Oleh:
Pembimbing:
BANJARMASIN
September, 2022
DAFTAR ISI
Halaman
COVER....................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
A. Definisi................................................................................. 3
B. Epidemiologi........................................................................ 3
C. Etiologi................................................................................. 4
D. Faktor Risiko........................................................................ 8
E. Patofisiologi.......................................................................... 11
F. Klasifikasi............................................................................. 12
G. Manifestasi Klinis................................................................. 14
H. Diagnosis.............................................................................. 15
I. Tatalaksana........................................................................... 25
J. Komplikasi........................................................................... 29
K. Prognosis.............................................................................. 30
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................ 40
BAB V PENUTUP................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 44
ii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
20
21
23
23
24
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Low back pain atau LBP atau nyeri punggung bawah termasuk salah satu
yang salah. LBP merupakan keluhan yang sering dijumpai dan umum dikeluhkan
masyarakat jika datang berobat ke dokter. LBP merupakan rasa nyeri pada bagian
atas costa dan di atas lipatan gluteal inferior yang disertai dengan nyeri kaki atau
tanpa nyeri kaki. Hampir setiap orang pernah mengalami low back pain di dalam
hidupnya. LBP menjadi permasalahan baik bagi negara maju dan negara
posisi tubuh yang benar. Jika seseorang berkerja tanpa istirahat yang cukup dapat
menyebabkan LBP akibat dari penggunaan masa otot dan tulang yang melebihi
kapasitas dan beban kerja. Di Thailand menunjukan pravelensi LBP pada petani
mencapai 56% sampai 73,1%, sedangkan di Indonesia masalah LBP masih jarang
terlaporkan sehingga sangat sulit diketahui secara pasti, namun prevalensi LBP
1
Indonesia diperkirakan mencapai 7,6% hingga mencapai 37%. Keluhan nyeri
punggung sering terjadi pada usia 20-40 tahun. Beberapa faktor seperti kerja
berlebihan, ketegangan otot, cidera otot dan LBP non-spesifik dapat memicu
timbulnya LBP. Selain itu terdapat faktor usia, riwayat obesitas, gangguan
psikologis, posisi bekerja menjadi pemicu nyeri punggung.2 Faktor resiko yang
sangat perperan dalam LBP adalah usia dan pekerjaan. Semakin bertambahnya
usia seseorang maka resiko menderita LBP juga bertambah karena terjadi proses
degenerative articular.4
Ada beberapa pilihan terapi bagi LBP yaitu terapi medikamentosa, latihan
fisik dan pembedahan. Terapi medikamentosa menjadi terapai yang banyak dipilih
dan sering dikombinasi dengan latihan fisik. Beberapa obat yang banyak dijadikan
pilihan terapi adalah Non Steroid Anti Inflammatory Drugs (NSAID), muscle
relaxant dan GABA. Dukungan dari keluarga juga berperan sebagai faktor yang
teratur.2,4
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
punggung yang dapat mengenai 1/2 tungkai yang berlangsung setidaknya 24 jam
tulang belakang dan muskuloskeletal seseorang. LBP mencakup tiga sumber nyeri
yang berbeda yakni lumbosacral aksial radikuler dan nyeri yang menyebar. Nyeri
ganglion saraf atau akar dorsal sedangkan nyeri dapat mengenai ke daerah yang
B. Epidemiologi
setiap tahun tercatat 2-5 % yang mengalami nyeri punggung bawah (LBP). Di
Amerika Serikat keluhan LBP menempati urutan kedua keluhan tersering setelah
baik kronis maupun sporadis. Di negara Inggris melaporkan 17,3 juta orang
pernah mengalami nyeri punggung pada suatu waktu dan dari jumlah tersebut 1,1
angka prevalensi 7,6% sampai 37%. Masalah nyeri punggung pada pekerja pada
3
umumnya dimulai pada usia dewasa muda dengan puncak prevalensi pada
sakit akibat kerja dengan frekuensi kejadian yang paling tinggi adalah sakit/nyeri
pada punggung bawah, yaitu 22% dari 1.700.000 kasus . Hampir 80% penduduk
Study 2016 melaporkan LBP menyumbang year lived with disability (YLD)
mencapai 40,8-75,9 juta dari total YLD. Prevalensi LBP dilaporkan 15-45%
C. Etiologi
pada tulang belakang, otot, diskus intervertebralis, sendi, maupun struktur lain
mengalami LBP yakni sebagian besar disebabkan oleh adanya rangsang mekanik
pada tulang belakang dan jaringan sekitarnya. Penyebab pasti LBP sulit untuk
1. Gangguan psikologis
perubahan struktur dari jaringan dari punggung bawah. Stres dapat memicu LBP
4
dengan meningkatnya ketegangan otot (muscle tension) bahkan memicu
Pola hidup yang tidak aktif merupakah salah satu faktor terjadinya keluhan
LBP. Namun, pola hidup yang aktif pun bisa menjadi penyebab apabila aktivitas
fisik tersebut tidak sesuai dengan kapasitas atau kekuatan dari tubuh. Berat atau
ringan aktivitas fisik ini bergantung pada mobilitas tubuh tersebut. Sementara
dengan pola yang sama dalam waktu tertentu. Frekuensi pengulangan yang terlalu
sering dapat menyebabkan kelelahan atau fatigue. Selain fatigue, dapat pula
beban tubuh serta menopang tubuh untuk tetap tegak. Ketegangan otot serta
berat badan dengan kompensasi perubahan posisi tubuh dan akan menimbulkan
5
Perubahan jaringan tersebut tidak hanya pada daerah punggung bagian
bawah, tetapi terdapat juga di sepanjang punggung dan anggota bagian tubuh lain.
