Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN LOW BACK PAIN

KELOMPOK 2 KMB III

Disusun Oleh:
1. Hiskia Ahmad Fuadi G24017059
2. Amalia Yuli Maulinisa G24017060
3. Feby Risa Mufida G24017061
4. Wemonah Nabila G24017062
5. Wiwid Cahyaningrum G24017063
6. Nabila Surya Afifa G24017064
7. Wahyu Tri Fibrianingrum G2A017065
8. Tiara Sekar Sari G2A017066
9. Dinar Maulana G2A017067
10. Muhammad Fuad Bawazir G2A017068
11. Shefira Liana Dewi G2A017069
12. Dias Patria Sari G2A017070
13. Dian Wahyuni G2A017071
14. Arlia Rimadia G2A017072
15. Nur Endah Wulansari G2A017073
16. Rizka Agnes Kurniasari G2A017074
17. Sisi Puji Astutik G2A017075

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... 1


BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG .......................................................................................................... 3
2. TUJUAN PENULISAN ....................................................................................................... 4
a. Tujuan Umum .............................................................................................................. 4
b. Tujuan Khusus ............................................................................................................. 4
3. METODE PENULISAN ...................................................................................................... 4
4. SISTEMATIKA PENULISAN ............................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian..................................................................................................................... 6
2. Etiologi ......................................................................................................................... 6
3. Patofisiologi ................................................................................................................. 7
4. Manifestasi Klinis ...................................................................................................... 11
5. Penatalaksanaan ......................................................................................................... 12
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian .................................................................................................................. 13
2. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................................. 15
3. Kompilkasi ................................................................................................................. 17
4. Pathway ...................................................................................................................... 18
5. Diagnosa Keperawatan ....................................................................................................... 19
6. Intervensi ............................................................................................................................ 19
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Uraian kasus ....................................................................................................................... 26
B. Pengkajian kasus ................................................................................................................ 26
C. Diagnosa Keperawatan ....................................................................................................... 26
D. Rencana Keperawatan ........................................................................................................ 27
BAB IVPENUTUP
1
A. Kesimpulan ......................................................................................................................... 31
B. Saran ................................................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 32

2
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Masalah nyeri punggung bawah merupakan sumber data tarik, frustasi dan
kadang menjadi kebingungan pada banyak dokter dan ilmuan untuk mempelajari dan
menangani penyakit ini. Tulang belakang merupakan satu- satunya organ yang terdiri dari
tulang-tulang, sendi- sendi, ligament-ligamen, jaringan lemak, berlapis lapis otot, syaraf
tepi, ganglion sensoris, ganglion otonom dan saraf tulang belakang. Struktur tersebut di
suplay oleh satu sistem arteri dan vena yang rumit. Selain itu pergerakan dari tulang
belakang itu sendiri sangat kompleks dan cidera pada tulang belakang dan struktur-
struktur tersebut akan menghasilakan pola nyeri yang unik.
Low Back Pain (LBP) atau Nyeri Punggung Bawah (NPB) adalah suatu gejala
dan bukan merupakan suatu diagnosis. Pada beberapa kasus gejalanya sesuai dengan
diagnosis patologisnya dengan ketepatan yang tinggi, namun sebagian besar kasus,
diagnosisnya tidak pasti dan berlangsung lama. LBP atau NPB merupakan salah satu
masalah kesehatan yang sering dijumpai di masyarakat. World Health Organization
(WHO) menyatakan kira-kira 150 jenis gangguan muskuloskeletal di derita oleh ratusan
juta manusia yang menyebabkan nyeri dan inflamasi yang sangat lama serta disabilitas
atau keterbatasan fungsional, sehingga menyebabkan gangguan psikologik dan sosial
penderita. Nyeri yang diakibatkan oleh gangguan tersebut salah satunya adalah keluhan
nyeri punggung bawah yang merupakan keluhan paling banyak ditemukan diantara
keluhan nyeri yang lain. Laporan ini berhubungan dengan penetapan dekade 2000-2010
oleh WHO sebagai dekade tulang dan persendian , dimana penyakit gangguan
musculoskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat-pusat pelayanan
kesehatan di seluruh dunia. LBP merupakan keluhan yang spesifik dan paling banyak
dikonsultasikan pada dokter umum. Hampir 70%-80% penduduk negara maju pernah
mengalaminya. LBP merupakan masalah kesehatan yang paling penting di semua negara.

3
2. TUJUAN PENULISAN
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang asuhan keperawatan low back
pain
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami Pengertian Low Back Pain
2. Mahasiswa mampu memahami EtiologiLow Back Pain
3. Mahasiswa mampu memahami PatofisiologiLow Back Pain
4. Mahasiswa mampu memahami Manifestasi klinisLow Back Pain
5. Mahasiswa mampu memahami PenatalaksanaanLow Back Pain
6. Mahasiswa mampu memahami PengkajianLow Back Pain
7. Mahasiswa mampu memahami Pemeriksaan PenunjangLow Back Pain
8. Mahasiswa mampu memahami KomplikasiLow Back Pain
9. Mahasiswa mampu memahami PathwayLow Back Pain
10. Mahasiswa mampu memahami Diagnosa KeperawatanLow Back Pain
11. Mahasiswa mampu memahami Intervensi Low Back Pain
3. METODE PENULISAN
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah :
Metode Pustaka, yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan
data dari pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa buku maupun informasi di
internet.
4. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB 1 : PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah
b. Tujuan Penulisan
c. Metode Penulisan
d. Sistematika Penulisan

