“PARESTESIA”
Dosen Pengampuh :
Mamik Ponco Rahayu, M.Si., Apt
Disusun:
Melisa Selly Liswandari (1920374142)
Kelas 37-B
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan..................................................................................... 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
kurang berolahraga. Untuk itu, perlu memahami masalah dari gejala
parestesia dan penanganannya.
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi parestesia.
2. Untuk mengetahui proses terjadinya kesemutan.
3. Untuk mengetahui patofisiologi parestesia.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis.
5. Untuk mengetahui faktor resiko perestesia.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan farmakologik.
7. Untuk mengetahui terapi non-farmakologi.
8. Untuk mengetahui contoh obat parestesia.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
karena posisi duduk dengan kaki bersilang untuk waktu yang terlalu
lama atau tidur di lengan tangan.
b. Parestesia Kronis
Parestesia kronis umumnya merupakan tanda penyakit neurologis
atau kerusakan saraf traumatis. Parestesia ini biasanya timbul dari
kerusakan saraf karena infeksi, peradangan, trauma atau proses
abnormal lainnya.
Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan munculnya parestesia
kronis pada seseorang adalah:
a) Trauma, cedera, atau kecelakaan yang dapat menyebabkan
kerusakan saraf.
b) Cedera akibat gerakan berulang
c) Stroke atau ministroke, yaitu kondisi ketika aliran darah di otak
terhambat dan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
d) Penyakit autoimun, seperti rheumatoid arthritis.
e) Penyakit saraf, seperti multiple sklerosis, yang menyebabkan
kerusakan pada sistem saraf pusat.
f) Diabetes.
g) Saraf terjepit pada anggota gerak badan.
h) Skiatika, yaitu tekanan pada saraf skiatis. Kondisi ini umumnya
terjadi pada saat mengandung, dan menyebabkan kaku di bagian
kaki atau pegal di bagian punggung.
i) Carpal tunnel syndrome.
j) Penyakit ginjal.
k) Penyakit hati.
l) Tumor pada otak atau urat saraf.
m) Kelainan pada sumsum tulang atau jaringan ikat.
n) Hipotiroidisme
o) Kekurangan vitamin B1, B6, B12, E, atau Niasin.
p) Kelebihan vitamin D.
q) Penyakit infeksi, seperti penyakit Lyme atau HIV
r) Efek samping pengobatan, misalnya kemoterapi.
4
s) Paparan senyawa kimia toksik.
Kerusakan urat saraf akibat neuropati selain menyebabkan parestesia juga
dapat menyebabkan mati rasa permanen atau kelumpuhan (paralisis).
5
2.4 Manifestasi Klinis
a) Parestesia makin terasa bila berjalan atau menggerakkan anggota
badan
b) Kaku otot
c) Nyeri pada tubuh
d) Merah pada lokasi parestesia
e) Sensitif bila disentuh pada lokasi parestesia
f) Mati rasa atau tidak sensitive terhadap nyeri atau suhu
g) Perasaan kesemutan, terbakar, atau tertusuk-tusuk
6
2.5 Penatalaksanaan Farmakologik
Pengobatan parestesia (kesemutan) bergantung kepada
penyebabnya. Jika parestesia sebagai gejala dari penyakit tertentu, maka
penanganan penyakit yang menimbulkan parestesia merupakan langkah
pengobatan utama.
Jenis dan penyebab parestesia juga akan menentukan apakah
parestesia dapat sembuh sempurna pasca pengobatan. Parestesia temporer
biasanya akan hilang setelah beberapa saat. Sedangkan pada beberapa
kasus lainnya, kerusakan urat saraf yang menyebabkan parestesia tidak
dapat diperbaiki kembali.
Kasus parestesia kronis, gejala parestesia tidak hilang dengan
sendirinya. Atau apabila hilang, gejala akan segera muncul kembali.
Kondisi ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, oleh karena itu
penting untuk mencari penyebab utamanya.
