Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

MANAJEMEN FISIOTERAPI KASUS


LOW BACK PAIN

STASE KOMUNITAS

Disusun Oleh :

Putra Muhammad Hidayat 2020201011079

PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KOMUNITAS
LOW BACK PAIN

Disusun Oleh:

Putra Muhammad Hidayat 2020201011079

Makalah Presentasi Kasus Profesi Ini Telah Disetujui


Untuk Diujikan Pada Mei 2021

Mengetahui,
Clinical Instructur
UPT. PUSKESMAS SUNGAI MALANG

Erma Rusalina. AMK


NIP. 198004092006042022
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

RINGKASAN.........................................................................................................4

BAB IPENDAHULUAN........................................................................................7
A. Latar Belakang....................................................................................................7
B. Rumusan Masalah...............................................................................................8
C. Tujuan Penulisan................................................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................9


A. Definisi Low Back Pain.......................................................................................9
B. Anatomi Low Back............................................................................................10
C. Biomekanik Vertebra Lumbal.........................................................................14
D. Klasifikasi Low Back Pain.................................................................................15
E. Epidemiologi......................................................................................................15
F. Faktor Predisposisi............................................................................................16
G. Pemeriksaan..................................................................................................17
H. Penatalaksanaan...........................................................................................19

BAB III PEMBAHASAN....................................................................................25


A. Keaslian Penelitian............................................................................................25

BAB IV..................................................................................................................30

KESIMPULAN.....................................................................................................30
RINGKASAN

Kesehatan merupakan hal yang dibutuhkan dan sangat berharga

bagi setiap manusia, baik secara fisik maupun mental dan merasa segar

dan nyaman. Menurut WHO (Badan Kesehatan Dunia) pada tahun 2013,

seseorang yang sehat adalah dimana memiliki kesejahteraan secara fisik,

mental dan sosial yang merupakan satu kesatuan keterbebasan dari suatu

penyakit. Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 menjelaskan

bahwa kesehatan badan, jiwa, dan lingkungan sosial dapat meningkatkan

produktifitas setiap orang (Depkes RI, 2009).

Penuaan adalah tahap akhir dari proses kehidupan yang dilalui oleh

manusia setelah melewati fase dewasa (Wahyunita, 2010). Orang yang

mengalami penuaan biasa disebut dengan lanjut usia (lansia). Lansia

merupakan sekelompok manusia yang mengalami perubahan secara

bertahap dalam waktu tertentu (Fatimah,2010). UU No.13 Tahun 1998

menyatakan, seseorang dikatakan berusia lanjut apabila telah mencapai

usia 60 tahun. World Health Organization (WHO) menggolongkan lansia

menjadi 4 yaitu usia pertengahan (middle age) dengan rentang usia dari

45-59 tahun. Lanjut usia (elderly) adalah usia 60-74 tahun, lanjut usia tua

(old) adalah 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

Penuaan pada lansia ditandai dengan penurunan fungsi organ tubuh seperti

ginjal, hati, jantung, paru, otak dan jaringan tubuh lainnya. Lansia

umumnya menjadi lebih rentan terhadap berbagai masalah kesehatan

dibandingkan dengan orang dewasa lain karena kemampuan regenerasi


yang terbatas dan sistem imun yang menurun. (Adriani dan Wirjatmadi

2012).

Low back pain adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung

bawah, berupa nyeri lokal maupun nyeri radikuler ataupun nyeri

keduanya. Rasa sakit biasanya terasa didaerah lumbal atau lumbosakral

dan biasanya disertai rasa nyeri menjalar sampai ke tungkai maupun kaki.

Rasa nyeri yang dapat menurunkan produktivitas kinerja manusia dan

dapat disebabkan karena kelelahan otot ataupun penyakit lainnya seperti

tumor ganas (Rinaldi dkk., 2015).

Banyaknya faktor yang mempengaruhi keluhan terjadinya low

back pain, seperti herditas, usia, jenis kelamin, deformitas postur tubuh,

aktivitas fisik, masa kerja, dan lamanya waktu saat bekerja. Selain itu ada

faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya low back pain yaitu faktor

fisik seperti ketegangan tubuh saat bekerja, seringnya mengangkat berat,

dan posisi tubuh yang tidak ergonomi saat bekerja. Riwayat merokok dan

trauma juga bisa menyebabkan salah satu faktor terjadinya low back pain

(Kaur, 2015).

Dalam bekerja, pasti setiap pekerja memiliki beban kerja yang

harus di tanggung. Beban kerja adalah suatu pekerjaan yang memiliki

beban yang di tanggung oleh para pekerjanya sesuai dengan jenis

pekerjaannya (Riningrum, 2016). Selain beban kerja, posisi kerja juga

harus diperhatikan oleh para pekerja demi kenyamanan pekerja pada saat

dia bekerja. Posisi kerja merupakan penunjang pekerjaan saat dia bekerja
yang terdiri dari postur yang dibentuk secara alamiah oleh tubuh dan

saling berinteraksi maupun memfasilitasi (Ramdani, 2018).

