Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN MASALAH KEBUTUHAN DASAR GANGGUAN RASA NYAMAN : NYERI


Disusun Untuk Memenuhi Matakuliah Keperawatan Dasar
Yang Dibimbing Oleh Ibu Ns. Luluk Nur Aini, M.Kep

Oleh :
Alifia Nurrafikarisma
(AOA0200926)
Kelas Bekisar

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG
2021 / 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmatnya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Dengan
Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri”. Terima kasih kami ucapkan
kepada para pengajar atas bimbingan dan pendidikan yang diberikan sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik. Makalah ini merupakan hasil diskusi kelompok kami
dengan materi kebutuhan dasar dimiliki dan memiliki.

Pembahasan didalamnya kami dapatkan dari pembelajaran kuliah, searching


internet, diskusi anggota, dan lain-lain. Dengan pemahaman berdasarkan pokok bahasan
masalah kebutuhan rasa memiliki dan dimiliki pada manusia, kami sadari makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami
harapkan demi kesempurnaannya. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah
ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami yang sedang menempuh pendidikan dan dapat
dijadikan pelajaran bagi teman-teman dan kami khususnya.

Malang, 19 Agustus 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................................
BAB I (PENDAHULUAN)..........................................................................................................
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH.........................................................................................................
C. TUJUAN...............................................................................................................................

BAB II (TINJAUAN PUSTAKA)................................................................................................


1. KONSEP DASAR.................................................................................................................
1.1. DEFINISI KEBUTUHAN DASAR..............................................................................
1.2. DEFINISI RASA NYAMAN.......................................................................................
1.3. DEFINISI NYERI......................................................................................................
1.4. FISIOLOGI NYERI....................................................................................................
1.5. KLASIFIKASI NYERI................................................................................................
1.6. ETIOLOGI.................................................................................................................
1.7. KARAKTERISTIK NYERI AKUT DAN KRONIS.......................................................
1.8. FAKTOR PENGARUH NYERI..................................................................................
1.9. PENATALAKSANAAN.............................................................................................
1.10. DERAJAT NYERI.....................................................................................................
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................................
2.1 PENGKAJIAN..........................................................................................................
2.2 ANALISIS DATA......................................................................................................
2.3 DIAGNOSIS.............................................................................................................
2.4 INTERVENSI...........................................................................................................
2.5 IMPLEMENTASI......................................................................................................
2.6 EVALUASI...............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk biopsikososial dan spriritual memiliki banyak
kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, bahkan dari kebutuhan yang paling
dasar seperti makan, minum, bernapas, elimininasi, reproduksi dan istirahat.
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia
dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis, yang tentunya
bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.
Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam teori Hirarki.
Dalam mengaplikasikan kebutuhan dasar manusia (KDM) yang dapat digunakan
untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan
perawatan. Beberapa kebutuhan manusia tertentu lebih mendasar dari pada
kebutuhan lainnya. Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan dasar fisiologis, aman
nyaman, cinta dimiliki dan memiliki, harga diri, dan aktualisasi diri
Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Setiap orang
mempunyai kebutuhan dasar yang sama, walaupun masing-masing memiliki latar
belakang sosial, budaya, persepsi, dan pengetahuan yang berbeda. Manusia akan
memenuhi kebutuhan dasarnya sesuai dengan tingkat prioritas masing-masing.
Kebutuhan dasar yang harus segera dipenuhi adalah kebutuhan dasar dengan
tingkat prioritas yang paling tinggi / utama, walaupun kebutuhan dasar umumnya
harus dipenuhi.
Untuk kebutuhan rasa nyaman dipersepsikan berbeda pada setiap individu.
Pada gangguan rasa nyaman akibat nyeri, pasien merespons terhadap nyeri yang
dialaminya dengan beragam cara, misalnya berteriak, meringis, dan lain-lain. Oleh
karena itu, nyeri bersifat subjektif. Dikatakan subjektif karena hanya klien saja yang
bisa merasakan nyeri tersebut
The International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan
nyeri sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait
dengan kerusakan jaringan baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan
dalam kerusakan tersebut. Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak
menyenangkan adalah suatu kebutuhan individu. Kebutuhan terbebas dari rasa nyeri
itu merupakan salah satu kebutuhan dasar yang merupakan tujuan diberikannya
asuhan keperawatan pada seorang klien (Sigit Nian Prasetyo, 2010).
B. Rumusan Masalah
Dilihat dari latar belakang, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut :
Apa definisi mengenai konsep nyeri dan bagaimana asuhan keperawatan pada
pasien dengan masalah kebutuhan gangguan rasa nyaman nyeri

