Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KDPK

MANAJEMEN NYERI DAN PERSIAPAN DALAM


PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DALAM
KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN
DOSEN : A. Kasrida Dahlan, S.ST.M,Keb.

KELOMPOK 1
Hasdillah (02171268)
Suciani(02171278)
Yusni Suhardi (02171280)

AKBID MUHAMMADIYAH PALOPO


2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan tepat waktu. Makalah ini berjudul “ Manajemen Nyeri dan Persiapan
dalam Pemeriksaan Diagnostik Dalam Keterampilan Dasar Kebidanan ‘’.Makalah
ini berisikan tentang pembahasn mengnai manajemen nyeri dan pemeriksaan
diagnosti dalam keterampilan dasar kebidanan.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan.untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dan pendidik untuk perbaikan selanjutnya.walaupun demikian
kita tetap berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya.

Palopo, 10 Maret 2018

Tim penyusun
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................
BAB PENDAHULUAN ..............................................................................
A. Latar belakang ..................................................................................
B. Rumusan masalah ............................................................................
C. Tujuan penulisan ..............................................................................

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................


A. Manajemen nyeri .............................................................................
1. Pengertian nyeri ........................................................................
2. Penyebab nyeri ...........................................................................
3. Tipe nyeri ..................................................................................
4. Faktor yang mempengaruhi nyeri ...............................................
5. Skala intensitas nyeri .................................................................
6. Cara untuk menghilangkan nyeri ...............................................
B. Persiapan dalam pemeriksaan diagnostik dalam KDPK ..................
1. Persiapan dan pengambilan spesimen .......................................
2. Pemeriksaan radiologi ...............................................................

BAB III PENUTUP......................................................................................


A. Kesimpulan........................................................................................
B. Saran .................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nyeri adalah peristiwa yang tidak menyenangkan pada seseorang dan
dapat menimbulkan penderitaan/sakit. Nyeri disebabkan karena jaringan
tubuh yang rusak, ada dua tipe nyeri yaitu derajat ringan dan derajat kronis.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri yaitu usia, jenis kelamin,
mekanisme pertahanan diri, kecemasan, pengalaman masa lalu, dukungan
orang-orangterdekat dan lingkungan.
Diagnostik dan spesimen adalah suatu pemeriksaan yang mutlak
dilakukan untuk menegakkan suatu diagnose penyakit klien atau pasien.
Karena, melalui pemeriksaan ini kita dapat mengetahui tujuannya adalah
untuk mengidentifikasi masalah dimana adanya respon klien terhadap status
kesehatan/penyakit. Faktor-faktor yang menegakkan suatu masalah,
kemampuan klien untuk mengatasi masalah .
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu manajemen nyeri ?
2. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan diagnostic dalam keterampilan
dasar kebidanan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu manajemen nyeri.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pemeriksaan diagnostic
dalam keterampilan dasar kebidanan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Manajemen Nyeri (Mujahidin Khansa.2012 keterampilan dasar praktek
kebidanan. Yogyakarta : Pustaka pelajar).
1. Pengertian nyeri
Adalah peristiwa yang tidak menyenangkan npada seseorang dan
dapat menimbulkan penderitaan/nyeri.
2. Penyebab Nyeri
Adanya jaringan tubuh yang rusak. Contoh : patah tulang, luka,
pusing, sakit gigi, dan lain sebagainya.
3. Tipe Nyeri
a. Derajat ringan
1) Kecemasan.
2) Berlangsung singkat <6 bulan.
3) Gejala : berkeringat, tensi meningkat, dan pucat.
4) Mengeluh dan menangis (bervariasi).
b. Derajat kronis
1) Berkembang perlahan.
2) Berlangsung lama >6 bulan.
3) Sulit di ingat kapan mulai serangan.
4) Memberi perlawanan atau menganggap seolah-olah nyeri
tersebut tidak ada
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
a. Usia
1) Anak : kesulitan mengemukakan perasaan nyeri.
2) Dewasa : tidak melaporkan nyeri dengan alasan : sesuatu yang
harus dialami dalam kehidupan, mengingkari, takut, tidak perlu
di kemukakan.
b. Jenis kelamin
c. Mekanisme pertahanan diri
d. Kecemasan
e. Pengalaman masa lalu
f. Dukungan orang-orang terdekat
g. Lingkungan
5. Skala dan intensitas nyeri
a. skala intensitas nyeri askriftif sederhana