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan salah
satu jenis penyakit MsDs. Keluhan low back pain bermula dari keluhan
musculoskeletal yang dibiarkan berlanjut dan mengakibatkan kelainan
yang menetap pada otot dan juga kerangka tubuh. Mekanisme terjadinya
low back pain telah lama dipelajari, namun penyebab pasti masih belum
diketahui pasti. Beberapa kondisi yang mungkin menjadi factor terjadinya
low back pain adalah pekerjaan yang memerlukan kekuatan atau aktivitas
yang dilakukan berulang secara berlebihan, posisi kerja harus diam atau
tidak bergerak dalam jangka waktu yang lama, Gerakan-gerakan seperti
membungkuk dan juga memutar serta waktu lembur berlebihan dan
kurang istirahat (Patrianingrum, 2015).

Prevalensi low back pain pada tenaga Kesehatan di Prancis terjadi


sekitar 15-45%, sedangkan Amerika pada umur 20-69 angka keluhan low
back pain sebanyak 13,1% dan pada masyarakat umum di Italia
diperkirakan mencapai 5,91% (Allegri, 2016).

Nyeri pinggang merupakan suatu dari gangguan pada pinggang


yang sering diderita oleh pekerja yang pekerjaannya lebih banyak duduk.
Penyebab nyeri punggung sering tidak jelas, tetapi sebagian besar
berhubungan dengan ketegangan otot, sikap duduk yang salah, posisi kerja
yang salah, dan riwayat penyakit keluarga. Gejala Nyeri LBP yaitu
perasaan tidak menyenangkan atau nyeri, Kaku, pegal linu. Faktor resiko
adalah kondisi personal atau lingkungan yang meningkat, kemungkinan
terjadinya cedera atau penyakit. Ada beberapa penyebab yang dapat
menyebabkan terjadinya nyeri pinggang bawah, antara lain: peregangan
otot yang berlebihan, aktivitas berulang, sikap tubuh yang tidak alamiah,
tekanan, getaran dan faktor individu seperti: umur, jenis kelamin,
kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, kekuatan fisik, ukuran tubuh.

B. Rumusan Masalah
Adapaun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah:
1. Bagaimana definisi dari Low Back Pain (LBP) ?
2. Bagaimana anatomi dari Low Back Pain (LBP) ?
3. Bagaimana biomekanik dari Low Back Pain (LBP) ?
4. Apa saja klasifikasi dari Low Back Pain (LBP) ?
5. Bagaimana epidemiologi dari Low Back Pain (LBP) ?
6. Apa saja factor predisposisi dari Low Back Pain (LBP) ?
7. Bagaimana pemeriksaan yang Low Back Pain (LBP) ?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari Low Back Pain (LBP) ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang akan dicapai pada makalh ini adalah:
1. Untuk menjelaskan definisi dari Low Back Pain (LBP)
2. Untuk menjelaskan anatomi dari Low Back Pain (LBP)
3. Untuk menjelaskan biomekanik dari Low Back Pain (LBP)
4. Untuk menjelaskan klasifikasi dari Low Back Pain (LBP)
5. Untuk menjelaskan epidemiologi dari Low Back Pain (LBP)
6. Untuk menjelaskan factor predisposisi dari Low Back Pain (LBP)
7. Untuk menjelaskan pemeriksaan yang Low Back Pain (LBP)
8. Untuk menjelaskan penatalaksanaan dari Low Back Pain (LBP)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Low Back Pain


Low back pain atau nyeri punggung bawah didefinisikan sebagai
suatu sensasi nyeri dan rasa tidak nyaman yang terlokalisasi di bawah
garis costae ke-12 dan di atas lipatan gluteal inferior dengan atau tanpa
nyeri tungkai bawah yang menetap untuk jangka waktu yang tertentu.
Nyeri punggung bawah bukanlah diagnosis tapi hanya gejala yang
biasanya bersifat akut dan tidak membutuhkan penanganan khusus selain
untuk mengatasi gejala penyerta (Ehrlich, 2010). Nyeri punggung bawah
adalah nyeri yang terbatas pada regio lumbal, tetapi gejalanya lebih merata
dan tidak hanya terbatas pada satu radiks saraf, namun secara luas berasal
dari diskus intervetebal lumbar. Istilah lumbago adanya nyeri hebat dan
akut pada regio lumbar yang disertai penurunan mobilitas (Leo, 2009).
Nyeri punggung bawah adalah gangguan musculoskeletal yang paling
umum, yang mempengaruhi 70%-85% dari populasi orang dewasa, 12
bulan setelah timbulnya nyeri punggung bawah, 45%-75% dari pasien
masih mengalami sakit.