BAB II :TINJAUAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

a. Konsep Penyakit
b. Konsep Asuhan Keperawatan
BAB III : TINJAUAN KASUS
4
a. Uraian Kasus
b. Pengkajian Keperawatan
c. Diagnosa Keperawatan
d. Rencana Keperawatan
BAB IV : KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

5
BAB II
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Nyeri punggung bawah (low back pain) adalah nyeri di daerah punggung bawah,
yang mungkin disebabkan oleh masalah saraf, iritasi otot atau lesi tulang. Nyeri
punggung bawah dapat mengikuti cedera atau trauma punggung, tapi rasa sakit juga
dapat disebabkan oleh kondisi degeneratif seperti penyakit artritis, osteoporosis atau
penyakit tulang lainnya, infeksi virus, iritasi pada sendi dan cakram sendi, atau
kelainan bawaan pada tulang belakang. Obesitas, merokok, berat badan saat hamil,
stres, kondisi fisik yang buruk, postur yang tidak sesuai untuk kegiatan yang
dilakukan, dan posisi tidur yang buruk juga dapat menyebabkan nyeri punggung
bawah.
Nyeri punggung bawah atau LBP adalah nyeri yang terbatas pada regio lumbal,
tetapi gejalanya lebih merata dan tidak hanya terbatas pada satu radiks saraf, namun
secara luas berasal dari diskus intervertebralis lumbal.
2. Etiologi
Nyeri punggung dapat disebabkan oleh berbagai kelainan yang terjadi pada tulang
belakang otot, diskus intervertebralis, sendi, maupun struktur lain yang menyokong
tulang belakang. Kelainan tersebut diantaranya:
1. Kelainan kongenotal atau kelainan perkembangan: spondilosis dan
spondilolistesis, kiposkoliosis, spina bifida, gangguan korda spinalis.
2. Trauma Minor: regangan,cidera whiplash
3. Fraktur: traumatik – jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, atraumatik –
osteoporosis, infiltrasi neoplastik, steroid eksogen.
4. Herniasi diskus intervertebral
5. Degeneratif: kompleks diskus – osteofit, gangguan diskus internal, stenosis
spinalis dengan klaudikasio neurogenic, gangguan sendi vertebral, gangguan
sendi atlantoaksial (misalnya arthritis reumatoid)
6. Arthritis : spondilosis, atropati facet atau sakroiliaka, autoimun (misalnya
ankylosing spondylitis, sindrom reiter)

6
7. Neoplasma – metastasis, hemtologic, tumor tulang primer.
8. Infeksi/inflamasi: osteomyelitis vertebral, abses epidural, sepsis diskus,
meningitis
9. Metabolic: imobilitas, osteoporosis – hiperparatiroid
10. Vascular: diseksi arteri vertebral
11. Lainnya: nyeri alih dari gangguan visceral, sikap tubuh, psikiatrik, pura-pura sakit,
sindrom nyeri kronik.
3. Patofisiologi
Pinggang adalah bagian belakang badan yang mengemban bagian tubuh dari
toraks keatas dan perut. Bagian tersebut ialah tulang belakang lumbal khususnya dan
seluruh tulang belakang umumnya. Tiap ruas tulang belakang berikut dengan diskus
intervertebralis sepanjang kolumna vertebralis merupakan satuan anatomi dan
fisiologi. Bagian depan yang terdiri dari korpus vertebralis dan diskus intervertebralis
berfungsi sebagai pengemban yang kuat, tetapi cukup fleksibel serta bisa tahan
terhadap tekanantekanan menurut porosnya, yang menahan tekanan tersebut ialah
nucleus pulposus. Fleksibilitas dijamin oleh ligamenta dan fasia-fasia yang kuat yang
mengikat dan membungkus korpus serta diskus intervertebralis, tetapi fleksibilitas
tersebut dijamin terhadap penekukan kebelakang dan kesamping yang berlebihan oleh
artikulus posterior superior yang merupakan bagian belakang tiap ruas tulang
belakang. Bagian belakang ini terdiri dari pedikel, lamina serta processus spinosus
dan transverses. Dalam keseluruhannya bagian belakang menyediakan terowongan
yang dikenal sebagai kanalis vertebralis. Serta fasies artikulus inferior bersendi
dengan faises artikulus tetangganya. Persendian tersebut terdiri dari semua unsur
jaringan yang dimiliki setiap sendi biasa tubuh, yaitu kartilago, sinovial dan kapsul.
Diantara padikelpadikel sepanjang kolumna vertebralis terdapat lubang yang
dinamakan foramen intervertebralis. Dinding belakang dibentuk oleh artikulus
posterior dan dinding depannya dibentuk sebagian besar oleh diskus intervertebralis.
Didalam kanalis vertebralis terdapat medulla spinalis yang membujur kebawah
sampai L2 melalui setiap foramen intervertebralis setiap segmen medulla spinalis
menjulurkan radiks dorsalis dan ventralisnya ke periferi menuju cervical dan torakal
berkas serabut tepi itu (radiks dorslis dan ventralis) menuju ke foramen tersebut