C. Tujuan
1) Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai konsep nyeri, dan
memperoleh gambaran dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien
gangguan rasa nyaman yaitu nyeri
2) Tujuan Khusus
a. Mampu membuat pengkajian pada pasien dengan gangguan rasa nyeri
b. Mampu membuat diagnosa keperawatan berdasarkan kasus tersebut
c. Mampu membuat rencana keperawatan berdasarkan teori keperawatan
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien gangguan rasa
nyeri
e. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien
f. Mampu mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada pasien
gangguan rasa nyeri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. KONSEP DASAR
1.1. DEFINISI KEBUTUHAN DASAR
Kebutuhan adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan
kekurangan dan ingin diperoleh suatu yang akan diwujudkan melalui suatu
usaha atau tindakan (Murray dalam Bherm, 1996). Kebutuhan dasar
manusia adalah hal-hal seperti makanan, air, keamanan dan cinta yang
merupakan hal yang penting untuk bertahan hidup dan kesehatan.
Dalam hal ini Abraham Maslow mengemukakan Teori Hierarki
Kebutuhan yang menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan
dasar, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman dan perlindungan,
kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki, kebutuhan harga diri, serta
kebutuhan aktualisasi diri (Potter dan Perry 1997).
Adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan dasar, yang
dipengaruhi oleh stimulus internal maupun eksternal. Kebutuhan dasar saling
berhuibungan dan saling mempengaruhi. Manusia dapart merasakan
adanyas kebutuhan dan akan berusaha memenuhinya dengan segera
(Asmadi, 2008).
1.2. DEFINISI RASA NYAMAN
Rasa nyaman merupakan merupakan keadaan terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan ketentraman (kepuasan yang
dapat meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan yang
telah terpenuhi), dan transenden. Kenyamanan seharusnya dipandang
secara holistic yang mencakup empat aspek yaitu:
1) Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh
2) Sosial, berhubungan dengan interpersonal, keluarga, dan sosial
3) Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri
seorang yang meliputi harga diri, seksualitas dan makna kehidupan
4) Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal
manusia seperti cahaya, bunyi, temperature, warna, dan unsur ilmiah
lainnya.
Gangguan rasa nyaman adalah perasaan seseorang merasa kurang
nyaman dan sempurna dalam kondisi fisik, psikospiritual, lingkungan, budaya
dan sosialnya. Menurut (Keliat dkk., 2015) gangguan rasa nyaman
mempunyai batasan karakteristik yaitu: ansietas, berkeluh kesah, gangguan
pola tidur, gatal, gejala distress, gelisah, iritabilitas, ketidakmampuan untuk
relasks, kurang puas dengan keadaan, menangis, merasa dingin, merasa
kurang senang dengan situasi, merasa hangat, merasa lapar, merasa tidak
nyaman, merintih, dam takut. Gangguan rasa nyaman merupakan suatu
gangguan dimana perasaan kurang senang, kurang lega, dan kurang
sempurna dalam dimensi fisik , psikospiritual,lingkungan serta sosial pada diri
yang biasanya mempunyai gejala dan tanda minor
1.3. DEFINISI NYERI
Nyeri merupakan suatu mekanisme proteksi bagi tubuh, timbul ketika
jaringan sedang rusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk
menghilangkan rasa nyeri (Arthur C Curton; Prasetyo 2010 dalam
Andarmoyo, 2013). Menurut Association for the study of pain, Nyeri adalah
awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan
akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung < 6 bulan
maupun > 6 bulan.
Definisi keperawatan menyatakan bahwa nyeri adalah sesuatu yang
menyakitkan tubuh yang diungkapkan secara subjektif oleh individu yang
mengalaminya.Nyeri dianggap nyata meskipun tidak ada penyebab fisik atau
sumber yang dapat diidentiftkasi. Meskipun beberapa sensasi nyeri
dihubungkan dengan status mental atau status psikologis, pasien secara
nyata merasakan sensasi nyeri dalam banyak hal dan tidak hanya
membayangkannya saja.Kebanyakan sensasi nyeri adalah akibat dari
stimulasi fisik dan mental atau stimuli emosional.(Potter & Perry, 2005).
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa nyeri
adalah suatu pengalaman sensori yang tidak menyenangkan dan
menyakitkan bagi tubuh sebagai respon karena adanya kerusakan atau
trauma jaringan maupun gejolak psikologis yang diungkapkan secara
subjektif oleh individu yang mengalaminya.
1.4. FISIOLOGI NYERI
Saat terjadinya stimulus yang menimbulkan kerusakan jaringan
hingga pengalaman emosional dan psikologis yang menyebabkan nyeri,
terdapat rangkaian peristiwa elektrik dan kimiawi yang kompleks, yaitu
transduksi, transrmisi, modulasi dan persepsi. Transduksi adalah proses
dimana stimulus noksius diubah menjadi aktivitas elektrik pada ujung saraf
sensorik (reseptor) terkait.
Proses berikutnya, yaitu transmisi, dalam proses ini terlibat tiga
komponen saraf yaitu saraf sensorik perifer yang meneruskan impuls ke
medulla spinalis, kemudian jaringan saraf yang meneruskan impuls yang
menuju ke atas (ascendens), dari medulla spinalis ke batang otak dan
thalamus. Yang terakhir hubungan timbal balik antara thalamus dan cortex.
Proses ketiga adalah modulasi yaitu aktivitas saraf yang bertujuan
mengontrol transmisi nyeri. Suatu senyawa tertentu telah diternukan di sistem
saraf pusat yang secara selektif menghambat transmisi nyeri di medulla
spinalis.Senyawa ini diaktifkan jika terjadi relaksasi atau obat analgetika
seperti morfin (Dewanto. G, 2003).
Proses terakhir adalah persepsi, proses impuls nyeri yang
ditransmisikan hingga menimbulkan perasaan subyektif dari nyeri sama
sekali belum jelas. Bahkan struktur otak yang menimbulkan persepsi tersebut
juga tidak jelas.Sangat disayangkan karena nyeri secara mendasar
merupakan pengalaman subyektif yang dialami seseorang sehingga sangat
sulit untuk memahaminya (Dewanto.G, 2003).
Nyeri diawali sebagai pesan yang diterima oleh saraf-saraf perifer. Zat
kimia (substansi P, bradikinin, prostaglandin) dilepaskan lalu kemudian
menstimulasi saraf perifer, membantu mengantarkan pesan nyeri dari daerah
yang terluka ke otak. Sinyal nyeri dari daerah yang terluka berjalan sebagai
impuls elektrokimia di sepanjang nervus ke bagian dorsal spinal cord (daerah
pada spinal yang menerima sinyal dari seluruh tubuh).
Pesan kemudian dihantarkan ke thalamus, pusat sensoris di otak di
mana sensasi seperti panas, dingin, nyeri, dan sentuhan pertama kali
dipersepsikan.Pesan lalu dihantarkan ke cortex, di mana intensitas dan lokasi
nyeri dipersepsikan.Penyembuhan nyeri dimulai sebagai tanda dari otak
kemudian turun ke spinal cord. Di bagian dorsal, zat kimia seperti endorphin
dilepaskan untuk mngurangi nyeri didaerah yang terluka (Potter&Perry,2005).
Kozier, dkk. (2009) mengatakan bahwa nyeri akan menyebabkan
respon tubuh meliputi aspek pisiologis dan psikologis, merangsang respon
otonom (simpatis dan parasimpatis respon simpatis akibat nyeri seperti
peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, peningkatan
pernapasan, meningkatkan tegangan otot, dilatasi pupil, wajah pucat,
diaphoresis, sedangkan respon parasimpatis seperti nyeri dalam, berat,
berakibat tekanan darah turun nadi turun, mual dan muntah, kelemahan,
kelelahan, dan pucat.
1.5. KLASIFIKASI NYERI
Klasifikasi menurut Wilkinson Judith M. & Nancy R. Ahern, 2011 sebagai
berikut :
1) Nyeri Akut
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat
adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan
dengan istilah seperti (International Association for the study of pain),
awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intesitas ringan sampai berat
dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan
durasinya kurang dari 6 bulan.
2) Nyeri Kronis
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat
adanya kerusakan (International Association for the study of pain) awitan
yang tiba-tiba atau perlahan dengan intesitas ringan sampai berat dengan
akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya lebih
dari 6 bulan.
1.6. ETIOLOGI
Menurut Atoilah,E. M., & Engkus, K.(2013), etiologi dari nyeri adalah sebagai
berikut :
1) Trauma
a. Trauma mekanik berupa benturan, gesekan, luka, bekas sayatan
pasca operasi yang merangsang nyeri karena reseptor nyeri
mengalami kerusakan
b. Trauma thermik seperti panas api, air dingin yang berlebih akan
merangsang reseptor nyeri
c. Trauma kimia seperti sentuhan asam dan basa yang kuat
d. Trauma elektrik seperti aliran listrik yang kuat akan merangsang
reseptor nyeri akibat kejang otot atau kerusakan reseptor nyeri
2) Neoplasma
a. Neoplasma jinak dapat menyebabkan penekanan pada ujung
saraf reseptor nyeri.
b. Neoplasma ganas akan mengakibatkan kerusakan jaringan,
akibat tarikan, jepitan atau metestase dari kanker.
c. Peradangan seperti abses, pleuritis akan mengakibatkan
kerusakan saraf reseptor nyeri akibat adanya peradangan atau
karena adanya penekanan dari pembengkakan jaringan.
3) Iskemik jaringan
4) Trauma psikologis
1.7. KARAKTERISTIK NYERI AKUT DAN KRONIS
KARAKTERISTIK NYERI AKUT NYERI KRONIS

