Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.

SDENGAN MASALAH
KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA PASIEN FRAKTUR CRURIS DI
RUANG SERUNI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek stase

Keperawatan Medikal Bedah (KMB) profesi Ners

Disusun Oleh:
TANTRI PUSPITA RAHAYU

A32020108

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


GOMBONG

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN MASALAH


KEPERAWATAN UTAMA NYERI AKUT PADA FRAKTUR CRURIS
DI RUANGAN SERUNI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO

Yang Dipersiapkan dan Disusun Oleh

TANTRI PUSPITA RAHAYU

A32020108

Yang telah disetujui pada tanggal : 2021

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

(Agung Priyadi, S.Kep, Ns) (Irmawan Andri, Ns., M.Kep)

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN........................................................... 1
A. Pengertian................................................................................................ 1
B. Etiologi.................................................................................................... 2
C. Batasan Karakteristik.............................................................................. 2
D. Faktor yang Berhubungan....................................................................... 3
E. Fokus pengkajian..................................................................................... 3
F. Patofisiologi............................................................................................ 5
G. Pathway Keperawatan............................................................................. 7
H. Masalah Keperawatan Lain yang Muncul............................................... 8
I. Intervensi Keperawatan........................................................................... 8
BAB II TINJAUAN KASUS.......................................................................... 9
A. Pengkajian...............................................................................................9
B. Analisa Data............................................................................................10
C. Intervensi Keperawatan...........................................................................12
D. Implementasi Keperawatan.....................................................................13
E. Evaluasi...................................................................................................16
BAB III PEMBAHASAN...............................................................................
DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Nyeri merupakan suatu perasaan atau penalaman yang tidak nyaman
baik secara sensori maupun emosional yang dapat ditandai dengan kerusakan
jaringan ataupun tidak (Syamsiah, 2015)
Nyeri ialah pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang
digambarkan sebagai kerusakan (International Association fot the Study of
Pain, awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat
dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi (NANDA, 2015)
Nyeri adalah pengalaman sensoria atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan (SDKI PPNI, 2017)
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa nyeri akut
adalah pengalaman sensori atau pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan atau tidak dan berintensitas ringan
hingga berat.
B. ETIOLOGI
Penyebab nyeri kronis menurutTim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) adalah
sebagai berikut :
1. Agen pencedara fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2. Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong
C. BATASAN KARAKTERISTIK
Batasan karakteristik nyeri kronis menurut Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (2016) adalah sebagai berikut :
1. Batasan Karakteristik Mayor

1
Subjektif
1) Mengeluh nyeri 
Objektif
1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri)
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Sulit tidur
2. Batasan Karakteristik Minor
Subjektif
1) (Tidak tersedia)
Objektif
1) Tekanan darah meningkat
2) Pola napas berubah
3) Nafsu makan berubah
4) Proses berpikir terganggu
5) Menarik diri
6) Berfokus pada diri sendiri
7) Diaforsis
D. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
Faktor yang berhubungan dengan nyeri kronis menurut Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (2016) adalah sebagai berikut :
1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom coroner akut
5. Glaukoma

2
E. FOKUS PENGKAJIAN
Pengkajian yang dapat dilakukan menurut Wijaya dan Putri (2013)
1. Indetitas klien terdiri dari nama, umur, jenis kelamin,status, agama,
perkerjaan, pendidikan, alamat, penanggungjawaban juga terdiri dari
nama, umur penanggung jawab, hub.keluarga, dan perkerjaan.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Kaji keluhan nyeri dibagian abdomen karenasudah melakukan
tindakan laparatomi juga kolostomi, jadiklien merasakan tidak
nyaman dengan kondisinya yangsekarang, lagi pula kalau klien ada
tindakan kolostomi makaklien akan sangat merasakan tidak nyaman
karena bisa jadiakibat anusnya di tutup maka klien BAB dan flatus
dibagian abdomen. Klien juga tidak bisa bergerak banyak dansusah
untuk tidur, tubuh klien biasanya terasa lemas danletih, dan nafsu
makan akan menurun.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Kaji riwayat menderita polip kolon, radang kronik kolondan kolotis
ulseratif yang tidak teratasi, ada infeksi danobstruksi pada usus
besar, dan diet dan konsumsi diet tidakbaik, tinggi protein, tinggi
lemak, tinggi serat.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji riwayat keluarga klien adanya riwayat kanker, diindetifikasi
kanker yang menyerang tubuh atau ca colon adalah turunan yang
sifatnya dominan.
d. Pemeriksaan fisik
1) Mata : Kunjungtiva anemis.
2) Mulut : Mukosa mulut kering dan pucat, lidah pecah-pecah dan
berbau
3) Abdomen : Distensi abdomen, adanya teraba massa,penurunan
bissing usus dan kembung.
4) Kulit : Tugor kulit jelek, kering, dehidrasi dan malnutrisi).