Beberapa jenis penyakit dengan keluhan LBP yang disebabkan oleh perubahan
intervertebralis dan iritasi persendian posterior. Rasa nyeri pada spondylosis ini
Kondisi ini lebih banyak menyerang pada wanita. Faktor utama yang bertanggung
dalam waktu yang lama dan kebiasaan postur yang jelek. Pada faktor usia
menunjukkan bahwa kondisi ini banyak dialami oleh orang yang berusia 40 tahun
spondylosis lumbar.
tulang yang terbentuk karena adanya proses penuaan atau degenerasi. Proses
6
b. Fibrositis
ditandai dengan nyeri dan pegal di otot, khususnya di leher dan bahu
c. Infeksi
Infeksi pada sendi terbagi atas dua jenis, yaitu infeksi akut yang
disebabkan oleh bakteri dan infeksi kronis, disebabkan oleh bakteri tuberkulosis.
Infeksi kronis ditandai dengan pembengkakan sendi, nyeri berat dan akut, demam
serta kelemahan
4. Trauma
Jaringan otot dapat rusak akibat penggunaan dan robekan aktivitas sehari-
hari. Trauma pada area (gerakan yang menghentak, kecelakaan, jatuh, fraktur
(patah tulang), tertarik, dislokasi, benturan langsung pada otot) juga dapat menjadi
baik dapat menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot.
intervertebralis serta dua jenis jaringan penyokong yaitu ligamentum dan otot.
Untuk menahan beban yang berat terhadap tulang belakang ini, stabilitas daerah
pinggang sangat bergantung pada gerak kontraksi volunter dan refleks otot-otot
7
Sendi apofisial (Articulatio zygoapophyseal)
Nyeri muskuloskeletal dapat berasal dari otot, ligamen, tendon, dan tulang.
vertebra hanya setengah bagian karena tidak lengkap pada saat lahir. Hal ini dapat
D. Faktor Risiko
Banyak faktor yang dapat menyebabkan LBP, namun secara umum faktor-
faktor penyebab LBP dibagi menjadi tiga faktor yaitu faktor pekerjaan, faktor
individu, dan faktor lingkungan. Faktor individu berkaitan dengan masa kerja,
usia, lama kerja, jenis kelamin, posisi kerja, kebiasaan merokok, kebiasaan
faktor lingkungan seperti getaran yang terpapar terhadap tubuh seseorang secara
pekerjaan yang memaksakan tenaga, dan pekerjaan yang bersifat statis. 8,12,13
a. Faktor individu
1. Usia
disebabkan karena faktor pekerjaan. Namun LBP sangat umum terjadi pada usia
35-55 tahun, sedangkan pada usia 30 tahun keatas ditemukan peningkatan keluhan
8
LBP akibat proses dari degeneratif karena kerusakan jaringan, penggantian
jaringan menjadi jaringan parut, dan pengurangan cairan. Hal ini menyebabkan
2. Jenis Kelamin
kemampuan otot pada perempuan lebih rendah daripada laki-laki. Dan pada
perempuan keluhan LBP atau LBP sering terjadi pada saat mengalami menstruasi.
badan seseorang bertambah tulang belakang akan tertekan saat menerima beban
memiliki berat badan berlebih lima kali beresiko menderita LBP dibanding
dengan orang yang memiliki berat badan ideal. Kekuatan otot, seseorang yang
diberi pekerjaan melebihi dari kemampuan fisiknya akan kurang efektif dalam
menangani tugas tersebut. Otot vertebra kurang aktif secara cepat sehingga dapat
mengakibatkan LBP.