Nyeri adalah mekanisme perlindungan tubuh dalam merespon


stimulus bahaya dan rasa ketidaknyamanan yang menandai cedera atau
potensial terhadap tubuh (Swieboda, 2013) nyeri adalah alas an paling
umum seseorang untuk mencari perawatan Kesehatan. Rasa nyeri lebih
dari sensasi atau fisik kesadaran akan nyeri; juga termasuk persepsi, yang
subjektif interpretasi ketidaknyamanan. Persepsi memberikan informasi
pada lokasi rasa nyeri itu, intensitas dan sesuatu tentang kondisinya
(Kumar et al., 2016)

Nyeri punggung bawah dapat disebabkan oleh berbagai macam


kelainan. Berdasarkan etiologinya, nyeri punggung bawah dapat
digolongkan menjadi spondilogenik, viscerogenik, vaskulogenik,
neurogenic, dan psikogenik. Sekitar 84% kasus nyeri punggung bawah
tidak ditemukan penyebab yang spesifik dan digolongkan ke dalam
sebagai nyeri punggung bawah non spesifik (Ehrlich, 2010)

B. Anatomi Low Back


a. Tulang vertebra

Tulang vertebra adalah sekumpulan tulang yang tersusun dalam


columna vertebralis yang berfungsi untuk menjaga tubuh pada posisi
berdiri di atas dua kaki. Segmen cervical dan lumbal membentuk kurva
lordosis dimana derajat lordosis pada segmen cervical lebih kecil dari
pada derajat lordosis pada segmen lumbal. Pada segmen thoracic dan
sacrococcygeal membentuk kurva kifosis pada bidang sagittal. Posisi
kurva pada posisi netral tersebut bukanlah posisi yang mutlak. Antara
ruas-ruas tulang vertebra dihubungkan oleh discus intervetebralis.

Vertebral lumbal berfungsi untuk menyangga seluruh beban


dari kepala, badan dan ekstremitas atas karena memiliki bentuk yang
lebar dan besar. Tulang lumbal berhubung dengan lower thoracal,
upper sacral dan hip pelvic complex. Lumbal terdiri dari 5 ruas,
processus spinosus yang mengarah pada bidang sagittal dan processus
spinosus yang mengarah pada bidang sagittal dan processus
transversus sepasang processus articularis superior dan inferior,
dimana kedua bagian ini saling bertemu pada kedua belah sisi dalam
bentuk sendi facet dan foramen intervetebralis. Tempat menjalarnya
cauda equina lanjutan dari spinal cord dan lumbal mempunyai
mobilitas yang tinggi dan paling besar.

b. Otot

1) Muscle Flexion
Rectus abdominis
External oblique
Internal oblique
Psoas major
Psoas minor
Iliacus
2) Muscles Extension
Semispinalis
Erector spine
Interspinalis
Quadratus lumborum
Multifidus
3) Muscle Rotation
Rotatores
Semispinalis
Internal oblique
External oblique
Multifidus
4) Muscles Lateral Fleksi
Intertransversarii
External oblique
Internal oblique
Erector spinae
Quadratus lumborum
Multifidus

c. Ligament
1) Interspinous Ligament
Merupakan ligament tambahan yang tidak begitu penting
pada sebuah tulang melalui sponous process, pengunaannya pada
saat Gerakan significant flexion melawan gaya pada spine. Perlu
diperhatikan bahwa interspinous ligament tidak terdapat pada
L5/S1 dan terdapat sedikit pada L4-L5.
2) Ligamentum Flavum
Merupakan ligament yang kompleks dan kuat, namun kurang
resistance untuk Gerakan flexion karena lebih menahan Gerakan
kearah ventral
3) Anterior Longitudinal Ligament
Merupakan ligament yang relative kuat melekat pada tepi vertebral
body (tidak begitu melekat pada annulus fibrosus) pada setiap
segmental dari spine. Ligament ini berfungsi untuk menahan
Gerakan kearah ekstensi.
4) Posterios Longitudinal Ligament
Ligament ini tidak sekuat anterior longitudinal ligament. Ligament
ini Sebagian besar berdempetan dengan diskus (annulus fibrosus).
5) Casular Ligament
Merupakan ligament yang berperan penting untuk kestabilan
vertebra. Tidak begitu banyak Gerakan namun relative kuat.
d. Diskus Intervetebral
Diskus intervertebralis terletak antara vertebra yang berdekatan
di kolon vertebral. Setiap cakram membentuk sendi fibrokartilaginosa
(simfisis) untuk memungkinkan sedikit Gerakan tulang belakang,
bertindak sebagai ligament untuk menahan tulang belakang.
Merupakan struktur penghubung antara ruas vertebra yang cukup
besar. Fungsi discus intervertebralis yaitu memperluas gerak antar
tulang vertebra, sebagai shock absorber, melindungi permukaan sendi
ruas vertebra serta sebagai stabilisator tulang vertebra. Derajat gerakan
(Sudaryanto, 2013) yaitu :

1) Tilting ke depan-belakang dalam bidang sagital sebagai fleksi


ekstensi, sebagai anterior-posterior glide.

