Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.

D DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA PASIEN TRAUMA SERVICAL
DI RUANG CEMPAKA RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO

Disusun Guna Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Profesi Ners Stase


Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh :

Tantri Puspita Rahayu

A32020108

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

GOMBONG

2021
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. D DENGAN MASALAH


KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA PASIE TRAUMA SERVICAL DI
RUANG CEMPAKA RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO

Yang Dipersiapkan Dan Disusun Oleh:

TANTRI PUSPITA RAHAYU

NIM: A32020108

Pembimbing lahan Pembimbing akademik

(Siti Mulyani S.Kep.,Ns) ( Irmawan Andri Ns., M. Kep )


DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB 1 LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian.............................................................................................1
B. Etiologi ................................................................................................2
C. Tanda dan Gejala..................................................................................2
D. Fokus pengkajian..................................................................................3
E. Patofisiologi..........................................................................................6
F. pathway.................................................................................................7
G. Intervensi keperawatan.........................................................................12

BAB II TINJAUAN KASUS


A. Pengkajian.............................................................................................13
B. Analisa Data..........................................................................................18
C. Prioritas Diagnosa.................................................................................19
D. Intervensi Keperawatan........................................................................20
E. Implementasi Keperawatan..................................................................22
F. Evaluasi Keperawatan..........................................................................23
BAB III PEMBAHASAN
A. Isi Pembahasan......................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Nyeri merupakan suatu perasaan atau penalaman yang tidak nyaman


baik secara sensori maupun emosional yang dapat ditandai dengan kerusakan
jaringan ataupun tidak (Syamsiah, 2015)
Nyeri ialah pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang
digambarkan sebagai kerusakan (International Association fot the Study of
Pain, awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat
dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi (NANDA, 2015)
Nyeri adalah pengalaman sensoria atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan (SDKI PPNI, 2017)
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa nyeri akut
adalah pengalaman sensori atau pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan atau tidak dan berintensitas ringan
hingga berat.

B. Faktor yang Berhubungan

a. Agen pencedara fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)


b. Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
c. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
C. Batasan Karakteristik
a. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1) Mengeluh nyeri 
Objektif
1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri)
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Sulit tidur
b. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1) (Tidak tersedia)
Objektif
1) Tekanan darah meningkat
2) Pola napas berubah
3) Nafsu makan berubah
4) Proses berpikir terganggu
5) Menarik diri
6) Berfokus pada diri sendiri
7) Diaforsis
D. Fokus Pengkajian

1. Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, umur, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, pekerjaan, suku, bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, no
registrasi, diagnosa medis
2. Riwayat Kesehatan
Tingkat kesadaran/GCS, konvulsi, mutah, disonea/takipnea, sakit kepala,
wajah simetris/tidak, lemah, luka di kepala,paralise,akumulasi secret pada
saluran napas, adanya liquor dari hidung dan telinga, kejang
3. Riwayat masa lalu
Riwayat kesehatan keluarga dan penyakit keturunan jika ada, terapi obat
saat ini, harus diketahui baik yang berhubungan dengan sistem saraf
maupun penyakit lainnya
4. Aktivitas dan istirahat
Gejala kelemahan, kelelahan, insomnia, merasa gelisah dan ansietas.
Pembatasan aktivitas kerja sehubungan dengan efek proses penyakit
5. Sirkulasi
Tanda takikardia (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasidan
nyeri), tekanan darah hipotensi, kulit membrane mukosa,turgor, malnutrisi
6. Integritas ego
Gejala ansietas, ketakutan misalnya : perasaan tak berdaya/taka da
harapan. Faktor stress akut/kronis misalnya : hubungan dengan keluarga
dan pekerjaan, pengobatan yang mahal
7. Eliminasi
Gejala tekstur feses, defekasi darah mukosa dengan atau tanpa keluar
feses. BAK, warna urine
8. Makan dan cairan
Gejala penurunan lemak, tonus otot dan turgor kulit buruk,membrane
mukosa bibir pucat, inflamasi rongga mulut
Tanda anoreksia, mual dan muntah. Penurunan berat badan, tidak toleransi
terhadap diit
9. Hygiene
Tanda ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri, stomatitis
menunjukan kekurangan vitamin
10. Nyeri dan kenyamanan
Nyeri pada kepala, punggung dan menjalar pada bagia kanan kanan
11. Pemeriksaan fisik persistem :
a. Breathting
Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan irama
jantung, sehingga terjadi perubahan pada napas, kedalaman, frekuensi
maupun iramanya, bisa berupa Cheyne Stokes atau Ataxia breathing.
Napas berbunyi, stridor, ronkhi, wheezing (kemungkinan karena
aspirasi), cenderung terjadi peningkatan produksi sputum pada jalan
napas
b. Blood
Efek peningkatan tekanan intracranial terhadap tekanan darah
bervariasi. Tekanan pada pusat vasomotor akan meningkatkan
transmisi rangsangan parasimpati ke jantung yang akanmengakibatkan
denyut nadi menjadi lambat, merupakan tanda peningkatan
intracranial. Perubahan jantung (bradikardia, takikardia yang diselingi
dengan bradikardia, disritmia)
c. Brain
Gangguan kesadaran merupakan salah satubentuk manifestasi adanya
gangguan otak akibat cedera kepala, kehilangan kesadaran sementara,
amnesia seputar kejadian, vertigo, sinkope, tinnitus, kehilangan
pendengaran. Bila perdarahan hebat/luas dan mengenai otak akan
terjadi gangguan pada nervus cranialis
d. Blader
Pada cedera kepala sering terjadi gangguan berupa retensi,
inkontinensia urine, ketidakmampuan menahan miksi.
e. Bowel
Terjadi penuruanan fungsi pencernaan : bising usus lemah, mual,
muntah,kembung dan mengalami perubahan selera. Gangguan
menelan dan terganggunya proses eliminasi alvi.
f. Bone
Pasien sering datang pada kondisi parese, paraplegi. Pada konsisi yang
lama dapat terjadi kontraktur karena imobilisasi dan dapat pula terjadi
spatisitas atau ketidakseimbangan otot-otot antagonis yang terjadi
karena rusak atau putusnya hubungan antara pusat saraf di otak
E. Patofisiologi
Trauma servikal adalah peningkatan level Ca pada intraseluler yang
mengakibatkan kerusakan pada endotel pembuluh darah yang dalam beberapa
jam kemudian dapat menimbulkan aneurisma dan rupture pada pembuluh
darah di medulla spinal. Peningkatan potassium pada ekstraseluler yang
mengakibatkan terjadinya depolarisasi pada sel (Conducition Block). Hipoxia
akan merangsang pelepasan katekolamin sehingga terjadi perdarahan dan
nekrosis pada sel.
Ditingkat seluler, adanya kerusakan mitokardia akibat deficit suplai O2
dapat merangsang pelepasan superoksid (radikal bebas), disertai terjadinya
ketidakseimbangan elektrolit, dan pelepasan mediator inflamasi dapat
mengakibatkan terjadinya kematian sel ( apoptosis) dengan manifestasi sel
mengkerut dan kromatin neulear yang padat.
Penyebab terjadinya cedera tulang adalah kecelakaan, jatuh , cedera
olahraga. Menurut terjadinya cidera servikal dibagi atas fleksi, fleksi rotasi,
ekstensi, kompresi aksiial. Cidera servikaal atas adalah fraktur atau dilokasi
yang mengenai Basis Occiput C2. Cidera tulang belakang servikal bawah
termasuk fraktur dan dislokasi ruang tulang C3-C7. Ruang tulang C5 adalah
yang terserang mengalami fraktur.
C1 hanya berupa cincin tulang yang terdiri atas arcus anterior yang
tebal dan arcus posterior yang tipis, serta masa lateralis pada masing-masing
sisinya. Tulang ini berartikulasi dengan kondilus occipitalis membentuk
articulation atlanto occipitalis, tempat berlangsung gerakan mengangguk. Di
bawah tulang ini beratikulasi dengan C2, membentuk articulasio atlanto-
axialis, tempat berlangsung gerakan memutar kepala. Ketika cidera terjadi
fraktur tunggal atau multiple pada cincin C1 dan dislokasi atlanto-occipitalis
sehingga menyebabkan ketikmampuan menggerakan kepala dan kerusakan
pada batang otak. Cidera pada C1 dan C2 menyebabkan ventilasi spontan
tidak efektif.
Pada C3-C5 dapat terjadi kerusakan nervus frenikus sehingga dapat
terjadi hilangnya inervasi otot pernafasan aksesori dan otot intercostal yang
dapat menyebabkan komplince paru menurun.
Pada C4-C7 dapat terjadi kerusakan tulang sehingga terjadi penjepitan
medulla spinalis oleh ligamentum flavum di posterior dan kompresi
asteosif/material diskus dari anterior yang bias menyebabkan nekrosis dan
menstimulasi pelepasan mediator kimia yang menyebabkan kerusakaan
myelin dan akson, sehingga otot-otot abdominal. Intek pada diafragma, otot
trapezius, dan sebagian pectoralis mayor.
Cedera servikal dapat menimbulkan lesi atau cedera pada medulla
spinalis yang dapat terjadi beberapa menit setelah adanya benturan keras
mengenai medulla spinalis. Saat ini, secara histologis medulla spinalis masih
normal. Dalam waktu 24-48 jam kemudian terjadi nekrosis fokal dan
inflamasi.pada waktu cidera terjadi disrupi mekanik akson dan neuron. Ini
disebut cedera neural primer. Disamping itu juga terjadi perubahan fisiologis
dan patologis progresif akibat cedera neural sekunder.
Beberapa saat setelah terjadi kecelakaan atau trauma pada servikal
maka akan terjadi kerusakan secara struktur yang mengakibatkan gangguan
pada saraf spinal dan pembuluh darah disekitarnya yang akan menghambat
suplai O2 ke medulla spinalis atau akan terjadi iskemik pada jaringantersebut.
Karena terjadi iskemik pada jaringan tersebut, dalam beberapa menit dan jam
kemudian aka nada pelepasan vasoactive agent dan cellular enzyme yang
menyebabkan konstriksi kapiler pada pusat substansi abu-abu medulla
spinalis. Ini merupakan permulaan dari cedera neural sekunder pada cedera
medulla spinalis.
F. PATHWAY

