Anda di halaman 1dari 17

KONSEP NYERI

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA 1

Dosen pengampu : Merisdiawati, S.Kep.,Ners,M.Kep

Disusun oleh:

Nama kelompok 1

 M.Haidar Alief A.G (2213015)


 Lawrence Mercyana H (2213053)
 Lelisa Agustina(2213049)
 Salsa Na’ilah Ulya Mahirah (2213047)
 Alrisma Khairunnisa M (2213045)
 Nasya Hadist M.A (2213050)
 Adillia anjani (2213043)
 Surya Adhitama (2213046)
 Reda Hari Putra (2213002)
 Mirza Salsabila Aziz (2213034)

PROGRAM STUDI

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN

RS.DR SOEPRAOEN KESDAM V/BRW


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan dan rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik-baiknya. Makalah tentang konsep nyeri  ini disusun sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan tugas Mata Kuliah PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA yang
kami hormati bapak ibu dosen pembimbing mata kuliah ibu Merisdawati,S.Kep.,Ners,M.Kep
yang telah memberikan ilmu nya kepada kami untuk menyelesaikan makalah kami dengan
sangat baik dan sempurna

Demikian pula kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini kami masih banyak
kekurangan dan kesalahan baik dalam segi substansi maupun tata bahasa. semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran dari penulisan
makalah ini sangat kami harapkan dengan harapan sebagai masukan dalam dan penyempurnaan
pada makalah kami berikutnya perbaikan. Untuk itu kami terima kasih.

Malang, 18 september 2022


DAFTAR ISI

BAB 1...........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
A. Latar belakang.................................................................................................................................4
C. Manfaat...........................................................................................................................................6
BAB 2...........................................................................................................................................................7
Tinjauan pustaka.........................................................................................................................................7
A. Definisi Tipe Nyeri............................................................................................................................7
B. Etiologi.............................................................................................................................................7
C. Berdasar Jenis jenis nyeri.....................................................................................................................9
durasi (waktu terjadinya)............................................................................................................................9
Berdasar intesitasnya (berat ringannya)................................................................................................10
Berdasarkan lokasi (tempat nyeri).........................................................................................................11
Faktor dan proses terjadinya nyeri........................................................................................................11
Penatalaksanaan nyeri...........................................................................................................................13
BAB 3.........................................................................................................................................................15
Penutup.....................................................................................................................................................15
A. Kesimpulan....................................................................................................................................15
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan sangat individual yang tidak
dapat dibagi dengan orang lain. Nyeri dapat memenuhi seluruh pikiran seseorang, mengubah