3
e. Pengkajian fungsional
1) Aktivitas dan Istirahat
Kaji adanya kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah,merasa
gelisah dan ansietas, tidak tiduran semalamankarena akibat reaksi
nyeri sudah pembedahan.
2) Pernafasan
Kaji adanya nafas pendek, dispnea (respon terhadapnyeri yang
dirasakan) yang ditandai dengan takipneadan frekuensi menurun.
3) Sirkulasi
Kaji adanya takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses
imflamasi dan nyeri), ada perubahan pada tandatanda
vitalmisalnya tekanan darah meningkat, nadi takikardi, pernafasan
cepat, suhu meningkat.
4) Intergritas ego
Kaji adanya ansietas ketakutan, emosi kesal, missal : perasaan tak
berdaya atau ungan harapan.
5) Eliminasi
Kaji adanya fasesnya terlihat cair atau lunak jika dipasang
kolostomi di bagian area abdomen.
6) Makan atau cairan
Kaji adanya mual dan muntah yang sering dirasakan olehklien
setelah dilakukan operasi, atau saat mendapatkan kemoterapi.
7) Muskulosketal
Kaji adanya penurunan kekuatan otot akibat sudah insisi
pembedahan.
8) Seksualitas
Kaji pola hubungan seksual selama sakit.
9) Hubungan ungan
Kaji adanya ketidakefektifan interaksi sosial dengan masyarakat
karena sakit.

4
F. PATOFISIOLOGI
Kondisi anatomis dari tulang tibia yang terletak di bawah subkutan
memberikan dampak terjadinya risiko fraktur terbuka lebih sering
dibandingkan tulang panjang lainnya apabila mendapat suatu
trauma.Mekanisme cedera dari fraktur cruris dapat terjadi akibat adanya daya
putar atau puntir dapat menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang kaki
dalam tingkat yang berbeda. Daya angulasi menimbulkan fraktur melintang
atau oblik pendek, biasanya pada tingkat yang sama. Pada cedera tak
langsung, salah satu dari fragmen tulang dapat menembus kulit. Cedera
langsung akan menembus atau merobek kulit di atas fraktur. Tibia atau tulang
kering merupakan kerangka utama dari tungkai bawah dan terletak medial
dari fibula atau tulang betis.Pada kondisi klinik, kedua tulang ini dinamakan
tulang cruris karena secara anatomis kedua tulang ini pada beberapa keadaan
seperti pada trauma yang mengenai tungkai bawah, kedua tulang ini sering
mengalami fraktur.Pada kondisi trauma, anatomi tulang tibia yang sangat
mendekati permukaan (karena hanya dilapisi oleh kulit) memberikan
kemungkinan lebih sering terjadi fraktur terbuka.Otot-otot dan ligamen kaki
secara fisiologis mampu menggerakkan berbagai fungsi dari telapak kaki
(Helmi, 2012). Kondisi klinis fraktur cruris terbuka pada fase awal
menimbulkan berbagai masalah keperawatan pada klien, meliputi respons
nyeri hebat akibat rusaknya jaringan lunak dan kompresi saraf, risiko tinggi
cedera jaringan akibat kerusakan vaskular dengan pembengkakan lokal yang
menyebabkan sindrom kompartemen yang sering terjadi pada fraktur
proksimal tibia, risiko syok hipovolemik sekunder akibat cedera vaskular
dengan perdarahan hebat, hambatan mobilitas fisik sekunder akibat kerusakan
fragmen tulang dan risiko tinggi infeksi sekunder akibat port de
entree luka terbuka. Pada fase lanjut, fraktur cruris terbuka menyebabkan
terjadinya malunion, non-union dan delayed union (Helmi, 2016)

5
G. PATHWAY KEPERAWATAN
Degeneras Kelemahan Trauma Langsung Trauma tidak Langsung Trauma Spontan
tulang

Tulang merapuh Patah tulang pada Tidak adanya Pemuntiran,


dan mudah patah titik trauma fragmen fraktur meremuk,
menembus kulit penekanan

Fraktur Cruris
Ketidakmampu Terbuka Fraktur Cruris
an melakukan Tertutup
Terputusnya
pergerakan hubungan Rusaknya
kaki tulang Perdarahan
jaringan
jaringan lunak
Gangguan
Mobilitasi
Dilakukan
Fisik hemotoma
tindakan Op