Tujuan/Keuntungan Memperingatkan adanya Tidak ada


cedera atau masalah

Awitan Mendadak Terus menerus atau


intermiten

Intensitas Ringan sampai berat Ringan sampai berat

Durasi Durasi singkat (dari Durasi lama (6 bulan


beberapa detik sampai 6 atau lebih)
bulan)

Respon otonom - Konstan dengan respon Tidak terdapat respons


stres simpatis otonom

- Frekuensi jantung
meningkat

- Dilatasi pupil meningkat

- Mortalitas
gastrointestinal menurun

- Aliran saliva menurun


(mulut kering)

Komponen Psikologis Ansietas - Depresi

- Mudah marah

- Menarik diri dan minat


dunia luar

- Menarik diri dari


persahabatan

- Tidur terganggu

- Libido menurun

- Nafsu makan menurun

Contoh Nyeri bedah, trauma Nyeri kanker, Artritis,


Neuralgia trigeminal
1.8. FAKTOR PENGARUH NYERI
1) Usia
Usia sangat mempengaruhi respon terhadap nyeri. Anak kecil
mempunyai kesulitan memahami rasa nyeri sebab belum dapat
mengucapkan kata-kata untuk mengungkapkan secara verbal dan
mengekspresikan nyeri kepada orang tua ataupun petugas kesehatan.
Berbeda pada pasien lansia, harus dilakukan pengkajian secara lebih
rinci ketika pasien lansia melaporkan adanya nyeri. Hal ini dikarenakan
lansia sering kali memiliki sumber nyeri yang lebih dari satu, terkadang
penyakit yang berbeda-beda yang diderita menimbulkan gejala yang
sama. Sebagian lansia terkadang pasrah terhadap apa yang mereka
rasakan, karena menganggap hal tersebut merupakan konsekuensi
penuaan yang tidak bisa dihindari.
2) Jenis kelamin
Jenis kelamin antara pria maupun wanita tidak ada perbedaan secara
bermakna dalam berespon terhadap nyeri. Beberapa kebudayaan
mempengaruhi jenis kelamin dalam memaknai nyeri misal, menganggap
bahwa anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan
anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama (Potter &
Perry, 2006 dalam Andarmoyo 2013).
3) Kebudayaan
Keyakinan dan nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu
mengatasi rasa nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan
apa yang diterima oleh kebudayaan mereka.Budaya dan etnisitas
berpengaruh pada bagaimana seseorang merespon terhadap nyeri. Sejak
dini pada masa kanak-kanak, individu belajar dari lingkungan sekitar
mereka merespon nyeri yang bagaimana dapat diterima atau tidak dapat
diterima (Smeltzer, S.S & Bare, B.G,2002 dalam Andarmoyo,2013).
4) Makna nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi
pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini
juga dikaitkan dengan latar belakang budaya individu tersebut, individu
akan mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda, apabila nyeri
tersebut memberikan pesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan
tantangan(Potter& Perry,2006 dalam Andarmoyo,2013).
5) Perhatian
Tingkat pasien memfokuskan perhatianya terhadap nyeri juga dapat
mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan
dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan (distraksi)
dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun(Gill,1990;Potter&Perry,
2006 dalam Andarmoyo, 2013).
6) Ansietas
Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri,tetapi nyeri juga
dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas (Paice, 1991) dikutip dari
Potter & perry (2006), Melaporkan suatu bukti bahwa stimulus nyeri
mengaktifkan bagian sistem limbic yang diyakini mengendalikan emosi
seseorang, khususnya ansietas (Andarmoyo, 2013).
7) Keletihan
Keletihan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan persepsi
nyeri. Rasa keletihan akan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif
dan menurunkan kemampuan koping. Apabila keletihan disertai kesulitan
tidur, persepsi nyeri bahkan dapat terasa lebih berat lagi. Nyeri seringkali
lebih berkurang setelah individu mengalami suatu periode tidur yang lelap
(Potter& Perry, 2006 dalam Andarmoyo,2013).
8) Pengalaman sebelumnya
Apabila individu mempunyai riwayat nyeri tanpa pernah sembuh atau
menderita nyeri yang berat maka ansietas dapat muncul. Apabila individu
mengalami nyeri dengan jenis yang sama secara berulang, tetapi
kemudian nyeri dapat berhasil dihilangkan akan lebih mudah bagi individu
untuk menginterpretasikan sensasi nyeri akibatnya, individu akan lebih
siap untuk melakukan tindakan yang diperlukan untuk menghilangkan
nyeri (Potter & Perry, 2006 dalam Andarmoyo 2013).
9) Gaya koping
Nyeri dapat menyebabkan ketidak mampuan baik sebagian maupun
keseluruhan,Individu sering kali menemukan berbagai cara
mengembangkan koping terhadap efek fisik dan psikologis nyeri. Penting
untuk memahami sumber koping klien selama klien mengalami nyeri,
sumber yang dimaksud seperti komunikasi dengan keluarga pendukung
melakukan latihan, atau menyanyi dapat digunakan dalam rencana
asuhan keperawatan dalam upaya mendukung klien dan mengurangi
nyeri (Potter& Perry, 2006 dalam Andarmoyo, 2013).
10) Dukungan keluarga dan sosial
Faktor lain yang mempengaruhi respon nyeri adalah kehadiran orang
terdekat individu dan bagaimana sikap mereka terhadap klien. Individu
yang mengalami nyeri sering bergantung pada anggota keluarga atau
teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan, dan perlindungan.
Meskipun nyeri tetap dirasakan, kehadiran orang yang dicintai individu
akan meminimalkan kesepian dan ketakutan. Apabila tidak ada keluarga
atau teman,seringkali pengalaman nyeri membuat individu semakin
