SDENGAN MASALAH
KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA PASIEN FRAKTUR CRURIS DI
RUANG SERUNI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO
Disusun Oleh:
TANTRI PUSPITA RAHAYU
A32020108
2021
LEMBAR PENGESAHAN
A32020108
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN........................................................... 1
A. Pengertian................................................................................................ 1
B. Etiologi.................................................................................................... 2
C. Batasan Karakteristik.............................................................................. 2
D. Faktor yang Berhubungan....................................................................... 3
E. Fokus pengkajian..................................................................................... 3
F. Patofisiologi............................................................................................ 5
G. Pathway Keperawatan............................................................................. 7
H. Masalah Keperawatan Lain yang Muncul............................................... 8
I. Intervensi Keperawatan........................................................................... 8
BAB II TINJAUAN KASUS.......................................................................... 9
A. Pengkajian...............................................................................................9
B. Analisa Data............................................................................................10
C. Intervensi Keperawatan...........................................................................12
D. Implementasi Keperawatan.....................................................................13
E. Evaluasi...................................................................................................16
BAB III PEMBAHASAN...............................................................................
DAFTAR PUSTAKA
iii
iv
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Nyeri merupakan suatu perasaan atau penalaman yang tidak nyaman
baik secara sensori maupun emosional yang dapat ditandai dengan kerusakan
jaringan ataupun tidak (Syamsiah, 2015)
Nyeri ialah pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang
digambarkan sebagai kerusakan (International Association fot the Study of
Pain, awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat
dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi (NANDA, 2015)
Nyeri adalah pengalaman sensoria atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan (SDKI PPNI, 2017)
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa nyeri akut
adalah pengalaman sensori atau pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan atau tidak dan berintensitas ringan
hingga berat.
B. ETIOLOGI
Penyebab nyeri kronis menurutTim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) adalah
sebagai berikut :
1. Agen pencedara fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2. Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong
C. BATASAN KARAKTERISTIK
Batasan karakteristik nyeri kronis menurut Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (2016) adalah sebagai berikut :
1. Batasan Karakteristik Mayor
1
Subjektif
1) Mengeluh nyeri
Objektif
1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri)
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Sulit tidur
2. Batasan Karakteristik Minor
Subjektif
1) (Tidak tersedia)
Objektif
1) Tekanan darah meningkat
2) Pola napas berubah
3) Nafsu makan berubah
4) Proses berpikir terganggu
5) Menarik diri
6) Berfokus pada diri sendiri
7) Diaforsis
D. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
Faktor yang berhubungan dengan nyeri kronis menurut Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (2016) adalah sebagai berikut :
1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom coroner akut
5. Glaukoma
2
E. FOKUS PENGKAJIAN
Pengkajian yang dapat dilakukan menurut Wijaya dan Putri (2013)
1. Indetitas klien terdiri dari nama, umur, jenis kelamin,status, agama,
perkerjaan, pendidikan, alamat, penanggungjawaban juga terdiri dari
nama, umur penanggung jawab, hub.keluarga, dan perkerjaan.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Kaji keluhan nyeri dibagian abdomen karenasudah melakukan
tindakan laparatomi juga kolostomi, jadiklien merasakan tidak
nyaman dengan kondisinya yangsekarang, lagi pula kalau klien ada
tindakan kolostomi makaklien akan sangat merasakan tidak nyaman
karena bisa jadiakibat anusnya di tutup maka klien BAB dan flatus
dibagian abdomen. Klien juga tidak bisa bergerak banyak dansusah
untuk tidur, tubuh klien biasanya terasa lemas danletih, dan nafsu
makan akan menurun.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Kaji riwayat menderita polip kolon, radang kronik kolondan kolotis
ulseratif yang tidak teratasi, ada infeksi danobstruksi pada usus
besar, dan diet dan konsumsi diet tidakbaik, tinggi protein, tinggi
lemak, tinggi serat.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji riwayat keluarga klien adanya riwayat kanker, diindetifikasi
kanker yang menyerang tubuh atau ca colon adalah turunan yang
sifatnya dominan.
d. Pemeriksaan fisik
1) Mata : Kunjungtiva anemis.