7
secara horizontal. Tetapi didaerah lumbal dan sacral, radiks dorsalis dan ventralis
berjalan secara curam ke bawah dahulu sebelum tiba ditingkat foramen
intervertebralis yang bersangkutan. Hal ini disebabkan oleh karena medulla spinalis
membujur hanya sampai tingkat L.2 saja. Otot-otot yang terdapat sekeliling tulang
belakang mempunyai origo dan inserio pada processus transverses atau processus
spinosus. Stabilitas kolumna vertebralis dijamin oleh ligamenta secara impuls nyeri
terdapat ligamenta, otot-otot, periostium, lapisan louar annulus fibrosus dan sinovia
artikulus posterior. Nyeri setempat karena iritasi ujung-ujung saraf penghantar impuls
nyeri. Korpus vertebra yang dirusak tumor ganas tidak menimbulkan nyeri selama
periostiumnya tidak teregang, oleh karena korpus vertebra tidak mengandung ujung-
ujung serabut pengantar impuls nyeri. Proses patologi apapun yang membangkitkan
nyeri setempat harus dianggap sebagai perangsang jaringan-jaringan yang peka nyeri.
Nyeri setempat biasanya terus menerus atau hilang timbul. Pada penekanan nyeri
dapat bertambah hebat atau diluar. Reffered pain atau nyeri berulang yang dirasakan
didaerah pinggang dapat bersumber pada proses patologi dijaringan yang peka nyeri
didaerah abdominal, pelvis ataupun tulang belakang lumbalnya sendiri. Reffered pain
yang berasal dari tulang belakang lumbal bagian atas dirasakan didaerah anterior paha
dan tungkai bawah. Reffered pain yang berasal dari organ-organ abdominal dan
pelvis terasa disamping pinggang dan didaerah permukaan perut sendiri.
Proses patologi di bagian retroperitoneal seperti batu ginjal, limfoma, karsinpoma,
dan aneorisma aorta dapat membangkitkan reffered pain di pinggang dengan
penjalaran kedaerah perut bawah sampai garis inguinal bahkan ke labia atau testis.
Reffered pain dipinggang yang bersumber pada organ di pelvis diakibatkan oleh
proses patologi apapun yang menegangkan ligament sakrouterina. Posisi uterus yang
salah dapat menarik ligament tersebut dan menimbulkan reffered pain di punggung
bagian bawah. Nyeri radikuler menjalar secara tegas, terbatas pada dermatomnya dan
sifat nyerinya lebih keras dan terasa pada permukaan tubuh. Nyeri radikuler timbul
karena perangsangan terhadap radiks hal ini berarti proses patologi yang
menimbulkan nyeri radikuler harus berada disekitar foramen intervertebralis. Nyeri
yang menjalar karena terlibatnya nervus isciadicus di tingkat sendi sakroiliaka atau
sendi punggung pada waktu. Nyeri akibat kontraksi otot sebagai tindakan proaktif.

8
Otot dalam keadaan tegang terus menerus menimbulkan perasaan yang dinyatakan
kebanyakan orang sebagai pegal. Sikap duduk jalan dan berdiri yang salah dapat
menimbulkan sakit pinggang. Keadaan tegang mental memberikan ketegangannya
kepada otot-otot lumbal juga, sebagaimana halnya dengan ketegangan mental yang
diberikan kepada otot-otot kepala-leher-bahu. Struktur spesifik dalam system saraf
terlibat dalam mengubah stimulus menjadi sensasi nyeri.
Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai system
nosiseptif. Sensitifitas dari komponen system nosiseptif dapat dipengaruhi oleh
sejumlah faktor dan berbeda diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan
terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi sangat
nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain. Reseptor nyeri
(nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespons hanya pada
stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya
bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri merupakan jaras multi arah yang
kompleks. Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan
mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah local. Sel-sel mast, folikel rambut dan
kelenjar keringat. Stimuli serabut ini mengakibatkan pelepasan histamin dari sel-sel
mast dan mengakibatkan vasodilatasi. Serabut kutaneus terletak lebih kearah sentral
dari cabang yang lebih jauh dan berhubungan dengan rantai simpatis paravertebra
system saraf dan dengan organ internal yang lebih besar. Sejumlah substansi yang
dapat meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin,
asetilkolin dan substansi prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat meningkatkan
efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin.
Substansi lain dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi
nyeri adalah endorfin dan enkefalin yang ditemukan dalam konsentrasi yang kuat
dalam system saraf pusat. Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat
memproses sensori, dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system
assenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri
yang terletak dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri terjadi karena adanya
interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi nyeri. Patofisiologi pada sensasi nyeri
punggung bawah dalam hal ini kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah

9
batang yang elastik yang tersusun atas banyak unit vertebrae dan unit diskus
intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen
dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan
fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat memberikan perlindungan yang
maksimal terhadap sum-sum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan
menyerap goncangan vertical pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh
membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat
penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan
struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur dan peregangan
berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri punggung. Diskus
intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua.
Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks
gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur.
Degenerasi diskus intervertebra merupakan penyebab nyeri punggung biasa. Diskus
lumbal bawah, Lumbal 4 – Lumbal 5 dan Lumbal 5 – Sacral 6, menderita stress
paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan
sendi dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis
spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut. (Priguna
Sidharta 2000; 203). Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna
vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas
banyak unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh
kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis.
Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara
disisi lain tetap dapat memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sumsum
tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical
pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang
belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat
beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas,
masalah postur, masalah struktur dan peregangan berlebihan pendukung tulang
belakang dapat berakibat nyeri punggung. Diskus intervertebralis akan mengalami