tertekan. Kehadiran orang tua sangat penting bagi anak-anak yang
sedang mengalami nyeri ( Potter & Perry, 2006 dalam Andarmoyo, 2013).
1.9. PENATALAKSANAAN
1) Terapi Farmakologis
Analgesik merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi
nyeri. Walaupun analgesik dapat menghilangkan nyeri dengan efektif,
perawatan dan dokter masih cenderung tidak melakukan upaya analgesik
dalam penanganan nyeri karena informasi obat yang tidak benar, karena
adanya kekhawatiran klien akan mengalami ketagihan obat, cemas akan
melakukan kesalahan dalam menggunakan analgesik narkotik dan
pemberian obat yang kurang dari yang diresepkan. Tiga jenis analgesik
umumnya digunakan untuk meredakan nyeri. Ketiga jenis ini adalah :
a. Analgesik non-narkotik & obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID)
NSAID antara lain aspirin, ibu profen (Motrin) dan naproksen
(Naprosyn, Aleve). NSAID Non-narkotik umumnya menghilangkan
nyeri ringan dan nyeri sedang, seperti nyeri terkait dengan artritis
reumatoid, prosedur pengobatan gigi, dan prosedur bedah minor,
episiotomi, dan masalah pada punggung bagian bawah. Satu
pengecualian, yaitu ketorolak (Taradol), merupakan agens analgesik
pertama yang dapat diinjeksikan yang kemanjurannya dapat
dibandingkan dengan morfin
b. Analgesik narkotik atau opiate
Analgesik narkotik atau opiat umumnya diresepkan dan digunakan
untuk nyeri sedang sampai berat, seperti pascaoperasi dan nyeri
maligna.Analgesik ini bekerja pada sistem saraf pusat untuk
menghasilkan kombinasi efek mendepresi dan menstimulasi
c. Obat tambahan (Adjuvan)
Adjuvan seperti sedatif, anticemas, dan relaksasi otot meningkatkan
kontrol nyeri atau menghilangkan gejala lain yang terkait dengan nyeri
seperti mual muntah. Agens tersebut diberikan dalam bentuk tunggal
atau disertai dengan analgesik.Sedatif sering kali diresepkan untuk
penderita nyeri kronik. Obat-obatan ini dapat menimbulkan rasa
kantuk dan kerusakan koordinasi, keputusasaan, dan kewaspadaan
mental
2) Terapi Non Farmakologis
Managemen nyeri nonfarmakologis merupakan tindakan menurunkan
respon nyeri tanpa menggunakan agens farmakologis.Melakukan
intervensi manajemen nyeri non farmakologi merupakan tindakan mandiri
perawat dalam mengatasi respon nyeri klien. Managemen nyeri
nonfarmakologi sangat beragam. Banyak literatur yang membicarakan
mengenai teknik-teknik peredaan nyeri. Beberapa tindakan non
farmakologis dalam mengurangi nyeri antara lain sebagai berikut :
a. Distraksi
Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu
selain nyeri atau dapat diartikan lain bahwa distraksi adalah suatu
tindakan pengalihan perhatian pasien ke hal-hal diluar nyeri. Dengan
demikian, diharap pasien tidak terfokus pada nyeri lagi dan dapat
menurunkan kewaspadaan pasien terhadap nyeri bahkan
meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
o Distraksi visual/ penglihatan
o Distraksi Audio/ pendengaran
o Distraksi Intelektual/ pengalihan perhtian
b. Relaksasi
Relaksasi merupakan pelemasan otot sehingga akan
mengurangi ketegangan otot yang dapat mengurangi rasa nyeri.
Teknik yang dilakukan yaitu dengan nafas dalam secara teratur
dengan cara menghirup udara melalui hidung, tahan dan keluarkan
secara perlahan melalui mulut (Atoilah, E. M., & Engkus, K. 2013).
c. Stimulasi Saraf Elektris Transkutan / TENS
Transcutaneous Elektrical Nerve Stimulation (TENS) adalah
alat yang menggunakan aliran listrik baik dengan frekuensi rendah
maupun tinggi yang dihubungkan dengan elektroda pada kulit untuk
menghasilkan sensasi kesemutan, bergetar, atau mendengung pada
area yang nyeru. TENS adalah salah satu prosedur non invasif dan
salah satu metode yang aman untuk mengurangi nyeri akut maupun
kronis (Andarmoyo, 2013).
d. Imajinasi terbimbing
Imajinasi terbimbing adalah suatu cara dengan menggunakan
imajinasi seseorang dalam cara yang dirancang secara khusus untuk
mencapai efek positif tertentu. Tindakan ini membutuhkan konsentrasi
yang cukup. Usahakan kondisi lingkunan mendukung untuk tindakan
ini misalnya kegaduhan, kebisingan, bau menyengat maupun cahaya
yang terang perlu dipertimbangkan agar tidak mengganggu
konsentrasi klien.
e. Akupuntur
Akupuntur adalah suatu teknik tusuk jarum yang
mempergunakan jarum kecil panjang (ukuran bervasiasi mulai dari 1,7
cm - 10 cm) kemudian di tusukkan pada bagian tertentu di badan
(area yang sering digunakan adalah kaki, tungkai bawah, tangan, dan
lengan bawah). Setelah dimasukan ke area tubuh tertentu, jarum
diputar-putar atau di pakai untuk menghantar arus listrik yang kecil.
Titik-titik akupuntur dapat distimulasi dengan memasukkan dan
mencabut jarum menggunakan panas, tekanan / pijatan, laser atau
stimulasi elektrik atau kombinasi dari berbagai macam cara tersebut
1.10. DERAJAT NYERI
Intensitas derajat nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah
nyeri yang dirasakan individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif
dan invidual serta kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan
sangat berbeda.
Pengukuran intensitas nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan skala
sebagai berikut :
1) NRS (Numeric Ratting Scale)
Cara mengkaji nyeri secara subjektif yang sering digunakan, metode yang
digunakan adalah angka 0-10,dengan menggunakan NRS kita dapat
menentukan tingkat/derajat nyeri pasien dimana 0 (tidak ada nyeri), 1-4
(nyeri ringan), 5-6 (nyeri sedang), 7-10 (nyeri berat).

