PENDAHULUAN
1
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
- Ginjal mengontrol volume ECF dengan menyesuaikan eksresi NaCl dan H2O
- Tiap ginjal memfiltrasi lebih dari 22 mol Na. Untuk menjaga keseimbangan NaCl ,
sekitar 3 lbs NaCl harus direabsorpsi oleh tubulus ginjal per hari.
- Tekanan darah dipengaruhi volume ECF
- Jika intake NaCl > output maka akan terjadi edema. Contohnya pada gagal jantung
kongestif, gagal ginjal.
- Reabsorpsi Na+ terjadi di membran basolateral (blood side) dari epitel nephron,
dibantu terutama oleh Na+K+ATP-ase
- Pertukaran 1 mol Na+ dengan 2 mol K+ membutuhkan energi sehingga konsentrasi
Na+ harus rendah dan K+ harus tinggi di intraseluler.
- Pada luminal side epitel nephron, transpor Na+ terjadi secara pasif, mengikuti gradien
elektrokimia dari lumen ke dalam sel. Mekanisme inilah yang menjadi dasar fisiologi
dari diuretik.
Tubuli proksimal
Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium dan air melalui daya osmotiknya.
Ansa enle
Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun.
Duktus Koligentes
Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat
reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrat
yang tinggi, atau adanya faktor lain
Manitol
mekanisme : manitol sebagai diuretik osmotik yang
Indikasi
Manitol digunakan misalnya untuk :
1. Profilaksis gagal ginjal akut, suatu keadaan yang dapat timbul akibat operasi jantung, luka
traumatik berat, atau tindakan operatif dengan penderita yang juga menderita ikterus berat
2. Menurunkan tekanan maupun volume cairan intraokuler atau cairan serebrospinal
3. Meningkatkan volume urine
4. Menurunkan tekanan intra-kranial
Kontraindikasi
Manitol dikontraindikasikan pada penyakit ginjal dengan anuria, kongesti atau udem
paru yang berat, dehidrasi hebat dan perdarahan intrakranial kecuali bila akan dilakukan
kraniotomi. Infus manitol harus segera dihentikan bila terdapat tanda-tanda gangguan fungsi
ginjal yang progresif, payah jantung atau kongesti paru.
Toksisitas
*Ekspansi cairan ekstraseluler & hiponatremia menimbulkan :
- gagal jantung kongestif
- edema paru
* sakit kepala
* mual & muntah
* Dehidrasi
* hipernatremia
Efek samping.
Manitol dapat menimbulkan reaksi hipersensitif.
Aksi mekanisme : bikarbonat banyak diabsorpsi pada tubulus proksimal. Ion H+ dikeluarkan
dari lumen yang akan bergabung dengan bikarbonat (HCO3-) menjadi H2CO3 yang
kemudian diuabah menjadi CO2 dan H2O (dikatalisator oleh karbonik anhidrase). CO2
berdifusi ke tubulus proksimal dimana akan bergabung dengan H2O dan menjadi H2CO3
membentuk H+ dan HCO3-.
HCO3- keluar dari tubulus proksimal melalui pembuluh darah dimana H+ dikeluarkan
menuju lumen tubulus. Hal ini meyebabkan penyerapan dari HCO3-. Apabila aktifitas CA
dihambat, akan menyebabkan pengurangan reabsorpsi dan keluar dari tubulus proksimal
dalam jumlah besar. Karena Na+ kation terbanyak dalam cairan di tubulus proksimal, dimana
akan bergabung dengan HCO3- keluar dari tubulus proksimal. Pada nefron distal, Na+
banyak diabsorpsi (tidak seperti HCO3-) dan untuk pertukaran K+. Untuk itu asetazolamid
menyebabkan peningkatan dari HCO3-, K+ pada urine.
Beberapa hipotesis telah dikemukakan untuk menjelaskan mekanisme pada tingkat molekul.
a. Karena struktur gugus sulfomil mirip dengan asam karbonat, diuretika yang mengandung
gugus sulonil seperti turunan sulfonamida dan tiazida, dapat menghambat enzim
karbonik anhidrase dan antagonis ini bukan tipe kompetitif. Hipotesis
pembentuka kompleks dan penghambatan enzim karbonik anhidrase dapat dilihat
pada gambar berikut :
Pembentukan kompleks dan penghambatan enzim karbonik anhidrase ada sisi aktif melalui
ikatan hidrogen.
b. Yonezawa dan kawan-kawan mengemukakan bahwa adanya atom nitrogen pada
gugus sulfonamida yang bersifat sangat nukleofil dapat bereaksi dengan karbonik
anhidrase dan menghambat kerja enzim.