2) Tilting kesamping kanan-kiri dalam bidang frontal sebagai


lateral fleksi kanan-kiri, bidang frontal sebagai gerak gesek kanan-
kiri.

3) Rotasi kanan-kiri dalam bidang trasversal sebagai rotasi kanan


kiri, gliding sumbu longitudinal sebagai traksi-kompresi
Diskus intervetebralis terdiri dari cincin fibrosa luar,
annulus fibrosis discus intervetebralis, yang mengelilingi pusat
seperti gel bagian dalam, nucleus pulposus. Annulus fibrosis terdiri
dari beberapa lapisan (laminae) fibrocartilage yang terdiri dari
kolagen tipe I dan tipe II. Tipe I terkonsentrasi di tepi ring yang
memberikan kekuatan lebih besar. Lamina yang kaku dapat
menahan gaya tekan. Diskus intervetebralis fibrosa berisi nucleus
pulposus yang membantu mendistribusikan tekanan secara merata
ke seluruh disk.

C. Biomekanik Vertebra Lumbal


Biomekanik adalah sendi tentang struktur dan fungsi dari sistem biologis
dengan mekanika. Ditinjau dari keluasan gerak sendinya termaksuk
amphiartrosis (hyaline joint). Adapun bidang geraknya antara lain bidang
gerak sagital, trasversal dan frontal. Sedangkan gerakan yang terjadi yaitu
fleksi, ekstensi, rotasi dan lateral fleksi. (Kapanji, 2010).
a. Gerakan Fleksi Lumbal
Gerakan ini menempati bidang sagital dengan axis gerakan frontal.
Sudut yang normal gerakan fleksi lumbal sekitar 60°. Gerakan ini
dilakukan oleh otot fleksor yaitu otot recturabdominis dibantu oleh
otot-otot esktensor spinal (Kapanji, 2010).
b. Gerakan Ekstensi Lumbal
Gerakan ini menempati bidang sagital dengan axis frontal, sudut
ekstensi lumbal sekitar 35°. Gerakan ini dilakukan oleh otot spinalis
dorsi, otot longisimus dorsi dan iliococstalis lumborum (kapanji,
2010).
c. Gerakan rotasi lumbal
Terjadi di bidang horizontal dengan aksis melalui processus spinosus
dengan sudut normal yang dibentuk 45° dengan otot pergerakan utama
M. iliocostalis lumborum untuk rotasi ipsi leteral dan kontra lateral,
bila otot berkontraksi terjadi rotasi ke pihak berlawanan oleh m.
obliques eksternal abdominis. Gerakan ini dibatasi oleh rotasi samping
yang berlawanan dan ligamen interspinosus (Kapanji, 2010).
d. Gerakan lateral fleksi lumbal
Gerakan pada bidang frontal dan sudut normal yang di bentuk sekitar
30° dengan otot pergerakan m. Abliques internus abomiminis, m
rektus abdominis. Pada posisi normal, seharusnya semua komponen
struktur stabilitator terjadi harmonisasi gerak, yaitu antara otot dan
ligamen. Bagian lumbal mempunyai kebebesan yang besar sehingga
mempunyai kemungkinan cidera yang besar walaupun tulang-tulang
vertebra dan ligament di daerah punggung lebih kokoh (Cailliet, 2003).
Posisi berdiri sudut normal lumbosakral untuk laki-laki 30° dan wanita
34°. Semakin besar sudut lumbosacral, semakin besar kurva lordosis,
begitu pula sebaliknya (kepandji, 2010).