10
perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago
yang padat dan tak teratur.
4. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis LBP asalah nyeri yang dirasakan didaerah punggung bawah, dan
dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri yang
berasal daru daerah punggung baaah dapat menuju ke daerah lain atau sebaliknya ,
nyeri dari daerah lain dirasakan didaerah punggung bawah (reffered pain/ nyeri yang
menjalar). Tanda gejala yang timbul antara lain :
1. Cara berjalan yang pjncang,diseret, kaku ( meurpakan indikasi untuk peneriksaan
neurologi)
2. Perilaku penderita apakah konsisten dengan keluhan nyerinya (kemungkinan
kelainan psikiatrik)
3. Nyeri yang timbuk harmpir pada semua pergerakan daerah lumbal (pinggang)
sehingga penderita berjalan sangat berhati-hati ( kemungkinan
infeksi,peradangan,patah tulang atau tumor)
Menurut Internasional Association fot the Study of Pain (IASP) ,yang termasuk
dalam low back pain terdiri dari :
a. Lumbal Spinal Pain ,yaitu nyeri pada daerah yang dibatasi : superior oleh garis
transversal imajiner yang melalui ujung proscsus spinous dari vetebra thorakal
terakhir,inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus
spionus dari dari veterbra sakralis pertama dan lateral oleh garis vertikal
tangensial terhadap batas lateral spina lumbalis
b. Sacral Spinal Pain ,yaitu nyeri di daerah yang dibatasi superiorboleh garis
transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinous veterbra sakralis
pertama ,inferior oleh garis transversal imajiner yang melaluj sendi
sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh garis imajiner melalui spinailaka
superior posterior dan inferior
c. Lumbosacral Pain ,nyeri didaerah 1/3 dari lumbal spinal pain dan 1/3 atas daerah
sacral spjnal pain
Selain itu IASP membagi low back pain kedalam :
 Low Back Pian Akut , telah dirasakan minimal 3 bulan

11
 Low Back Pain Kronik ,telah dirasakan sekurangnya
 LowPain Pain Subakut,telah dirasakan 5-7 minggh tetapi mtiidak lebih dari 12
minggu.
5. Penatalaksanaan
 Terapi non Farmakologi
1. Pasien dianjurkan berolahraga kemudian dievaluasi lebih lanjut jika pasien
tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari dalam 4-6 minggu
2. Pada beberapa kasus dapat dilakukan tirah baring 2-3 hari pertama
mengurangi nyeri
3. Dipertimbangkan pemberian obat penghilang rasa nyeri apabila pasien
belum mampu melakukan aktivitas dalam 1-2 minggu
4. Pemberian terapi dengan modalitas lain seperti intervensi listrik, pemijatan,
orthosis, mobilisasi, traksi maupun modalitas termal berupa ultrasound
terapeutik, diatermi, infra red, dan hidroterapi, dengan terapi elektrik
seperti stimulasi galvanic, arus interferensial, arus mikro, stimulus saraf
transkutaneus elektrik maupun stimulus neuromuskular. Terapi dapat pula
dilakukan dengan cara merindian se[erti akupuntur atau elektroakupuntur.
Selain itu, dapat pula digunakan terai leser dan terapi kombinasi atau
multimodalitas.
 Terapi farmokologi
1. Asetaminofen
Penggunaan asetaminifen dengan dosis penuh (2sampai 4g per
hari) sebagai terapi lain pertama didukung oleh bukti-bukti yang kuat dan
beebrapa pedoman terapi (rekomendasi A). Harus diketahui bahwa pada
pasien dengan riwayat alkoholisme, sedang puasa, memiliki penyajit liver,
mengkomsumsi obat tetentu (terutama antikonvulsan) atau orang tua yang
lemah, toksisitas hati dapat terjadi pada dosis yang direkomendasikan.
Selanjutnya, toksisitas asetaminofen meningkat secara substansial jika
dikomsusmsi bersamaan dengan inhibitor siklooksigemese-2 spesifik
(COX-2) atua obat anti-inflamasi (NSAID)

12
2. Obat Anti-inflamasi (NSAID)
Hampir pada sebagian besar pengobatan direkomendasikan
NSAID. Mempertimbangkan manfaat dibandingkan efek samping ,
american Geriatrics Society merekomendasikan COX-2 inhibitor sebagai
terapi lini pertama dibandingkan NSAID non spesifik. Salisilat non asetil
(kolin magnesium trisalicylate, salsalat) terbukti efektif dan memiliki
lebih sedikit efek samping gastrointestinal dibandingkan NSAID non
spesifik dengan biaya lebih rendah dari pada lebih agen selektif. Jika
NSAID non spesifik yang dipilih, sitoproteksi lambung harus
dipertimbangkan berdasarkan profil resiko pasien. NSAID harus
dipertimbangkan ketika peradangan diyakini memainkan peran penting
dalam proses produksi nyeri
3. Steroid
Infeksi steroid epidural adalah prosedur yang bisa dilakukan untuk
nyeri leher dan panggul bawah. Penggunaan steroid untuk nyeri radikuler
harus jelasnsmun injeksi steroid epidural kurang direkomendasikan
sedangkan penggunaan steroid tidak dianjurkan untuk mengobati LBP
kronis.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
A. Anamnesa
a) Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, bangsa, alamat.
b) Keluhan utama
Biasanya pasien mengatakan nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari
2 bulan, nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit, nyeri menyebar
kebagian bawah belakang kaki.
c) Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan pada klien sejak kapan keluhan dirasakan, kapan timbulnya
keluhan(apakah menetap atau hilang timbul), hal apa yang mengakibatkan
terjadinya keluhan, apa saja yang dilakukan untuk mengurangi keluhan yang