Jaringan terbukan dan Terjadi inflamsi


kompresi syaraf

Gangguan Dilakukan Vasodilatasi vena


Citra Tubuh amputasi

Edema

Nyeri Akut Resiko Infeksi


Kerusakan
7
Integritas Jaringan
H. MASALAH KEPERAWATAN LAIN YANG MUNCUL
1. Nyeri Akut
2. Gangguan Mobilitas Fisik
3. Gangguan citra diri
4. Intolersndi Aktivitas
5. Risiko Infeksi
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut
Manajemen Nyeri (L.08238)

a. Observasi
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri.
b. Terapeutik
 Fasilitasi istirahat dan tidur.
c. Edukasi
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
d. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
2. Gangguan Mobilitas Fisik
Dukungan Mobilisasi (L. 05173)
a. Observasi
 Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
 Monitor kondisiumum selama melakukan mobilisasi
b. Terapeutik
 Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
 Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
c. Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi

8
 Anjurkan melakukan mobilisasi dini
 Ajarkan mobilisasi sederhana (miring kanan kiri)
3. Gangguan Citra Tubuh
Promosi Citra Tubuh (L. 09305)
a. Observasi
 Identifikasi masalah potensial yang dialami.
b. Terapeutik
 Gunakan teknik mendengarkan aktif mengenal harapan pasien.
 Diskusikan rencana mencapai tujuan yang diharapkan.
 Motivasi berpikir positif dan berkomitmen dalam mencapai
tujuan.
 Libatkan anggota keluarga dalam pencapaian tujuan.
c. Edukasi
 Anjurkan mengevaluasi cara pemecahan masalah yang dilakukan.

9
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Format terlampir
Hasil Radiologi

Hasil Pemeriksaan Laboratorium


Tanggal Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
Rujukan

05.02.2021 Hemoglobin 8.1 g/dL 13. 2-17.3


Leukosit 12220 /uL 3800-10800
Hematrokrit 7 % 40-52
Eritrosit 4.14 /uL 4.40-5.90
MCV 66.2 fl 80-100
MCH 19.6 pg/cell 26-34
MCHC 29.6 % 32-38
RDW 31.3 % 11.5-14.5
MPV 8.9 fl 9.4-12.4
Eosinofil 0.1 % 2-4
Batang 0.4 % 3-5
Segmen 93. 2 % 50-70
Limfisit 4.9 % 25-40
Monosit 1.3 % 2-8
Neutrofil 93.6 % 50.0-70.0

Laporan Operasi dan Tindakan


 Diagnose Pra Bedah : Fracture of lower leg. Part unspecifled
 Diagnose Pre Bedah : Fracture of lower leg. Par unspecifled
 Jenis anestesi : Regional Anestesi
 Perdarahan : 300 cc
 Laporan Operasi: Open Kruris SIN
Tindakan : Amputasi Above Knee SIN
A. Posisikan supinasi dalam ragional anestesi

10
B. Dilakukan tindakan dan antiseptic
C. Dilakukan drapping
D. Dilakukan identifikasi tampak DO
E. DO ditemukan open fraktur kruris dengan luka terbuka
F. Dilakukan Insisi setinggi femur 1/3 tengah
G. Dilakukan diseksi otot sampai tampak OS femur
H. Dilakukan amputasi
I. Luka ditutup lapis demi lapis dengan meninggalkab 1 buah suction
drain

B. ANALISA DATA
No Data Fokus Etiologi Mechanism Problem
DS: Agen Pencedera Trauma langsung Nyeri Akut
P : Pasien mengatakan nyeri Fisik (Amputasi berhubungan
yang dirasakan Patah tulang pada titik dengan Agen
bertambah jika banyak trauma Pencedera
bergerak. Fisik
Q : Pasien mengatakan nyeri
yang dirasakan seperti (Amputasi)
tertusuk-tusuk jarum. Fraktur cruris terbuka
R : Pasien mengatakan nyeri
yang dirasakan pada
bagian kaki yang Rusaknya jaringan
diamputasi.
S : Pasien mengatakan nyeri
Dilakukan tindakan Op
yang dirasakan skalanya
6.
T : Pasien mengatakan nyeri Jaringan terbuka dan
yang dirasakan terus- kompresi syaraf
terusan.
Dilakukan amputasi
DO :
 Pasien tampak menahan Nyeri Akut
sakit dan menunjukan

11
area post op.
 Dilakukan amputasi
 Hemoglobin 9.1 (L) %
 Leukosit 31 (L)%
 Eosinofil 0.1 (L) %
 Batang 0,4 (L) %
 TD : 100/80 mmHg
 N : 80x/m
 S : 36OC
 RR : 20x/m