D. Klasifikasi Low Back Pain


a. Low back pain berdasarkan jenis nyeri
1) Low Back Pain Viscerogenik : disebabkan oleh adanya proses
patologik di ginjal atau visera di daerah pelvis, serta tumor
retroperitoneal
2) Low Back Pain Vaskulogenik : aneurisma atau penyakit vascular
perifer dapat menimbulkan LBP atau nyeri yang menyerupai
iskemi
3) Low Back Pain Neurogenik : disebabkan oleh keadaan patologik
pada saraf yang dapat menyebabkan LBP
4) Low Back Pain Spondylogenik : disebabkan oleh berbagai proses
patologik di kolumna vertebralis yang terdiri dari unsur tulang
(osteogenic), diskus intervetebralis (diskogenik) dan miofasial
(miogenik), dan proses patologik di artikulasio sakroilliaka
5) Low Back Pain Psikogenik : disebabkan ketegangan jiwa atau
kecemasan dan depresi atau campuran antara kecemasan dan
depresi
6) Low Back Pain Miogenik : jenis nyeri yang biasanya terletak pada
bagian otot lokal

E. Epidemiologi
Di Swedia, low back pain adalah penyebab tersering penyakit kronis
pada usia kurang dari 65 tahun ke atas. Low back pain masalah sosial
utama ekonomi utama di Inggris karena 13% alas an seseorang tidak
masuk kerja disebabkan oleh low back pain. Insiden tiap tahun pada orang
dewasa mencapai 45% paling banyak menyerang usia 36-55 tahun
(Amroiso, 2006 dalam

Di negara maju seperti Amerika Serikat dalam satu tahun berkisaran


antara 15-20%, sedangkan kunjungan pasien ke dokter adalah 14,3%
dalam satu tahun terdapat lebih dari 500.000 kasus low back pain dan
dalam 5 tahun angka insiden naik sebanyak 59%. Prevalensi pertahun
mencapai 15-45% dengan titik prevalensi 30% (Enheler, 2013).

Sedangkan, di Indonesia berdasarkan data dari hasil studi Departemen


Kesehatan tahun 2005 menunjukka sekitar 20,5% penyakit yang diderita
pekerja sehubungan dengan pekerjaan menyebabkan nyeri punggung
bawah di jumpai dikalangan masyarakat dan di perkirakan mengenai 65%
dari seluruh populasi (Rahim, 2012)

F. Faktor Predisposisi
1. Faktor Individu
a. Usia
Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada
tulang dan keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30
tahun, berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi
jaringan parut, pengurangan cairan. Hal tersebut menyebabkan
stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang (Andini, 2015)
b. Jenis kelamin
Beberapa penelitian menujukan prevalensi terjadinya LBP lebih
banyak pada wanita dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini terjadi
karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah dari
pada pria (Andini, 2015).
c. Indeks masa tubuh
Hasil penelitian Purnamasari (2010) menyatakan bahwa seseorang
yang overweight lebih berisiko 5x menderita LBP dibandingkan
dengan orang yang memiliki berat ba dan ideal. Ketika berat badan
bertambah, tulang belakang akan tertekan menerima beban yang
membebani sehingga mengakibatkan terjadi kerusakan dan bahaya
pada stuktur tulang belakang.
d. Masa kerja
Penelitian yang dilakukan oleh Umami (2013) bahwa pekerja yang
paling banyak mengalami keluhan LBP adalah pekerja yang
memiliki masa kerja >10 tahun dibandingkan dengan mereka
dengan masa kerja <5 tahun ataupun 5-10 tahun (Andini, 2015).
2. Factor Pekerjaan
a. Beban kerja
Beban yang berat akan menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan
otot, kerusakan otot, tendon dan jaringan lainnya. Penelitian
Nurwahyuni melaporkan bahwa persentase tertinggi responden
yang mengalami keluhan LBP adalah pekerja dengan berat beban >
25 kg (Andini, 2015).
b. Posisi kerja
Termasuk ke dalam posisi janggal adalah pengulangan atau waktu
lama dalam posisi menggapai, berputar, memiringkan badan,
berlutut, jongkok, memegang dalam posisi statis (Andini, 2015).
c. Repetitive
Merupakan pengulangan gerakan kerja dengan pola yang sama.
Frekuensi gerakan yang terlampau sering akan mendorong fatigue
dan ketegangan otot tendon. Dampak gerakan berulang akan
meningkat gerakan tersebut dilakukan dengan postur janggal
dengan beban yang berat dalam waktu yang lama (Andini, 2015).
d. Durasi
Durasi didefinisikan sebagai durasi singkat jika 2 jam per hari.
Durasi terjadinya postur janggal yang berisiko bila postur tersebut
dipertahankan lebih dari 10 detik. Gerakan yang berulang terlalu
cepat menyebabkan oksigen belum mencapai jaringan maka akan
terjadi kelelahan otot (Andini, 2015).

G. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi

Inspeksi adalah pemeriksaan dengan cara melihat dan mengamati.