Trauma, kecelakaan lalu lintas, atau kecelakaan


olahraga, terjatuh, luka tertusuk,dll

Cedera pada
kepala

Mengenai
ruas tulang
belakang

Cedera pada
servikal

Trauma
servikal
Pelepasan Trauma pada
prostaglandin jaringan
Trauma C1-
C2
Respon nyeri
hebat & akut Kerusakan Terdapat paparan
fungsi atlanto- terhadap
Kerusakan batang
oksipital lingkungan luar
otak
Nyer Akut
Ketidak Peningkatan
mampuan paparan oleh
menggerakan Gangguan regulasi
patogen
menggerakan pusat persyaratan
kepala

Risiko infesi
Ganguan ventilasi
Gangguan spontan
mobilitas fisik

Pola napas tidak


efektif
G. Diagnosa Keperawatan Yang Lazim Muncul
1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik

a. Manajemen Nyeri (I. 08238)


1) Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
2) Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
3) Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Gangguan Mobilitas Fisik b.d Rentan Gerak Menurun ROM
a. Dukungan Mobilisasi (I. 05173)
1) Observasi
- Identifikasi adnya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi
- Monitor kondisiumum selama melakukan mobilisasi
2) Terapeutik
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. Pagar
tempat tidur)
- Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
3) Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasisederhana yang harus dilakukan (mis.
Duduk di tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur,pindah dari
tempat tidur ke kursi
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. ANALISA DATA

N DATA FOKUS ETIOLOGI MECHANISM PROBLEM


O
1. Ds : Agen Cedera Cidera servikal Nyeri Akut
Pasien mengatakan Fisik
Fraktur
merasakan nyeri leher dislokasi
servikal
dan punggung
menjalar kebagian Pelepasaan
mediator
ektermitas atas dextra
inflamasi
P: Pasien mengatakan prostalglandin,
bradikinin
nyeri saat bergerak
dan istirahat Respon nyeri
hebat dan akut
Q: Rasa nyeri seperti
tertekan Nyer Akut
R: nyeri pada bagian
perut kanan
S: Skala nyeri 7
T: Nyeri kurang lebih
10-15 menit
Do :
Pasien tampak
menahan nyeri
2. Ds : Gangguan Trauma Gangguan
Pasien mengatakan muskuloskeleta servikal mobilitas
anggota gerak masih l fisik
lemah Trauma C1-C2
Do :
Mengkaji kekuatan Kerusakan fungsi
gerakan motorik atlanto-oksipital
pasien
Kekuatan skor Ketika mampu

Otot menggerakan
Kaki 4 kepala
kanan
Kaki kiri 4 Gangguan
Tangan 3
Mobilitas Fisik
Kanan
Tangan 4
Kiri

Prioritas diagnosa keperawatan :