2. Ds : Kerusakan Fraktur Cruris terbuka Gangguan


integritas
 Pasien mengatakan struktur tulang mobilitas fisik
Rusaknya Jaringan
belum bias menggerakan (amputasi) Berhubungan
Dilakukan tindakan Op dengan
anggota gerak pasca Op kerusakan
Do : Jaringan terbuka dan integritas
kompresi syaraf struktur tulang
Mengkaji kekuatan gerakan (Amputasi)
motorik pasien Dilakukan amputasi

Kekuatan skor Terputusnya hubungan


Otot tulang
Kaki 1
Ketidakmampuan
kanan melakukan pergerakan
Kaki kiri 0 kaki
Tangan 1
Gangguan Mobilitas
Kanan
Fisik
Tangan 1.
Kiri

3. DS: Perubahan Fraktur cruris terbuka Gangguan


 Pasien mengatakan Struktur/ Bentuk citra tubuh
merasa khawatir dengan Tubuh Rusaknya jaringan berhubungan
kondisi saat ini. (Amputasi) dengan
 Pasien mengatakan Perubahan
khawtir tidak bias Dilakukan tindakan Op Struktur
mencaei nafkah lagi /Bentuk Tubuh
 Pasien mengatakan Jaringan terbuka dan (Amputasi)
memiliki riwayat oprasi kompresi syaraf
fraktur cruris pada tahun

12
2019 Dilakukan amputasi

DO :
 Dilakukan tindakan Deformitas tulang
amputasi
 Tampak adanya luka Gangguan Citra Tubuh
bekas oprasi pada bagian
kaki
 Pasien berfokus pada
penampilan dan kekuatan
pada saat masa lalu.

13
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. NOC INTERVENSI RASIONAL
DX
1. Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (L.08238) : 1. Untuk mengetahui lokasi
tindakan keperawatan Observasi yang menyebabkan nyeri,
selama 2 x 5 jam 1. Identifikasi lokasi, skala, kualitas nyeri dan
diharapkan Tingkat Nyeri karakteristik, durasi, faktor pencetu serta
(L.08066) menurun frekuensi, kualitas dan faktor yang meringankan
dengan kriteria hasil : intensitas nyeri. nyeri.
 Keluhan nyeri cukup Terapeutik 2. Untuk mengalihkan fokus
menururn. 2. Fasilitasi istirahat dan tidur. nyeri pasien terhadap
 Kesulitan tidur. Edukasi nyeri yang dirasakan.
 Sikap protektif cukup 3. Anjurkan memonitor nyeri 3. Untuk memudahkan
menurun. secara mandiri. pasien untuk melakukan .
 Fungsi berkemih 4. Ajarkan teknik 4. Memberikan contoh
membaik. nonfarmakologis untuk teknik terapi, agar pasien
mengurangi rasa nyeri. bisa mempraktikan teknik
Kolaborasi tersebut untuk
5. Kolaborasi pemberian mengurangi nyeri.
analgetik, jika perlu. 5. Penatalaksannan medis
untuk mengurangi rasa
nyeri.

2. Setelah dilakukan Dukungan Mobilitasi (I. 05173) 1. Untuk mengetahui


tindakan keperawatan
Observasi adanya nyeri
selama 2 x 5 jam
diharapkan Mobilisasi 1. Identifikasi adanya nyeri/ 2. Untuk mengetahui
Fisik meningkat
keluhan fisik lain kemampuan gerak
(L.05042) dengan kriteria
hasil : 2. Identifikasi toleransi fisik 3. Untuk memberikan cara
 Menggerakan melakukan pergerakan mobilisasi
ekstermita cukup
meningkat 3. Monitor kondisi umum 4. Untuk memudahkan
 Rentang gerak ROM selama melakukan pasien
cukup meningkat
 Kecemasan cukup mobilisasi 5. Untuk meningkatkan
menurun Terapeutik semangat
 Keluhan nyeri cukup
menurun 4. Fasilitasi melakukan 6. Untuk mengetahui
pergerakan tindakan yang dilakukan
5. Libatkan keluarga untuk 7. Untuk merenggangkan
membantu pasien dalam kekuatan otot-otot
meningkatkan pergerakan 8. Untuk mengajarkan dan
Edukasi memandirikan, melatih

14
6. Jelaskan tujuan dan gerakan mobilisasi dini
prosedur mobilisasi
7. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
8. Ajarkan mobilisasi
sederhana (miring kanan
kiri)