2) Mulut : Mukosa mulut kering dan pucat, lidah pecah-pecah dan
berbau
3) Abdomen : Distensi abdomen, adanya teraba massa,penurunan
bissing usus dan kembung.
4) Kulit : Tugor kulit jelek, kering, dehidrasi dan malnutrisi).
3
e. Pengkajian fungsional
1) Aktivitas dan Istirahat
Kaji adanya kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah,merasa
gelisah dan ansietas, tidak tiduran semalamankarena akibat reaksi
nyeri sudah pembedahan.
2) Pernafasan
Kaji adanya nafas pendek, dispnea (respon terhadapnyeri yang
dirasakan) yang ditandai dengan takipneadan frekuensi menurun.
3) Sirkulasi
Kaji adanya takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses
imflamasi dan nyeri), ada perubahan pada tandatanda
vitalmisalnya tekanan darah meningkat, nadi takikardi, pernafasan
cepat, suhu meningkat.
4) Intergritas ego
Kaji adanya ansietas ketakutan, emosi kesal, missal : perasaan tak
berdaya atau ungan harapan.
5) Eliminasi
Kaji adanya fasesnya terlihat cair atau lunak jika dipasang
kolostomi di bagian area abdomen.
6) Makan atau cairan
Kaji adanya mual dan muntah yang sering dirasakan olehklien
setelah dilakukan operasi, atau saat mendapatkan kemoterapi.
7) Muskulosketal
Kaji adanya penurunan kekuatan otot akibat sudah insisi
pembedahan.
8) Seksualitas
Kaji pola hubungan seksual selama sakit.
9) Hubungan ungan
Kaji adanya ketidakefektifan interaksi sosial dengan masyarakat
karena sakit.
4
F. PATOFISIOLOGI
Kondisi anatomis dari tulang tibia yang terletak di bawah subkutan
memberikan dampak terjadinya risiko fraktur terbuka lebih sering
dibandingkan tulang panjang lainnya apabila mendapat suatu
trauma.Mekanisme cedera dari fraktur cruris dapat terjadi akibat adanya daya
putar atau puntir dapat menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang kaki
dalam tingkat yang berbeda. Daya angulasi menimbulkan fraktur melintang
atau oblik pendek, biasanya pada tingkat yang sama. Pada cedera tak
langsung, salah satu dari fragmen tulang dapat menembus kulit. Cedera
langsung akan menembus atau merobek kulit di atas fraktur. Tibia atau tulang
kering merupakan kerangka utama dari tungkai bawah dan terletak medial
dari fibula atau tulang betis.Pada kondisi klinik, kedua tulang ini dinamakan
tulang cruris karena secara anatomis kedua tulang ini pada beberapa keadaan
seperti pada trauma yang mengenai tungkai bawah, kedua tulang ini sering
mengalami fraktur.Pada kondisi trauma, anatomi tulang tibia yang sangat
mendekati permukaan (karena hanya dilapisi oleh kulit) memberikan
kemungkinan lebih sering terjadi fraktur terbuka.Otot-otot dan ligamen kaki
secara fisiologis mampu menggerakkan berbagai fungsi dari telapak kaki
(Helmi, 2012). Kondisi klinis fraktur cruris terbuka pada fase awal
menimbulkan berbagai masalah keperawatan pada klien, meliputi respons
nyeri hebat akibat rusaknya jaringan lunak dan kompresi saraf, risiko tinggi
cedera jaringan akibat kerusakan vaskular dengan pembengkakan lokal yang
menyebabkan sindrom kompartemen yang sering terjadi pada fraktur
proksimal tibia, risiko syok hipovolemik sekunder akibat cedera vaskular
dengan perdarahan hebat, hambatan mobilitas fisik sekunder akibat kerusakan
fragmen tulang dan risiko tinggi infeksi sekunder akibat port de
entree luka terbuka. Pada fase lanjut, fraktur cruris terbuka menyebabkan
terjadinya malunion, non-union dan delayed union (Helmi, 2016)
5
G. PATHWAY KEPERAWATAN
Degeneras Kelemahan Trauma Langsung Trauma tidak Langsung Trauma Spontan
tulang
Fraktur Cruris
Ketidakmampu Terbuka Fraktur Cruris
an melakukan Tertutup
Terputusnya
pergerakan hubungan Rusaknya
kaki tulang Perdarahan
jaringan
jaringan lunak
Gangguan
Mobilitasi
Dilakukan
Fisik hemotoma
tindakan Op
Edema
a. Observasi
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri.