4. Merokok
5. Masa Kerja
9
Semakin lama masa kerja atau semakin lama pekerja terpajan
faktor risiko dalam bekerja maka besar risiko dapat mengalami Low Back Pain.
Karena mengalami Low Back Pain atau LBP termasuk penyakit kronis yang dapat
b. Faktor Pekerjaan
1. Posisi Kerja
Posisi kerja yang tidak benar atau tidak ergonomis dapat menyebabkan
transfer tenaga dari otot ke jaringan rangka menjadi tidak efisien sehingga mudah
mengalami kelelahan dan dapat menimbulkan cedera. Posisi kerja janggal juga
posisi tubuh yang normal pada saat melakukan suatu pekerjaan. Posisi janggal
diantaranya seperti pengulangan atau waktu yang lama dalam posisi berputar,
menjepit dengan tangan. Dan posisi ini akan melibatkan beberapa area tubuh dari
pekerja seperti bahu, punggung, dan lutut karena pada daerah ini yang sering
mengalami cedera
2. Beban Kerja
mekanik yang lebih besar pula terhadap otot, tendon, ligamen, dan sendi. Beban
kerja yang berat akan mengakibatkan inflamasi, iritasi, kelelahan, kerusakan otot
3. Repitisi
10
Repetisi merupakan pengulangan gerakan kerja yang sama, hal ini akan
berdampak pada ketegangan dan kelelahan pada otot tendon. Keluhan otot terjadi
4. Durasi
yang dikaitkan dengan dengan gerakan sering dan berulang yaitu kelelahan otot,
dari otot terlalu cepat dan oksigen belum mencapai ke jaringan makan akan
c. Faktor Lingkungan
darah terganggu, penimbunan asam laktat meningkat dan menimbulkan rasa nyeri.
Sedangkan kebisingan secara tidak langsung juga memicu dan meningkatkan rasa
nyeri LBP karena bisa membuat stres pada pekerja saat berada di lingkungan yang
tidak baik.
E. Patofisiologi
otot atau tulang yang cedera memicu pengeluaran sitokin pro-inflamasi yang akan
11
pungggung bawah miogenik dapat mengakibatkan spasme pada otot yang mana
ischemia).
dapat merangsang ujung-ujung saraf nyeri (reseptor nyeri). Nyeri dapat berasal
dari efek langsung dari muscle spasme yang merangsang reseptor nyeri, tetapi
dapat juga berasal dari efek tidak langsung dari muscle spasme yang mengompresi
F. Klasifikasi
menjadi tiga kategori yaitu LBP akut, subakut dan kronik. Namun LBP dapat juga
pada kekakuan, nyeri dan nyeri yang dirasakan pada daerah lumbosakral yang
tidak memiliki penyebab yang berbeda. Sedangkan LBP spesifik dapat ditelusuri
konsekuensi dari trauma mayor, infeksi, kondisi tulang dan kondisi inflamasi.
a. LBP Akut
LBP yang berlangsung selama kurang dari 6 minggu. Acute back pain
ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba dan tentang waktunya
hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri dapat
hilang atau sembuh. Acute LBP dapat disebabkan karena luka traumatik seperti
12
kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian
tersebut selain dapat merusak jaringan juga dapat melukai otot ligamen dan juga
tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan
spinal masih dapat sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanaan awal nyeri
b. LBP Subakut
c. LBP Kronik
Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan.
Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya
memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low
1. LBP visirogenik
LBP yang disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera di
daerah pelvis serta tumor retroperitoneal. Nyeri viserogenik tidak bertambah berat
dengan aktivitas tubuh dan sebaliknya tidak berkurang dengan istirahat. Pada
penderita LBP viserogenik yang mengalami nyeri hebat akan selalu mengeliat
2. LBP Vaskulogenik
Pada nyeri ini aneurisma atau penyakit vascular periter dapat menimbulkan
13
menimbulkan LBP dibagian dalam dan tidak ada hubungannya dengan aktivitas
fisik.
3. LBP spondilogenik
sakroiliaka.
4. LBP psikogenik
Nyeri jenis ini tidak jarang ditemui, tetapi biasanya ditemukan setelah
yang pasti. LBP pada umumnya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan
5. LBP neurogenik
LBP neurogenik misalnya pada iritasi arachnoid dengan sebab apapun dan
G. Manifestasi Klinis
Berikut ini merupakan manifestasi klinis atau tanda dan gejala dari LBP :
ekor.