2) Wong-Baker Faces Pain Scale


Instrumen pengkajian nyeri ini biasanya digunakan pada pasien anak-
anak kurang dari 12 tahun. Pengkajian nyeri dipusatkan pada ekspresi
wajah yang terdiri dari 6 animasi wajah, dari ekspresi tersenyum, kurang
bahagia, sedih, dan wajah penuh air mata (rasa sakit yang paling buruk).

3) VAS (Visual Analog Scale)


Skala berupa garis lurus yang panjangnya 10cm, dengan deskripsi pada
masing-masing angkanya. <4 (nyeri ringan), 4-7 (nyeri sedang) dan 7-19
(nyeri berat)
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1. PENGKAJIAN
 Pengkajian Nyeri
Perawat perlu mengkaji semua faktor yang mempengaruhi
nyeri, seperti faktor fisologis, psikologis, perilaku, emosional, dan
sosiokultural. Pengkajian nyeri terdiri atas dua komponen utama yaitu
riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien dan observasi
langsung pada respons perilaku dan fisiologis klien.
Tujuan dari pengkajian yaitu adalah untuk mendapatkan
pemahaman objektif terhadap pengalaman subjektif (Mubarak &
Chayatin, 2008). Mnemonik untuk pengkajian nyeri :

P Provoking atau pemicu, yaitu faktor yang memicu timbulnya nyeri

Q Quality atau kualitas nyeri (misalnya tumpul, tajam)