b. Terapeutik
Fasilitasi istirahat dan tidur.
c. Edukasi
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
2. Gangguan Mobilitas Fisik
Dukungan Mobilisasi (L. 05173)
a. Observasi
Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Monitor kondisiumum selama melakukan mobilisasi
b. Terapeutik
Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
c. Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
8
Anjurkan melakukan mobilisasi dini
Ajarkan mobilisasi sederhana (miring kanan kiri)
3. Gangguan Citra Tubuh
Promosi Citra Tubuh (L. 09305)
a. Observasi
Identifikasi masalah potensial yang dialami.
b. Terapeutik
Gunakan teknik mendengarkan aktif mengenal harapan pasien.
Diskusikan rencana mencapai tujuan yang diharapkan.
Motivasi berpikir positif dan berkomitmen dalam mencapai
tujuan.
Libatkan anggota keluarga dalam pencapaian tujuan.
c. Edukasi
Anjurkan mengevaluasi cara pemecahan masalah yang dilakukan.
9
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Format terlampir
Hasil Radiologi
10
B. Dilakukan tindakan dan antiseptic
C. Dilakukan drapping
D. Dilakukan identifikasi tampak DO
E. DO ditemukan open fraktur kruris dengan luka terbuka
F. Dilakukan Insisi setinggi femur 1/3 tengah
G. Dilakukan diseksi otot sampai tampak OS femur
H. Dilakukan amputasi
I. Luka ditutup lapis demi lapis dengan meninggalkab 1 buah suction
drain
B. ANALISA DATA
No Data Fokus Etiologi Mechanism Problem
DS: Agen Pencedera Trauma langsung Nyeri Akut
P : Pasien mengatakan nyeri Fisik (Amputasi berhubungan
yang dirasakan Patah tulang pada titik dengan Agen
bertambah jika banyak trauma Pencedera
bergerak. Fisik
Q : Pasien mengatakan nyeri
yang dirasakan seperti (Amputasi)
tertusuk-tusuk jarum. Fraktur cruris terbuka
R : Pasien mengatakan nyeri
yang dirasakan pada
bagian kaki yang Rusaknya jaringan
diamputasi.
S : Pasien mengatakan nyeri
Dilakukan tindakan Op
yang dirasakan skalanya
6.
T : Pasien mengatakan nyeri Jaringan terbuka dan
yang dirasakan terus- kompresi syaraf
terusan.
Dilakukan amputasi
DO :
Pasien tampak menahan Nyeri Akut
sakit dan menunjukan
11
area post op.
Dilakukan amputasi
Hemoglobin 9.1 (L) %
Leukosit 31 (L)%
Eosinofil 0.1 (L) %
Batang 0,4 (L) %
TD : 100/80 mmHg
N : 80x/m
S : 36OC
RR : 20x/m
12
2019 Dilakukan amputasi
DO :
Dilakukan tindakan Deformitas tulang
amputasi
Tampak adanya luka Gangguan Citra Tubuh
bekas oprasi pada bagian
kaki
Pasien berfokus pada
penampilan dan kekuatan
pada saat masa lalu.
13
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. NOC INTERVENSI RASIONAL
DX
1. Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (L.08238) : 1. Untuk mengetahui lokasi
tindakan keperawatan Observasi yang menyebabkan nyeri,
selama 2 x 5 jam 1. Identifikasi lokasi, skala, kualitas nyeri dan
diharapkan Tingkat Nyeri karakteristik, durasi, faktor pencetu serta
(L.08066) menurun frekuensi, kualitas dan faktor yang meringankan
dengan kriteria hasil : intensitas nyeri. nyeri.