Untuk meredakan gejala parestesia kronis yang sudah terjadi selama lebih
dari dua bulan, penanganan bisa dilakukan melalui (Azhary Hend, et al..
2010):
a) Injeksi kortikosteroid. Kortikosteroid dapat menurunkan peradangan
pada organ dan menghilangkan rasa nyeri secara sementara. Efek
samping dari kortikosteroid adalah infeksi sendi, kerusakan urat saraf,
nyeri, dan pemutihan pada kulit di sekitar daerah injeksi.
b) Antidepresan trisiklik. Obat jenis ini dapat menurunkan rasa sakit.
Efek samping yang mungkin terjadi adalah kantuk, mulut kering, dan
gangguan aktivitas seksual.
c) Gabapentin, fenitoin, atau pregabalin. Obat jenis antikejang ini
dapat menurunkan gejala parestesia. Efek samping yang mungkin
terjadi adalah sembelit, mual, pusing, dan kantuk.
d) Pembedahan. Pembedahan dilakukan untuk menghilangkan kompresi
pada urat saraf yang menyebabkan parestesia menjadi parah dan
berlangsung lama. Namun metode ini jarang dilakukan.
7
Penurunan gejala neuropati dengan farmakoterapi yang dapat
digunakan antara lain dengan antikonvulsan, antidepresan dan neurotropik
yang termasuk didalamnya adalah vitamin B1, B6, dan B12.
a. Vitamin B.Complex
Vitamin neurotropik berfungsi menormalkan fungsi saraf dengan
memperbaiki gangguaan metabolisme saraf melalui pemberian asupan
yang dibutuhkan (Perdossi, 2012). Pemberian vitamin B1 (100mg), B6
(100mg), dan B12 (200mcg) terbukti efisien dalam penurunan gejala
neuropati pada sekitar 87,4% pasien dari 310 pasien neuropati perifer
diabetic (Rizvi, 2013).
Adapun mekanisme kerja dari masing-masing vitamin B komplek yaitu,
(Pazirandeh, 2009):
a) Vitamin B12berperan dalam metabolisme asam lemak yang berguna
dalam memperbaiki serabut myelin saraf.
b) Vitamin B1 berperan dalam menginisiasi impuls saraf dari koenzim.
c) Vitamin B6 berperan dalam sintesis neurotransmitter sehingga membuat
keduanya berfungsi dalam memperbaiki neuropati.
b. Analgetik
1. Analgetik
PARACETAMOL
8
Dosis : Dosis umum:
Dewasa: 500mg – 1000 mg per kali, diberikan
tiap 4-6 jam. Maksimum 4 g dosis sehari.
Anak <12 tahun:
10mg/kg/BB/kali (bila ikterik: 5 mg/kgBB/kali)
diberikan tiap 4-6 jam. Maksimum 4 dosis
sehari.
Interaksi obat : Kolesteramin menurunkan absorpsi
paracetamol.
Metoclopramide & domperidone
meningkatkan efek paracetamol.
Paracetamol meningkatkan kadar warfarin.
Sediaan : Tablet/kaplet 500 mg: Alphamol, Dumin,
Erphamol, Farmadol, Pamol, Panadol dan lain-
lain.
Tablet 600 mg: Alphamol, Sumagesic.
Syrup 120 mg/5 ml: Alphamol, Dumin.
Sediaan drops 60 mg/0,6 ml: sanmol drops.