R Region atau daerah, yaitu daerah perjalanan ke daerah lain

S Severity atau keganasan, yaitu intensitasnya

T Time atau waktu, yaitu serangan, lamanya, kekerapan dan sebab

 Riwayat Nyeri
Saat mengkaji riwayat nyeri, perawat sebaiknya memberi klien
kesempatan untuk mengungkapkan cara pandang mereka terhadap
nyeri dan situasi tersebut dengan kata-kata mereka sendiri. Langkah
ini akan membantu perawat memahami makna neri bagi klien dan
bagaimana ia berkoping terhada situasi tersebut. Secara umum,
pengkajian riwayat nyeri meliputi :
a) Lokasi
Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, minta klien untuk
menunjukkan area nyerinya.
b) Intensitas nyeri
Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang mudah
dan terpercaya untuk menentukan intensitas nyeri pasien. Skala
nyeri yang paling sering digunakan adalah rentang 0-5 atau 0-10.
c) Kualitas nyeri
Terkadang nyeri seperti “dipukul-pukul” atau “ditusuk-tusuk”.
Perawat perlu mencatat kata-kata yang di gunakan klien untuk
menggambarkan nyerinya sebab informasi yang akurat dapat
berpengaruh besar pada diagnosis dan etiologi nyeri serta pilihan
tindakan yang di ambil.
d) Pola
Pola nyeri meliputi waktu awitan, durasi dan kekambuhan atau
interval nyeri. Perawat perlu mengkaji kapan nyeri di mulai, berapa
lama nyeri berlangsung, apakah nyeri berulang, dan kapan nyeri
terakhir kali muncul.
e) Faktor pretisipasi
Terkadang aktivitas tertentu dapat memicu muncunlnya nyeri.
Aktivitas fisik yang berat dapat menimbulkan nyeri dada. Selain
itu, faktor lingkungan, stressor fisik dan emosional juga dapat
memicu timbulnya nyeri.
f) Faktor yang menyertai
Gejala ini meliputi mual, muntah, pusing dan diare.
g) Pengaruh pada aktivitas sehari-hari
Dengan mengetahui sejauh mana nyeri mempengaruhi aktivitas
harian klien akan membantu perawat memahami perspektif klien
tentang nyeri.
h) Sumber koping
Setiap individu memiliki sumber koping yang berbeda dalam
menghadapi nyeri. Strategi tersebut dapat dipengaruhi oleh
pengalaman nyeri sebelumnya, serta status emosional.
i) Respons afektif
Respons afektif klien terhadap nyeri bervariasi, bergantung pada
situasi, derajat dan durasi nyeri, interpretasi tentang nyeri dan
banyak faktor lainnya. Perawat perlu mengkaji adanya perasaan
ansietas, takut, depresi atau perasaan gagal pada diri klien
(Mubarak & Chayatin, 2008).
 Observasi Respon Perilaku dan Fisiologi
Ekspresi wajah merupakan salah satu respons perilaku. Selain
itu ada juga vokalisasi seperti mengerang, berteriak, meringis.
Sedangkan respon fisiologis untuk nyeri bervariasi bergantung pada
sumber dan durasi nyeri. Pada awal nyeri, respons fisiologis dapat
meliputi peningkatan tekanan darah, nadi dan pernapasan, dilatasi
pupil akibat terstimulasinya sistem saraf simpatis.
Akan tetapi jika nyeri berlangsung lama, dan saraf simpatis
telah beradaptasi, respons fisiologis tersebut mungkin akan berkurang
atau bahkan tidak ada. Karenanya penting bagi perawat untuk
mengkaji lebih dari satu respons fisiologis sebab bisa jadi respons
tersebut merupakan indicator yang buruk untuk nyeri (Mubarak &
Chayatin, 2008).
1) Identitas
Meliputi indetitas klien terdiri dari Nama, umur, jenis kelamin, status,
agama, perkerjaan, pendidikan, alamat. Penanggung jawaban juga terdiri
dari nama, umur penanggung jawab, hubungan keluarga, dan perkerjaan.
2) Keluhan Utama
Keluhan apa saja yang membuat klien datang ke rumah sakit, keluhan
utama sebaiknya tidak lebih dari satu
3) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama keluhan terjadi,
bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, dimana keluhan timbul,
keadaan bagaimana yang memperberat dan memperingan
b. Riwayat kesehatan dahulu
Dalam hal ini yang perlu dikaji atau di tanyakan pada klien tentang
penyakit apa saja yang pernah di derita, riwayat operasi serta
tanyakan apakah pernah masuk rumah sakit sebelumnya.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji ada / tidaknya pengaruh ke penyakit keturunan seperti hipertensi,
hepatitis , stroke, kanker, DM, TBC, dan asma.
4) Pola Sehari-hari
a. Nutrisi
b. Eliminasi Alvi & Urine
c. Tidur / istirahat
d. Personal Hygiene
e. Aktivitas
5) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien mulai saat pertama kali bertemu dengan klien
dilanjutkan mengukur tanda-tanda vital.
b. Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)
Umumnya pasien mengalami takikardi, peningkatan tekanan darah,
dapat juga terjadi hipotensi.
c. Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan Kepala
Kebersihan kepala, warna rambut, tidak ada kelainan bentuk
kepala, tidak ada nyeri tekan.
 Pemeriksaan Wajah
Pasien nampak meringis menahan nyeri pada luka bekas
operasi. tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema.
 Pemeriksaan Mata
Keadaan pupil isokor, palperbra dan refleks cahaya tidak ada
gangguan, konjungtiva tidak anemis
 Pemeriksaan Hidung
Bersih, tidak terdapat polip, tidak ada nyeri tekan, tidak
terdapat nafas cuping hidung
 Pemeriksaan Mulut
Mukosa bibir kering karena adanya pembatasan masukan oral,
mengamati bibir ada tidaknya kelainan kogenital (bibir
sumbing), sianosis atau tidak, pembengkakkan atau tidak, lesi
atau tidak, amati adanya stomatitis pada mulut atau tidak,
amati jumlah dan bentuk gigi, gigi berlubang, warna, plak, dan
kebersihan gigi.
Mengkaji terdapat nyeri tekan atau tidak pada pipi dan mulut
bagian dalam
 Pemeriksaan Telinga
Pada klien post operasi apendiktomi fungsi pendengaran tidak
mengalami gangguan, inspeksi bentuk dan kesimetrisan
telinga, kebersihan telinga.
 Pemeriksaan Thorak
a) Paru-paru
o Inspeksi : Pergerakan dada simetris, Pasien post
operasi apendiktomi akan mengalami penurunan
dan peningkatan frekuensi nafas
o Palpasi : Kaji ada tidaknya nyeri tekan,vokal
fremitus sama antara kanan dan kiri.
o Perkusi : Terdengar sonor
o Auskultasi : Normalnya terdengar vasikuler pada
kedua paru, tidak terdapat suara tambahan
b) Jantung
o Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
o Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 4 & 5 mid
clavicula sinistra.
o Perkusi : Normalnya terdengar pekak
o Auskultasi : Normalnya terdengar tunggal suara
jantung pertama dan suara jantung kedua.
c) Abdomen
o Inspeksi : Terdapat luka bekas operasi tertutup
kasa,bentuk dan ukuran luka, terlihat mengencang
(distensi).
o Auskultasi : Bising usus menurun
o Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada abdomen
bekas operasi
o Perkusi :Kaji suara apakah timpani atau
hipertimpani
 Ekstremitas
Secara umum klien nyeri dapat mengalami kelemahan
karena tirah baring. Kekakuan otot akan berangsur membaik
seiring dengan peningkatan toleransi aktivitas klien.
 Integritas kulit
Inspeksi adanya atau tidak terdapat luka sayatan, warna kulit,
kelembaban, akral hangat, CRT (Capilary Refil Time)< 2detik,
turgor kulit menurun.
6) Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah rutin
Untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit yang merupakan
tanda adanya infeksi
b. Pemeriksaan foto abdomen
Untuk mengetahui adanya komplikasi pasca pembedahan
2.2. ANALISIS DATA
Data yang telah dikumpulkan dari data subjektif dan data objektif
kemudian dianalisa untuk menentukan masalah klien. Analisa merupakan
proses intelektual yang meliputi kegiatan menyeleksi data, mengklarifikasi,
mengelompokkan data, mengaitkan dan menentukan kesenjangan informasi,
membandingkan dengan standar, menginterprestasikan serta akhirnya
membuat diagnosa keperawatan
2.3. DIAGNOSIS
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI,2017 diagnosis yang muncul pada
kasus nyeri akut antara lain:
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis (mis, inflamasi,
iskemia, neoplasma
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera kimiawi (mis, terbakar,
bahan kimia iritan)
3) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (mis, abses,
amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi,
trauma, latihan fisik berlebihan)
2.4. INTERVENSI
Langkah-langkah dalam proses keperawatan membutuhkan perawat
untuk mengumpulkan informasi dari berbagai sumber.
1) Tujuan dan kriteria hasil
Ketika menangani nyeri klien, tujuan perawat harus dapat
meningkatkan fungsi/peran klien secara optimal, riteria hasil yang
didapatkan untuk tujuan tersebut:
a. Melaporkan bahwa nyeri berada di skala 3 atau kurang pada skla 0
sampai 10
b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan rasa nyeri
c. Melakukan tindakan unutuk mengurangi nyeri secara aman
d. Tingkat ketidaknyamanan tidak akan menganggu aktivitas harian
2) Menentukan prioritas
Ketika menentukan prioritas pada manajeman nyeri, pertimbangan
jenis nyeri yang dialami klien dan efek nyeri terhadap berbagai fungsi
tubuh. Dampingi klien memilih intervensi terhadap sifat dan efek nyeri.
3) Perawatan kolaboratif
Perencanaan yang menyeluruh mencangkup berbagai sumber untuk
mengontrol nyeri. Sumber-sumber tersebut tersedia meliputi perawat
spesialis, dokter ahli farmakologi, terapi fisik, terapis okupasional, dan
penasehat spritual ( Potter & Perry, 2010).
NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI

1 Nyeri akut SLKI Tingkat Nyeri SIKI


:
A.Definisi: Manajemen Nyeri:
Tingkat nyeri
Pengalaman sensorik atau emosional A. Observasi.
menurun dengan
yang berkaitan dengan kerusakan
kriteria hasil: - Lokasi,karakteristik,
jaringan aktual atau fungsional,
durasi, frekuensi,
dengan onset mendadak atau lambat 1.Keluhan nyeri
kualitas, intensitas
dan berintensitas ringan hingga berat menurun
nyeri.
yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
2. Fokus membaik
- Identitas skala
B.Penyebab :
3. Meringis menurun nyeri
1. Agen pencedera fisiologis
4. Sifat protektif - Identitas respon
(mis.Inflamasi, iskemia,
menurun nyeri non verbal
neoplasma).
2. Agen pencedera kimiawi 5.Gelisah menurun - Identitas faktor
(mis.Terbakar,bahan kimia iritasi). yang memperberat
3. Agen pencedera fisik (mis. Abses, 6. Kemampuan
dan memperingan
trauma, amputasi,terbakar, menuntaskan
nyeri
terpotong, mengangkat aktivitas meningkat

berat,prosedur operasi, - Identitas


7. Kesulitan tidur
trauma,latihan fisik berlebihan pengetahuan dan
menurun
keyakinan tentang
C.Gejala dan Tanda Mayor nyeri
8. berfokus pada diri