nyeri ringan nyeri hebat nyeri tak tertahan

0 1 2 3 4 5
(gambar.1)
b. Skala intensitas nyeri

Tidak nyeri nyeri sedang nyeri berat

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(gambar.2)
6. Cara untuk menghilangkan rasa nyeri
a. Mengurangi faktor yang dapat meningkatkan rasa nyeri, yaitu :
1) Ketidakpercayaan, dengan menyampaikan pengakuan petugas
sebagai bentuk empati terhadap rasa nyeri pasien dapat
mengurangi rasa nyeri pasien. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara pernyataan verbal, mendengarkan dengan penuh perhatian
keluhan pasien, dan menyatakan kepada pasien bahwa petugas
mengkaji tentang rasa nyeri dengan tujuan untuk lebih
memahami tentang rasa nyeri yang di rasakan pasien.
2) Kesalahpahaman, memberikan pemahaman pada pasien bahwa
nyeri yang sangat individul sehingga banyak pasien yang tahu
secara pasti tentang rasa nyeri yang di alami.
3) Ketakutan, dengan memberikan informasi yang tepat dapat
membantu menguangi rasa nyeri.
4) Kelelahan, dengan mengembangkan pola aktivitas dengan
istirahat cukup akan menyebabkan pasien tidak kelelahan
sehingga tidak memperburuk nyeri yang di alami.
5) Kebosanan, dikurangi dengan cara mengalih perhatian yang
bersifat terapeutik, misalnya dengan bernafas berirama, memijat
secara perlahan, aktif mendengarkan musik, dan lain-lain.
b. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan teknik-teknik
sebagai berikut:
1) Teknik latihan pengalihan, diantaranya adalah menonton televisi,
berbincang dengan orang lain, mendengarkan musik.
2) Teknik relaksasi, dengan menganjurkan pasien menarik nafas
dalam dan mengisi paru-paru dengan udara, kemudian
menghembuskan dengan perlahan. Melemaskan otot-otot tangan,
kaki perut dan punggung, serta mengurangi hal yang sama
sambil berkonsentrasi hingga pasien merasa nyaman, tenang dan
rileks.
3) Stimulasi kulit, diantaranya dengan cara menggosok halus
bagian yang nyeri, menggosok punggung, menggunakan air
hangat dan dingin, memijat dengan air mengalir.
c. Pemberian obat analgesic, bertujuan untuk mengganggu untuk
memblok transmisistimulus nyeri agar terjadi perubahan persepsi
dengan cara mengurangi kortikal terhadap nyeri. Jrnis analgesic
terdiri darijenis narkotika dan bukan narkotika.
d. Pemberian stimulator listrik, mengubah stimulus nyeri dengan
stimulus yang kurang dirasakan. Bentuk stimulator metode stimulus
listrik, meliputi :
1) Transctaneus electrical stimulator (TENS) manual daerah nyeri
tertentu dengan menempatkan beberapa electrode di luar.
2) Percutaneus implanted spinal cord epidural stimulator,
merupakan alat stimulator sumsum tulang belakang dan epidural
yang diimplant di bawah kulit dengan transistor timah penerima
yang di masukkan ke dalam kulit pada daerah epidural dan
columna vertebrae.
3) Stimulator columna vertebrae yaitu sebuah stimulator dengan
stimulus alat penerima transsitor yang dicangkok melalui
kantong kulit intraclavicula atau abdomen yakni elektroda
yang di tanam dengan cara bedah pada dorsum sum-sum
tulang belakang.
B. Persiapan dalam pemeriksaan diagnosti dalam keterampilan dasar
kebidanan.
1. Persipan dan pengambilan spesimen (AK. Dahlan dan A, St Umrah.
2013 keterampilan dasar praktik kebidanan. Malang : Intimedia)
a. Specimen darah
1) Pengertian pengambilan specimen darah
Mengambil dan menyiapkan darah vena untuk pemeriksaan
diagnostic
2) Tujuan pengambilan spesimen darah
Tujuan umum :
Pengambilan spesimen darah dalah menyediakan spesimen
darah untuk analisis.
Tujuan khusus :
a) Darah vena
Mendapatkan spesimen darah vena tanpa anti
koagulan yang memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan
kimia klinik dan imunoserologi.
b) Darah EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetat)
Mendapatkan spesimen darah EDTA yang memenuhi
persyaratan untuk pemeriksaan morfologi sel darah tepi dan
hitung jumlah trombosit.
c) Darah sitrat
Mendapatkan spesimen darah SITRAT yang
memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan laju endapan
darah metode weatergreen dan pemeriksaan tes hemoragik.
d) Darah kapiler
Mendapatkan spesimen darah kapiler yang memenuhi
persyaratan untuk pemeriksaan golongan darah dan beberapa
pemeriksaan rapid test imunologi.
3) Indikasi pengambilan spesimen darah
a) Pada pasien malaria
b) Pada pasien HIV/aids
c) Pada pasien thypus
4) Cara pengambilan spesimen
a) Darah kapiler
Pada orang dewasa diambil pada ujung jari atau anak
daun telinga untuk mengambil darah kapiler, sedangkan
pada bayi atau anak kecil dapat diambil di tumit atau ibu jari
kaki. Tempat yang di pilih tidak boleh memperlihatkan
gangguan peredaran darah.
Adapun cara mengambil spesimen sebagai berikut :
1. Bersihkan tempat yang akan ditusuk memakai kapas
beralkoholo 70% dan biarkan sampai kering.
2. Peganglah bagian yang akan di tusuk supaya tidak
bergerak dan tekan sedikit supaya rasa nyeri berkurang.
3. Tusuklah dengan cepat memakai lancet steril, pada jari
tusukan dengan arah tegak lurus pada garis-garis sidik
jari dan tidak boleh sejajar. Bila yang akan diambil
spesimennya pada anak daun telinga tussukkan
pinggirnya dan jangan sisinya sampai darah keluar.
4. Setelah penusukan selesai, tempat tusukan ditutup
dengan kapas beralkohol dan biarkan sampai darah tidak
keluar.
b) Darah vena
Pada orang dewasa di pakai salah satu vena dalam
fossa cubiti, pada bayi dapat digunakan vena jugularis
superficialis atau sinus sagitalis superior. Cara pengambilan
spesimen sebagai berikut :
1. Ikat lengan atas dengan menggunakan karet
pengikat/tourniqute, kemudian tangan dikepalkan.
2. Tentukan vena yang akan ditusuk, kemudian sterilkan
dengan kapas beralkohol 70%.
3. Tusuk jarum spuit/disposable syringe dengan posisi 45ᵒ
dengan lengan.
4. Setelah darah terlihat masuk dalam spuit, rubah posisi
spuit menjadi 30ᵒ dengan lengan, kemudian hisap darah
perlahan hingga volume yang diinginkan.
5. Setelah volume cukup, buka karet pengikat lengan
kemudian tempelkan kapas beralkohol pada ujung jarum
yang menempel dikulit kemudian tarik jarum perlahan-
lahan.