3. Setelah dilakukan Observasi 1. Untuk mengetahui


tindakan keperawatan 1. Identifikasi masalah penyebab gangguan citra
selama 2 x 5 jam potensial yang dialami. tubuh.
2. Untuk mendapatkan
diharapkan citra tubuh Terapeutik
informasiterkait riwayat
meningkat (L.09067) 2. Gunakan teknik kesehaatan dan harapan
meningkat dengan kriteria mendengarkan aktif pasien.
hasil : mengenal harapan pasien. 3. Membantu mencapai
 Melihat bagian tubuh 3. Diskusikan rencana tujuan yang diharapkan
cukup meningkat. mencapai tujuan yang psien terkait gambaran
 Menyentuh bagian diharapkan. citra tubuh.
tubuh cukup meningkat. 4. Mencegah stress
4. Motivasi berpikir positif dan
 Verbalisasi kecaatan berlebihan terkait kondisi
berkomitmen dalam yang dialami saat ini.
bagian tubuh sedang
mencapai tujuan. 5. Meningkatkan rasa
 Fokus pada penampilan
masa lalu menurun 5. Libatkan anggota keluarga nyaman pasien terhadap
 Fokus pada kekuatan dalam pencapaian tujuan. proses perawatan.
masa lalu cukup Edukasi 6. Untuk melihat hasil akhir
menurun. 6. Anjurkan mengevaluasi cara dari pemecahan masalah
 Respon nonverbal pada pemecahan masalah yang yang dialami.
perubahan tubuh dilakukan.
membaik.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

15
TGL/JAM TINDAKAN RESPONS TTD

16
04.02.2021 Mengidentifikasi S:
15.00 WIB lokasi, karakteristik, P : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
durasi, frekuensi, bertambah jika banyak bergerak dan
kualitas dan intensitas berkurang saat istirahat.
nyeri. Q : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
seperti tertusuk-tusuk jarum.
R : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan pada
bagian .kaki kiri.
S : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
skalanya 6.
T : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
hilang timbul.

O:
 Pasien tampak menahan sakit dan melindungi
area kaki yang diamputasi.
 Pasien berfokus pada diri sendiri.
 Skala nyeri pasien 6.

Mengkaji TTV S:-


O:
-TTD: 120/80
- Nadi: 80
-Suhu: 36,0
-RR: 24 x/mnt
Memberikan teknik S : Pasien mengatakan mengetahui cara
nonfarmakologis mengurangi nyeri selain menggunakan obat.
untuk mengurangi rasa
O:
nyeri.
 Pasien mampu mempraktikan terapi yang
diajarkan.
 Pemberian teknik relaksasi nafas dalam.

Memfasilitasi istirahat S :Pasien mengatakan jam tidur sering terganggu


dan tidur. dan masih lemas
O:
 Masih dalam pengaruh obat anastesi
 Memotivasi pasien untuk istirahat agar
mengurang nyeri.
 Memberikan fasilitas tempat tidur (bed) yang
bersih.

Menganjurkan S : Pasien mengatakan mengerti cara mengontrol


memonitor nyeri nyeri yang dirasakan.
secara mandiri. O :Memotivasi pasien untuk melakukan terapi
pengurang nyeri yang sudah diajarkan jika
merasakan nyeri kembali.

17
Menanyakan kekuatan S: Pasien mengatakan anggota gerak masih lemah
gerak pasien
O:
 Mengkaji kekuatan gerakan motorik
pasien
 Kaki kanan : 2
 Kaki kiri :0
 Tangan kanan : 2
 Tangan kiri : 2
Mengidentifikasi S : Pasien mengatakan takut dengan keadaan saat
masalah potensial ini, tidak bisa bekerja lagi
yang dialami. O :Pasien nampak cemas dengan kondisi saat ini

Mengguunakan teknik S :Pasien mengatakan ingin sembuh dan bisa


mendengarkan aktif beraktivitas kembali
mengenal harapan O :Mendengarkan dengan aktif keluhan dan
pasien. harapan pasien.

Mengidentifikasi S : Pasien mengatakan mual dan pusing setelah


05-02-2021 lokasi, karakteristik, operasi
13.00 WIB durasi, frekuensi, P : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
kualitas dan intensitas bertambah jika banyak bergerak dan
nyeri. berkurang saat istirahat.
Q : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
seperti tertusuk-tusuk jarum.
R : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan pada
bagian kaki kiri
S : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
skalanya 5
T : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
hilang timbul.