Keluhan nyeri cukup Terapeutik 2. Untuk mengalihkan fokus
menururn. 2. Fasilitasi istirahat dan tidur. nyeri pasien terhadap
Kesulitan tidur. Edukasi nyeri yang dirasakan.
Sikap protektif cukup 3. Anjurkan memonitor nyeri 3. Untuk memudahkan
menurun. secara mandiri. pasien untuk melakukan .
Fungsi berkemih 4. Ajarkan teknik 4. Memberikan contoh
membaik. nonfarmakologis untuk teknik terapi, agar pasien
mengurangi rasa nyeri. bisa mempraktikan teknik
Kolaborasi tersebut untuk
5. Kolaborasi pemberian mengurangi nyeri.
analgetik, jika perlu. 5. Penatalaksannan medis
untuk mengurangi rasa
nyeri.
14
6. Jelaskan tujuan dan gerakan mobilisasi dini
prosedur mobilisasi
7. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
8. Ajarkan mobilisasi
sederhana (miring kanan
kiri)
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
15
TGL/JAM TINDAKAN RESPONS TTD
16
04.02.2021 Mengidentifikasi S:
15.00 WIB lokasi, karakteristik, P : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
durasi, frekuensi, bertambah jika banyak bergerak dan
kualitas dan intensitas berkurang saat istirahat.
nyeri. Q : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
seperti tertusuk-tusuk jarum.
R : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan pada
bagian .kaki kiri.
S : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
skalanya 6.
T : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
hilang timbul.
O:
Pasien tampak menahan sakit dan melindungi
area kaki yang diamputasi.
Pasien berfokus pada diri sendiri.
Skala nyeri pasien 6.
17
Menanyakan kekuatan S: Pasien mengatakan anggota gerak masih lemah
gerak pasien
O:
Mengkaji kekuatan gerakan motorik
pasien
Kaki kanan : 2
Kaki kiri :0
Tangan kanan : 2
Tangan kiri : 2
Mengidentifikasi S : Pasien mengatakan takut dengan keadaan saat
masalah potensial ini, tidak bisa bekerja lagi
yang dialami. O :Pasien nampak cemas dengan kondisi saat ini
O:
Pasien masih tampak menahan sakit dan lemas
konjungtiva anemis
Hb: 8.1
Pasien berfokus pada diri sendiri.
Skala nyeri pasien 5
18
-RR: 24 x/mnt
19
pemecahan masalah
yang dilakukan. O :Pasien mampu menjalankan pengobatan dan
control sesuai yang dijadwalkan
06.01.2021 Mengidentifikasi S:
08.00 WIB lokasi, karakteristik, P : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
durasi, frekuensi, bertambah jika banyak bergerak dan
kualitas dan intensitas berkurang saat istirahat.
nyeri. Q : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
seperti tertusuk-tusuk jarum.
R : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan pada
bagian kaki.
S : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
skalanya 4.
T : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
hilang timbul.
O:
Pasien masih tampak menahan sakit.
Pasien berfokus pada diri sendiri.
Skala nyeri pasien 4
20
12.00 WIB Ketorolak : 3x30 mg
Seftriason
Parasetamol
Menanyakan kekuatan S: Pasien mengatakan anggota gerak masih lemah
gerak pasien
O:
Mengkaji kekuatan gerakan motorik
pasien
Kaki kanan : 4
Kaki kiri :0
Tangan kanan : 4
Tangan kiri :4
E. EVALUASI
No. TGL/JAM EVALUASI TTD
Dx
21
1. 04.02.2021 S:
17.00 WIB P : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan bertambah jika
banyak bergerak dan berkurang saat istirahat.
Q : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-
tusuk jarum.
R : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan pada bagian kaki
kiri yang diamputasi
S : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan skalanya 6.
T : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul.
O:
Pasien tampak menahan sakit dan melindungi area kaki.
Pasien berfokus pada diri sendiri.
Skala nyeri pasien 6.
Pasien mampu mempraktikan terapi yang diajarkan.