13
dirasakan, tanyakan pada klien apakah klien sering mengkonsumsi obat
tertentu atau tidak.
d) Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada klien apakah klien dulu pernah menderita penyakit yang
sama sebelumnya, apakah klien pernah mengalami kecelakaan atau trauma,
apakah klien pernah menderita penyakit gangguan tulang atau otot sebelumnya
e) Riwayat pekerjaan
Faktor resiko ditempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot
rangka terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara pengangkatan
barang, posisi atau sikap tubuh selama bekerja, dan kerja statis.
B. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum
2. Pemeriksaan persistem
3. Sistem persepsi dan sensori (pemeriksaan panca indera: penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecap, perasa)
4. Sistem persarafan (Pemeiksaan neurologik)
a) Pemeriksaan motoric
b) Pemeriksaan sensorik
c) Straight Leg Raising (SLR), test laseque (iritasi radisks L5 atau S 1) cross
laseque(HNP median) Reverse Laseque (iritasi radik lumbal atas)
d) Sitting knee extension (iritasi lesi iskiadikus)
e) Pemeriksaan system otonom
f) Tanda Patrick (lasi coxae) dan kontra Patrick (lesi sakroiliaka)
g) Tes Naffziger
h) Tes valsava.
5. Sistem pernafasan(Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan jalan nafas.)
6. Sistem kardiovaskuler(Nilai tekanan darah, nadi, irama, kualitas, dan
frekuensi)
7. Sistem Gastrointestinal(Nilai kemampuan menelan,nafsu makan, minum,
peristaltic dan eliminasi)
8. Sistem Integumen(Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien )

14
9. Sistem Reproduksi(Untuk pasien wanita)
10. Sistem Perkemihan(Nilai Frekuensi Bak, warna, bau, volume )

C. Pola fungsi kesehatan


1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola aktifitas dan latihan(Cara berjalan: pincang, diseret, kaku (merupakan
indikasi untuk pemeriksaan neurologis)
3) Pola nutrisi dan metabolism
4) Pola tidur dan istirahat(Pasien LBP sering mengalami gangguan pola tidur
dikarenakan menahan nyeri yang hebat).
5) Pola kognitif dan perseptual(Perilaku penderita apakah konsisten dengan
keluhan nyerinya (kemungkinan kelainan psikiatrik)
6) Persepsi diri/konsep diri
7) Pola toleransi dan koping stress(Nyeri yang timbul hampir pada semua
pergerakan daerah lumbal sehingga penderita berjalan sangat hati-hati untuk
mengurangi rasa sakit tersebut (kemungkinan infeksi. Inflamasi, tumor atau
fraktur)).
8) Pola seksual reproduksi
9) Pola hubungan dan peran
10) Pola nilai dan keyakinan

2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada kasus LBP lebih difokuskan pada pemeriksaan
radiologi seperti foto polos, CT scan dan MRI untuk melihat apakah ada kelainan
pada struktur tulang belakang, otot dan persarafan.
1) Foto Polos Lumbosacral
Pemeriksaan foto polos lumbosacral adalah tes pencitraan untuk
membantu dokter melihat penyebab penyakit punggung seperti adanya patah
tulang, degenerasi, dan penyempitan DIV. Pada foto lumbosacral akan terlihat
susunan tulang belakang yang terdiri dari lima ruas tulang belakang, sacrum dan
tulang ekor.

15
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan penunjang yang paling sering
dilakukan pada pasien LBP karena mudah dilakukan dan relatif murah.
Pemeriksaan foto polos ada tiga posisi, yaitu anterior-posterior (AP), lateral dan
oblique .
Pada foto polos lumbosacral AP/lateral gambaran kelainan yang mungkin
terlihat pada pasien LBP ringan antara lain spondylolisthesis < 3 mm, osteophyte
< 2 mm, subcondral sclerosis ringan dan penyempitan DIV 25-50%. Pada kasus
LBP sedang gambaran yang mungkin terlihat antara lain spondylolisthesis 3-5
mm, osteophyte 2-4 mm, subcondral sclerosis sedang, fraktur pada satu tulang
dan penyempitan DIV 50-75%. Sedangkan gambaran foto polos lumbosacral
AP/lateral pada pasien LBP berat akan terlihat spondylolisthesis > 5 mm,
osteophyte > 4 mm, adanya kompresi tulang vertebra, subcondral sclerosis berat,
multiple fraktur dan penyempitan DIV 75-100%
Pada foto oblique evaluasi dari elemen posterior lumbar vertebrae seperti
lamina, pedicle, the facet joints, dan intervertebral foramina dapat dilakukan
meski tidak terlalu penting. Foto oblique biasa digunakan untuk
memvisualisasikan foramina L5 sisi kanan dan kiri karena pada foto lateral tidak
terlihat dengan baik. Pasien dengan posisi miring 30-45 derajat articular process
dan facet joints akan tampak seperti “Scottie dogs” .
Kelemahan pada pemeriksaan radiologi foto polos adalah pada paparan
radiasi yang ditimbulkan, terutama pada foto oblique. Kelemahan lain adalah pada
identifikasi gambaran abnormalitas sendi, skoliosis ringan dan penonjolan dari
DIV (herniated disc). Untuk mengamati lebih jelas pada kelainan tersebut perlu
dilakukan pemeriksaan CT scan dan MRI.
2) Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Computed Tornografi Scan (CT scan)
Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Computed Tornografi Scan (CT
scan) direkomendasikan pada pasien dengan kondisi yang serius atau defisit
neurologis yang progresif, seperti infeksi tulang, cauda equina syndrome atau
kanker dengan penyempitan vertebra. Pada kondisi tersebut keterlambatan dalam
diagnosis dapat mengakibatkan dampak yang buruk.