1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik


2. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan muskuloskeletal
B. Intervensi Keperawatan

No.
SLKI SIKI RASIONAL
Dx
1. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I.08238)  Mengetahui tindakan dan
keperawatan selama 2 x 5 jam penanganan yang akan diberikan
Observasi
diharapkan masalah keperawatan nyeri  Untuk membantu pasien
 Lakukan pengkajian nyeri tentang
akut dapat teratasi dengan kriteria mengungkapkan perasaan
lokasi, durasi, karakteristik, skala,
hasil : nyerinya dengan tepat
intensitas atau keparahan nyeri
1. Kontrol Nyeri (L.08063)  Membantu mengurangi rasa nyeri
 Gunakan teknik komunikasi
Indikator A T pasien
Melaporkan 2 4 terapeutik untuk mengetahui
 Membantu proses penanganan
nyeri terkontrol pengalaman nyeri pasien
pasien dan untuk mengurangi
Kemampuan 2 4  Indentifikasi faktor yang
penyebab masalah pasien
mengenali memperberat dan memperingan
penyebab nyeri nyeri
Kemampuan 2 4
Terapeutik
menggunakan
 Ajarkan tentang teknik non
teknik non
farmakalogi
farmakologis
 Kolaborasi pemberian atau
Keluhan nyeri 2 4
menggunakan analgetik dengan
tepat
2. Setelah dilakukan tindakan 1. Dukungan Mobilitas Fisik (I.  Untuk mengetahui adanya
keperawatan selama 2 x 5 jam 05173) nyeri
diharapkan masalah keperawatan  Untuk mengetahui
Observasi
gangguan mobilitas fisik dapat teratasi kemampuan gerak
 Identifikasi adanya nyeri/
dengan kriteria hasil :  Untuk memberikan cara
keluhan fisik lain
mobilisasi
1. Mobilitas Fisik (L. 05042)  Identifikasi toleransi fisik
 Untuk mengajarkan dan
melakukan pergerakan
Indikator A T memandirikan, melatih
Pergerakan 2 4  Monitor kondisi umum selama
gerakan mobilisasi dini
ekstermitas atas melakukan mobilisasi
rentang gerak 2 4 Terapeutik
(ROM)  Fasilitasi aktivitas mobilisasi
Gerakan 2 4
dengan ala bantu (mis.
terbatas
Keluhan nyeri 2 4 Pagartempt tidur)
 Fasilitasi melakukan pergerakan
Keterangan :  Libatkan keluarga untuk
1. Menurun membantu pasien dalam
2. Cukup menurun meningkatkan pergerakan
3. Sedang  Ajarkan mobilisasi sederhana
4. Cukup meningkat yang harus dilakukan (mis.
5. Meningkat Tiduran di tempat tidur
C. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

TGL/JAM TINDAKAN RESPON TTD


14 Januari Melakukan hubungan saling percaya pada keluarga S : keluarga mengatakan mau mengobrol tentang
2021 klien serta melakukan komunikasi terapeutik kondisi bapaknya
Pukul 08.15 O : Keluarga pasien kooperatif
08.20 Mengkaji TTV S:-
O:
-TTD: 150/90
- Nadi: 60
-Suhu: 36,0
-RR: 24
08.25 Menghitung GCS S:-
O : GCS : 15
E4 M6 V5
08.30 Pemberian terapi obat S:-
O : pasien telah diberikan injeksi iv bolus
Rantin 2 x 50 mg
Mecobolain 1 x 1
Inj. metilprednisolon 2 x 62,5 mg

08,35 Mengkaji nyeri pada pasien S : pasien mengatakan nyeri masih terasa di
bagian leher,punggung, dan menjalan pada
bagiab tangan kanan. rasanya seperti
tertekan,skala nyeri 7, nyeri bertambah ketika
digerakan, nyeri bersifat terus menerus
O : pasien tampak kesakitan