Hubungan struktur-aktivitas
a. Yang berperan terhadap aktivitas diuretik penghambat karbonik anhidrase adalah gugus
sulfamil bebas. Mono dan disubstitusi pada gugus sulfamil akan menghilangkan
aktivitas diuretik karena pengikatan obat-reseptor menjadi lemah.
b. Pemasukan gugus metil pada asetazolamid (metazolamid) dapat meningkatkan
aktivitas obat dan memperpanjang masa kerja obat. Hal ini disebabkan karena
metazolamid mempunyai kelarutan dalam lemak lebih besar, absorpsi kembali pada
tubulus menjadi lebih baik dan afinitas terhadap enzim lebih besar. Metazolamid
mempunyai aktivitas diuretik ± 5 kali lebih besar dibanding asetazolamid.
c. Modifikasi yang lain dari strutur asetazolamid secara umum akan menurunkan
aktivitas. Deasetilasi akan menurunkan aktivitas dan memperpanjang gugus
alkil pada rantai asetil akan meningkatkan toksisitas.
Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.
Asetazolamid
Farmakodinamika: Efek farmakodinamika yang utama dari
asetazolamid adalah penghambatan karbonik anhidrase secara
nonkompetitif. Akibatnya terjadi perubahan sistemik dan
pearubahan terbatas pada organ tempat enzim tersebut berada.
Asetazolamid memperbesar ekskresi K+, tetapi efek ini hanya nyata
pada permulaan terapi saja, sehingga pengaruhnya terhadap
keseimbangan kalium tidak sebesar pengaruh tiazid.
n obat ini 9
dapat
menimbul
kan efek
teratogeni
k.
T
o
k
s
i
s
i
t
a
s
_
A
s
i
d
o
s
i
s
m
e
t
a
b
o 10
_ Hilangnya kalium ginjal
_ Rasa mengantuk
_ Parastesia
_ Hipersensitivitas
Sediaan dan posologi: Asetazolamid tersedia dalam bentuk tablet 125 mg dan 250 mg untuk
pemberian oral.
Metazolamid
Mempunyai aktivitas diuretik dua kali lebih besar dibanding asetazolamid, digunakan
untuk pengobatan glaukoma dan mengontrol serangan epilepsi. Kadar plasma tertinggi obat
dicapai dalam ± 2 jam setelah pemberian oral, dengan masa kerja 8-12 jam. Dosis sebagai
diuretik dan untuk pengobatan glaukoma : 150-250 mg 2-4 dd.
Diklorfenamid
Tempat Kerja Tiazid : Hulu tubuli distal dengan Penghambatan terhadap reabsorbsi
natrium klorida.
Mekanisme kerja : paling banyak diresepkan dari golongan diuretik tiazid mencegah
perpindahan Na+ dan Cl- pada lapisan korteks saluran tubulus distal. Tiazid memiliki aksi
yang lebih lemah daripada loop diuretik karena sisi nefron lebih sedikit menyerap Na+
dibandingkan lapisan tubulus yang naik. Apabila filtrasi glomerolous menurun, maka lebih
sedikit cairan yang sampai pada tubulus distal dan tiazid berefek sedikit pada Na+ dan sekresi
air. Hal ini menyebabkan tidak efektifnya obat ini pada insufisiensi ginjal. Tiazid dapat
menyebabkan kontraksi volume dimana dapat menyebabkan reabsorpsi dari cairan dan
larutan. Tiazid menyebabkan peningkatan absorpsi dari Ca2+ dan asam urat pada tubulus
proksimal, sehingga menyebabkan terjadinya pengurangan dari Ca2+ dan asam urat.
Farmakodinamika
Efek farmakodinamika tiazid yang utama ialah meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan
sejumlah air. Efek natriuresis dan kloruresis ini disebabkan oleh penghambatan reabsorbsi
elektrolit pada hulu tubuli distal. Pada penderita hipertensi, tiazid menurunkan tekanan darah
bukan saja karena efek diuretiknya, tetapi juga karena efek langsung terhadap arteriol
sehingga terjadi vasodilatasi.
Mekanisme kerja :
bekerja pada tubulus distal untuk menurunkan reabsorpsi Na+ dengan menghambat
kotransporter Na+/Cl- pada membran lumen.