O:
 Pasien masih tampak menahan sakit dan lemas
konjungtiva anemis
 Hb: 8.1
 Pasien berfokus pada diri sendiri.
 Skala nyeri pasien 5

Mengkaji TTV S:-


O:
-TTD: 120/80
- Nadi: 80
-Suhu: 36,0

18
-RR: 24 x/mnt

Memfasilitasi istirahat S : Pasien mengatakan istirahatnya cukup.


dan tidur. O : Jumlah jam tidur malam pasien 8 jam .

Menganjurkan S : Pasien mengatakan mempraktekan napas


memonitor nyeri dalam jika nyeri tiba-tiba muncul.
secara mandiri. O :Memotivasi pasien melakukan relaksasi napas
dalam 2-5 kali sehari.

Kolaborasi pemberian S :Pasien mengatakan bersedia diberi obat


obat O:
 Ketorolak :3x 30 mg
 Seftriakson:
 Ranitidine : 2x 50 mg

Memberikan tranfusi S: Pasien mengatakan bersedia melakukan


tranfusi darah
O: Pasien di berikan 1 kantong darah

Menanyakan kekuatan S: Pasien mengatakan anggota geraknya sudah


gerak pasien
bisa digerakan dan sedikit masih lemas
O: Pasien tampak kesakitan pada kaki kiri

Menanyakan kekuatan S: Pasien mengatakan anggota gerak masih lemas


gerak pasien
O: Mengkaji kekuatan gerakan motorik pasien
 Kaki kanan : 3
 Kaki kiri :0
 Tangan kanan : 3
 Tangan kiri :3

Mendiskusikan S : Pasien mengatakan menjalani operasi yang ke


rencana mencapai 2 kai ini
tujuan yang
diharapkan. O : Menganjurkan pasien mengikuti program
control yang sudah dijadwalkan

Memotivasi berpikir S : Pasien mengatakan pasrah dengan kondisi saat


positif dan ini
berkomitmen dalam O : Memotivasi pasien untuk tetap semangat dan
mencapai tujuan. ikhlas menjani ketetapan dari Allah

Menganjurkan S : Pasien mengerti salah satu cara penyembuhan


mengevaluasi cara nyeri yang dirasakan pada kakinya

19
pemecahan masalah
yang dilakukan. O :Pasien mampu menjalankan pengobatan dan
control sesuai yang dijadwalkan

Melibatkan anggota S : Keluarga pasien mengatakan akan mengikuti


keluarga dalam program control yang dijadwalkan
pencapaian tujuan.
O :Keluarga pasien tampak mendukung dan
menyemangati pasien selama proses
peyembuhan

06.01.2021 Mengidentifikasi S:
08.00 WIB lokasi, karakteristik, P : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
durasi, frekuensi, bertambah jika banyak bergerak dan
kualitas dan intensitas berkurang saat istirahat.
nyeri. Q : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
seperti tertusuk-tusuk jarum.
R : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan pada
bagian kaki.
S : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
skalanya 4.
T : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
hilang timbul.
O:
 Pasien masih tampak menahan sakit.
 Pasien berfokus pada diri sendiri.
 Skala nyeri pasien 4

Mengukur TTV S:-


O:
 TTD: 120/80 mmHg
 Nadi: 80 x/mnt
 Suhu: 36,0
 RR: 24 x/mnt
Memfasilitasi istirahat S : Pasien mengatakan istirahatnya cukup.
dan tidur.
O : Jumlah jam tidur malam pasien 8 jam .

Menganjurkan S : Pasien mengatakan mempraktekan napas


memonitor nyeri dalam jika nyeri tiba-tiba muncul.
secara mandiri.
O :Memotivasi pasien melakukan relaksasi napas
dalam 2-5 kali sehari.

06.02.2021 Kolaborasi pemberian S :Pasien mengatakan bersedia diberi obat


09.00 WIB obat O:
10.00 WIB  Ranitidine : 50 mg

20
12.00 WIB  Ketorolak : 3x30 mg
 Seftriason
 Parasetamol
Menanyakan kekuatan S: Pasien mengatakan anggota gerak masih lemah
gerak pasien
O:
 Mengkaji kekuatan gerakan motorik
pasien
 Kaki kanan : 4
 Kaki kiri :0
 Tangan kanan : 4
 Tangan kiri :4

Menggunakan teknik S : Pasien mengatakan masih merasa sakit pada


mendengarkan aktif kaki kirinya
mengenal harapan O : Menjelaskan efek dari operasinya
pasien.
Memotivasi berpikir S : Pasien mengatakan akan berlatih untuk
positif dan berjalan
berkomitmen dalam O : Memotivasi pasien untuk berlatih berjalan
mencapai tujuan. dengan sedikit demi sedikit dengan
menggunaka kruk.