6. Biarkan kapas beralkohol pada tempat tusukan,
kemudian lengan di tekuk/di lipat dan biarkan hingga
darah tidak keluar.
7. Pindahkan darah dari disposible syringe ke wadah berisi
anti koagulan yang disediakan , kemudian digoyang
secara perlahan agar bercampur.
8. Jika spesimen ingin tetap dalam spuit , setelah darah
dihisap kemudian dengan spuit yang sama dihisap
pengawet/anti koagulan.
5) Tempat pengambilan dan volume spesimen
a) Ujung jari tangan/kaki (darah kapiler). Digunakan apabila
mengambil darah dalam jumlah sedikit atau tetesan (dipakai
untuk screning test)
b) Lipatan lengan/siku (darah vena). Digunakan apabila
mengabil darah dalam jumlah agak banyak, misalnya : 1 s/d
10 ml.
6) Wadah spesimen
a) Untukl darah vena, memerlukan wadah/botol terbuat kaca,,
atau tetap dalam spuit,
b) Untuk darah kapiler tidak memerlukan wadah.
c) Wadah dapat berukuran kecil atau volime 5 ml.
7) Alat dan bahan yang digunakan
a) Lanset darah atau jarum khusus
b) Kapas alkohol
c) Kapas kering
d) Alat pengukur Hb/kaca objek/botol pemeriksaan
e) Bengkok
f) Handscoon
g) Perlak dan pengalas.
8) Prosedur
a) Mendekatkan alat
b) Memberitahukan tujuan serta prosedur kerja
c) Memasang perlak dan pengalas
d) Memakai handscoon
e) Mempersiapkan bagian yang akan ditusuk, tergantung jenis
pemeriksaan
f) Kulit dihapuskan dengan kapas alkohol
g) Bekas tusukan ditekan dengan kapas alkohol
h) Merapikan alat
i) Melepaskan handscoon.
9) Identitas spesimen
Spesimen diberi nomor dan kode, sedangkan identitas
lengkap dapat dilihat pada buku registrasi yang berisikan nomor,
tanggal, nama responden, umur, jenis kelamin, jenis
pemeriksaan.
10) Pengiriman spesimen darah
a) Setelah spesimen terkumpul masing-masing dalam
wadah/botol kecil, kemudian dimasukkan dalam
wadah/tempat yang lebih besar dengan diberi es sebagai
pengawet sementara (cool box).
b) Wadah spesimen kecil diatur sedemikian sehingga tidak
mudah terbalik atau tumpah.
c) Wadah diberi label yang berisi tentang identitas yang
meliputi : tanggal pengiriman, jenis dan jumlah sampel, jenis
pemeriksaan yang diminta, jenis pengawet, dan tanda tangan
pengirim.
d) Sampel dikirim ke laboratorium Balai Teknik Kesehatn
Lingkungan, Balai Laboratorium Kesehatan atau
laboratorium lainnya.
e) Transportasi pengiriman harus secepat mungkin sampai ke
laboratorium pengiriman spesimen maksimum 3 hari.
11) Analisis hasil
Kadar timah hita dibandingkan dengan Biological Exposure
Index (BEL) atau nilai index untuk pajanan biologi. Menurut
WHO tahun (1977) nilai pada orang dewasa normal adalah 10
s/d 25 µg per desiliter.
Tindak lanjut : hasilnya dilaporkan pada pihak-pihak berwenang.
b. Specimen Urin
1) Tujuan
Menentukan apakah terdapat kelainan urin yang di urai
secara mikroskopis (fisik), sedimen/endapan (makroskopis-
mikroskopis, unsur organic-nin organic), kimiawi, bakteriologis,
maupun imunologis. Tergantung pada sampel atu jenis urin yang
diperiksa.
2) Cara kerja
a) Urin bersih (clean voided urin specimen)
Urin bersih diperlukan untuk pemeriksaan urinlisa rutin.
Urin bersih, biasanya urin pertama pagi hari karena urin
pertama cenderung konsentrasinya lebih tinggi, jumlah lebih
banyak, dan memiliki pH lebih rendah. Jimlah minimal 10
ml. Tidak ada cara pengambilan khusus, klien dapat
melakukannya sendiri, dengan menampung urin pada wadah
yang disediakan, kecuali klien yang lemah, mungkin
memerlukan bantuan.
Spesimen harus bebas dari feses diperlukan urin segar
(pengambilan kurang dari 1 jam), bila tidak dapat diperiksa
dengan segera, urin harus dimasukkan dalam lemari es. Bila
urin berada dalam suhu ruangan untuk periode waktu lama
maka kristal urin dan sel darah merah akan lisis/hancur serta
berubah menjadi alkalin.
b) Urin tengah (clean-catch or midstream urin specimen)
Urin tengah merupakan cara pengambilan spesimen
untuk pemeriksaan kultur urin yaitu untuk mengetahui
mikroorganisme yang menyebabkan infeksi saliran kemih.
Sekalipun ada kemungkinan kontaminasi dari bakteri di
permukaan kulit, namun pengambilan dengan menggunakan
kateter lebih beresiko menyebabkan infeksi. Perlu
mekanisme khusus agar spesimen yang didapat tidak
terkontaminasi.
Pengambilan dilakukan dengan cara bersihkan raea
meatus urinarius dengan sabun dan air atau dengan tisue
khusus lalu keringkan biarkan urinj yang keluar pertama
dimaksudkan untuk mendorong dan mengeluarkan bakteri
yang ada didistal, beberapa waktu kemudian tampung urin
yang ditengah. Hati-hati memegang wadah penampung agar
wadah tersebut menyetuh permukaan perenium. Jumlah
yang diperlukan 30-60 mL.
c) Urin tampung (timed urin specimen/waktu tertentu)
Beberpa pemeriksaan urin memerlukan seluruh produksi
urin yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu,
rentangnya berkisar 1-2 jam – 24 jam. Urin tampung ini
biasanya disimpan di lemari pendingin atau diberi
preservatif (zat aktif tertentu) yang mencegah pertumbuhan
bakteri atau mencegah perubahan/kerusakan struktur urin.
Biasanya urin ditampung ditempat kecil lalu dipindahkan
segera ke penampungan yang lebih besar.
Adapun tujuan pemeriksaan yang menggunakan urin
tampung adalah:
1. Kaji ke mampuan ginjal mengkonsentrasi dan mendilusi
urin
2. Menentukan penyakit gangguan metabolisme glukosa,
fungsi ginjal
3. Menentukan kadar sesuatu dalam urin (misal: albumin,
amilase, kreatinin, hormon tertentu)
Hal yang perlu dilakukan perawat:
1. Periode pengumpulan jenis ini dimulai setelah klien
berkemih
2. Beri wadah yang telah disiapkan oleh pihak laboratorium
3. Setiap kali berkemih, urin dikumpul dalam sebuah wadah
yang bersih lalu segera masukkan dalam wadah yang
lebih besar
4. Setiap spesimen harus bebas dari feses atau tisu toilet
5. Perawat harus mengingatkan klien untuk berkemih
sebelum defekasi
6. Wadah pengumpul urin perlu dimasukkan dalam lemari
Es.
d) Spesimen urin acak
1. Spesimen urin rutin yang diambil secara acak dapat
dikumpulkan dari urin klien saat berkemih secara alami
atau dari kateter foley atau kantong pengumpul urin yang
mengalami diversi urinarius
2. Spesimen harus bersih digunakan pada pemeriksaan