Sediaan rectal tube 125 mg/2,5 ml; 250 mg/4ml:
Dumin RT, Pamol Supp.
c. Golongan NSAID
Mekanisme Kerja Obat
AINS merupakan obat anti-inflamasi yang memiliki struktur
molekular yang berbeda dari steroid.Secara kimiawi, OAINS merupakan
senyawa turunan dari asam asetat, asam propionat, pirazol, dan zat kimia
lainnya.AINS bekerja dengan menghambat kerja dari enzim
siklooksigenase.Enzim ini berperan penting dalam jalur metabolisme asam
arakhidonat, yaitu bekerja untuk mengkatalis perubahan asam arakhidonat
menjadi prostaglandin dan tromboksan.Terdapat dua isoform enzim
siklooksigenase yaitu siklooksigenase-1 dan siklooksigenase-2.Kedua
enzim ini memiliki struktur yang serupa, namun pada bagian substrate
9
binding channel enzim siklooogsinegase-2 memiliki sisi samping yang
berbeda dengan enzim siklooksigenase-1.Hal ini lah yang mendasari
selektivitas inhibisi enzim ini oleh AINS.
Indikasi
Nyeri ringan hingga sedang
Kontraindikasi
AINS dikontraindikasikan untuk pasien dengan riwayat hipersensitif
terhadap asetosal atau AINS lainnya, termasuk mereka yang serangan
asma, angiodema, urtikaria, atau rinitisnya dipicu oleh asetosal dan AINS
lainnya.AINS sebaiknya tidak diberikan kepada pasien yang mengidap
tukak lambung aktif.Pasien yang sebelumnya atau sedang mengidap tukak
atau pendarahan saluran cerna, lebih baik menghindarinya dan
menghentikannya jika muncul lesi saluran cerna.
Peringatan
a) AINS harus digunakan dengan hati-hati pada pasien usia lanjut, pada
gangguan alergi, selama kehamilan dan menyusui, dan pada gangguan
koagulasi.
b) Pada pasien gagal ginjal, payah jantung, atau gagal hati, dibutuhkan
kehati-hatian, sebab penggunaan AINS bisa mengakibatkan
memburuknya fungsi ginjal, dosis harus dijaga serendah mungkin dan
fungsi ginjal harus dipantau.
c) AINS sebaiknya tidak diberikan kepada pasien yang mengidap tukak
lambung aktif.
Efek Samping
a) Rasa tidak nyaman pada saluran cerna
b) Mual
c) Diare
d) Kadang pendarahan
10
e) Reaksi hipersensitivitas (ruam kulit, angiodema dan bronkospasme)
f) Sakit kepala, vertigo, pusing
g) Gangguan pendengaran
Contoh obat golongan NSAID : Ibuproffen, Asam mefenamat, Natrium
Diklofenak, Piroxicam,
11
BAB III
DIALOG
3.1 Kasus
Seorang ibu yang berumur 70 tahun datang ke apotek dengan keluhan
bagian kaki pegal dan sering kesemutan apabila disentuh merasa kesakitan
dan sulit digerakan. Sudah pernah mengalami penyakit ini, tidak memiliki
penyakit lain, tidak memiliki alergi.
B. Terapi Farmakologi
NEUROBION
12
karena mengandung vitamin B dosis tinggi.
Hindari penggunaan pada pasien yang sedang
menerima terapi levodopa.
Waspadai penggunaan vitamin B6 dosis tinggi dalam
jangka waktu yang lama karena dapat menyebabkan
terjadinya sindroma neuropati.
Efek Samping : Reaksi alergi, Bengkak kulit, Berkeringat berlebih, Rasa
lelah, Mual, muntah
Dosis : 1 tablet/hari sebelum atau sesudah makan.
Penyimpanan : Simpan ditempat sejuk dan kering terlindungi dari
cahaya matahari
Harga : Rp 16.000,-
NEUREMACYL TABLET
13
cahaya matahari
Harga : Rp 12.000,-
14
3.3 Dialog Swamedikasi
Apotek
Melisa
Farma
15
Pada siang hari seorang ibu umur 70 tahun datang ke apotek dengan
keluhan bagian kaki pegal dan sering kesemutan apabila disentuh merasa
kesakitan dan sulit digerakan. Saat datang langsung dilayani oleh Apoteker
yang sedang berjaga di depan apotek.