Melibatkan anggota S : Keluarga mengatakan mendukung latihan


keluarga dalam berjalan pasien
pencapaian tujuan. O :Memotivasi keluarga untuk selalu memberikan
semagat dan dukungan selama latihan.

E. EVALUASI
No. TGL/JAM EVALUASI TTD
Dx

21
1. 04.02.2021 S:
17.00 WIB P : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan bertambah jika
banyak bergerak dan berkurang saat istirahat.
Q : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-
tusuk jarum.
R : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan pada bagian kaki
kiri yang diamputasi
S : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan skalanya 6.
T : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul.

O:
 Pasien tampak menahan sakit dan melindungi area kaki.
 Pasien berfokus pada diri sendiri.
 Skala nyeri pasien 6.
 Pasien mampu mempraktikan terapi yang diajarkan.
 Jumlah jam tidur pasien 6 jam.
 Memotivasi pasien untuk istirahat agar mengurang nyeri.
 Memotivasi pasien untuk melakukan terapi pengurang
nyeri yang sudah diajarkan jika merasakan nyeri kembali.
 Kolaborasi pemberian obat pengurang nyeri
A : Masalah keperawatan nyeri belum teratasi.

P : Lanjutkan intervensi :
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan intensitas nyeri.
 Fasilitasi istirahat dan tidur.
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri.
 Kolaborasi pemberian obat pengurangan nyeri

2. 04.02.2021 S : Pasien masih terlihat lemas


O : Pasien masih dalam pengaruh obat Anestesi
A : Masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Monitoring mobilisasi dini
3. 04.02.2021 S:
17.00 WIB  Pasien mengatakan tidak bisa bekerja lagi
 Pasien mengatakan merepotkan istri dan anaknya
 Pasien mengatakan ingin sembuh dan tidak merepotkan
keluarganya
O:
 Pasien nampak cemas dengan kondisi saat ini
 Mendengarkan dengan aktif keluhan dan harapan pasien

22
 Memotivasi pasien untuk tetap semangat menjalani
pengobatan
 Memotivasi pasien untuk mengikuti pengobatan sesuai
program.
 TD : 120/80 mmHg
 N : 80x/m
 S : 36oC
 RR : 20x/m

A : Masalah keperawatan gangguan citra tubuh belum


teratasi.

P : Lanjutkan Intervensi :
 Menggunakan teknik mendengarkan aktif mengenal
harapan pasien.
 Memotivasi berpikir positif dan berkomitmen dalam
mencapai tujuan.
 Melibatkan anggota keluarga dalam pencapaian tujuan.
1. 05.02.2021 S:
17.00 WIB P : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan bertambah jika
banyak bergerak dan berkurang saat istirahat.
Q : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-
tusuk jarum.
R : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan pada bagian
kaki.
S : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan skalanya 5 .
T : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul.

O:
 Pasien tampak menahan sakit Pasien berfokus pada diri
sendiri.
 Skala nyeri pasien 5.
 Pasien mampu mempraktikan terapi yang diajarkan.
 Jumlah jam tidur pasien 8 jam.
 Memotivasi pasien untuk istirahat agar mengurang nyeri.
 Memotivasi pasien untuk melakukan terapi pengurang
nyeri yang sudah diajarkan jika merasakan nyeri kembali.
 Kolaborasi pemberian obat

A : Masalah keperawatan nyeri belum teratasi.

P : Lanjutkan intervensi :
 Fasilitasi istirahat dan tidur.
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri.
2. 05.02.2021 S : Pasien masih terlihat lemas
O:

23
 Pasien masih kesakitan dan lemah terbaring, bantuan
total oleh keluarga
 HB. 8.1
A : Masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Anjurkan latihan mobilisasi dini

3. 05.02.2021 S:
 Pasien mengatakan masih merasa mual dan sedikit
pusing setelah dioperasi.
O:
 Hb. 8.1
 Memotivasi pasien untuk tetap semngat
 Memotivasi keluarga untuk selalu memberikan semangat
dan dukungan selama pengobatan.
 TD : 110/80 mmHg
 N : 80 x/m
 S : 36,0oC
 RR : 22 x/m

A : Masalah keperawatan gangguan citra tubuh belum


teratasi.

P : Lanjutkan Intervensi :
 Menggunakan teknik mendengarkan aktif mengenal
harapan pasien.
 Memotivasi berpikir positif dan berkomitmen dalam
mencapai tujuan.
 Melibatkan anggota keluarga dalam pencapaian tujuan.