14
d. Nyeri punggung pun dapat menjalar ke pantat, dibagian belakang paha ke
e. Ketidaknyamanan untuk berdiri tegak tanpa rasa sakit atau kejang otot di
punggung bawah.12,13
H. Diagnosis
Anamnesis
Keluhan Utama : nyeri diantara sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah.
15
• Kuantitas: pengaruh nyeri terhadap ADL, frekuensi, durasi, intensitas/derajat
nyeri.
utama.
1. Awitan
timbul setelah posisi mekanis yang menugikan. Mungkin terjadi robekan otot,
peregangan fasia atau iritasi permukuan sendi. Keluhan karena penyebab lain
timbul bertahap. Lama dan frekuensi serangan. Nyeri punggung akibat sebab
mekanik beriangsung beberapa hari sampai beberapa bulan. Heriasi diskus bisa
menycbabkan rasa tidak nyaman kronik dengan eksaserbasi selama 2-4 minggu.
16
Kebanyakan nyeri punggung akibat gangguan mekanis atau medis terutama
terjadi di daerah lumbosakral. Nyeri yang menyebar ke tungkai bawah atau hanya
di tungkai bawah mengarah ke iritasi akar saraf. Nyeri yang menyebar ke tungkai
Pada lesi mekanis keluhan berkurang saat istirahat dan bertambah parah saat
aktivitas. Pada penderita HNP duduk agak bungkuk memperberat nyeri. Batuk,
bersin atau manuver valsava akan memperberat nyeri. Pada penderita tumor, nyeri
4. Kualitas/intensitas
punggung dengan nyeri tungkai, mana yang lebih dominan dan intensitas dari
tungkai yang lebih banyak dari pada nyeri punggung dengan rasio 80-20%
operasi. Bila nyeri nyeri punggung lebih banyak daripada nyeri tungkai, biasanya
tidak menunjukkan adanya suatu kompresi radiks dan juga biasanya tidak
memerlukan tindakan operatif. Gejala nyeri punggung yang sudah lama dan
intermiten, diselingi oleh periode tanpa gejala merupakan gejala khas dari suatu
NPB yang teriadinya secara mekanis. Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang
menyebabkan suatu NPB, namun sebagian besar episode heniasi diskus terjadi
17
sctelah suatu gerakan yung relatif, seperti membungkuk atau memungut barang
menyebabkan bertambahnya nyeri NPB, yaitu duduk dan mengendarai mobil dan
nyeri biasanya berkurung bila tiduran atau berdiri, dan sctiap gerukan yang bisa
juga batuk, bersin dan menggan sewaktu defekasi. Selain nyeri olch penyebab
Pemeriksaan fisik
• Inspeksi :
Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap berdiri dan
menolak untuk duduk, maka sudah harus dicurigai adanya suatu herniasi diskus.
Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat
nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya
tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan artritis lumbal,
18
karena gerakan ini akan menyebabkan penyempitan foramen sehingga
Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri pada
tungkai bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi
diatas suatu diskus protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal
• Palpasi :
Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada
(UMN). Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang
• Pemeriksaaan Motorik
19
Harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi untuk
• Pemeriksaan Sensorik
• Refleks
Patella, respon dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui lokasi
• Special Test
Tes Lasegue:
Mengangkat tungkai dalam keadaan ekstensi. Positif bila pasien tidak dapat
mengangkat tungkai kurang dari 60° dan nyeri sepanjang nervus ischiadicus. Rasa
20
Gambar 2.1 Cara Melakukan Tes Lasegue
diluar kemauan terbatas, sering disertai dengan rasa nyeri. Positif pada penyakit
• Tes kernig
sejauh mungkin tanpa timbul rasa nyeri yang berarti. Positif jika terdapat spasme
• Tes Naffziger
21
Dengan menekan kedua vena jugularis, maka tekanan LCS akan meningkat,
akan menyebabkan tekanan pada radiks bertambah, timbul nyeri radikuler. Positif
pada spondilitis.
• Tes valsava:
• Spasme m. psoas:
Diperiksa pada pasien yang berbaring terlentang dan pelvis ditekan kuat –
kuat pada meja oleh sebelah tangan pemeriksa, sementara tangan lain
menggerakkan tungkai ke posisi vertical dengan lutut dalam keadaan fleksi tegak
• Tes Gaenselen:
Terbatasnya fleksi lumbal secara pasif dan rasa nyeri yang diakibatkan sering
belah tangan dan menggerakkan paha sampai pada posisi fleksi maksimal.