Adakah tanda-tanda inflamasi, kelainan ataupun deformitas

- Statis : dengan cara dilihat, pemeriksaan yang dilakukan saat


pasien datang
- Dinamis :dengan cara dilihat, pemeriksaan yang dilakukan
dengan melihat pergerakan yang bisa/tidak bisa dilakukan oleh
pasien

b. Palpasi
Palpasi merupakan cara pemeriksaan dengan cara meraba,
menekan dan memegang organ atau bagian tubuh pasien dimana
untuk mengetahui adanya nyeri tekan, spasme otot, suhu local,
tonus otot, dan oedema.
c. Fungsi Gerak
Pemeriksaaan fungsi gerak adalah suatu cara pemeriksaan dengan
melakukan yang terdiri dari pemeriksaan gerak aktif, pasif, dan
isometrik melawan tahanan.
2. Pemeriksaan Spesifik
a. Tes Lasseque
Tes dilakukan dengan cara pasif, pasien posisi tidur terlentang
dengan tungkai lurus normal, hip medial rotasi dan adduksi lutut
ekstensi, terapis memfleksikan atau mengangkat tungkai anatara
30-70 derajat. Positif jika pasien mengeluh nyeri yang menjalar
sepanjang perjalanan saraf ischiadikus karena adanya penekanan
pada akar saraf.

b. Tes Neri
Gerakan sama dengan tes SLR hanya ditambah gerakan fleksi
kepala secara aktif dan biasanya dilakukan pada 40-60 derajat.
Positif bila dirasakan nyeri sepanjang distribusi n. Ischiadicus. Dari
pemeriksaan yang dilakukan pada kedua tungkai diperoleh hasil
negatif.

c. Tes Bragard
Tes ini sama seperti SLR namun adanya penambahan Gerakan
yaitu mengangkat tungkai yang disertai dengan dorsoflexi ankle.
Hasil positif sama dengan pemeriksaan SLR ataupun lasseque.
H. Penatalaksanaan
1. InfraRed
Infrared memiliki efek fisiologis yang dapat meningkatkan proses
metabolisme, vasodilatasi pembuluh darah, pigmentasi, pengaruh
terhadap syaraf sensoris dengan pemanasan jaringan membentuk efek
sedative, pengaruh terhadap jaringan otot adalah untuk relaksasi serta
mengaktifkan kelenjar keringat. Efek terapeutik pada infrared dapat
mengurangi atau menghilangkan rasa sakit, meingkatkan suplai darah,
relaksasi otot dan menghilangkan sisa hasil metabolisme. Waktu yang
digunakan untuk terapi pada kondisi aku 10-15 menit, sedangkan
kondisi kronis 15-30 menit.
Indikasi:
a. Kondisi peradangan setelah subacute (cuntosio, muscle strain,
muscle sprain dan trauma synovitis)
b. Arthritis (rheumatoid arthritis, osteoarthritis, myalgia, lumbago,
neuralgia dan neuritis)
c. Penyakit kulit (folliculitis, furuncolosi dan wound)
d. Gangguan sirkulasi darah (troboangitisobliterans, tromboplebitis
dan raynould’s disease)
e. Persiapan exercise dan massage

Kontraindikasi:

a. Gangguan sensibilitas kulit


b. Adanya kecendrungan terjadinya pendarahan
c. Daerah yang infusiendi pada darah
2. Massage
a. Stroking
Manipulasi gosokan yang ringan dan halus dengan menggunakan
seluruh permukaan tangan, Teknik ini harus dilakukan dengan
gentle dan menimbulkan rangsangan pada otot-otot
b. Efflurage
Effleurage adalah suatu pergerakan stroking dalam atau dangkal,
effleurage pada umumnya digunakan untuk membantu
pengembalian kandungan getah bening dan pembuluh darah di
dalam ekstrimitas tersebut. Effleurage juga digunakan untuk
memeriksa dan mengevaluasi area nyeri dan ketidak teraturan
jaringan lunak atau peregangan kelompok otot yang spesifik.
c. Friction
Friction atau tekanan dalam adalah untuk menggerakkan dan
memisahkan jaringan lembut. Friction adalah memenuhi
pergerakan ke serabut, seperti di dalam urat daging atau ligament,
strukturnya: membujur atau gerak lingkar bertujuan untuk
melepaskan kekakuan otot dan untuk mengurangi kerusakan
jaringan lunak
d. Vibration
Vibration adalah gerakan getaran mengendurkan jaringan lembut
atas dan tingkatkan peredaran. Vibration dapat menenangkan atau
merangsang menurut intensitas dan kecepatan. Vibration pada
umumnya digunakan pada otot yang sangat lemah.

