu nifas memahami banyak penkes dan tanda
bahaya pada ibu nifas diharapkan bertambah wawasannya sehingga
dapat mendeteksi dini jika ada penyulit dan dapat diminimalkan resiko-
resikonya, jika terjadi komplikas bisa langsung menghubungi ke
pelayanan kesehatan terdekat

38
DAFTAR PUSTAKA
Aisyaroh, Noveri.2019. Efektifitas Kunjungan Nifas Terhadap Pengurangan
Ketidaknyamanan Fisik Yang Terjadi Pada Ibu Selama Masa Nifas.
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/majalahilmiahsultanagung/article/download/66/
60 diakses
Amita, Nanda Dwi. 2019. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Fisiologi Pada Ny.T Hari Ke 6 Di Pmb
Yuni Hartini,S.St Di Sukaharjo Pringsewu Tahun 2019 diakses
Dewi, V.N.L., dan T. Sunarsih. 2011. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika.

Jaya Siregar, P. (2022). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan, Persalinan, Bayi Baru Lahir,
Nifas Dan Menyusui (COC) Di Puskesmas Gunung Tua.

Kemenkes, 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan
Rujukan. Jakarta: Kemenkes.

Prawirohardjo, S. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.

Saleha, S. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

SDKI.2012.http://chrl.org/pelatihan-demografi/SDKI 2012.pdf (diakses tanggal 02 Januari


2017).

SARASTUTI, Sinta Indah; ISFAIZAH, Isfaizah. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KUNJUNGAN NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SINE KABUPATEN NGAWI. 2021. PhD
Thesis. Universitas Ngudi Waluyo.
http://repository2.unw.ac.id/1379/4/152191267_BAB%20I%20-%20sinta%20indahst.pdf

Varney H, et al.2006. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.Jakarta: Salemba Medika


Walyani, E. S., dan E. Purwoastuti. 2015a. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.

39

Anda mungkin juga menyukai