Kemudian pemeriksa menekan kuat – kuat ke bawah kearah meja dan ke atas
kearah kepala pasien, yang secara pasif menimbulkan fleksi columna spinalis
lumbalis.17,18
Pemeriksaan Penunjang4,18
a) Laboratorium:
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah
(LED), kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal.
22
b) Pungsi Lumbal (LP) :
LP akan normal pada fase permulaan prolaps diskus, namun belakangan akan
terjadi transudasi dari low molecular weight albumin sehingga terlihat albumin
c) Pemeriksaan Radiologis :
a. Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang
terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan suatu
b. CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level neurologis
c. Mielografi berguna untuk melihat kelainan radiks spinal, terutama pada pasien
yang sebelumnya dilakukan operasi vertebra atau dengan alat fiksasi metal. CT
mielografi dilakukan dengan suatu zat kontras berguna untuk melihat dengan
lebih jelas ada atau tidaknya kompresi nervus atau araknoiditis pada pasien yang
23
menjalani operasi vertebra multipel dan bila akan direncanakan tindakan operasi
d. MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan
menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah
ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang
Mielografi atau CT mielografi dan atau MRI adalah alat diagnostik yang
sangat berharga pada diagnosis LBP dan diperlukan oleh ahli bedah saraf atau
adanya sekwester diskus yang lepas dan mengeksklusi adanya suatu tumor.
Mumenthaler (1983) menyebutkan adanya 25% false negative diskus prolaps pada
24
Gambar 2.5 MRI Untuk Menentukan Diskus
e) Elektromiografi (EMG) :
f) Elektroneurografi (ENG)
tertentu sehingga kecepatan hantar saraf (KHS) motorik dan sensorik (Nerve
refleks dengan masa laten panjang seperti F-wave dan H-reflex. Pada gangguan
radiks, biasanya NCV normal, namun kadang-kadang bisa menurun bila telah ada
25
I. Tatalaksana
bervariasi. Pada dasarnya ada dua tahapan terapi pada LBP yakni terapi
konservatif dan terapi operatif. Kedua terapi ini mempunyai kesamaan tujuan
yaitu rehabilitasi.
a. Terapi Konservatif
Terapi konservatif meliputi rehat baring atau bed rest, medikamentosa dan
fisioterapi.
1. Rehat baring
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan
sikap tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas atau per, dengan demikian
tempat tidur harus dari papan yang lurus dan kemudian ditutup dengan lembar
Tirah baring ini sangat bermanfaat untuk LBP, fraktur dan Hernia Nukleus
dirasakan penderita. Setelah tirah baring dianggap cukup, maka dapat dilakukan
latihan tertentu, atau terlebih dahulu dipasang korset. Tujuan latihan ini adalah
2. Medikamentosa
Ada dua jenis obat dalam tatalaksana LBP, ialah obat yang bersifat
simtomatik dan yang bersifat kausal. Obat-obat simtomatik antara lain analgetika
26
klordiasepoksid. Obat-obat kausal misalnya anti tuberculosis, antibiotika untuk
3. Fisioterapi
yang lebih dalam) misalnya pada Hernia Nukleus Pulposus, trauma mekanik akut,
serta traksi pelvis misalnya untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis.
b. Terapi operatif
yang nyata, atau terhadap kasus fraktur yang menyebabkan defisit neurologic.
penderita dapat segera bekerja seperti semula dan tidak timbul LBP lagi di
kemudian hari. Pada kasus tertentu, tujuan rehabilitasi tadi teoritis tidak akan
tercapai, maka tujuannya diturunkan satu tingkat, ialah agar penderita tidak
menggantungkan diri pada orang lain dalam melakukan kegiatan sehari-hari (the
Apabila tujuan rehabilitasi kelas dua ini teoritis juga tidak akan tercapai,
maka tujuan rehabilitasi perlu diturunkan lagi agar penderita tidak mengalami
dan sebagainya.
27
Teknik pelaksaanaan rehabilitasi akan melibatkan berbagai macam disiplin,
atau dengan kata lain rehabilitasi bersifat multidisipliner dan dipengaruhi oleh
anti-inflamasi lebih disukai. Tetapi ketika pasien mengalami nyeri yang tidak
lain dari intervensi bedah ini. Ada banyak teknik yang dapat digunakan untuk
dekompresi medulla spinalis baik dari anterior maupun posterior. Pilihan teknik
yang paling efektif bergantung pada berbagai faktor seperti lokasi, komborbiditas,
belakang:2
28
4. Anterior cervical corpectomy, efektif dalam patologi yang lebih dari sekadar
darah, karena diameter pembuluh darah di cauda equina pada pasien stenosis regio
lumbalis jauh lebih kecil daripada diameter pembuluh darah pada orang sehat.