Indikasi pemberian massage:

a. Kasus yang memerlukan relaksasi otot


b. Kasus oedem pasca operasi
c. Kasus perlengketan jaringan
d. Kasus yang memerlukan perbaikan sirkulasi darah

Kontraindikasi pemberian massage:

a. Penyakit yang penyebarannya melalui kulit, limfe dan


pembuluh darah
b. Daerah perdarahan
c. Daerah peradangan akut
d. Daerah dengan gangguan sensibilitas
e. Penyakit dengan gangguan system kekebalan tubuh
f. Penyakit dengan gangguan sirkulasi darah (arhytmyacordis,
thrombophlebitis, atherosclerosis berat dan vena varicose
berat).
3. William Exercise
a. William Flexion Exercise I
Posisi awal: terlentang, kedua lutut menekuk dan kedua kaki rata
pada permukaan matras
Gerakan: pasien diminta meratakan pinggang dengan menekan
pinggang ke bawah melawan matras dengan mengkontraksikan
otot perut dan otot pantat. Setiap kontraksi ditahan selama 5 detik
kemudian rileks, ulangi sebanyak 10 kali

b. William Flexion Exercise II


Posisi awal: terlentang, kedua lutut menekuk dan kedua kaki rata
pada permukaan matras
Gerakan: pasien diminta mengkontraksikan otot perut dan
memfleksikan kepala, sehingga dagu menyentuh dada dan bahu
terangkat dari matras. Setiap kontraksi ditahan 5 detik, kemudian
lemas, ulangi sebanyak 10 kali
c. William Flexion Exercise III
Posisi awal: terlentang, kedua lutut menekuk dan kedua kaki rata
pada permukaan matras
Gerakan: pasien diminta untuk memfleksikan satu lutut kearah
dada sejauh mungkin, kemudian kedua tangan mencapai paha
belakang dan menarik lututnya ke dada. Pada waktu bersamaan
angkat kepala hingga dagu menyentuh dada dan bahu lepas dari
matras, tahan 5 detik. Latihan diulangi pada tungkai yang lain,
ulangi latihan sebanyak 10 kali. Kedua tungkai lurus naik harus
dihindari, karena akan memperberat problem pinggangnya

d. William Flexion Exercise IV


Posisi awal: terlentang, kedua lutut menekuk dan kedua kaki rata
pada permukaan matras
Gerakan: pasien diminta untuk melakukan latihan yang sama
dengan nomor 3, tetapi kedua lutut dalam posisi menekuk,
dinaikkan ke atas dan ditarik dengan kedua tangan kearah dada,
naikkan kepala dan bahu dari matras, ulangi 10 kali. Pada waktu
menaikkan kedua tungkai ke atas sejauh mungkin ia rapat, baru
ditarik dengan kedua tangan mendekati dada.

e. William Flexion Exercise V


Posisi awal: exaggregated starter’s position
Gerakan: kontraksikan otot perut dan gluteus maksimus serta
tekankan dada ke paha, tahan hingga 5 hitungan dan rileks.
Frekuensi 10 kali pengulangan. Pertahankan kaki depan rata
dengan lantai dan berat badan disangga oleh kaki bagian depan
tungkai yang belakang

f. William Flexion Exercise VI


Posisi awal: berdiri menempel dan membelakangi dinding dengan
tumit 10-15 cm di depan dinding, lumbal rata dengan dinding
Gerakan : satu tungkai melangkah ke depan tanpa merubah posisi
lumbal pada dinding, tahan 10 hitungan dan rileks. Frekuensi 10
kali / sesi. Bila latihan terlalu berat, lamanya penahanan dapat
dikurangi.

4. Edukasi
a. Melakukan Latihan seperti yang telah diberikan dan dianjarkan
oleh terapis (William flexion exercise) dilakukan setiap hari, tidak
hanya saat sakit saja
b. Kompres hangat pada otot-otot punggung bawah dengan cara
merendam handuk pada air hangat, kemudian dibalutkan pada otot
yang mengalami spasme
c. Kurangi mengangkat barang berlebih, dan angkat barang dengan
posisi yang benar (lifting technic)
- Beban harus sedekat mungkin dengan tubuh
- Punggung dalam keadaan lurus
- Hindari Gerakan rotasi/ berputar pada vertebra
- Pemakaian korset untuk mengurangi mobilitas vertebra yang
berlebih

