Anda di halaman 1dari 23

SISTEMATIKA STUDI

FARMAKOKINETIK
YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT
Bentuk sediaan,
besar dosis,
Studi Profil ADME obat
interval
farmakokinetik baru
pemberian dan
rute pemberian
HEWAN UJI

• Kelinci, tikus, mencit, kera


• Studi pada hewan uji sebagai pendekatan studi
pada manusia
• Lazimnya digunakan hewan jantan, kec tujuan
penggunaan obat  tidak ada variabilitas
estrogenik
• Hewan sengaja dibuat sakit (patogenik)  jika obat
ditujukan untuk orang sakit
• Memperhatikan volume maksimal pemberian (30-
50%)tidak mengganggu homeostasis atau
volume organ yang menampung
KONVERSI DOSIS

• Bertujuan untuk melihat disposisi obat pada hewan


jika diberikan dosis setara dengan manusia
• Bersifat pendekatan menganggap kesamaan
faktor biokimiawi dan faal manusia dan hewan
• Penting untuk memprediksi nilai farmakokinetik atau
efek farmakologi
SAMPEL HAYATI

1. Darah (plasma atau serum)


• Sampel darah lebih mudah diakses berkali-kali
• Ada asumsi keseimbangan dinamis antara darah dan
cairan jaringan  kadar obat dalam darah mewakili
kadar obat di jaringan atau reseptor (proporsional)
2. Urin
• Obat pada akhirnya dikeluarkan oleh ginjal dalam
bentuk urin  kadar obat dalam urin representasi kadar
obat dalam darah
3. Sampel lain  cairan cerebrospinal, empedu, saliva
• Tergantung tujuan penggunaan obat
Notes : cara pengambilan sampel tidak menyakiti hewan
 kondisi stres mempengaruhi faal subyek dan disposisi
obat
METODE ANALISIS KADAR OBAT

• Ada 4 parameter validitas metode analisis


1. Selektivitas  mampu mengukur senyawa yang akan
diukur (obat utuh)
2. Sensitivitas / peka  mampu mengukur kadar obat
utuh yang ada dalam sampel hayati
Terutama pada obat yang diberikan dengan dosis
rendah,ex. Fase absorbsi awal dan fase eliminasi
3. Akurasi  mampu mengukur kadar obat yang
sebenarnya.
Sistematic error ≤ 90%
Akurasi harus tinggi agar benar-benar menerangkan
kadar obat secara invivo
4. Presisi  ketelitian yang tinggi, pengukuran berulang
untuk kdar yang sama variasinya relatif rendah.
KURVA BAKU

• Acuan penetapan kadar obat dalam sampel


• Kesalahan pembuatan kurva baku  kesalahan
sistematik
• Kurva baku sebaiknya dibuat dengan rentang
kadar lebar
• Menggunakan 6-8 kadar yang berbeda  koefisien
korelasi (r) mendekati 1
• Tidak terwakilinya 1 fase akibat tidak terambilnya
sampel  model farmakokinetik
PEMODELAN
FARMAKOKINETIK
PEMODELAN

• Penyederhanaan struktur tubuh hewan atau


manusia yang kompleks  model matematik
sederhana
• Mempermudah menerangkan nasib obat (ADME)
dalam tubuh
MANFAAT MODEL FARMAKOKINETIK