kehidupan orang tersebut. Akan tetapi, nyeri adalah konsep yang sulit dikomunikasikan oleh
klien (Berman, 2009). Menurut International Association for the Studi of Pain (IASP),
penyebab nyeri pada anak tidak hanya dari penyakit yang mengancam jiwa seperti kanker,
tetapi juga cidera, operasi, luka bakar, infeksi, dan efek kekerasan. Anak-anak juga
mengalami nyeri dari banyak prosedur dan penyelidikan yang digunakan oleh dokter dan
perawat untuk menyelidiki dan mengobati penyakit (Finley, 2005). Respon perilaku anak
toddler terhadap rasa nyeri sama seperti sewaktu masih bayi yaitu mimik wajah, perubahan
nada suara dan aktivitas, serta menangis, menunjukan sikap menjauh dari stimulus nyeri dan
aneka vokalisasi. Namun macam perilakunya bertambah, termasuk menggosok nyeri dan
prilaku agresif (menggigit, memukul, dan menendang). Sejumlah toddler sanggup
mengutarakan bila sakit, namun tidak dapat menggambarkan intensitas nyeri tersebut (Betz,
2009). 2 Peran pemberi perawatan primer pada penanganan nyeri yaitu untuk
mengidentifikasi, mengobati penyebab nyeri dan memberikan obat-obatan untuk
menghilangkan nyeri. Perawat tidak hanya berkolaborasi dengan tenaga professional
kesehatan lain tetapi juga memberikan intervensi pereda nyeri, mengevaluasi efektivitas
intervensi dan bertindak sebagai advokat pasien saat intervensi tidak efektif (Smetlzer dan
Bare, 2002).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Wawan,
2010). Pengetahuan perawat tentang penilaian nyeri dan intervensi sangat penting untuk
management nyeri yang efektif dan berkualitas dalam perawatan pasien (Patricia 2010).
Pada pengkajian nyeri anak berbeda dengan pengkajian nyeri pada orang dewasa, pada
pengkajian nyeri anak perawat harus mengkaji dari respon verbal dan non verbal. Salah satu
pendekatan yang digunakan adalah QUESTT: Question the child (Bertanya pada anak
mengenai rasa nyeri yang dialamI), Use pain rating scale (menggunakan skala peringkat rasa
nyeri yang sesuai dengan umur dan kemampuan anak, misal dengan menggunakan skala
wajah), Evaluate behavior and physiologic changes (mengevaluasi perubahan tingkah laku
dan fisiologis seperti: menangis keras atau menjerit, memukul dengan tangan atau kaki),
Secure parent`s involvement (melibatkan orang tua untuk mengamati 3 reaksi anak dalam
menghadapi nyeri), Take cause of pain into account (menentukan dan mencatat penyebab
rasa nyeri), Take action and evaluate results (mengambil tindakan dan mengevaluasi
hasilnya, mengambil tindakan yaitu dengan menggunakan obat/ tanpa obat, sedangkan untuk
mengevaluasi dapat dilakukan secara verbal dan non verbal) (Wong, 2003). Rumah Sakit
Umum Daerah Dr Moewardi merupakan tempat rawat inap untuk umum. Selain itu, ada
ruang rawat inap untuk anak, yaitu ruang Melati II. Perawat yang bekerja di Melati II
(bangsal anak) sebanyak 20 orang. Berdasarkan observasi hasil studi pendahuluan melalui
observasi yang dilakukan oleh peneliti di Melati II RSUD Dr Moewardi Surakarta
ditemukan adanya perawat yang melakukan pengkajian nyeri pada anak hanya melihat
ekspresi anak. Perawat kurang mempedulikan prinsip pengkajian rasa nyeri untuk anak
sebagaimana mestinya, yaitu tidak menggunakan skala wajah dan tidak melibatkan orang tua
dalam mengkaji tingkat nyeri yang dialami anak. Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa
tindakan keperawatan tidak memperdulikan beberapa dari prinsip pengkajian nyeri pada
anak. Ini merupakan masalah yang serius dan perawat diharapkan memiliki pengetahuan dan
kompetensi dalam melakukan tindakan. Maka peneliti akan meneliti tingkat pengetahuan
dalam tindakan pengkajian nyeri pada anak toddler.
B. Tujuan
a) Untuk mengetahui Pengertian Nyeri
b) Untuk mengetahui etiologi nyeri
c) Untuk mengetahui jenis jenis nyeri
d) Untuk mengetahui sifat nyeri
e) Untuk mengetahui siklus/patofisiologi
f) Untuk mengetahui penatalaksanaan non fisiologi dan fisiologi
C. Manfaat
Dapat mengetahui tentang konsep nyeri yang dapat berdampak kepada kita seperti faktor
dan cara menghilangkan penyakit nyeri tersebut.
BAB 2