08. 40 Menanyakan kekuatan gerak pasien S: pasien mengatakan kedua kakinya, dan tangan
kirinya sudah bias digerakan, sedangkan tangan
kanannya sakit digerakan
O: pasien tampak kesakitan saat menggerakan
tangan kanannya
15 Januari Mengkaji TTV S:-
2021 O:
Pukul 08.00 -TTD: 150/90
- Nadi: 60
-Suhu: 36,0
-RR: 24
08. 05 Menghitung GCS S:-
O : GCS 15
E4 M6 V5
Kesadaran normal
08.10 Mengkaji nyeri pada pasien S : pasien mengatakan nyeri masih terasa di
bagian leher,punggung, dan menjalan pada
bagiab tangan kanan. rasanya seperti
tertekan,skala nyeri 7, nyeri bertambah ketika
digerakan, nyeri bersifat terus menerus
O : pasien tampak kesakitan
08. 20 Pemberian terapi obat S:-
O : pasien telah diberikan injeksi iv bolus
Rantin 2 x 50 mg
Asam mafenamat 3 x1
Inj. metilprednisolon 2 x 62,5 mg

08.30 Menanyakan kekuatan gerak pasien S: pasien mengatakan anggota gerak masih
lemah
O: Mengkaji kekuatan gerakan motorik pasien
Kaki kanan : 4
Kaki kiri : 4
Tangan kanan : 3
Tangan kiri :4

D. EVALUASI
TGL/JAM NO. DX EVALUASI PARAF
14 Januari 1. S : pasien mengatakkan nyeri di bagian leher, pundak dan menjalar ditangan bagian kanan
2021 O : pasien tampak kesakitan dan lemah terbaring, bantuan total oleh keluarga.
13.00 A : masalah keperawatan nyeri akut belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Indentifikasi lokasi nyeri
- Berikan teknik non farmakologi
- Kolaborasi pemberian analgetik
Pemberian terapi obat sesuai indikasi
- Rantin 2x 250 mg
- Mecobalamin 500 mg
- Methylprednisolone 2x 62,5 mg
2 S : pasien mengatakan sakit ketaka tangan kanannya digerakan
O : pasien terlihat kesakitan
A : masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Ajarkan mobilisasi dini
15 Januari 1. S : pasien mengatakkan nyeri di bagian leher, pundak dan menjalar ditangan bagian kanan
2021 O : pasien tampak kesakitan dan lemah terbaring, bantuan total oleh keluarga
13.00 A : Masalah Keperawatan nyeri akut belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Indentifikasi lokasi nyeri
- Berikan teknik non farmakologi
- Kolaborasi pemberian analgetik
Pemberian terapi obat sesuai indikasi
- Rantin 2x 250 mg
- Asam mafenamat 3 x1
- Inj. metilprednisolon 2 x 62,5 mg
2. S : pasien mengatakan sakit ketaka tangan kanannya digerakan
O : pasien terlihat kesakitan
A : Masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Ajarkan mobilisasi dini dan anjurkan untuk mobilisasi secara mandiri
BAB III

PEMBAHASAN

Cedera servikal merupakan penyebab yang paling sering dari kecacatan


dan kelemahan setelah trauma. Tulang servikalis terdiri dari 7 tulang yaitu C1 atau
atlas, C2 atau axis, C3, C4, C5, C6 dan C7. Benturan keras atau benda tajam yang
mengenai tulang servikal ini tidak hanya akan merusak struktur
tulang saja namun dapat menyebakan cedera pada medulla spinalis apabila
benturan yang disebabkan ini sampai pada bagian posterior tulang servikal.
Struktur tulang servikal yang rusak dapat menyebabkan pergerakan kepala
menjadi terganggu. Sedangkan apabila mengenai serabut saraf spinal dapat
menghambat impuls sensorik dan motorik tubuh

Trauma pada servikal C1 dan C2 dapat menyebakan dislokasi atlanto-


servikalis sehingga kepala tidak dapat at melalakukan gerakan mengangguk dan
apabila menembus ligamentum poposterior dan mencederai medulla spinalis is
maka pusat at ventiltilasi otonom akan terganggggu. u. Cedera pada C3-C5
menyebabkan gangguan pada otot pernapasan dan cedera pada C4-C7
mengakibatkan kelemahan pada ekstremitas (qudriplegia).

Karena sangat pentingnya peranan tulang servikalis pada fungsional tubuh


manusia maka evaluasi dan pengobatan pada cedera servikal memerlukan
pendekatan yang terintegrasi. Diagnosa dini, prevervasi fungsi spinal cord dan
pemeliharaan aligment dan stabilitas merupakan kunci keberhasilan
manajemen. Penanganan rehabilitas spinal cord dan kemajuan perkembangan
multidisipliner tim trauma dan perkembangan metode modern dari fusi servikal
dan stabilitas merupakan hal penting harus dikenal masysyarakat. Oleh karena itu,
perawat sesebagai tenanaga kesehatatan harurusmampu mengauasai dan
memahami pengetahuan tentang asuhan keperawatan dan tindakan-tindakan yang
dilakukan pada pasien dengan cedera servikalis. Sehingga pada tatanan
praktiknya, perawat mampu mengaplikasikan teori dengan baik dan terampil.