BAB III

PEMBAHASAN

A. Keaslian Penelitian

No Nama Penelitian Judul Penelitian Hasil Penelitian


1. Hayati, K., & Devi, Efektifitas Terapi Ice Bahwa ada
T. (2020) Massage Dan Back pengaruh terapi
Massage Terhadap dinginice massage
Perubahan Intensitas terhadap perubahan
Nyeri Pada Pasien intensitas nyeri
Low Back Pain Di pada penderita low
Rumah Sakit back pain. Ada
Grandmed Lubuk pengaruh Back
Pakam Tahun 2020 Massage terhadap
tingkat nyeri low
back pain
2. Sipayung, I. J. F., & Terapi Konvensional McKenzie dan
Anggiat, L. (2020) dan Metode TENS serta Hot
McKenzie Pada pack mengurangi
Lansia Dengan nyeri pada kondisi
Kondisi Low Back nyeri radicular
Pain Karena Hernia karena HNP serta
Nukleus Pulposus meningkatkan
Lumbal: Studi kemampuan
Kasus. Jurnal fungsional yang
Fisioterapi dan juga diukur dengan
Rehabilitasi ODI.
(JFR), 4(2), 44-57.
3. Gomes-Neto, M., Stabilization Latihan stabilisasi
Lopes, J. M., exercise compared to memiliki efek yang
Conceicao, C. S., general exercises or sama dengan terapi
Araujo, A., manual therapy for manual untuk
Brasileiro, A., the management of mengurangi rasa
Sousa, C., ... & low back pain: A sakit dan
Arcanjo, F. L. systematic review disabilitas dan
(2017). and meta-analysis harus didorong
sebagai bagian dari
rehabilitasi
muskuloskeletal
untuk nyeri
punggung bawah
4 Mohammed, A.A., Effects of Latihan McKenzi
Davis, S., Qasheesh, MecKenzie and dan stabilisasi lebih
M., & Shaphie, A. stabilization exercise baik dari pada
(2019) in reducing pain program latihan
intensity and konvensional
functional disability dalam mengurangi
in individuals with kecacatan
nonspecific chronic fungsional pada
low back pain: a pasien dengan
systematic review nyeri punggung
bawah kronis non-
spesifik.

LAMPIRAN JURNAL PENDUKUNG


BAB IV

KESIMPULAN

Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah (NPB)


merupakan keluhan yang sering dijumpai dan umum dalam
masyarakat. LBP termasuk salah satu gangguan muskuloskeletal yang
sering terjadi dan menyebabkan penurunan produktivitas kerja dan
stabilitas (Sari, 2015). Keluhan nyeri punggung bawah (NPB), bukan
merupakan penyakit ataupun diagnosis untuk suatu penyakit namun
merupakan istilah untuk nyeri yang dirasakan di area anatomi yang
terkena dengan berbagai variasi lama terjadinya nyeri. Nyeri punggung
bawah tersebut merupakan penyebab utama kecacatan yang
mempengaruhi pekerjaan dan kesejahteraan umum. Keluhan LBP
dapat terjadi pada setiap orang, baik jenis kelamin, usia, ras dan status
pendidikan serta profesi
Peran fisioterapi dengan gangguan musculoskeletal seperti low
back pain dapat diberikan intervensi modalitas seperti IR, massage dan
William exercise dan pemberian edukasi.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, A., & Budiman, F. 2014. Hubungan Posisi Duduk Dengan Nyeri
Punggung Bawah Pada Penjahit Vermak Levis Di Pasar Tanah Pasir
Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara . Jurnal Medical, Vol. 11, No. 3
Allegri, M. 2016. Mechanisms of Low Back Pain : A Guide for Diagnosis and
Therapy [ Version 2 ; Referees : 3 Approved ]. F1000Research 2016, (5):
1–11. Aszar, F. D. D., Imandiri, A., & Mustika, A. 2018. Therapy for Low
Back Pain with Acupuncture and Turmeric. Journal of Vocational
Health Studies, 2(2), 74-79.
Ehrlich, G.E. 2010. Low Back Pain. Philadelphia: WHO. Huldani. 2012. Nyeri
Punggung. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat.
Gomes-Neto, M., Lopes, J. M., Conceicao, C. S., Araujo, A., Brasileiro, A.,
Sousa, C., ... & Arcanjo, F. L. (2017). Stabilization exercise compared to general
exercises or manual therapy for the management of low back pain: a
systematic review and meta-analysis. Physical therapy in Sport, 23, 136
142.
Hayati, K., & Devi, T. (2020). Efektifitas Terapi Ice Massage Dan Back Massage
Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Pada Pasien Low Back Pain Di
Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam Tahun 2020. Jurnal keperawatan
dan fisioterapi (JKF), 2(2), 139-146.
Kumar, K.H., Elavarasi,P. 2016.Definition of pain and classification of pain
disorders. Journal of Advanced Clinical & Research Insights Vol. 3. Pp.
87–90
Patrianingrum, M. 2015. Prevalensi dan Faktor Risiko Nyeri Punggung Bawah di
Lingkungan Kerja Anestesiologi Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin
Bandung. Jurnal Anestesi Perioperatif, 3(1): 47–56
Sipayung, I. J. F., & Anggiat, L. (2020). Terapi Konvensional dan Metode
McKenzie Pada Lansia Dengan Kondisi Low Back Pain Karena
Hernia Nukleus Pulposus Lumbal: Studi Kasus. Jurnal Fisioterapi dan
Rehabilitasi (JFR), 4(2), 44-57.
LAMPIRAN
Surat permohonan
Penyuluhan individu

Anda mungkin juga menyukai