Tatalaksana non-operatif juga terdiri dari terapi fisik, injeksi epidural, dan
injeksi sendi facet. Operasi tulang belakang invasif minimal dapat memberikan
terapi dengan risiko komplikasi yang lebih rendah dan pemulihan yang berpotensi
atau pengobatan oral dapat membantu untuk mengontrol gejala nyeri. Sangat
penting untuk mengonsumsi obat apa pun persis seperti yang diresepkan dokter,
karena banyak obat pereda nyeri dan pelemas otot dapat menyebabkan efek
prosedur ringan dekompresif. Ini adalah prosedur invasif minimal di mana mereka
29
1. Komplikasi lebih minimal.
2. Hanya sedikit atau tidak ada masalah ketidakstabilan yang ditemukan pasca
operasi.
J. Komplikasi
1. Depresi
sehingga akan berdampak pada gangguan pola tidur, pola makan, dan aktivitas
sehari-hari klien. Apabila depresi yang dialami pasien berlangsung lama akan
2. Berat Badan
Pasien low back pain biasanya akan mengalami nyeri yang hebat dibagian
berat badan dan obesitas. Selain itu, low back pain dapat mengakibatkan
lemahnya otot. Lemahnya otot akibat hanya berdiam dalam posisi akan
3. Kerusakan Saraf
Low back pain dapat menyebabkan kerusakan saraf terutama masalah pada
vesika urinaria sehingga pasien dengan low back pain akan menderita
inkontinensia.22,23
30
K. Prognosis
telah mengalami LBP yang cukup lama bahkan bertahun-tahun sehingga LBP
dapat berkembang dari LBP jangka pendek menjadi LBP kronis atau intermitten
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. KS
No. RM : 478159
II. ANAMNESIS
31
Keluhan Utama
September 2022 dengan keluhan nyeri punggung bagian bawah. Keluhan berawal
sejak sekitar 2 bulan lalu dimana saat itu pasien terjatuh ketika sedang
memarkirkan sepeda motor. Keluhan awal yang dirasakan pasien berupa nyeri
pinggang, kemudian pasien juga mengeluhkan nyeri dan kelemahan pada kedua
RSUD Hadji Boejasin Pelaihari selama 17 hari. Setelah itu pasien mengalami
perbaikan dan mulai rawat jalan namun keluhan tetap muncul kembali. Pasien
dan mengalami kelemahan sehingga sulit berjalan dimulai dari kaki kanan
kemudian kaki kiri dengan VAS 7. Kedua tungkai kaki dirasakan panas dan kebas
yang semakin parah. Nyeri memberat saat pasien beraktivitas, membaik saat
pasien berbaring dan istirahat. Rasa kebal dan panas tetap ada pada kedua tungkai
kaki meskipun sedang istirahat sehingga pasien sulit untuk tidur. Nyeri pertama
kali muncul sekitar pada Juli 2022 setelah jatuh dari sepeda motor. Pasien bekerja
sebagai koperator alat berat yang mengharuskan untuk duduk dalam posisi yang
lama sekitar 12 jam/hari. Keluhan lain seperti nyeri kepala, sulit menelan, muntah,
demam, maupun kejang disangkal. Pasien mengaku sulit BAK dan BAB terasa
keras. Nafsu makan pasien baik, pasien makan 3x1 dengan nasi, ikan/ayam, sayur
32
dan buah. Pasien mengeluhkan tidak bisa tidur selama 2 hari terakhir akibat nyeri
disangkal.