Tinjauan pustaka

A. Definisi Tipe Nyeri


Tipe nyeri yang digunakan secara luas adalah nosiseptif, inflamasi, neuropatik, dan
fungsional. Saat ini mulai jelas mekanisme neurobiologi yang mendasari berbagai tipe nyeri
tersebut. Tipe nyeri yang berbeda memiliki faktor etiologik yang berbeda pula. Saat ini
pendekatan terapi nyeri telah bergeser dari pendekatan terapi yang bersifat empirik menjadi
pendekatan terapi yang didasarkan pada mekanisme. Nyeri merupakan suatu bentuk
peringatan akan adanya bahaya kerusakan jaringan. Nyeri akan membantu individu untuk
tetap hidup dan melakukan kegiatan secara fungsional. Pada kasus-kasus gangguan sensasi
nyeri (misalnya: neuropati akibat diabetes) maka dapat terjadi kerusakan jaringan yang
hebat. Nyeri pada umurrmya dapat dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu: nyeri adaptif dan
nyeri maladaptif. Nyeri adaptif berperan serta dalam proses bertahan hidup dengan
melindungi organisme dari cedera berkepanjangan dan membantu proses pemulihan.
Sebaliknya, nyeri maladaptif merupakan bentuk patologis dari sistem saraf

B. Etiologi
Pengalaman sensoris pada nyeri akut disebabkan oleh stimulus noksious yang
diperantarai oleh sistem sensorik nosiseptif. Sistem ini berjalan mulai dari perifer melalui
spinalis, batang otak, talamus, dan korteks cerebri. Pencegahan terhadap terjadinya
kerusakan jaringan mengharuskan setiap individu untuk belajar mengenali stimulus stimulus
tertentu yang berbahaya dan harus dihindari? Apabila telah terjadi kerusakan jaringan, maka
sistem nosiseptif akan bergeser fungsinya, dari fungsi protektif menjadi fungsi yang
membantu perbaikan jaringan yang rusak. Nyeri inflamasi merupakan salah satu bentuk
untuk mempercepat perbaikan kerusakan jaringan. Sensitivitas akan meningkat, sehingga
stimulus non noksious atau noksious ringan yang mengenai bagian yang meradang akan
menyebabkan nyeri. Sebagai akibatnya, individu akan mencegah adanya kontak atau
gerakan pada bagian yang cidera tersebut sampai perbaikan jaringan selesai. Hal ini akan
meminimalisasi kerusakan jaringan lebih lanjut. Nyeri inflamasi akan menurunkan derajat
kerusakan dan menghilangkan respon inflamasi. Nyeri inflamasi merupakan bentuk nyeri
yang adaptif namun demikian pada kasus-kasus cedera elektif (misalnya: pembedahan),
cedera karena trauma, atau rheumatoid arthritis, penatalaksanaan yang aktif harus dilakukan.
Respon inflamasi berlebihan atau kerusakan jaringan yang hebat tidak boleh dibiarkan.
Nyeri maladaptif tidak berhubungan dengan adanya stimulus noksious atau penyembuhan
jaringan. Nyeri maladaptif dapat terjadi sebagai respon kerusakan sistem saraf (nyeri
neuropatik) atau sebagai akibat fungsi abnormal sistem saraf (nyeri fungsional)

Penyebab nyeri

a) Trauma
 Mekanik yaitu rasa nyeri muncul disebabkan karena kerusakan pada ujung saraf
sebagai akibat benturan, gesekan atau luka.
 Termal yaitu timbulnya rasa nyeri disebabkan ujung saraf reseptor mendapatkan
rangsangan suhu (panas/dingin).
 Kimia yaitu nyeri yang disebabkan karena kontak dengan zat kimia seperti asam
atau basa kuat.
 Elektrik nyeri yang timbul karena pengaruh listrik mengenai reseptor nyeri
menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar.
b) Peradangan karena kerusakan ujung – ujung saraf reseptor karena terjepit
oleh pembengkakan, misalnya abses.
c) Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah.
d) Gangguan jaringan tubuh seperti edema, terjadinya penekanan pada reseptor
nyeri.
e) Iskemi jaringan karena blokade pada arteri koronaria akibat tertimbunnya asam
laktat.
C. Jenis jenis nyeri

Berdasarkan durasi (waktu terjadinya)


a) Nyeri akut

Nyeri akut di definisikan sebagai nyeri yang dirasakan seseorang selama beberapa detik
sampai dengan 6 (enam) bulan. Nyeri akut biasanya datang tiba-tiba, umumnya berkaitan
dengan cidera spesifik, jika ada kerusakan maka berlangsung tidak lama dan tidak ada
penyakit sistemik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan proses penyembuhan.
Beberapa pustaka lain menyebutkan nyeri akut adalah bila < 12 minggu. Nyeri antara 6-12
minggu adalah nyeri sub akut. Nyeri diatas 12 minggu adalah nyeri kronis

b) Nyeri kronis

Nyeri kronis sering didefenisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama 6 (enam) bulan
atau lebih. Nyeri kronis bersifat konstan atau intermiten yang menetap sepanjang satu
periode waktu dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dan sering sulit untuk diobati
karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan
pada penyebabnya.

Berdasarkan [penyebab timbulnya nyeri]

a) Nyeri nosiseptik

Merupakan nyeri yang terjadi karena adanya rangsangan/stimulus mekanis ke nosiseptor.


Nosiseptor berfungsi untuk menerima dan menyalurkan rangsang nyeri. Ujung ujung saraf
bebas nosiseptor berfungsi sebagai saraf yang peka terhadap rangsangan mekanis, kimia,
suhu, listrik yang menimbulkan nyeri. Nosiseptor terletak di jaringan subkutis, otot rangka,
dan sendi

b) Nyeri neuropatik

Nyeri neuropatik erupakan nyeri yang terjadi karena adanya lesi atau disfungsi primer
pada sistem saraf. Nyeri neuropatik biasanya berlangsung lama dan sulit untuk di terapi.
Salah satu bentuk yang umum dijumpai di praktek klinik adalah nyeri pasca herpes dan nyeri
neuropatik diabetika.