16
Magnetic Resonance Imaging tidak menimbulkan radiasi dan memiliki
hasil gambaran yang lebih akurat pada jaringan lunak, kanal tulang belakang dan
pada keluhan neurologi, oleh karena itu MRI lebih disukai daripada CT scan.
Namun pada CT scan memiliki gambaran tulang kortikal yang lebih baik
dibandingkan MRI. Jadi ketika pemeriksaan pada struktur tulang menjadi fokus
utama, pemeriksaan yang dipilih adalah CT scan.
Pada pasien dengan nyeri punggung akut dengan tanda- tanda atau gejala
herniated disc atau penyakit sistemik lain, CT scan dan MRI jarang dilakukan
kecuali pada pasien dengan kecurigaan kanker, infeksi atau cauda aquina
syndrome dalam pemeriksaan awalnya.
3) Electromyography (EMG) dan Nerve Conduction Studies (NCS)
Pemeriksaan EMG dan NCS sangat membantu dalam mengevaluasi gejala
neurologis dan/atau defisit neurologis yangterlihat selama pemeriksaan fisik. Pada
pasien LBP dengan gejala atau tanda neurologis, pemeriksaan EMG dan NCS
dapat membantu untuk melihat adanya lumbosacral radiculopathy, peripheral
polyneuropathy, myopathyatau peripheral nerve entrapment.

3. Kompilkasi
Komplikasi umum yang biasanya terjadi setelah pembedahan :
1. Infeksi dan peradangan
2. Cedera pada akar-akar saraf
3. Robekan pada lapisan durameter
4. Sindroma kauda ekuina
5. Hematoma
6. Tidak ada penyatuan pada area bedah

17
4. Pathway
Masalah musculoskeletal, gangguan

ginjal,masalah pelvis,tumor

Kontraksi punggung

Tulang belakang menyerap

goncangan vertikal

Otot abdominal dan Terjadi perubahan struktur dengan discus

toraks melemah susun atas fibri fertilgo dan matrik gelatinus

Mobilitas fisik terganggu Fibri kartilago padat dan

tidak teratur

Kerusakan mobilitas hidup Jarang bergerak

Penonjolan diskus/kerusakan

Struktur melemah sendi pusat

Penumpukan lemak karena Menekan akar saraf

tubuh kurang gerak

Gangguan rasa nyaman nyeri

Nutrisi lebih dari kebutuhan

18
5. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen injuri (fisik, kelainan muskulo skeletal dan system syaraf
vaskuler
2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri musculoskeletal
3. Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman

6. Intervensi
NO. Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Nyeri akut b/d agen injuri (fisik, Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
kelainan muskulo skeletal dan tindakan keperawatan - Lakukan pengkajian nyeri
system syaraf vaskuler selama … x 24 jam nyeri secara komprehensif
berkurang / hilang dengan (lokasi karakteristik,
Batasan karakteristik : kriteria : durasi, frekuensi, kualitas,
- Verbal Menarik nafas panjang, dan faktor presipitasi)
merintih Mengeluh nyeri Tingkat nyeri - Observasi reaksi non
- MotorikMenyeringai kan wajah. - Melaporkan nyeri verbal dari
- Langkah yang terseok-seok berkurang / hilang ketidaknyamanan.
- Postur yang kaku / tidak stabil - Frekuensi nyeri - Gunakan teknik
- Gerakan yang amat lambat atau berkurang / hilang komunikasi terapeutik
terpaksa Respon autonom - Lama nyeri berkurang untuk mengetahui
- Perubahan vital sign - Ekspresi oral pengalaman nyeri klien
berkurang/ hilang - Kali kultur / budaya yang
- Ketegangan otot mempengaruhi respon
berku-rang / hilang nyeri
- Dapat istirahat - Evaluasi pengalaman
- Skala nyeri berkurang nyeri masa lampau
/ menurun - Evaluasi bersama klien
Kontrol Nyeri dan tim kesehatan lain
- Mengenal faktor- tidak ketidakefektifan
faktor penyebab kontrol nyeri masa
- Mengenal onset nyeri lampau

19
- Jarang / tidak pernah - Bantu klien dan keluarga
melakukan tindakan untuk mencari dan
pertolongan dengan menemukan dukungan
non analgetik - Kontrol lingkungan yang
- Jarang / tidak pernah dapat mempengaruhi
menggunakan nyeri (suhu ruangan,
analgetik pencahayaan, dan
- Jarang / tidak pernah kebisingan)
melaporkan nyeri - Kurangi faktor presipitasi
kepada tim kesehatan. nyeri
- Nyeri terkontrol - Pilih dan lakukan
Tingkat kenyamanan penanganan nyeri
- Klien melaporkan (farmakologi, non
kebutuhanistirahat farmakologi dan
tidur tercukupi interpersonal)
- Melaporkan kondisi - Kaji tipe dan sumber nyeri
fisik baik untuk menentukan
- Melaporkan kondisi intervensi
psikis baik - Ajarkan tenang teknik non
farmakologi
- Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasi dengan dokter
jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
- Monitor penerimaan klien
tentang manajemn nyeri