urinalisis
3. Anjurkan klien untuk minum 30 menit sebelum prosedur
dilakukan, dan hanya 120L urin yang dibutuhkan untuk
pemeriksaan yang akirat
4. Setelah spesimen dikumpulkan, perawat memasang
tutup dengan ketat pada wadah spesimen, membersihkan
setiap urin yang keluar mengenai bagian wadah,
meletakkan wadah pada pada kantong plastik dan kirim
spesimen yang telah diberi label
e) Spesimen kateter indwelling
Urin steril dapat diperoleh dengan mengambil urin
melalui area kateter yang khusus disisapkan untuk
pengambilan urin dengan jarum suntik. Klem kateter selama
kurang lebih 30 menit jika tidak diperoleh urin waktu
pengambilan. Untuk kultur urin diperlukan 3 mL, dan 30 mL
untuk urinalisa rutin. Untuk kultur urin, hati-hati dalam
pengambilan agar tidak terkontaminasi.
3) Cara pengambilan spesimen
a) Urin ditampung selama 24 jam
b) Urin yang telah ditampung diambil sebanyak 50-100 ml,
kemudian tambahkan dengan 2 ml formalin 27% atau 100
mg EDTA, kemudian kocok hingga homogen
4) Identitas spesimen
Diberi nomor dan kode, sedangkan identitas lengkap dapat
dilihat pada buku registrasi yang berisikan nomor, tanggal, nama
responden, umur, jenis kelamin, jenis pemeriksaan.
5) Pengiriman spesimen
a) Setelah spesimen urin terkumpul masing-masing dalam
wadah/botol kecil, kemudian dimasukkan dalam
wadah/tempat yang lebih besar dengan diberi es sebagai
pengawet sementara (cool box).
b) Wadah spesimen kecil diatur sedemikian rupa sehingga tidak
mudah terbalik atau tumpah.
c) Pengiriman harus secepat mungkin sampai ke laboratorium
(tidak lebih dari 3 hari)
6) Pemeriksaan spesimen
Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk
memeriksa kadar timah hitam dalam urin, antara lain adalah
metoda dithizone dan metoda spektrofotometrik serapan atom.
Pemilihan metoda pemeriksaan disesuaikan dengan
kemampuan sumber daya yang tersedia, baik tenaga, bahan
pemeriksaan ataupun peralatan.
7) Analisis hasil
Kadar timah hitam dibandingkan dengan Biological
Exposure Index (BEI) atau nilai index untuk pajanan biologi.
Kadar timah hitam dalam darah 50 mg/100 ml. Kadar timah
hitam dalam urin 150mg/ml creatinine. Zine protoporphynin
dalam darah (setelah satu bulan tereksopos) 250 mg/100 ml
erythrocytes atau 100 mg/100 ml darah. Tindakan lanjut
hasilnya dilaporkan pada pihak-pihak berwenang.
c. Specimen feses
1) Tujuan
a) Melihat ada tidaknya darah. Pemeriksaan inimudah
dilakukan baik oleh perawat atau klien sendiri. Pemeriksaan
ini menggunakan kertas tes Guaiac. Analisis produk diet dan
sekresi saluran cerna. Bila feses mengandung banyak lemak
(disebut : steatorrhea). Kemungkinan ada masalah dalam
penyerapan lemak di usu halus. Bila ditemukan kadar
empeduh rendah, kemungkinan terjadi obstruksi pada hati
dan kandung empeduh.
b) Mendeteksi telur cacing dan parsit. Untik pemeriksaan ini
dilakukan toga hari berturut-turut.
c) Mendeteksi virus dan bakteri. Untuk pemeriksaan ini
diperlukan jumlah feses sedikit untuk dikultur. Pengambilan
perlu hati-hati agar tidak terkontaminasi. Pada lembar
pengatar perlu dituliskan antibiotik yang telah dikonsumsi.
2) Sebelum pengambilan spesimen, perawat perlu mengingatkan
klien akan hal-hal berikut :
a) Defekasi pada bedpan yang bersih bila memungkinkan,
spesimen tidak terkontaminasi dengan urin atau darah
menstruasi.
b) Jangan meletakkan tissue pembersih pada bedpan setelah
defekasi karna dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
c) Dalam pengambilan spesimen gunakan sarung tangan bersih,
jumlah feses tergantung pemeriksaan, umunya 2,5 cm untuk
feses padat atau 15-30 ml untuk cair. Untuk kultur, gunakan
swab yang steril, lalu dimasukkan dalam kantung steril.
Segera krim spesimen ke lab untuk segera diperiksa.
d. Spesimen sputum
Sputum adalah sekret mukus yang dihasilkan dari paru-paru,
bronkus dan trakea. Individu yang sehat tidak memproduksi sputum.
Klien perlu batuk untuk mendorong sputum dari paru-paru, bronkus
dan trakea ke mulut dan mengeluarkan ke wadah penampung.
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk:
Kultur (menentukan jenis mikroorganisme) dan tes sensitivitas
terhadap obat untuk sitologi dalam mengidentifikasi asal, struktur,
fungsi, dan patologisel. Spesimen untuk sitologi (mengidentifikasi
kanker paru-paru dan jenis selnya) seringkali dilakukan secara serial
3 kali dari sputum yang diambil di pagi hari. Pemeriksaan bakteri
tahan asam, juga diperlukan serial 3 hari berturut-turut di pagi hari,
untuk mengidentifikasi ada tidaknya kuman tuberkulosis. Beberapa
rumah sakit, menggunakan wadah penampung khusus untuk
pemeriksaan ini. Menilai keberhasilan terapi.
Cara pengambilan :
Umumnya di pagi hari, saat bangun tidur klien mengeluarkan
sputum yang diakumulasi sejak semalam. Bila klien tidak dapat
batuk, kadangkala diperlukan suksion faringeal. Langkah serbagai
berikut :
1) Lakukan perawatan mulut
2) Siapkan wadah dalam keadaan steril
3) Dapatkan sputum pada pagi hari sebelum makan pagi
4) Anjurkan pasien untuk batuk agar mengeluarkan sputum
5) Pertahankankan agar wadah dalam keadaan tertutup
6) Bila kultur untuk pemeriksaan BTA (bakteri tahan asam), ikuti
instruksi yang ada pada botol penampungan. Biasanya
diperlukan 5-10 cc sputum yang dilakukan selama 3 hari
berturut-turut.
e. Kultur tenggorokan
Kultur tenggorokan dilakukan dengan menggunakan swab
dengan mengambil bahan dari mukosa yang ada di orofaring dan
tonsil. Kultur dilakukan untuk melihat mikroorganisme penyebab
penyakit. Dalam melakukan perawat menggunakan sarung tangan
bersih, lalu ambil bahan pada daerah tonsil dan orofaring yang berisi
eksodata dan berwarna kemerahan. Kadangkala timbul refleks gag,
untuk mencegahnya saat pemeriksaan posisi klien duduk dan minta
klien membuka mulut seraya berkata “ah” lalu kerjakan tindakan
dengan cepat.
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Ultrasonografi (USG) (Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul
Hidayat. 2008 keterampilan dasar praktik klinik untuk kebidanan.
Jakarta : Salemba media)

(gambar. 3)
USG merupakan suatu prosedur diagnosis yang dilakukan diatas
permukaan kulit atau diatas rongga tubuh untuk menghsilkan suatu
ultrasound didalam jaringan. Pemeriksaan ini digunakan untuk
melihat struktur jaringan tubuh atau analisis dari gelombang
Doppler.
Ultrasonografi dapat digunakan untuk mendeteksi berbagai
kelainan yang ada pada abdomen, otak, kandung kemih, jantung,
ginjal, hepar, uterus, atau pelvis. Selain itu, USG juga dapat
digunakan untuk membedakan antara kista dan tumor. Pada
kehamilan, cairan amnion dapat menambah refleksi gelombang
suara dari plasenta dan fetus sehingga dapat mengidentifikasi pada
fetus mengenai ukuran, bentuk, dan posisi, kemudian dapat
mendeteksi pankreas, limpa, tiroid, dan lain-lain.
Persiapan dan pelaksanaan:
1) Lakukan informed consent.
2) Anjurkan untuk puasa makan dan minum 8-12 jam sebelum
pemeriksaan USG aorta abdomen, kandung empeduh, hepar,
limpah dan pankreas.
3) Oleskan jelly konduktif pada permukaan kulit yang akan
dilakukan USG.
4) Transduser dipegang dengan tangan dan gerakan ke depan dan
ke belakang di atas permukaan kulit.
5) Lakukan antara 10-30 menit.
6) Premedikasi jarang dilakukan, hanya bila pasien dalam keadaan
gelisah.
7) Pasien tidak boleh merokok sebelum pemeriksaan untuk
mencegah masuknya udara.
8) Pada pemeriksaan obsetrik (trimester pertama dan kedua), pelvis,
dan ginjal, pasien dianjurkan untuk minum 4 gelas air dan tidak
boleh berkemih. Sementara untuk t6rimester ketiga,
pemeriksaan pada pasien dilakukan saat kandung kemih kosong.
9) Bila pemeriksaan dilakukan pada otak, lepaskan semua
perhiasan dari leher dan jepit rambut dari kepala.
10) Bila pemeriksaan dilakukan pada jantung, anjurkan untuk
bernafas secara perlahan-lahan dan menahannya setelah
inspirasi dalam
b. Rontgen (Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat. 2008
keterampilan dasar praktik klinik untuk kebidanan. Jakarta :
Salemba media).

(gambar. 4)
Rontgen atau dikenal dengan sinar X, merupakan pemeriksaan
yang memanfaatkan peran sinar X untuk melakukan skrining dan
mendeteksi kelainan pada berbagai organ, diantaranya dada, jantung,
abdomen, ginjal, ureter, kandung kemih, tengkorak, dan rangka.
pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan radiasi sinar X
yang sedikit karena tingginya kualitas film sinar X.
Persiapan dan pelaksanaan:
1) Lakukan informed consent.
2) Tidak ada pembatasan makanan atau cairan.
3) Pada dada pelaksanaan foto dengan posisi PA (posterior anterior)
dapat dilakukan dengan posisi berdiri dan foto AP (anterior
posterior) lateral dapat juga dilakukan. Dalam pelaksanaanya,
baju harus diturunkan sampai ke pinggang, baju kertas atau baju
kain dapat digunakan, dan perhiasan dapat dilepaskan. Anjurkan
pasien untuk tarik napas dan menahan napas pada waktu
pengambilan sinar X.
4) Pada jantung, foto PA dan lateral kiri dapat diindikasi untuk
mengevaluasi ukuran dan bentuk jantung. Dalam
pelaksanaannya, perhiasan pada leher harus dilepaskan, baju
diturunkan hingga ke pinggang.
5) Pada abdomen, baju harus dilepaskan dan digunakan baju
kain/kertas, pasien tidur terlentang dengan tangan menjauh dari
tubuh, serta testis harus dilindungi. Pelaksanaan foto harus
dilakukan sebelum pemeriksaan IVP
6) Pada tengkorak, penjepit rambut, kaca mata, dan gigi palsu harus
dilepaskan sebelum pelaksanaan foto.
7) Pada rangka, bila dicurigai terdapat fraktur, maka anjurkan
puasa dan immobiliosasi pada daerah fraktur.
c. CTG (http://kardiotokografi.blogspot.co.id/)

(gambar. 4)
1) Pengertian
CTG adalah suatu alat untuk mengetahui kesejahteraan janin
di dalam rahim, dengan merekam pola denyut jantung janin dan
hubungannya dengan gerakan janin dan kontraksi rahim.
Pemeriksaan CTG penting dilakukan pada setiap ibu hamil
untuk pemantauan kondisi janin terutama dalam keadaan :
a) Kehamilan dengan komplikasi (darah tinggi, kencing manis,
tiroid, penyakit infeksi kronis, dll)
b) Kehamilan dengan berat badan janin rendah (Intra Uterine
Growth Retriction)
c) Oligohidramnion (air ketuban sedikit sekali)
d) Polihidramnion (air ketuban berlebihan)
2) Syarat pemeriksaan
a) Usia kehamilan mulai 28 minggu
b) Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan)
c) Punktum maksimum senyut jantung (DJJ) diketahui
d) Prosedur pemasangan alat sesuai dengan petunjuk
penggunaan
e) Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan
f) Waktu pemeriksaan selama 20 menit
g) Selama pemeriksaan posisi ibu berbaring nyaman dan tak
menyakitkan ibu maupun bayi
h) Bila ditemukan kelainan maka pemantauan dilanjutkan dan
dapat segera diberikan pertolongan yang sesuai
i) Konsultasi langsung sengan dokter kandungan.
3) Indikator pemeriksaan
Pemeriksaan CTG penting dilakukan pada :
a) Ibu
1. Pre-eklampsia-eklampsia
2. Ketuban pecah
3. Diabetes melitus
4. Kehamilan 40 minggu
5. Vitium cordis
6. Asthma bronkhiale
7. Inkompabilitas rhesus atau ABO
8. Infeksi TORCH
9. Bekas SC
10. Induksi atau akselerasi persalinan
11. Persalinan patern
12. Hipotensi
13. Pendarahan antepartum
14. Ibu perokok
15. Berusia lanjut (>35 tahun)
16. Lain-lain : sickle cell, penyakit kolagen, anemia,
penyakit ginjal, penyakit paru, prnyakit jantung, dan
penyakit tiroid.
17. Untuk kehamilan beresiko rendah untuk memonitoring
kesejahteraan janin.
b) Janin
1. Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
2. Gerakan janin berkurang
3. Suspek lilitan tali pusat
4. Aritmia, bradikardi atau takikardi janin
5. Hidrops fetalis
6. Kelainan presentasi, termasuk pasca versi luar
7. Mekonium dalam cairan ketuban
8. Riwayat lahir mati
9. Kehamilan ganda
4) Cara kerja CTG
a) Persiapan pemeriksaan CTG
1. Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan
2. Waktu pemeriksaan selam 20 menit
3. Selama pemeriksaan posisi ibu berbaring nyaman dan
tak menyakitkan ibu maupun bayi
4. Bila ditemukan kelainan maka pemantauan dilanjutkan
dan dapat segera diberikan pertolongan yang sesuai
5. Konsultasi langsung dengan dokter kandungan
b) Prosedur
1. Persetujuan tindak medik (informed consent) :
menjelaskan indikasi, cara pemeriksaan, dan
kemungkinan hasil yang akan didapat. Persetujuan
tindak medik ini dilakukan oleh dokter penanggung
jawab pasien (cukup persetujuan lisan)
2. Kosongkan kandung kemih
3. Periksa kesadaran dan tanda vital ibu
4. Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi
utero-plasenter atau gawat janin, ibu tidur miring ke kiri
dan diberi oksigen 4 liter/menit
5. Lakukan pemeriksaan leopold untuk menentukan letak,
presentasi dan punktum maksimum DJJ
6. Hitung DJJ selama 1 menit; bila ada his, dihitung
sebelum dan segera setelah kontraksi berakhir
7. Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri
dan DJJ di daerah punktum maksimum
8. Setelah transduser terpasang baik, beritahu ibu bila janin
tersa bergerak, pencet bel yang telah disediakan dan
hitung berapa gerakan bayi yang dirasakan oleh ibu
selama perekaman CTG
9. Hidupkan komputer dan kardiotograf
10. Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan
janin dan hasil yang ingin dicapai)
11. Lakukan dokumentasi data pada disket komputer (data
untuk rumah sakit)
12. Matikan komputer dan mesin kardiotograf. Bersihkan
dan rapikan kembali
13. Beritahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai
14. Berikan hasil rekaman CTG kepada dokter penanggung
jawab atau paramedik membantu membacakan hasil
interpretasi secara lengkap kepada dokter
15. Paramedik (bidan) dilarang memberikan interpretasi
hasil CTG kepada pasien.
d. Laparaskopi

(gambar. 5)
1) Pengertian
(http://bunda.co.id/rsubundamargonda/id_ID/fasilitas-dan-
pelayanan/pelayanan-medik-khusus/laparoskopi/)
Laparaskopi adalah suatu tindakan bedah minimal yang
umumnya ditujukan untuk mengurangi resiko yang didapatkan
pada operasi besar. Proses penyembuhan dengan laparaskopi
jauh lebih cepat dibandingkan dengan operasi besar.
Pada kasus kasus kandungan laparaskopi dilakukan dengan
menggunakan teropong yang dimasukkan kedalam luka sayatan
kecil berukuran 0.5-1 cm di pusar dan bagian bawah perut.
Melalui akses ini dokter dapat memasukkan instrumen bedah
yang ukurannya kecil tetapi dapat melakukan hal yang sama bila
tindakan ini dilakukan melalui bedah konvensional.
Berbagai macam kondisi dapat dilakukan dengan cara
pembedahan modern ini. Seperti kista kandung telur, mioma
uteri, pengangkatan rahim (histerektomi), pengangkatan usus
buntu dan kandung empedu. Keuntungan melakukan
pembedahan dengan laparaskopi jika dibandingkan dengan
pembedahan konvensional adalah :

a) Memperkecil luka operasi


b) Besarnya sayatan hanya 5-10 mm
c) Mempersingkat lama perawatan di rumah sakit
d) Mengurangi rasa nyeri pasca operasi
e) Mengurangi perlengkapan pasca operasi
f) Mengurangi resiko pendarahan
g) Mempercepat mobilitas pasien
2) Cara kerja bedah laparaskopi
(https://halosehat.com/review/tindakan-medis/laparoskopi)
a) Tekhnik bedah yang menggunakan metode laparaskopi
merupakan sebuah metode bedah yang sederhana. Selain
dari penggunaan sayatan yang cukup kecil, maka tekhnik ini
sendiri merupakan tekhnik yang hanya membutuhkan bius
lokal. Penggunaan bius lokal ini sendiri hanya berada di
sekitar sayatan yang akan digunakan dalam operasi. Letak
dari sayatan tersebut biasanya berada di sekitar pusar.
Sedangkan jumlah dari sayatan itu sendiri biasanya
tergantung dari tujuan dilakukannya operasi tersebut.

b) Pada operasi laparaskopi bisanya dokter hanya akan


menggunakan sebuah sayatan yang yang hanya berukuruan
0,5 – 1,5 cm. Melalui sayatan tersebutlah kemudian dokter
akan memasukan sebuah tabung fleksibel kecil yang disebut
laparaskop. Tabung tersebutt dilengkapi dengan sebuah
kamera kecil pada ujungnya. Melalui kamera tersebut dokter
dapat melihat dan mengetahui dari kondisi organ yang dituju.
Jika dalam prosesnya dirasakan ruang untuk dapat melihat
keadaan sekitar organ dirasa kurang. Maka dokter akan
memompakan gas karbondioksida kedalam rongga perut.
Gas ini berfungsi untuk menggembungkan perut, sehingga
rongga perut akan lebih luas dan ruang untuk dapat melihat
kondisi organ lebih leluasa.
c) Jika operasi telah selesai dilakukan maka luka bekas operasi
akan dijahit kembali dan dilindungi dengan kain kasa.
Meskipun operasi laparoskopi merupakan sebuah operasi
yang sederhana, namun masih menyimpan beberapa
kemungkinan yang bisa saja terjadi. Bagi mereka yang baru
saja mengalami tindakan operasi laparoskopi biasanya akan
mengalami pusing, atau mual akibat dari obat bius yang
digunakan. Pada beberapa kasus biasanya pasien yang telah
menjalani operasi laparoskopi masih menyimpan sisa gas
karbondioksida dalam perut. Namun, hal tersebut adalah hal
yang wajar dan tidak perlu untuk dikhawatirkan terlalu besar.
d) Biasanya gejala-gejala yang timbul akan menghilang dalam
beberapa hari saja. Pemulihan pasca operasi laparoskopi
sendiri memiliki tingkat penyembuhan yang berbeda-beda.
Bisanya waktu yang dibutuhkan sangat tergantung pada jenis
dan tujuan dari operasi laparoskopi. Pada beberapa tujuan
operasi seperti pengangkatan kanker atau tumor, maka
penyembuhan pasca operasi membutuhkan waktu beberapa
bulan. Sedangkan untuk operasi yang sederhana seperti
pengangkatan usus buntu biasanya akan sembuh secara total
dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu saja.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Nyeri adalah peristiwa yang tidak menyenangkan pada seseorang
dan dapat menimbulkan penderitaa/sakit.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri yaitu usia, jenios kelamin,
mekanisme, pertahanan diri, kecemasan pengalaman masa lalu,
dukungan orang-orang terdekat dan lingkungan.
3. Jenis-jenis pemeriksaan diagnostic, yaitu : USG, RONTGEN,
LAPARASKOPI, dan CTG. Jenis-jenis spesimen yaitu pemeriksaan
darah, urin, feses, dan sputum.
B. Saran
Diharapakan agar mahasiswa dapaat mempelajari makalah ini dan
dapat menerapkan ilmu yang sudah di dapat dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
AK. Dahlan dan A, St Umrah. 2013 keterampilan dasar praktik kebidanan.
Malang : Intimedia
Mujahidin Khansa.2012 keterampilan dasar praktek kebidanan.
Yogyakarta : Pustaka pelajar
Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat. 2008 keterampilan dasar
praktik klinik untuk kebidanan. Jakarta : Salemba media
http://kardiotokografi.blogspot.co.id/, diakses pada tanggal 9 maret 2018
http://bunda.co.id/rsubundamargonda/id_ID/fasilitas-dan-
pelayanan/pelayanan-medik-khusus/laparoskopi/, diakses pada tanggal 9
maret 2018
https://halosehat.com/review/tindakan-medis/laparoskopi, diakses pada
tanggal 9 maret 2018

Anda mungkin juga menyukai