Jumlah jam tidur pasien 6 jam.
Memotivasi pasien untuk istirahat agar mengurang nyeri.
Memotivasi pasien untuk melakukan terapi pengurang
nyeri yang sudah diajarkan jika merasakan nyeri kembali.
Kolaborasi pemberian obat pengurang nyeri
A : Masalah keperawatan nyeri belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi :
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan intensitas nyeri.
Fasilitasi istirahat dan tidur.
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri.
Kolaborasi pemberian obat pengurangan nyeri
22
Memotivasi pasien untuk tetap semangat menjalani
pengobatan
Memotivasi pasien untuk mengikuti pengobatan sesuai
program.
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/m
S : 36oC
RR : 20x/m
P : Lanjutkan Intervensi :
Menggunakan teknik mendengarkan aktif mengenal
harapan pasien.
Memotivasi berpikir positif dan berkomitmen dalam
mencapai tujuan.
Melibatkan anggota keluarga dalam pencapaian tujuan.
1. 05.02.2021 S:
17.00 WIB P : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan bertambah jika
banyak bergerak dan berkurang saat istirahat.
Q : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-
tusuk jarum.
R : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan pada bagian
kaki.
S : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan skalanya 5 .
T : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul.
O:
Pasien tampak menahan sakit Pasien berfokus pada diri
sendiri.
Skala nyeri pasien 5.
Pasien mampu mempraktikan terapi yang diajarkan.
Jumlah jam tidur pasien 8 jam.
Memotivasi pasien untuk istirahat agar mengurang nyeri.
Memotivasi pasien untuk melakukan terapi pengurang
nyeri yang sudah diajarkan jika merasakan nyeri kembali.
Kolaborasi pemberian obat
P : Lanjutkan intervensi :
Fasilitasi istirahat dan tidur.
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri.
2. 05.02.2021 S : Pasien masih terlihat lemas
O:
23
Pasien masih kesakitan dan lemah terbaring, bantuan
total oleh keluarga
HB. 8.1
A : Masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Anjurkan latihan mobilisasi dini
3. 05.02.2021 S:
Pasien mengatakan masih merasa mual dan sedikit
pusing setelah dioperasi.
O:
Hb. 8.1
Memotivasi pasien untuk tetap semngat
Memotivasi keluarga untuk selalu memberikan semangat
dan dukungan selama pengobatan.
TD : 110/80 mmHg
N : 80 x/m
S : 36,0oC
RR : 22 x/m
P : Lanjutkan Intervensi :
Menggunakan teknik mendengarkan aktif mengenal
harapan pasien.
Memotivasi berpikir positif dan berkomitmen dalam
mencapai tujuan.
Melibatkan anggota keluarga dalam pencapaian tujuan.
1 06.02.2021 S:
P : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan bertambah jika
banyak bergerak dan berkurang saat istirahat.
Q : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-
tusuk jarum.
R : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan pada bagian
kaki.
S : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan skalanya 4 .
T : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul.
O:
Pasien tampak menahan sakit Pasien berfokus pada diri
sendiri.
Skala nyeri pasien 4.
24
Pasien mampu mempraktikan terapi yang diajarkan.
Jumlah jam tidur pasien 8 jam.
Memotivasi pasien untuk istirahat agar mengurang nyeri.
Memotivasi pasien untuk melakukan terapi pengurang
nyeri yang sudah diajarkan jika merasakan nyeri kembali.
Kolaborasi pemberian obat
Katerolak
Ranitidine
Seftriaction
Parasetamol
P : Lanjutkan intervensi :
Fasilitasi istirahat dan tidur.
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri.
P : Lanjutkan Intervensi :
Menggunakan teknik mendengarkan aktif mengenal
harapan pasien.
Memotivasi berpikir positif dan berkomitmen dalam
25
mencapai tujuan.
Melibatkan anggota keluarga dalam pencapaian tujuan.
BAB III
PEMBAHASAN
26
Nyeri adalah pengalaman sensoria atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan (SDKI PPNI, 2017).
27
DAFTAR PUSTAKA