Riwayat ibu dan ayah pasien memiliki penyakit hipertensi, diabetes melitus,
Riwayat Kebiasaan
Status Generalis
Nadi : 62x/menit
Napas : 24x/menit
Suhu : 36,4 oC
33
Dada : Bentuk dan pergerakan simetris, suara napas vesikuler,
Status Neurologis
a. Meningeal Sign:
Kernig (-)
Brudzinski 1 (-)
Brudzinski 2 (-)
Brudzinski 3 (-)
Brudzinski 4 (-)
b. Refleks Fisiologis:
Bisep + 2 / + 2
Trisep + 2 / + 2
Patella + 2 / + 2
34
Achilles + 2/ + 2
c. Refleks Patologis:
Babinski: -/-
Chaddock: -/-
Gonda: -/-
Oppenheim -/-
Gordon: -/-
Schaeffer: -/-
d. Pemeriksaan motorik
5 3
5 3
Atrofi otot
- +
- +
e. Pemeriksaan sensorik
Sensasi nyeri
+ + (menurun)
+ + (menurun)
35
Sensasi suhu tidak dilakukan
36
Nervus Cranialis Kanan Kiri
Meringis (+) (+)
Menggembungkan Pipi (+) (+)
Daya Kecap Lidah 2/3 Depan (+) (+)
N VIII Mendengar Suara Berbisik (+) (+)
Mendengar Detik Arloji (+) (+)
Tes Rinne Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
Tes Weber Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
Tes Schwabach Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
N IX Arkus Faring N N
Daya Kecap Lidah 1/3 Belakang (+) (+)
Refleks Muntah (+)
Suara Sengau (-)
Tersedak (-)
NX Arkus Faring N
Bersuara N
Menelan N
N XI Memalingkan Kepala (+) (+)
Sikap Bahu N N
Mengangkat Bahu (+) (+)
N XII Sikap Lidah Simetris
Tremor Lidah (-)
Menjulurkan Lidah Simetris
Pemeriksaan Penunjang
37
Paru: corakan bronkovaskular normal, tidak tampak infiltrate, hilus d/s normal,
nodul (-)
Trachea di tengah
intervertebralis thoracal 2-3 yang mendesak ringan dural sac pada level
tersebut
Discus intervertebralis 1-2, 3-4, 4-5, 5-6, 6-7, 7-8, 8-9, 9-10, 10-11,11-12, T12-
L1 tampak baik
Tidak tampak gambaran abses pada soft tissue pada pre dan pasca kontras
38
Leukosit 9.70 3.0 – 11 ribu/ul
Eritrosit 4.36 4.00 – 5.30 juta/ul
Hematokrit 36.3 36.0 – 48.0 %
Trombosit 357 150 – 400 rb/ul
RDW-CV 13.8 11.0 – 16.0 %
MCV, MCH, MCHC
MCV 83.3 75.0 – 96.0 fl
MCH 28.9 28.0 – 32.0 pg
MCHC 34.7 33.0 – 37.0 %
HITUNG JENIS
Basofil% 0.3 0.0 - 1.0 %
Eosinofil% 2.5 1.0 - 3.0 %
Neutrofil% 72.0 50.0 - 81.0 %
Limfosit% 16.4 20.0 - 40.0 %
Monosit% 8.8 2.0 - 8.0 %
GINJAL
Ureum 18.3 15 - 45 mg/dl
Kreatinin 0.5 0.6 - 1.0 mg/dl
IV. DIAGNOSIS
V. PENATALAKSANAAN
VI. PROGNOSIS
39
Ad vitam : bonam
Ad fungsionam : bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
adalah suatu penyakit, dimana bantalan lunak diantara ruas-ruas tulang belakang
(soft gel disc atau Nukleus Pulposus) mengalami tekanan dan pecah, sehingga
terjadi penyempitan dan terjepitnya urat-urat saraf yang melalui tulang belakang
40
kita. Saraf terjepit lainnya disebabkan oleh keluarnya nukleus pulposus dari
diskus melalui robekan annulus fibrosus keluar menekan medullas spinalis atau
pekerjaan yang mengharuskan untuk duduk dalam jangka waktu yang lama yaitu
hingga 12 jam/ hari. sehingga sesuai dengan faktor lain yang dapat menyebabkan
Pasien juga memiliki riwayat sebagai perokok aktif sebanyak rata-rata 24-
dengan persentase 36,5%. Hasil penelitian ini berkaitan dengan keluhan nyeri
punggung bawah dan riwayat pasien yang merupakan perokok aktif. LBP
dikaitkan dengan merokok dalam penelitian ini. Penjelasan yang mungkin untuk
belakang lumbar, dan gangguan persepsi rasa nyeri. Pasien juga diketahui
41
22,2%. Hasil penelitian ini sesuai dengan kasus pasien dimana terdapat riwayat
punggung bawah yang lebih tinggi pada peserta yang telah bercerai dibandingkan
peserta yang lajang atau menikah, terlepas dari jenis kelamin pasien. Hilangnya
Gejala yang dialami pasien adalah nyeri punggung bawah menjalar sampai
tungkai sesuai dengan teori bahwa nyeri punggung pun dapat menjalar ke bokong,
dan bisa sampai ke kaki, sifat nyeri radikuler. Gejala klinis HNP selama istirahat
nyeri berkurang dan jika aktivitas nyeri bertambah, hal ini sesuai dengan keadaan
pasien yang merasakan nyeri memberat pada saat pasien beraktivitas, dan
disertai hernia nucleus pulposus posterocentral grade 1 setinggi level torakal 2-3.