c) Nyeri inflamatorik
Nyeri inflamatorik merupakan nyeri yang timbul akibat adanya proses inflamasi. Nyeri
inflamatorik kadang dimasukkan dalam klasifikasi nyeri nosiseptif. Salah satu bentuk yang
umum dijumpai di praktek klinik adalah osteoarthritis.
d) Nyeri campuran
Nyeri campuran merupakan nyeri yang etiologinya tidak jelas antara nosiseptif maupun
neuropatik atau nyeri memang timbul akibat rangsangan pada nosiseptor maupun
neuropatik. Salah satu bentuk yang umum dijumpai adalah nyeri punggung bawah dan
ischialgia akibat HNP (Hernia Nukleus Pulposus)

Berdasar intesitasnya (berat ringannya)


a) Tidak nyeri
Kondisi dimana seseorang tidak mengeluhkan adanya rasa nyeri atau disebut juga bahwa
seseorang terbebas dari rasa nyeri.
b) Nyeri ringan
Seseorang merasakan nyeri dalam intensitas rendah. Pada nyeri ringan seseorang masih
bisa melakukan komunikasi dengan baik, masih bisa melakukan aktivitas seperti biasa dan
tidak terganggu kegiatannya.
c) Nyeri sedang
Rasa nyeri seseorang dalam intensitas yang lebih berat. Biasanya mulai menimbulkan
respon nyeri sedang akan mulai mengganggu aktivitas seseorang.
d) Nyeri berat
Nyeri berat/ hebat merupakan nyeri yang dirasakan berat oleh pasien dan membuat
pasien tidak mampu melakukan aktivitas seperti biasa, bahkan akan terganggu secara
psikologis dimana orang akan merasa marah dan tidak mampu untuk mengendalikan diri.
Berdasarkan lokasi (tempat nyeri)
a) Nyeri somatik

Nyeri somatik merupakan nyeri yang timbul akibat ransangan terhadap nosiseptor baik
superfisial maupun dalam. Nyeri somatik superfisial merupakan nyeri yang timbul akibat
rangsangan atau stimulasi nosiseptor di dalam kulit atau jaringan subcutan dan mukosa yang
mendasarinya. Hal ini ditandai dengan adanya sensasi/ rasa berdenyut, panas atau tertusuk,
dan mungkin berkaitan dengan rasa nyeri yang disebabkan oleh stimulus yang secara normal
tidak mengakibatkan nyeri (misalnya allodinia), dan hiperalgesia. Jenis nyeri ini biasanya
konstan dan jelas lokasinya. Nyeri superfisial biasanya terjadi sebagai respon terhadap luka
terpotong, luka gores dan luka bakar superfisial. Nyerisomatik dalam diakibatkan oleh jejas
pada struktur dinding tubuh (misalnya otot rangka/skelet). Berlawanan dengan nyeri tumpul
linuyangberkaitandenganorgandalam,nyerisomatisdapatdiketahui di mana lokasi persisnya
pada tubuh, namun beberapa menyebar ke daerah sekitarnya. Nyeri pasca bedah memiliki
komponen nyeri somatis dalam karena trauma dan jejas pada otot rangka

b) Nyeri visceral

Nyeri visceral merupakan nyeri yang timbul karena adanya jejas pada organ dengan saraf
simpatis. Nyeri ini dapat disebabkan oleh distensi abnormal atau kontraksi pada dinding otot
polos, tarikan cepat kapsul yang menyelimuti suatu organ (misalnya hati), iskemi otot skelet,
iritasi serosa atau mukosa, pembengkakan atau pemelintiran jaringan yang berlekatan
dengan organ-organ ke ruang peritoneal, dan nekrosis jaringan. Biasanya terasa sebagai
nyeri yang dalam, tumpul, linu, tertarik, diperas atau ditekan. Termasuk dalam kelompok ini
adalah nyeri alih (reffered pain).

Faktor dan proses terjadinya nyeri


Proses terjadinya nyeri dimulai secara sederhana dari transduksi stimuli
sebagai akibat kerusakan jaringan saraf sensori kemudian ditransmisikan melalui
serabut sarah bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C menuju kornu dorsalis
medula spinalis, talamus dan korteks serebri. Impuls tersebut diterima dan
dipersepsikan sebagai kualitas dan kuantitas nyeri. Rangsangan nyeri dapat berupa
rangsangan mekanik, suhu (panas atau dingin), agen kimiawi karena
trauma/inflamasi. Efek yang ditimbulkan yaitu pada pasien menunjukkan tanda
fisiologis seperti mengakui ketidaknyamanan / mengeluh, pasien menunjukkan
ekspresi wajah seperti meringis, mengernyitkan dahi, gelisah. Pasien melindungi
bagian tubuh yang merasakan nyeri serta fokus untuk aktivitas penghilang rasa
nyeri

D. Sifat nyeri
1) incidetal pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang
2) Steady pain, yaitu nyeri yang timbul an menetap serta dirasakan dalam waktu yang lama
3) Paroxysmal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali. Nyeri
tersebut biasnya memetap kurang lebih 10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.

E. Siklus Nyeri

Suatu proses neurofisiologis yang kompleks, disebut sebagai nosiseptif merupakan


rangkaian dari proses mekanisme nyeri, dimana terdiri empat proses, proses tranduksi,
transmisi, modulasi, dan persepsi. Dimulai dari adanya stimulus diperifer sampai dirasaskan
nyeri pada sistem saraf pusat. 4

 Tranduksi ialah proses perubahan energi, akibat rangsangan dari stimulus noksius
(mekanikal, kimia, termal), yang diubah menjadi aktivitas elektrikal di ujung-ujung saraf,
oleh reseptor sensoris yang dinamakan nosiseptor.

 Transmisi merupakan proses penjalaran sinyal neural dari proses transduksi di perifer,
yang diteruskan ke medulla spinalis dan otak.

 Modulasi merupakan proses inhibitor pada jalur desenden dan mempengaruhi penjalaran
sinyal nosiseptif pada setiap tingkat di medulla spinalis.

 Persepsi ialah, hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dari proses transduksi,
transmisi, dan modulasi sepanjang aktivasi sensorik yang sampai pada area primer sensorik
korteks serebri dan masukan lain bagian otak yang akhirnya menghasilkan suatu penafsiran
subjektif yang disebut persepsi nyeri.
F. Penatalaksanaan nyeri
Secara umum, penatalaksanaan nyeri dikelompokkan menjadi dua, yaitu penatalaksanaan
nyeri secara farmakologi dan non farmakologi.

a) Penatalaksanaan nyeri secara farmakologi

Penatalaksanaan nyeri secara farmakologi melibatkan penggunaan opiat (narkotik),


nonopiat/ obat AINS (anti inflamasi nonsteroid), obat- obat adjuvans atau koanalgesik.
Analgesik opiat mencakup derivate opium, seperti morfin dan kodein. Narkotik meredakan
nyeri danmemberikan perasaan euforia. Semua opiat menimbulkan sedikit rasa kantuk pada
awalnya ketika pertama kali diberikan, tetapi dengan pemberian yang teratur, efek samping
ini cenderung menurun. Opiat juga menimbulkan mual, muntah, konstipasi, dan depresi
pernapasan serta harus digunakan secara hati-hati pada klien yang mengalami gangguan
pernapasan Nonopiat (analgesik non-narkotik) termasuk obat AINS seperti aspirin dan
ibuprofen. Nonopiat mengurangi nyeri dengan cara bekerja di ujung saraf perifer pada
daerah luka dan menurunkan tingkat mediator inflamasi yang dihasilkan di daerah luka.
Analgesik adjuvans adalah obat yang dikembangkan untuk tujuan selain penghilang nyeri
tetapi obat ini dapat mengurangi nyeri kronis tipe tertentu selain melakukan kerja primernya.
Sedatif ringan atau obat penenang, sebagai contoh, dapat membantu mengurangi spasme
otot yang menyakitkan, kecemasan, stres, dan ketegangan sehingga klien dapat tidur
nyenyak. Antidepresan digunakan untuk mengatasi depresi dan gangguan alam perasaan
yang mendasarinya, tetapi dapat juga menguatkan strategi nyeri lainnya

b) Penatalaksanaan nyeri secara non farmakologi

a. Stimulasi dan masase kutaneus

Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada punggung
dan bahu. Masase tidak secara spesifik menstimulasi reseptor tidak nyeri pada bagian yang
sama seperti reseptor nyeri tetapi dapat mempunyai dampak melalui sistem control
desenden. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman karena menyebabkan relaksasi otot
b. Terapi es dan panas