Apt : Selamat pagi bu, saya Melisa Apoteker di sini. Ada yang bisa
saya bantu?
Pasien : Siang mbak, saya mau cari obat buat saya, mba
Apt : Boleh saya minta identitas ibu. Nama ibu siapa ya?
Pasien : Nama saya Merlyna, mbak
Apt : Umur ibu?
Pasien : 70 Tahun
Apt : Kalau boleh tau alamat dan no telfon ibu?
Pasien : Alamat saya di Tegalmulyo. No telp. 081XXXXXXX
Apt : Keluhan yang ibu rasakan apa ya?
Pasien : Ini mba, kaki saya terasa pegal, sering kesumatan, terasa sakit
bila disentuh, dan juga sulit digerakkan.
Apt : Sejak berapa lama ibu merasakan ini?
Pasien : Dari kemarin mba, saya rasa kaki saya itu terasa kesemutan
terus pegal-pegal mba.
Apt : Apa sebelumnya ibu pernah mengalami ini?
Pasien : Iya, mba. Saya sudah pernah mengalami ini.
Apt : Sebelumnya apakah sudah pernah mengkonsumsi obat untuk
mengatasi keluhan ini, ibu?
Pasien : Belum, mba.
Apt : Apakah ibu memiliki riwayat penyakit lain?
Pasien : Tidak, mba.
Apt : Apakah ibu memiliki riwayat alergi baik makanan ataupun
obat-obatan?
Pasien : Tidak, mba.
Apt : Apakah ada keluhan lain seperti bengkak?
Pasien : Tidak, mba.
16
Apt : Baik tunggu sebenrtar ya, bu. Saya ambilkan obatnya.
Apoteker pun mengambilkan obat untuk pasien tersebut. Dan tidak lama
kemudian Apoteker datang kembali dengan membawa obat.
Apt : Ibu ini ada 3 macam obat ya. Obat yang warnanya putih ini
suplemen vitamin,. Vitamin ini untuk mengurangi pegal-pegal
dan rasa kesemutannya ibu. Obat ini diminum 1 kali pada pagi
hari sesudah makan ya, ibu. Obat kedua ini neuremacyl untuk
meredakan rasa nyeri ibu. Obat ini diminum 3x sehari 1 tablet
sesudah makan ya. Dan yang satu lagi ini counterpaint cream
ya nanti dioleskan 3x sehari ya pada bagian kaki yang sakit dan
kesemutan, Bila ibu sudah tidak merasakan pegal dan
kesemutan sebaiknya hentikan pengobatannya ya bu.
17
tadi?
Pasien : Iya, mba. Vitaminnya diminum pagi saja. Diminuum sesudah
makan, yang ini diminum 3xsehari 1 tablet, dan yang ini nanti
dioleskan 3x sehari. Semua obat disimpan disimpan ditempat
yang kering terhindar dari matahari.
Apt : Benar ibu, ini saya berikan catatan ya ibu. Nanti ibu bisa minta
bantuan anak atau cucu ibu saat akan minum obat ya.
Pasien : Iya, mba.
Apt : Ini kartu nama saya, ibu. Jika ada yang ingin ditanyakan lagi
bisa hubungi nomor ini ya.
ibu harga obatnya Rp 81.000 ya
Pasien : Oh iya,mba .Ini mba uangnya.
Apt : Terima kasih , Jangan lupa diminum obatnya ya ibu! Semoga
cepat sembuh ya.
Pasien : Sama–sama mba.
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Mustari, A.S., dkk. 2015.Statistik Penduduk Lanjut Usia. Badan Pusat Statistik,
Jakarta.p.21
Rizvi, A., A. Ahmad, Z., Rizvi, 2013. Efficacy of combination of vitamin B1, B6
and B12 in management of diabetic peripheral neuropathy.
Strait, S. dan Medcalf, P., 2012. Peripheral Neuropathy in Older People. London
:Midlife and Beyond gmjournal, p 47-52.
20