20
Administrasi Analgetik
- Tentukan lokasi,
karakteristik kualitas, dan
derajat nyeri sebagai
pemberian obat
- Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis
dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgenik yang
diperlukan atau
kombinasi dari anlagetik
ketika pemberian lebih
dari satu
- Tentukan pilihan analesik
tergantung tipe dan berat
nyeri
- Tentikan analgetik pilihan
rute pemberian dan dosis
oprimal
- Pilih rute pemberian
secara IV – IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
- Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
- Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat

21
- Evaluasi efektifitas
analgesik tanda dan geala
(efek sampingan)
12. Kerusakan mobilitas fisik b.d Setelah dilakukan - Koreksi tingkat
nyeri, kerusakan muskuloskeletal, tindakan keperawatan kemampuan mobilisasi
kekuatan sendi atau kontraktur selama ... X 24 jam klien dengan 0 – 4 :
mampu mencapai 0 : klien tidak tergantung
Batasan Karakteristik : mobilitas fisik dengan pada orang lain
- Postur tubuh kaku tidak stabil kiteria : 1 : klien butuh sedikit
- Jalan terseok – seok bantuan
- Gerak lambat Mobility Level : 2 : klien butuh bantuan
- Membatasi perubahan gerak - Klien dapat melakukan sederhana
yag mendadak atau cepat mobilitas secara 3 : klien butuh bantuan
- Sakit berbalik bertahap dengan tanpa banyak
merasakan nyeri 4 : klien sangat
- Penampilan seimbang tergantung pada
- Menggerakkan otot pemberian pelayanan
dan sendi - Atur posisi klien
- Mampu pindah tempat - Bantu klien melakukan
tanpa bantuan perubahan gerak
- Berjalan tanpa bantuan - Observasi / kaji terus
kemampuan gerak
motorik, keseimbangan
- Ukuran tanda – tanda
vital sebelum dan
sesudah melakukan
latihan
- Anjurkan keluarga klien
untuk melatih dan
memberi motivasi
- Kolaborasi dengan tim

22
kesehatan lain (fisioterapi
untuk pemasangan
korset)
- Buat posiso seluruh
persendian dalam letak
anatomis dan nyaman
dengan memberikan
penyangga pada lekukan
sendi serta pastikan
posisi punggung lurus
13. Gangguan pola tidur b.d nyeri, Setelah dilakukan Peningkatan Tidur / Sleep
tindakan keperawatan
tidak nyaman - Kaji pola tidur / pola
selama … X 24 jam klien
dapat terpenuhi kebutuhan aktivitas
tidurnya dengan kriteria :
Batasan karakteristik : - Anjurkan klien tidur
- Pasien menahan sakit (merintih, secara teratur
Tidur
menyeringai) - Jelaskan tentang
- Jumlah jam tidur cukup
- Pasien mengungkap kan tidak pentingnya tidur yang
- Pola tidur normal
bisa tidur karena nyeri cukup selama sakit dan
- Kualitas tidur cukup
terapi.
- Tidur secara teratur
- Monitor pola tidur dan
- Tidak sering terbangun
catat keadaan fisik,
- Tanda vital dalam
psykososial yang
batas normal
mengganggu tidur
- Diskusikan pada klien dan
Rest
keluarga tentang tehnik
- Istirahat cukup
peningkatan pola tidur
- Kualitas istirahat baik
- Istirahat fisik cukup
Manajemen lingkungan
- Istirahat psikis cukup
- Batasi pengunjung
- Jaga lingkungan dari
Anxiety Control
bising

23
- Tidur adekuat - Tidak melakukan
- Tidak ada manifestasi tindakan keperawatan
fisik pada saat klien tidur
- Tidak ada manifestasi
perilaku Anxiety Reduction
- Mencari informasi - Jelaskan semua prosedur
untuk mengurangi termasuk pera-saan yang
cemas mungkin dialami selama
- Menggunakan teknik men-jalani prosedur
relaksasi untuk - Berikan objek yang dapat
mengurangi cemas memberikan rasa aman
- Berinteraksi sosial - Berbicara dengan pelan
dan tenang
- Membina hubungan saling
percaya
- Dengarkan klien dengan
penuh perhatian
- Ciptakan suasana saling
percaya
- Dorong orang tua
mengungkapkan perasaan,
persepsi dan cemas secara
verbal
- Berikan peralatan /
aktivitas yang menghibur
untuk mengurangi
ketegangan
- Anjurkan untuk
menggunakan teknik
relaksasi
- Berikan lingkungan yang

24
tenang
- Batasi pengunjung

25
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Uraian kasus
Seorang laki- laki umur 30 tahun datang ke UGD RSU kota dengan keluahan nyeri pada
daerah pungung bawah, nyeri sangat mengganggu samapai tidak dapat berjalan dan
beraktifitas. Klien bekerja sebagai kuli bangunan yang sering mengangkat barang yang
berat dan sudah bekerja sebagai kuli bangunan 10 tahun lalu.
B. Pengkajian kasus
- Identitas
Nama : Tn. X
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : -
Suku :-
Bangsa :-
Alamat :-
- Keluhan utama
Nyeri pada daerah punggung bawah
- Riwayat penyakit sekarang
Nyeri sangat mengganggu sampai tidak dapat berjalan dan beraktifitas
- Riwayat pekerjaan
Klien bekerja sebagi kuli bangunan yang sering mengangkat barang yang berat dan
sudah bekerja sebagai kuli bangunan 10 tahun lalu
C. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan muskuloskeletal, kekuatan sendi atau
kontraktur
2. Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman

26
D. Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri, Setelah dilakukan - Koreksi tingkat
kerusakan muskuloskeletal, tindakan keperawatan kemampuan mobilisasi
kekuatan sendi atau kontraktur selama ... X 24 jam dengan 0 – 4 :
klien mampu mencapai 0 : klien tidak
Batasan Karakteristik : mobilitas fisik dengan tergantung pada orang
- Postur tubuh kaku tidak stabil kiteria : lain
- Jalan terseok – seok 1 : klien butuh sedikit
- Gerak lambat Mobility Level : bantuan
- Membatasi perubahan gerak - Klien dapat 2 : klien butuh bantuan
yag mendadak atau cepat melakukan mobilitas sederhana
- Sakit berbalik secara bertahap 3 : klien butuh bantuan
dengan tanpa banyak
merasakan nyeri 4 : klien sangat
- Penampilan tergantung pada
seimbang pemberian pelayanan
- Menggerakkan otot - Atur posisi klien
dan sendi - Bantu klien melakukan
- Mampu pindah perubahan gerak
tempat tanpa bantuan - Observasi / kaji terus
- Berjalan tanpa kemampuan gerak
bantuan motorik, keseimbangan
- Ukuran tanda – tanda
vital sebelum dan
sesudah melakukan
latihan
- Anjurkan keluarga
klien untuk melatih
dan memberi motivasi
- Kolaborasi dengan tim

27
kesehatan lain
(fisioterapi untuk
pemasangan korset)
- Buat posiso seluruh
persendian dalam letak
anatomis dan nyaman
dengan memberikan
penyangga pada
lekukan sendi serta
pastikan posisi
punggung lurus
2. Gangguan pola tidur b.d nyeri, Setelah dilakukan Peningkatan Tidur /
tindakan keperawatan
tidak nyaman Sleep
selama … X 24 jam
klien dapat terpenuhi - Kaji pola tidur / pola
kebutuhan tidurnya
Batasan karakteristik : aktivitas
dengan kriteria :
- Pasien menahan sakit (merintih, - Anjurkan klien tidur
menyeringai) Tidur secara teratur
- Pasien mengungkap kan tidak - Jumlah jam tidur - Jelaskan tentang
bisa tidur karena nyeri cukup pentingnya tidur yang
- Pola tidur normal cukup selama sakit dan
- Kualitas tidur cukup terapi.
- Tidur secara teratur - Monitor pola tidur dan
- Tidak sering catat keadaan fisik,
terbangun psykososial yang
- Tanda vital dalam mengganggu tidur
batas normal - Diskusikan pada klien
dan keluarga tentang
Rest tehnik peningkatan pola
- Istirahat cukup tidur
- Kualitas istirahat
baik Manajemen

28
- Istirahat fisik cukup lingkungan
- Istirahat psikis cukup - Batasi pengunjung
- Jaga lingkungan dari
Anxiety Control bising
- Tidur adekuat - Tidak melakukan
- Tidak ada manifestasi tindakan keperawatan
fisik pada saat klien tidur
- Tidak ada manifestasi
perilaku Anxiety Reduction
- Mencari informasi - Jelaskan semua
untuk mengurangi prosedur termasuk pera-
cemas saan yang mungkin
- Menggunakan teknik dialami selama men-
relaksasi untuk jalani prosedur
mengurangi cemas - Berikan objek yang
- Berinteraksi sosial dapat memberikan rasa
aman
- Berbicara dengan pelan
dan tenang
- Membina hubungan
saling percaya
- Dengarkan klien
dengan penuh perhatian
- Ciptakan suasana saling
percaya
- Dorong orang tua
mengungkapkan
perasaan, persepsi dan
cemas secara verbal
- Berikan peralatan /
aktivitas yang

29
menghibur untuk
mengurangi ketegangan
- Anjurkan untuk
menggunakan teknik
relaksasi
- Berikan lingkungan
yang tenang
- Batasi pengunjung

30
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nyeri punggung bawah (low back pain) adalah nyeri di daerah punggung bawah,
yang mungkin disebabkan oleh masalah saraf, iritasi otot atau lesi tulang. Low Back
Pain bisa terjadi pada siapa saja, kondisi yang menyebabkan nyeri punggung antara
lain obesitas, stress, dan psikomatis lain yang menyebabkan nyeri punggung.
Gambaran klinis LBP adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat
merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Sebagian besar pasien
dapat diatasi secara efektif dengan kombinasi dari pemberian informasi, saran,
analgesia, dan jaminan yang tepat.

B. Saran
Pembaca diharapkan dapat memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan
penyakit Low Back Pain beserta asuhan keperawatannya, sehingga pembaca dapat
memahami penyakit tersebut serta memberikan asuhan keperawatan

31
DAFTAR PUSTAKA

Oktania, Y. (2017). Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan
Dasar Rasa Nyaman: Nyeri pada Ibu Nifas Post Seksio Sesarea di Kelurahan Sari Rejo
Medan Polonia. Retrieved September 26, 2019, from Repositori:
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2561

H, H. (2012, Januari). Nyeri Punggung. Retrieved from eprints:


http://eprints.ulm.ac.id/210/1/HULDANI%20-%20NYERI%20PUNGGUNG.pdf

Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2002

Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2002

Tamtam, T. (2017). ASKEP Low Back Pain. Diambil kembali dari Academia:
https://www.academia.edu/27325901/ASKEP_Low_Back_Pain

Elsevier. (2013). Nursing Interventions Classification.


Elsevier. (2013). Nursing Outcomes Classifications.
NANDA International Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017,

32

Anda mungkin juga menyukai