Terapi es dapat menurunkan prostaglandin, yang memperkuat sensitivitas reseptor nyeri


dan subkutan lain pada tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi. Penggunaan
panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan
dapat turut menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan. Baik terapi es maupun
terapi panas harus digunakan dengan hati-hati dan dipantau dengan cermat untuk
menghindari cedera kulit

c. Trancutaneus electric nerve stimulation

Trancutaneus electric nerve stimulation (TENS) menggunakan unit yang dijalankan oleh
baterai dengan elektroda yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan,
menggetar atau mendengung pada area nyeri. TENS dapat digunakan baik untuk nyeri akut
maupun nyeri kronis

d. Distraksi

Distraksi yang mencakup memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri
dapat menjadi strategi yang berhasil dan mungkin merupakan mekanisme yang bertanggung
jawab terhadap teknik kognitif efektif lainnya. Seseorang yang kurang menyadari adanya
nyeri atau memberikan sedikit perhatian pada nyeri akan sedikit terganggu oleh nyeri dan
lebih toleransi terhadap nyeri. Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan
menstimulasi sistem kontrol desenden, yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang
ditransmisikan ke otak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri.
Untuk itu, dengan melakukan tehnik distraksi dengan melakukan permainan anak (bemain
puzzle) maka akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya. Karena dengan
melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya
(distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Dengan demikian,
permainan adalah media komunikasi antar anak dengan orang lain, termasuk dengan perawat
atau petugas kesehatan dirumah sakit. Perawat dapat mengkaji perasaan dan pikiran anak
melalui ekspresi nonverbal yang ditunjukkan selama melakukan permainan atau melalui
interaksi yang ditunjukkan anak dengan orang tua dan teman kelompok bermainnya.
e. Teknik relaksasi

Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan


ketegangan otot yang menunjang nyeri. Hampir semua orang dengan nyeri kronis
mendapatkan manfaat dari metode relaksasi. Periode relaksasi yang teratur dapat membantu
untuk melawan keletihan dan ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri kronis dan yang
meningkatkan nyeri

f. Imajinasi terbimbing

Imajinasi terbimbing adalah mengggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang
dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu. Sebagai contoh, imajinasi
terbimbing untuk relaksasi dan meredakan nyeri dapat terdiri atas menggabungkan napas
berirama lambat dengan suatu bayangan mental relaksasi dan kenyamanan

g. Hipnosis

Hipnosis efektif dalam meredakan nyeri atau menurunkan jumlah analgesik yang
dibutuhkan pada nyeri akut dan kronis. Keefektifan hipnosis tergantung pada kemudahan
hipnotik individu
BAB 3

Penutup

A. Kesimpulan
Menurut data diatas dapat disimpulkan bahwa nyeri merupakan pengalaman sensorik
multidimensi yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan. Kelompok studi nyeri
Perdossi (2000) telah menterjemahkan definisi nyeri yang dibuat IASP (International Association
The Study of Pain) yang berbunyi ”nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial, atau yang digambarkan
dalam bentuk kerusakan tersebut. Proses terjadinya nyeri dimulai secara sederhana dari
transduksi stimuli sebagai akibat kerusakan jaringan saraf sensori kemudian ditransmisikan
melalui serabut sarah bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C menuju kornu dorsalis
medula spinalis, talamus dan korteks serebri. Secara umum, penatalaksanaan nyeri
dikelompokkan menjadi dua, yaitu penatalaksanaan nyeri secara farmakologi dan non
farmakologi. Skala nyeri yaitu Merupakan suatu metode yang di gunakan untuk mengetahui
keparahan rasa sakit yang di rasakan oleh pasien. Siklus nyeri yaitu Suatu proses
neurofisiologis yang kompleks, disebut sebagai nosiseptif merupakan rangkaian dari proses
mekanisme nyeri, dimana terdiri empat proses, proses tranduksi, transmisi, modulasi, dan
persepsi.
DAFTAR PUSTAKA

Berman , A., & Kozier B. (2009). Praktik Keperawatan Klinis. Jakarta: Buku Ajar.

Bervik H, B., & P. (2008). Assesment of Pain. English: British Journal Of Anesthesia 101(1): 17-24.

Butterworth JF, M., & D. (2008). Clinical Anesthesiology Fifth Edition. North America: The Psiology Of
Pain Mechanism From The Peripery to the Brain.

Chung IS, S., & W. (2001). Nurse's Assesment of Postoperative Pain. Can it be Alternative to Patient's Self
Report.

Coll, A., & A. (2004). Postoprative pain Assesment Tools in Day Surgery. Journal of Advanced Nursing
46(2): 124-133.

Anda mungkin juga menyukai