1. Subjektif: sendirimenurun
- Identifikasi
9.Diaforesi menurun pengaruh nyeri pada
- Mengeluh nyeri
kualitas hidup
2. Objektif: 10.Frekuensi nadi
membaik - Monitor
- Tampak meringis keberhasilan terapi
komplementer yang
- Bersikap protektif (mis. Waspada,
sudah diberikan
posisi menghindari nyeri)
B. Terapeutik.
- Gelisah
- Berikan teknik
- Sulit tidur
nonfarmakologis
D.Gejala dan Tanda Minor: untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
1. Subjektif: (Tidak tersedia) TENS, hypnosis,
2. Objektif: akupresur, terapi
musik, biofeedback,
- Tekanan darah meningat
terapi pijat, aroma
- Pola nafas berubah terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
- Nafsu makan berubah kompres hangat
/dingin,distraksi,
- Proses berfikir terganggu
relaksasi(genggam
- Menarik diri jari, benson))

E.Kondisi klinis terkait: - Control lingkungan


yang memperberat
1. Kondisi pembedahan
rasa nyeri (mis.Suhu
2. Cedera traumatis ruang, pencahaya,
kebisingan)
3. Infeksi
- Fasilitasi istirahat
4. Sindrom koroner akut
dan tidur

5. Glaucoma
C. Edukasi

- Jelaskan
penyebab, periode,
dan pemicu nyeri

- Jelaskan strategi
meredakan nyeri

- Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri

D. Kolaborasi

- Kolaborasi
pemberian analgesik
jika perlu
2.5. IMPEMENTASI
Terapi nyeri membutuhkan pendekatan secara personal, mungkin
lebih pada penanganan masalah klien yang lain.Perawat, klien, dan keluarga
merupakan mitra kerja sama dalam melakukan tindakan untuk mengatasi
nyeri (Potter & Perry, 2010).
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana keperawatan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana
keperawatan disusun dan ditujukan untuk membantu klien mencapai tujuan
yang diharapkan.
Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
Perencanaan keperawatan dapat dilaksanakan dengan baik jika klien
mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam implementasi keperawatan.
2.6. EVALUASI
Evaluasi nyeri merupakan salah satu tanggung jawab perawat yang
membutuhkan cara berfikir kritis yang efektif Respon prilaku klien terhadap
intervensi penanganan nyeri tidak selalu tampak jelas. Mengevaluasi
keefektifan intervensi nyeri membutuhkan perawat untuk mengevaluasi klien
sesudah periode waktu tertentu yang tepat.
Tahap evaluasi ini dilakuakan secara formatif dan sumatif. Evaluasi
formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan,
sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.Untuk melakukan evaluasi,
ada baiknya disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional :
S (Subjective)
Bagian ini meliputi data subjektif atau informasi yang didapatkan dari klien
setelah mendapatkan tindakan, seperti klien menguraikan gejala sakit atau
menyatakan keinginannya untuk mengetahui tentang pengobatan. Ada
tidaknya data subjektif dalam catatan perkembangan tergantung pada
keakutan penyakit klien.
O (Objective)
Informasi yang didapatkan berdasarkan hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan perawat setelah tindakan. Misalnya pemeriksaan
fisik, hasil laboratorium, observasi atau hasil radiologi.
A (Assesment)
Membandingkan antara informasi subjektif & objektif dengan tujuan&kriteria
hasil yang kemudian dapat ditarik kesimpulan bahwa masalah teratasi,
masalah teratasi sebagian, atau masalah tidak teratasi
P (Planning)
Perencanaan bergantung pada pengkajian situasi yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan. Rencana dapat meliputi instruksi untuk mengatasi masalah klien,
mengumpulkan data tambahan tentang masalah klien, pendidikan bagi
individu atau keluarga, dan tujuan asuhan. Rencana yang terdapat dalam
evaluasi atau catatan SOAP dibandingkan dengan rencana pada catatan
terdahulu, kemudian dapat ditarik keputusan untuk merevisi, memodifikasi,
atau meneruskan tindakan yang lalu. (Hemanus, 2015).
Ada 3 keputusan pada tahap evaluasi antara lain :
1) Klien telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan, sehingga
rencana mungkin dihentikan.
2) Klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan, sehingga
pada penambahan waktu, resources, dan intervensi sebelum tujuan
berhasil.
3) Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan sehingga perlu :
 Mengkaji ulang masalah atau respon yang lebih akurat
 Membuat outcome yang baru, mungkin autcome pertama tidak
realistis atau mungkin keluarga tidak menghendaki terhadap
tujuan yang disusun oleh perawat.
 Intervensi keperawatan harus dievaluasi dalam hal ketepatan
untuk mencapai tujuan sebelumnya.
Evalusi yang di harapkan dari rencana intervensi manajemen nyeri yaitu :
1) Keluhan nyeri menurun
2) Fokus membaik
3) Meringis menurun
4) Sifat protektif menurun
5) Gelisah menurun
6) Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat
7) Kesulitan tidur menurun
8) Berfokus pada diri sendiri menurun
9) Diaforesis menurun
10) Frekuensi nadi membaik
Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018).

Anda mungkin juga menyukai