• memperkirakan kadar obat dalam plasma, jaringan,


dan urin pada berbagai pengaturan dosis,
• menghitung pengaturan dosis optimum untuk tiap
penderita secara individu,
• memperkirakan kemungkinan akumulasi obat dan /atau
metabolit-metabolit,
• menghitung konsentrasi obat dengan aktivitas
farmakologik atau toksikologik,
• menilai perbedaan laju atau tingkat ketersediaan
farmasetika dan hayati antar formulasi,
• menggambarkan perubahan faal atau penyakit yang
mempengaruhi absorpsi, distribusi, atau eliminasi obat,
• menjelaskan interaksi obat.
1. Model Mammilary
• tubuh dapat dinyatakan sebagai suatu susunan,
atau sistem dari ruang-ruang berhubungan secara
timbal-balik satu dengan yang lainnya
• kompartemen bukan suatu daerah fisiologik atau
anatomik yang nyata, tetapi sebagai suatu
jaringan atau kelompok jaringan yang mempunyai
aliran darah dan afinitas obat yang sama
• masing-masing kompartemen dianggap obat
terdistribusi secara merata,tercampur secara cepat
dan homogen
MODEL MAMMILARY
• Model mammilary merupakan model yang lazim
digunakan
• Diasumsikan eliminasi obat terutama di dan dari
kompartemen sentral (hati dan ginjal)
• Tidak menggambarkan pembagian tubuh secara
anatomis tetapi berdasarkan kecepatan perfusi
darah dan afinitas obat
• Perfusi darah di kompartemen sentral lebih cepat
dibandingkan kompartemen jaringan  transfer
obat antar kompartemen
• Perpindahan obat dapat terjadi melalui reaksi orde
nol maupun orde kesatu/pertama
2. Model Caternary
• Terdiri atas kompartemen2 yang bergabung
menjadi 1 deret kompartemen
• Tidak sering digunakan karena tidak dapat dipakai
pada sebagian besar organ fungsional dalam
tubuh yang secara langsung berhubungan dengan
plasma
k12 k23
kA 1 2 3
k12 k32
3. Model fisiologik “model Aliran”
• merupakan model farmakokinetik yang didasarkan
atas data anatomik dan fisiologik yang diketahui
• konsentrasi obat di jaringan diperkirakan melalui :
􀁺 ukuran jaringan organ,
􀁺 aliran darah, melalui
 pendekan laju aliran darah melalui organ atau jaringan,
 percobaan ditentukan perbandingan konsentrasi antara
jaringan dan darah.
Keterangan :
Qo = laju aliran darah melalui organ/jaringan,
V = volume organ, subkrip b = darah, o = organ/jaringan
• Masing-masing model memiliki kelebihan dan
kekurangan
• Penggunaan model tergantung tujuan studi
farmakokinetik dan informasi yang hendak
diperoleh
• Dalam perkembangan, tidak hanya model
mammilary yang digunakan tetapi juga
- mengaitkan antara dosis, kadar obat dan efek 
model FK-FD
- Mengaitkan antara dosis, kadar obat dan
disposisinya dalam jaringan  model faal
KOMPARTEMEN 1-TERBUKA
KOMPARTEMEN 2-TERBUKA
PENETAPAN MODEL KOMPARTEMEN

• Ketepatan model dapat diperiksa dengan :


- Metode grafik
- Metode regresi non-linear

Kebenaran data pengamatan dan ketepatan model


tergantung pada :
1. Jalur pemberian obat intra dan extravaskuler
2. Kecepatan absorbsi obat
3. Ketepatan dan kerapatan titik data
4. Sensitivitas metode analisis
5. Profil eliminasi lebih akurat jika sampling diakhiri 5-7x
waktu paro eliminasi
METODE GRAFIK

• Metode sederhana
• Jika sebaran titik cenderung membentuk kurva
monofase  model 1 kompartemen terbuka
• Jika sebaran titik cenderung membentuk kurva bifase 
model 2 kompartemen terbuka
• Selama fase eliminasi terjadi fluktuasi kadar obat
sebaran titik data sulit disimpulkan
• Notari (1986) menawarkan satu kriteria untuk
membedakan model 1 atau multi kompartemen
• Jika k12+k21≥20k
Maka dapat diterangkan dengan model 1kompartemen
• Hal ini didasarkan asumsi distribusi obat sangat cepat
seolah-olah 1 ruangan
METODE REGRESI NONLINEAR

• Membutuhkan perangkat komputer


• Praktek yang dilakukan, data dihitung dulu dengan
kalkulator nilai parameter dimasukan ke dalam
perangkat lunak regresi non linear  input
parameter
• Komputer akan menghitung secara iteratif sampai
paramater dari model menghasilkan kurva yang
benar-benar pas dengan data yang diterangkan.
• Jika kurva kadar obat berimpit (goodness of
fit)dengan data pengamatan maka model
dianggap sesuai untuk menerangkan data
pengamatan

Anda mungkin juga menyukai