Tingkat cedera didefinisikan oleh ASIA menurut Penurunan Skala


(dimodifikasi dari klasifikasi Frankel), dengan menggunakan kategori berikut:
 A - Lengkap: Tidak ada fungsi motorik dan sensorik yang dipertahankan
dalam segmen sacral S4- S5.
 B - lengkap: Fungsi sensori dipertahankan di bawah tingkat neurologis
dan meluas melalui segmen sakral S4-S5.
 • C - lengkap: Fungsi motorik dipertahankan di bawah tingkat neurologis,
dan sebagian besar otot kunci di bawah tingkat otot neurologis memiliki
nilai kurang dari 3.
 D - lengkap: fungsi motorik dipertahankan di bawah tingkat neurologis,
dan sebagian besar otot kunci di bawah level neurologis telah kelas otot
lebih besar dari atau sama dengan 3
 E - Normal: Fungsi sensorik dan motorik yang normal.
Cedera servikal dapat digolongkan menjadi :
a. Cedera fleksi
- Fraktur kompresi : disebabkan karena fleksi yang tiba-tiba. Fraktur
- fleksi – teardrop : melibatkan seluruh columna ruang interspinosus
melebar dan dapat menyebabkan cedera medulla spinalis.
- Subluksasi anterior : kompleks ligamentum superior mengalami
ruptur sedangkan ligamentum anterior tetap utuh.
- Dislokasi faset bilateral : disebabkan fleksi yang berlebihan
- Fraktur karena dorongan : terjadi karena fleksi leher yang tiba-tiba
selain itu bisa juga terjadi karenanfraktur langsung di prosesus
spinosus, trauma oksipital, tarikan yang sangat kuat di
ligamentumn supraspinosus

b. Cedera Fleksi-rotasi
- Dislokasi faset unilateral : terjadi saat fleksi bersamaan dengan
rotasi sehingga ligamentum dan kapsul teregang maksimal.
Dislokasi kedepan pada vertebra di atas dengan atau tanpa di sertai
kerusakan tulang.

Menurut FKUI (2013), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya


kontinuitas tulang, sedangkan menurut Boenges, ME., Moorhouse, MF dan
Geissler, AC (2000) fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Cedera tulang
belakang adalah cedera mengenai cervicalis, vertebralis dan lumbalis akibat
trauma ; jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah raga dsb (
Sjamsuhidayat, 1997). Cedera tulang belakang servikal atas adalah fraktura atau
dislokasi yang mengenai basis oksiput hingga C2

Masalah keperawatan yang muncul dengan trauma servikal di antaranya


adalah nyeri akut pada pasien trauma servikal ditandai dengan adanya ST-Scan.
Pemeriksaan ini dapat memberikan visualisasi yang baik komponen tulang
servikal dan sangat membantu bila ada fraktur akut. Akurasi Pemeriksaan CT
berkisar antara 72 -91 % dalam mendeteksi adanya herniasi diskus. Akurasi dapat
mencapai 96 % bila mengkombinasikan CT dengan myelografi.Keadaan ini
mengakibatkan disorientasi pada pasien trauma servikal nyeri akut apabila tidak di
tangani dengan segera akan meningkatkan syok. Penanganan utama pada pasien
trauma servikal dengan meningkatkan status O2 (Markam, 2018).

Perubahan frekuensi pernafasan menyebabkan saturasi oksigen dalam


darah menurun yang diikuti perfusi jaringan yang menurun juga. Perfusi jaringan
otak yang rendah pada otak dapat menyebabkan perburukan kondisi pasien trama
servikal, sehingga pasien memiliki outcome yang buruk. Semakin tinggi perfusi
oksigen ke otak maka outcome pasien trauma servikal semakin baik (Bouzat,
2015).
DAFTAR PUSTAKA

Adhim.2010. Diagnosis dan Penanganan Fraktur Servikal.http/www.fik-


unipdu.web.id. Diakses tanggal 15
Januari 2021

Gilroy. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah. Edisi 8, Vol. 3,


jakarta, EGC.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisis dan


Indikator Dignostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai