Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PADA PASIEN NYERI AKUT

NAMA : Adam Archi Rastaka Aldi


NIM : 202004029

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


STIKes BINA SEHAT PPNI KAB. MOJOKERTO
TA. 2022-2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan asuhan keperawatan ini diajukan oleh :


Nama : Adam Archi Rastaka Aldi
NIM : 202004029
Program Studi : D-III Keperawatan
Judul Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan :
“Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah Fraktur
Supracondyler Femur”

Telah diperiksa dan disetujui sebagai tugas dalam praktik klinik keperawatan
dasar.

Mojokerto , …….........................
Mahasiswa

(..................................................)

Pembimbing ruangan, Pembimbing akademik,

(.................................................) (.....................................................)

Mengetahui,
Kepala Ruangan

(..................................................)

9
LAPORAN PENDAHULUAN

A.Konsep Nyeri Akut

1.Definisi Nyeri Akut

Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan adalah

suatu kebutuhan individu. Nyeri merupakan perasaan yang tidak menyenangkan

yang terkadang dialami individu. Kebutuhan terbebas dari rasa nyeri itu

merupakan salah satu kebutuhan dasar yang merupakan tujuan diberikannya

asuhan keperawatan pada seorang pasien di rumah sakit(Perry & Potter, 2009).

Nyeri diartikan berbeda-beda antar individu, bergantung pada

persepsinya.Walaupun demikian, ada satu kesamaan mengenai persepsi nyeri.

Secara sederhana, nyeri dapat diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak

menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang berhubungan dengan

adanya suatu kerusakan jaringan atau faktor lain, sehingga individu merasa

tersiksa, menderita yang akhirnya akan mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis,

dan lain-lain (Perry & Potter, 2009).

Menurut PPNI (2016) Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik atau

emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional,

dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang

berlangsung kurang dari 3 bulan.

Nyeri akut dapat dideskripsikan sebagai nyeri yang terjadi setelah cedera

akut, penyakit atau intervensi bedah, dan memiliki awitan yang cepat, dengsn

intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat) serta berlangsung singkat (kurang

10
dari enam bulan) dan menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan

pulih pada area yang rusak. Nyeri akut biasanya berlangsung singkat. Pasien yang

mengalami nyeri akut biasanya menunjukkan gejala perspirasi meningkat, denyut

jantung dan tekanan darah meningkat serta pallor (Mubarak et al., 2015).

2.Etiologi

Nyeri akut dapat disebabkan oleh beberapa hal menurut (Tim Pokja SDKI

DPP PPNI, 2016) yaitu :

A. Agen pencendera fisiologis (misalnya inflamasi, iskemia, neoplasma)

B. Agen pencendera kimiawi (misalnya terbakar, bahan kimia iritan)

C. Agen pencendera fisik (misalnya abses, amputasi, terbakar, terpotong,

mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan.)

3.Klasifikasi Nyeri Akut

Penting bagi seorang perawat untuk mengetahui tentang macam-macam

tipe nyeri. Dengan mengetahui macam-macam tipe nyeri diharapkan dapat

menambah pengetahuan dan membantu perawat ketika memberikan asuhan

keperawatan pada pasien dengan nyeri. Ada banyak jalan untuk memulai

mendiskusikan tentang tipe-tipe nyeri, antara lain melihat nyeri dari segi durasi

nyeri, tingkat keparahan dan intensitas, model transmisi, lokasi nyeri, dan kausatif

dari penyebab nyeri itu sendiri (Perry & Potter, 2009).

Nyeri Akut Dibagi Menjadi 2 bagian

a. Nyeri Somatik,jika organ yang terkena adalah organ soma seperti kulit, otot,

sendi, tulang, atau ligament karena di sini mengandung kaya akan nosiseptor.

Terminologi nyeri muskuloskeletal diartikan sebagai nyeri somatik.

Nosiseptor disini menjadi sensitif terhadap inflamasi, yang akan terjadi jika

11
terluka atau keseleo. Selain itu, nyeri juga bias terjadi akibat iskemik, seperti

pada kram otot. Hal inipun termasuk nyeri nosiseptif. Gejala nyeri somatik

umumnya tajam dan lokalisasinya jelas, sehingga dapat ditunjuk dengan

telunjuk. Jika kita menyentuh atau menggerakanbagian yang cedera, nyerinya

akan bertambah berat (Perry & Potter, 2009).

b. Nyeri viseral, jika yang terkena adalah organ-organ viseral atau organ dalam

yang meliputi rongga toraks (paru dan jantung), serta rongga abdomen (usus,

limpa, hati dan ginjal), rongga pelvis (ovaruim, kantung kemih dan

kandungan). Berbeda dengan organ somatik, yang nyeri kalau diinsisi,

digunting atau dibakar, organ somatik justru tidak. Organ viseral akan terasa

sakit kalau mengalami inflamasi, iskemik atau teregang. Selain itu nyeri

viseral umumnya terasa tumpul, lokalisasinya tidak jelas disertai dengan rasa

mual - muntah bahkan sering terjadi nyeri refer yang dirasakan pada kulit.

(Perry & Potter, 2009).

4.Tanda dan Gejala Nyeri Akut

Nyeri akut dapat diketahui dengan tanda gejala menurut (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2016) yaitu :

Gejala tanda mayor subyektif


1. Mengeluh nyeri
Gejala tanda mayor objektif
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur

Gejala tanda minor subyektif


-
Gejala tanda minor objektif
1. Tekanan darah meningkat
2. Pola nafas berubah

12
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berfikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri

5.Patofisiologi

Bila terjadi kerusakan jaringan/ancaman kerusakan jaringan tubuh, seperti


pembedahan akan menghasilkan sel-sel rusak dengan konsekuensi akan
mengeluarkan zatzat kimia bersifat algesik yang berkumpul sekitarnya dan dapat
menimbulkan nyeri. akan terjadi pelepasan beberapa jenis mediator seperti zat-zat
algesik, sitokin serta produkproduk seluler yang lain, seperti metabolit eicosinoid,
radikal bebas dan lain-lain. Mediator-mediator ini dapat menimbulkan efek
melalui mekanisme spesifik
6.Penilaian Nyeri

Penilaian nyeri merupakan elemen yang penting untuk menentukan terapi

nyeri yang efektif.Skala penilaian nyeri dan keteranagan pasien digunakan untuk

menilai derajat nyeri.Intensitas nyeri harus dinilai sedini mungkin selama pasien

dapat berkomunikasi dan menunjukkan ekspresi nyeri yang dirasakan.Penilaian

terhadap intensitas nyeri dapat menggunakan beberapa skala yaitu (Mubarak et al., 2015):

a. Skala Nyeri Deskriptif

Skala nyeri deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri

yang objektif. Skala ini juga disebut sebagai skala pendeskripsian verbal /Verbal

Descriptor Scale (VDS) merupakan garis yang terdiri tiga sampai lima kata

pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang garis.

Pendeskripsian ini mulai dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri tak tertahankan”,

dan pasien diminta untuk menunjukkan keadaan yang sesuai dengan keadaan

nyeri saat ini (Mubarak et al., 2015).

13
Sumber :Mubarak, W. I., Indrawati, L., & Susanto, J. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Gambar 1Skala Nyeri Deskriptif

b. Numerical Rating Scale (NRS) (Skala numerik angka)

Pasien menyebutkan intensitas nyeri berdasarkan angka 0 – 10.Titik 0

berarti tidak nyeri, 5 nyeri sedang, dan 10 adalah nyeri berat yang tidak

tertahankan.NRS digunakan jika ingin menentukan berbagai perubahan pada skala

nyeri, dan juga menilai respon turunnya nyeri pasien terhadap terapi yang

diberikan(Mubarak et al., 2015).

Sumber :Mubarak, W. I., Indrawati, L., & Susanto, J. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.

Gambar 2Skala NyeriNumerical Rating Scale

c. Faces Scale (Skala Wajah)

Pasien disuruh melihat skala gambar wajah.Gambar pertama tidak nyeri

(anak tenang) kedua sedikit nyeri dan selanjutnya lebih nyeri dan gambar paling

akhir, adalah orang dengan ekpresi nyeri yang sangat berat.Setelah itu, pasien

disuruh menunjuk gambar yang cocok dengan nyerinya.Metode ini digunakan

untuk pediatri, tetapi juga dapat digunakan pada geriatri dengan gangguan kognitif

(Mubarak et al., 2015).

Sumber :Mubarak, W. I., Indrawati, L., & Susanto, J. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.

Gambar 3Wong Baker Faces Scale

14
6.Pathway

7.Komplikasi

15
8.Penatalaksanaan
8.1 Terapi Multimodal
Nyeri akut sering dikelola dengan tidak memadai. Ini tidak seharusnya
demikian. Kontrol nyeri sering bisa diperbaiki dengan strategi sederhana, yaitu
nilai nyeri, atasi dengan obat dan teknik yang sudah ada, nilai kembali nyeri
setelah terapi dan bersiap untuk memodifikasi pengobatan jika perlu. Analgesia
yang baik mengurangi komplikasi pasca bedah seperti infeksi paru, mual dan
muntah, DVT ,dan ileus.
Penyebabnya biasanya lebih mudah dapat ditentukan, sehingga
penanggulangannya biasanya lebih mudah pula. Nyeri akut ini akan mereda dan
hilang seiring dengan laju proses penyembuhan jaringan yang sakit. Semua obat
analgetika efektif untuk menanggulangi nyeri akut ini. Diagnosa penyebab nyeri
akut harus ditegakkan lebih dahulu. Bersamaan dengan usaha mengatasi penyebab
nyeri akut, keluhan nyeri penderita juga diatasi. Intinya, diagnosa penyebab
ditegakkan, usaha mengatasi nyeri sejalan dengan usaha mengatasi
penyebabnya.1,2,3 Setelah diagnosis ditetapkan, perencanaan pengobatan harus
disusun. Untuk itu berbagai modalitas pengobatan nyeri yang beraneka ragam
dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Modalitas fisik
Latihan fisik, pijatan, vibrasi, stimulasi kutan (TENS), tusuk jarum,
perbaikan posisi, imobilisasi, dan mengubah pola hidup.
b. Modalitas kognitif-behavioral
Relaksasi, distraksi kognitif, mendidik pasiern, dan pendekatan spiritual.
c. Modalitas Invasif
Pendekatan radioterapi, pembedahan, dan tindakan blok saraf.
d. Modalitas Psikoterapi
Dilakukan secara terstruktur dan terencana, khususnya bagi merreka yang
mengalami depresi dan berpikir ke arah bunuh diri
e. Modalitas Farmakoterapi
Mengikuti ”WHO Three-Step Analgesic Ladder”

16
8.2 Farmakoterapi Nyeri
Semua obat yang mempunyai efek analgetika biasanya efektif untuk
mengatasi nyeri akut. Hal ini dimungkinkan karena nyeri akut akan mereda atau
hilang sejalan dengan laju proses penyembuhan jaringan yang sakit.
Dalam melaksanakan farmakoterapi terdapat beberapa prinsip umum
dalam pengobatan nyeri. Perlu diketahui sejumlah terbatas obat dan
pertimbangkan berikut:
 Bisakan pasien minum analgesik oral
 Apakah pasien perlu pemberian iv untuk mendapat efek analgesik
cepat
 Bisakan anestesi lokal mengatasi nyeri lebih baik, atau digunakan
dalam kombinasi dengan analgesik sistemik
 Bisakan digunakan metode lain untuk membantu meredakan nyeri,
misal pemasangan bidai untuk fraktur, pembalut luka bakar.

9.Diagnosa
10.Intervensi

17

Anda mungkin juga menyukai