42
B12 yang sering digunakan untuk mengobati neuropati perifer. Gabapentin
adjuvant. Pada pasien ini diberikan tramadol yang merupakan obat golongan
opioid untuk meredakan nyeri intensitas sedang-berat. Pada pasien juga diberikan
mendapatkan efek optimal, tetapi tidak lebih dari 75 mg per hari. 20,24
BAB V
PENUTUP
yang dirawat di Ruang Berlian RSUD Dr. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin
Tatalaksana pada pasien yang telah diberikan adalah IVFD NS 10 tpm, inj.
Po Amitriptilin.
43
DAFTAR PUSTAKA
2. Putri DAR, Imandiri A, Rachmawati .Therapy Low Back Pain With Swedish
Massage, Acupressure And Turmeric. Journal Of Vocational Heath
Studies.2020
3. Maulida E. Hubungan Posisi Kerja Dengan Kejadian Low Back Pain Pada
Petani Di Kecamatan Panti Kabupaten Jember. [Skripsi]. [Jember] Fakultas
Keperawatan, Universitas Jember;2020.
44
4. Riski MM, Saftarina F. Tatalaksana Medikamentosa Pada Low Back Pain
Kronis. Majority2020;1(9).
10. Alder A MA, Alexander CM, Mc Gregor AH. Prevalence And Incidence Of
Low Back Pain In The Kingdom Of Saudi Arabia: A Systematic Review.
Journ Al Of Epidemiology And Global Health.2019.
11. Regan, John J. Spondylosis. 2010. [cited 14 April 2015]. Available from:
http://www.spineuniverse.com/conditions/spondylosis/spondylosis.
12. Wilyo RD, Rondo AGEY, Tubagus VN. Baju Magnetic Resonance Imaging
Lumbosakral Pada Penderita Dengan LBP Di Bagian/ Instalasi Radiologi FK
Unsrat/ Rsup Prof. Dr. R. D Kandou Manado Periode April-Oktober 2019.
Jurnal Unsrat.2020; 8(1):41 -5.
13. Zhang TT, Et All. Obesity Is A Risk Factor For Low Back Pain. Walters
Heath.2016.
14. Novianti YPP. Pengaruh Core Stability Exercise Terhadap Tingkat LBP
Miogenik Pada Ibu Rumah Tangga Di Dusun Gondang Desa Parengan.
[Skripsi][Malang]. Fakultas Ilmu Kesehatan , Universitas Muhammadiyah
Malang. 2017.
15. Mahendra A. Hubungan Usia, Masa Kerja, Status Gizi Dan Intensitas Getaran
Mesin Dengan Keluhan Subyektif Low Back Pain. [Artikel Ilmiah]
[Semarang] Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah
Semarang.2018.
45
16. Arif I. Asuhan Keperawatan Pada Tn. I Low Back Pain Di Ruangan Rawat
Inap Ambun Suri Lantai 3 RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun
2018. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang. 2018
17. Pangestu SE. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Keluhan Low Back Pain
Pada Perawat Di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Instalasi Bedah.
[Skripsi].[Purwokerto]. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Purwokerto. 2018.
18. Allegri M, Et All. Mekanism Of Low Back Pain: A Guide For Diagnosis And
Therapy. F1000 Research. 2016.
19. Hegmann KT , Et All. Diagnostic Test For Low Back Disorder. JOEM.
2019;4(61).
20. Foster NE, Et All Prevention And Treatment Of Low Back Pain: Evidence,
Challenge, And Promising Direction. The Lancet.2018.
21. Wenger HC, Cifu AS. Treatment Of Low Back Pain. Jama Clinical Guideline
Sinopsis.2017;8(318).
23. Foster NE,Windt DAVID, Dunn KM, Croft P. Prognosis Research In Health
Care Concept, Methods And Impact. Oxford University Press.2019.
24. Aliah A, Kuswara FF, Limoa RA, Wuysang G. Gambaran umum tentang
GPDO. Harsono ed. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: UGM Press.
2000; 84-89.
25. Bento TPF et al. Low back pain and some associated factors: is there any
difference between genders?. Brazilian Journal of Physical Therapy.
2020;24(1): 79-87.
46