1 06.02.2021 S:
P : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan bertambah jika
banyak bergerak dan berkurang saat istirahat.
Q : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-
tusuk jarum.
R : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan pada bagian
kaki.
S : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan skalanya 4 .
T : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul.

O:
 Pasien tampak menahan sakit Pasien berfokus pada diri
sendiri.
 Skala nyeri pasien 4.

24
 Pasien mampu mempraktikan terapi yang diajarkan.
 Jumlah jam tidur pasien 8 jam.
 Memotivasi pasien untuk istirahat agar mengurang nyeri.
 Memotivasi pasien untuk melakukan terapi pengurang
nyeri yang sudah diajarkan jika merasakan nyeri kembali.
 Kolaborasi pemberian obat
 Katerolak
 Ranitidine
 Seftriaction
 Parasetamol

A : Masalah keperawatan nyeri belum teratasi.

P : Lanjutkan intervensi :
 Fasilitasi istirahat dan tidur.
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri.

2 06.02.2021 S : Pasien mengatakan sudah lebih sehat kondisinya


O:
 Pasien sudah bisa makan sendiri dan duduk
A : Masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Anjurkan latihan mobilisasi dini
 Anjurkan untuk latihan berjalan menggunakan alat
bantu kruk

3 06.02.2021 S : Pasien mengatakan jadi beban keluarganya


O:
 Memotivasi pasien untuk tetap semngat
 Memotivasi keluarga untuk selalu memberikan semangat
dan dukungan selama pengobatan.
 TD : 120/80 mmHg
 N : 84 x/m
 S : 36,6oC
 RR : 24 x/m
A : Masalah keperawatan gangguan citra tubuh belum
teratasi.

P : Lanjutkan Intervensi :
 Menggunakan teknik mendengarkan aktif mengenal
harapan pasien.
 Memotivasi berpikir positif dan berkomitmen dalam

25
mencapai tujuan.
 Melibatkan anggota keluarga dalam pencapaian tujuan.

BAB III
PEMBAHASAN

26
Nyeri adalah pengalaman sensoria atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan (SDKI PPNI, 2017).

Pada kasus asuhan keperawatan dengan masalah keperawatan utama nyeri


akut dapat diberikan intervensi keperawatan menejemen nyeri menggunakan
manajemen nyeri yang dilakukan pada pasien post operasi fraktur cruris yaitu
relaksasi genggam jari dan nafas dalam, teknik nonfarmakologis teknik relaksasi
yaitu terapi untuk menghilangkan nyeri, insomnia, kecemasan, dengan upaya
memusatkan perhatian pada suatu fokus dengan menyebut berulang-ulang kalimat
yang telah dipilih dan menghilangkan berbagai pikiran yang mengganggu
(Cahyono, 2011).
Pada pasien kelolaan yang diberikcan terapi relaksasi nafas dalam
mengalami penurunan nyeri dari skala nyeri 6 menjadi skala nyeri 4, hal ini
sejalan dengan penilitian yang dilakukan oleh Ristiyanto, dkk (2016) yang
menyatakan bahwa sebelum dilakukan relaksai nafas dalam didapatkan nilai
mean tingkat nyeri 4,62, sedangkan sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam
didapatkan nilai mean tingkat nyeri 2,62. Nyeri sebelum dilakukan intervensi
relaksai nafas dalam menunjukan nilai rata-rata nyeri ringan dan nyeri sedang, hal
ini menunjukan ada perbedaan sebelum (75%) nyeri sedang dan sesudah
dilakukan relaksasi nafas dalam terjadi penurunan intensitas nyeri (75%) nyeri
ringan pada pasien fraktur. Dapat disimpulkan bahwa relaksasi nafas dalam efektif
menurunkan nyeri sedang dan nyeri ringan pada pasien fraktur.

27
DAFTAR PUSTAKA

Rifta , I. W. (2018). Asuhan keperawtan post operasi fraktur cruris dengan


masalah keperawatan nyeri akut di RSUD dr. Haryoto Kota
Lumajang : Universitas Jember Meraih kekuatan Penyembuh Diri yang
Tak Terbatas.Jakarta : gramedia Pustaka Utama.
Herdman, T. Heather., & Kamitsuru, Shigemi (2015).Diagnosis Keperawatan:
Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10.Jakarta : EGC.
PPNI (2016).Standard Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik. Edisi 1.Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018).Standard Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Edisi 1.Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1: Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI.
Ristiyanto, Edhi., dkk. (2016). Efektivitas Terapi Relaksasi Sloe Deep Breathing
(SDM) dan Relaksasi Benson Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri
Pasien Kanker Di RS. Tugurejo Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan
dan Kebidanan (JIKK)
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013.Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai