Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENGKAJIAN FISIK

“ Cara Pengkajian Nyeri dengan PQRST”

Dosen Pengampu:

Dr. Dwi Ananto W. SST., M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 1 Reguler A:

1. Anisa Nur
2. Devi Fitri
3. Fitria Wahyu
4. Lian Wahyu
5. Nadilla Azza
6. Neny Febriyanti

TINGKAT 1 REGULER A

PRODI DIII KEPERAWATAN SOETOMO

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat,
karunia, serta kasih sayang-Nya kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul Cara
Pengkajian Nyeri dengan PQRST ini dengan sebaik mungkin. Makalah ini diajukan
guna memenuhi tugas Mata Kuliah Pengkajian Fisik.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Pengkajian Fisik,
Bapak Dr. Dwi Ananto W. SST., M.Kes selaku dosen pengampu kami dan semua pihak
yang turut membantu sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat
waktu.

Dalam penulisan tugas ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik
pengetikan. Oleh karena itu, semoga tugas ini dapat memberikan informasi bagi para
pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Surabaya, 20 Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1995;
Dermawan, 2012). Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (lyier
et al., 1996).
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. Pengkajian
merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya. Kemampuan
mengidentifikasi masalah keperawatan yang terjadi pada tahap ini akan
menentukan diagnosis keperawatan. Oleh karena itu, pengkajian harus dilakukan
dengan teliti dan cermat, sehingga seluruh kebutuhan perawatan pada klien dapat
diidentifikasi. Pengkajain bisa diklasifikasikan dengan beberapa cara salah satunya
adalah cara pengkajian nyeri dengan PQRST.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari nyeri?


2. Apa saja klasifikasi nyeri?
3. Bagaimana cara pengkajian nyeri dengan PQRST?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui definisi dari Nyeri


2. Mengetahui apa saja klasifikasi nyeri
3. Mengetahui cara pengkajian nyeri dengan PQRST
1.4 Manfaat

1. Pembaca
Dengan adanya tugas ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca
khususnya terkait dengan cara pengkajian nyeri dengan PQRST yang
mungkin bagi pemula akan sulit mengetahui apa itu pemeriksaan nyeri
PQRST.
2. Penulis
Dapat menyalurkan ilmu yang penulis buat kepada para pembaca tentang
cara pengkajian nyeri dengan PQRST serta memperdalam lagi ilmu terkait
cara pengkajian nyeri dengan PQRST.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Nyeri


Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri
adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat
terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan. Nyeri digolongkan ke dalam tanda vital ke 5, dapat
memberikan perubahan fisiologi, ekonomi, sosial, dan emosional yang
berkepanjangan sehingga perlu dikelola secara baik.
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri
adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan.
Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa
pemeriksaan diagnostik atau pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan
menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu penyakit manapun (Smeltzer,
2001).
Nyeri adalah mekanisme protektif untuk menimbulkan kesadaran
terhadap kenyataan bahwa sedang atau akan terjadi kerusakan jaringan. Karena
nilainya bagi kelangsungan hidup, nosiseptor (reseptor nyeri) tidak beradaptasi
terhadap stimulasi yang berulang atau berkepanjangan. Simpanan pengalaman
yang menimbulkan nyeri dalam ingatan membantu kita menghindari kejadian –
kejadian yang berpotensi membahayakan di masa mendatang (Sherwood, 2015).
Definisi keperawatan menyatakan bahwa nyeri adalah sesuatu yang
menyakitkan tubuh yang diungkapkan secara subjektif oleh individu yang
mengalaminya. Nyeri dianggap nyata meskipun tidak ada penyebab fisik
atau sumber yang dapat diidentiftkasi. Meskipun beberapa sensasi nyeri
dihubungkan dengan status mental atau status psikologis, pasien secara
nyata merasakan sensasi nyeri dalam banyak hal dan tidak hanya
membayangkannya saja. Kebanyakan sensasi nyeri adalah akibat dari stimulasi
fisik dan mental atau stimuli emosional. (Potter & Perry, 2005). Berdasarkan
definisi- definisi di atas dapat disimpulkan bahwa nyeri adalah suatu
pengalaman sensori yang tidak menyenangkan dan menyakitkan bagi tubuh
sebagai respon karena adanya kerusakan atau trauma jaringan maupun gejolak
psikologis yang diungkapkan secara subjektif oleh individu yang mengalaminya.

2.2 Klasifikasi Nyeri


Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua yaitu nyeri akut
dan nyeri kronis. Klasifikasi ini berdasarkan pada waktu atau durasi terjadinya
nyeri.
a. Nyeri akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam kurun waktu yang
singkat, biasanya kurang dari 6 bulan. Nyeri akut yang tidak diatasi secara
b. Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri yang berlangsung selama lebih dari 6
bulan. Nyeri kronik berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan,
karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang
diarahkan pada penyebabnya. Jadi nyeri ini biasanya dikaitkan dengan
kerusakan jaringan (Guyton & Hall, 2008). Nyeri kronik mengakibatkan supresi
pada fungsi sistem imun yang dapat meningkatkan pertumbuhan tumor, depresi,
dan ketidakmampuan.
Berdasarkan sumbernya, nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri
nosiseptif dan neuropatik (Potter & Perry, 2005).
a. Nyeri nosiseptif
Nosiseptif berasal dari kata “noxsious/harmful nature” dan dalam
hal ini ujung saraf nosiseptif, menerima informasi tentang stimulus yang
mampu merusak jaringan. Nyeri nosiseptif berdifat tajam, dan berdenyut
(Potter & Perry, 2005).
b. Nyeri neuropatik
Nyeri neuropatik mengarah pada disfungsi di luar sel saraf. Nyeri
neuropatik terasa seperti terbakar kesemutan dan hipersensitif terhadap sentuhan
atau dingin. Nyeri spesifik terdiri atas beberapa macam, antara lain nyeri
somatik, nyeri yang umumnya bersumber dari kulit dan jaringan di bawah kulit
(superficial) pada otot dan tulang. Macam lainnya adalah nyeri menjalar
(referred pain) yaitu nyeri yang dirasakan di bagian tubuh yang jauh letaknya
dari jaringan yang menyebabkan rasa nyeri, biasanya dari cidera organ visceral.
Sedangkan nyeri visceral adalah nyeri yang berasal dari bermacam-macam
organ viscera dalam abdomen dan dada (Guyton & Hall, 2008).

2.3 Cara Pengkajian Nyeri Dengan PQRST


Dalam mengkaji nyeri pada pasien dipastikan menggunakan instrument atau alat
ukur yang tepat. Salah satu alat ukur yang paling banyak digunakan dalam
mengkaji nyeri adalah metode mnemonic PQRST. Adapaun metode mnemonic
PQRST diantaranya sebagai berikut :

1. P : Provokes (P)

Palliative (penyebab) adalah faktor yang menyebabkan nyeri. Pada


langkah P, Perawat pengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada
klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi bagian-bagian
tubuh yang cidera.
Apabila perawat mencurigai adanya nyeri psikogenik maka perawat
harus mengeksplor perasaan klien dan menyatakan perasaan- perasaan apa yang
dapat mencetuskan nyeri.
Contoh faktor pencetus yang menimbulkan nyeri adalah aktivitas,
stres, posisi, atau gerakan. Perawat juga perlu menanyakan apa yang membuat
nyeri menjadi lebih baik atau lebih buruk.
Pertanyaan yang dapat ditanyakan misalnya sebagai berikut :

 Apa yang menyebabkan rasa sakit/nyeri?


 Apakah ada hal yang menyebabkan kondisi memburuk/membaik?
 Apa yang dilakukan jika sakit/nyeri timbul?
 Apakah nyeri ini sampai mengganggu tidur?
 Apakah memburuk dengan menarik napas dalam atau palpasi pada dada?
 Apakah nyeri menetap?

Contoh pengkajian nyeri P pada pasien dengan miokard infark: Nyeri muncul
saat beraktivitas, dan reda dengan istirahat.
2. Q : Quality of Pain (Q)

Quality of pain adalah kualitas nyeri yang dirasakan oleh pasien. Pada
langkah Q, perawat harus mengkaji kualitas dari nyeri, dimana pasien mungkin
akan menggunakan kata-kata seperti tertusuk, terbakar, tertimpa benda berat,
kram, dsb.
Contoh pertanyaan yang diberikan kepada pasien:
Bisakah anda menjelaskan rasa sakit/nyeri; apakah rasanya tajam, sakit, seperti
diremas, menekan, membakar, nyeri berat, kolik, kaku atau seperti ditusuk
(biarkan pasien menjelaskan kondisi ini dengan kata-katanya).

3. R : Region or Radiation (penyebaran)

Region or radiation adalah lokasi dan penyebaran nyeri. Perawat harus


mengkaji dimana lokasi nyeri muncul, apakah nyerinya hanya di satu tempat
atau menjalar ke tempat yang lain.
Contoh pengkajian nyeri R pada pasien dengan miokard infark:
“Nyeri dada kiri menjalar ke lengan kiri, rahang kiri, dan punggung kiri.”
REGION, RADIATION
- Dimana lokasi nyeri harus ditunjukkan dengan tepat oleh pasien
- Apakah rasa sakit bisa reda
- Apakah rasa sakit menjalar atau menyebar
- Apakah berfokus pada satu titik
- Dimana rasa sakit terjadi
- Tekanan pada saraf atau akar saraf akan memberikan gejala nyeri yang disebut
radiating pain, misalnya pada skiatika dimana nyeri menjalar mulai dari bokong
samapai anggota gerak bawah sesuai dengan distribusi saraf.

4. S : Skala Seviritas (Keparahan)

Skala kegawatan dapat lihat menggunakan GCS (Glasgow’s Coma


Scale) untuk gangguan kesadaran, skala nyeri/ukuran lain yang berkaitan dengan
keluhan. Dalam mengkaji S, Perawat harus mendapatkan data mengenai
keparahan nyeri yang dirasakan pasien dengan menggunakan skala nyeri 1
sampai 10.
Tanyakan seperti apa sakitnya dalam skala 1-10 dengan 0 berarti tidak
sakit dan 10 yang paling sakit (skala nyerinya)?
Ket: Skala nyeri :
1. Tidak nyeri = 0
2. Nyeri ringan = 1-3
3. Nyeri sedang = 4-7
4. Nyeri berat = 8-10
➢ Penilaian dapat dilakukan dengan:
- Skala nyeri deskriptif/Verbal Descriptor Scale (VDS)
- Skala numerik angka/Numerical Rating Scale (NRS)
- Skala wajah/Faces Scale untuk pasien anak-anak lebih dari 3 tahun atau pasien
dengan kesulitan bicara
Contoh pengkajian nyeri S pada pasien dengan miokard infark:
“Skala nyeri 7 (skala 1 – 10).”

5. Time (Waktu)

T : Time (waktu) kapan sakit mulai muncul; apakah munculnya perlahan atau
tiba-tiba; apakah nyeri muncul secara terus-menerus atau kadang-kadang;
apakah pasien pernah mengalami nyeri seperti ini sebelumnya. apabila "iya"
apakah nyeri yang muncul merupakan nyeri yang sama atau berbeda.
Pertanyaan yang dapat ditanyakan misalnya sebagai berikut :
➢ Kapan nyeri mulai dirasakan?
➢ Seberapa sering keluhan nyeri terjadi?
➢ Apakah terjadi mendadak atau bertahap?
➢ Apakah akut atau kronis?
➢ Apakah nyeri muncul secara terus-menerus atau kadang-kadang?
➢ Apakah pernah mengalami nyeri seperti ini sebelumnya?
Pengkajian Skala Nyeri
Untuk mengetahui tingkat keparahan nyeri yang dirasakan pasien dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1) Skala Nyeri Deskriptif/Verbal Descriptor Scale (VDS)

Gambar: Skala nyeri deskriptif

Skala nyeri deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan


nyeri yang objektif. Skala ini juga disebut sebagai skala pendeskripsian
verbal, merupakan garis yang terdiri tiga sampai lima kata
pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis.
Pendeskripsian ini mulai dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri tak
tertahankan”, dan pasien diminta untuk menunjukkan keadaan yang
sesuai dengan keadaan nyeri saat ini (Mubarak et al., 2015).

2) Skala Numerik Angka/Numerical Rating Scale (NRS)

Gambar: Skala numerik angka

Pasien diminta untuk menyebutkan intensitas nyeri berdasarkan angka 0


– 10. Titik 0 berarti tidak nyeri, 5 nyeri sedang, dan 10 adalah nyeri berat
yang tidak tertahankan. NRS digunakan untuk menentukan berbagai
perubahan pada skala nyeri, dan juga menilai respon turunnya nyeri
pasien terhadap terapi yang diberikan (Mubarak et al., 2015).

3) Faces Scale (Skala Wajah)

Gambar: Face scale

Pasien disuruh melihat skala gambar wajah. Gambar pertama tidak nyeri
(anak tenang) kedua sedikit nyeri dan selanjutnya lebih nyeri dan gambar
paling akhir, adalah orang dengan ekspresi nyeri yang sangat berat.
Setelah itu, pasien disuruh menunjuk gambar yang cocok dengan
nyerinya. Metode ini digunakan untuk pediatri, tetapi juga dapat
digunakan pada geriatri dengan gangguan kognitif (Mubarak et al., 2015)

Anda mungkin juga menyukai