Farmakokinetik :
Absorbsi tiazid melalui saluran cerna baik sekali. Umumnya efek obat tampak setelah 1 jam.
Didistribusikan ke seluruh ruang ekstrasel dan dapat melewati sawar uri. Dengan proses aktif,
tiazid diekskresi oleh sel tubuli proksimal ke dalam cairan tubuli. Biasanya dalam 3-6 jam
sudah diekskresi dari badan.
Indikasi
1. Tiazid merupakan diuretik terpilih untuk pengobatan udem akibat payah jantung ringan
sampai sedang. Ada baiknya bila dikombinasi dengan diuretik hemat kalium pada
penderita yang juga mendapat pengobatan digitalis unruk mencegah timbulnya
hipokalemia yang memudahkan terjadinya intoksikasi digitalis.
2. Merupakan salah satu obat penting pada pengobatan hipertensi, baik sebagai obat tunggal
atau dalam kombinasi dengan obat hipertensi lain.
3. Pengobatan diabetes insipidus terutama yang bersifat nefrogen dan hiperkalsiuria pada
penderita dengan batu kalsium pada saluran kemih.
Efek samping
1. Reaksi alergi berupa kelainan kulit, purpura, dermatitis disertai fotosensitivitas dan
kelainan darah.
2. Pada penggunaan lama dapat timbul hiperglikemia, terutama pada penderita diabetes yang
laten.
3. Menyebabkan peningkatan kadar kolesterol dan trigliserid plasma dengan mekanisme
yang tidak diketahui.
4. Gejala infusiensi ginjal dapat diperberat oleh tiazid, mungkin karena tiazid langsung
megurangi aliran darah ginjal.
Toksisitas
* Alkalosis metabolik hipokalemia & hiperurisemia
* Toleransi gangguan karbohidrat _ hiperglikemia
* Hiperlipidemia
* Hiponatremia
* Reaksi alergi
* Lain :
- lemah
- rasa capek/lelah
- parastesia
- impotensi
Bendroflumetiazid (naturetin), mempunyai aktivitas diuretik yang lebih tinggi dan masa
kerja yang lebuh panjang (± 18 jam) dibanding hidroklortiazid. Bendroflumetiazid digunakan
untuk mengontrol sembab dan hipertensi. Dosis untuk mengontrol sembab : 5 mg 1 dd,
mengontrol hipertensi : 5 mg 1-4 dd.
Xipamid (diurexan),
Merupakan diuretik dengan efek antihipertensi yang cukup kuat,
digunakan untuk pengobatan hipertensi yang moderat dan berat
serta untuk mengatasi sembab yang berhubungan dengan penyakit
jantung, ginjal, hati dan rematik. Masa kerja antihipertensinya ±
24 jam, dan efek diuretiknya ± 12 jam. Dosis: 10-40 mg/hari.
Indapamid (natrilix),
Klopamid,
Klortalidon (hygroton),
Mekanisme kerja :
Secara umum dapat dikatakan bahwa diureti kuat mempunyai mula kerja dan lama kerja yang
lebih pendek dari tiazid. Diuretik kuat terutama bekerja pada Ansa Henle bagian asenden
pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat kotranspor Na+/K+/Cl- dari
membran lumen pada pars ascenden ansa henle, karena itu reabsorpsi Na+/K+/Cl- menurun
Farmakokinetik
Ketiga obat mudah diserap melalui saluran cerna, dengan derajat yang agak berbeda-beda.
Bioavaibilitas furosemid 65 % sedangkan bumetanid hamper 100%. Diuretic kuat terikat
pada protein plasma secara ekstensif, sehingga tidak difiltrasi di glomerulus tetapi cepat
sekali disekresi melalui system transport asam organic di tubuli proksimal. Kira-kira 2/3 dari
asam etakrinat yang diberikan secara IV diekskresi melalui ginjal dalam bentuk utuh dan
dalam konjugasi dengan senyawa sulfhidril terutama sistein dan N-asetil sistein. Sebagian
lagi diekskresi melalui hati.sebagian besar furosemid diekskresi dengan cara yang sama,
hanya sebagian kecil dalam bentuk glukuronid. Kira-kira 50% bumetanid diekskresi dalam
bentuk asal, selebihnya sebagai metabolit.
Efek samping
Efek samping asam etakrinat dan furosemid dapat dibedakan atas :
1. Reaksi toksik berupa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang sering terjadi
2. Efek samping yang tidak berhubungan dengan kerja utamanya jarang terjadi.
Gangguan saluran cerna lebih sering terjadi dengan asam etakrinat daripada furosemid.
Tidak dianjurkan pada wanita hamil kecuali bila mutlak diperlukan.
Asam etakrinat dapat menyebabkan ketulian sementara maupun menetap. Ketulian sementara
dapat terjadi pada furosemid dan lebih jarang pada bumetanid. Ketulian ini mungkin sekali
disebabkan oleh perubahan komposisi eletrolit cairan endolimfe. Ototoksisitas merupakan
suatu efek samping unik kelompok obat ini. Pada penggunaan kronis, diuretik kuat ini dapat
menurunkan bersihan litium.
15
Indikasi
Furosemid lebih banyak digunakan daripada asam etakrinat, karena ganguan saluran cerna
yang lebih ringan. Diuretik kuat merupakan obat efektif untuk pengobatan udem akibat
gangguan jantung, hati atau ginjal.
Sediaan
Asam etakrinat. Tablet 25 dan 50 mg digunakan dengan dosis 50-200 mg per hari. Sediaan
IV berupa Na-etakrinat, dosisnya 50 mg, atau 0,5-1 mg/kgBB.
Bumetanid(burinex),
Toksisitas
* Alkalosis metabolik hipokalemia
* Ototoksisitas
* Hiperurisemia
* Hipomagnesemia
* Reaksi alergi
* Dehidrasi
Mekanisme kerja
Diuretik hemat kalium bekerja pada saluran pengumpul, dengan mengubah kekuatan
pasif yang mengontrol pergerakan ion-ion, memblok absorpsi kembali ion Na+ dan ekskresi
ion K+ sehingga meningkatkan sekresi ion Na+ dan Cl- dalam urin.
Antagonis Aldosteron
Farmakokinetik
70% spironolakton oral diserap di saluran cerna, mengalami sirkulasi enterohepatik dan
metabolisme lintas pertama. Metabolit utamanya kankrenon. Kankrenon mengalami
interkonversi enzimatik menjadi kakreonat yang tidak aktif.
Efek samping
17
Efek toksik yang paling utama dari spironolakton adalah hiperkalemia yang sering
terjadi bila obat ini diberikan bersama-sama dengan asupan kalium yang berlebihan. Tetapi
efek toksik ini dapat pula terjadi bila dosis yang biasa diberikan bersama dengan tiazid pada
penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang berat. Efek samping yang lebih ringan dan
reversibel diantranya ginekomastia, dan gejala saluran cerna
Indikasi: Antagonis aldosteron digunakan secara luas untuk pengobatan hipertensi dan udem
yang refrakter. Biasanya obat ini dipakai bersama diuretik lain dengan maksud mengurangi
ekskresi kalium, disamping memperbesar diuresis.
Efek samping
Efek toksik yang paling berbahaya dari kedua obat ini adalah hiperkalemia. Triamteren juga
dapat menimbulkan efek samping yang berupa mual, muntah, kejang kaki, dan pusing. Efek
samping amilorid yang paling sering selain hiperkalemia yaitu mual, muntah, diare dan sakit
kepala.
Indikasi
Bermanfaat untuk pengobatan beberapa pasien udem. Tetapi obat ini akan bermanfaat bila
diberikan bersama dengan diuretik golongan lain, misalnya dari golongan tiazid.
18
Sediaan
Triamteren tersedia sebagai kapsul dari 100mg. Dosisnya 100-300mg sehari. Untuk tiap
penderita harus ditetapkan dosis penunjang tersendiri. Amilorid terdapat dalam bentuk tablet
5 mg. Dosis sehari sebesar 5-10mg. Sediaan kombinasi tetap antara amilorid 5 mg dan
hidroklortiazid 50 mg terdapat dalam bentuk tablet dengan dosis sehari antara 1-2 tablet.
Angeli P et al. 2009. Combined versus sequential diuretic treatment of ascites in non-
azotaemic patients with cirrhosis: results of an open randomised clinical trial. Int J
Gastroenterol and Hepatol [terhubung berkala].
http://gut.bmj.com/content/59/01/98.abstract
Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of Medical Physiology. Ed ke-11. Philadelphia: Elvesier
inc.
Web :
http://s1farmasiayu.blogspot.com/2013_01_01_archive.html
http://indahhusada.blogspot.com/p/obat-diuretika.html