STASE KOMUNITAS
Disusun Oleh :
LAPORAN KOMUNITAS
LOW BACK PAIN
Disusun Oleh:
Mengetahui,
Clinical Instructur
UPT. PUSKESMAS SUNGAI MALANG
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
RINGKASAN.........................................................................................................4
BAB IPENDAHULUAN........................................................................................7
A. Latar Belakang....................................................................................................7
B. Rumusan Masalah...............................................................................................8
C. Tujuan Penulisan................................................................................................8
BAB IV..................................................................................................................30
KESIMPULAN.....................................................................................................30
RINGKASAN
bagi setiap manusia, baik secara fisik maupun mental dan merasa segar
dan nyaman. Menurut WHO (Badan Kesehatan Dunia) pada tahun 2013,
mental dan sosial yang merupakan satu kesatuan keterbebasan dari suatu
Penuaan adalah tahap akhir dari proses kehidupan yang dilalui oleh
menjadi 4 yaitu usia pertengahan (middle age) dengan rentang usia dari
45-59 tahun. Lanjut usia (elderly) adalah usia 60-74 tahun, lanjut usia tua
(old) adalah 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Penuaan pada lansia ditandai dengan penurunan fungsi organ tubuh seperti
ginjal, hati, jantung, paru, otak dan jaringan tubuh lainnya. Lansia
2012).
dan biasanya disertai rasa nyeri menjalar sampai ke tungkai maupun kaki.
back pain, seperti herditas, usia, jenis kelamin, deformitas postur tubuh,
aktivitas fisik, masa kerja, dan lamanya waktu saat bekerja. Selain itu ada
faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya low back pain yaitu faktor
dan posisi tubuh yang tidak ergonomi saat bekerja. Riwayat merokok dan
trauma juga bisa menyebabkan salah satu faktor terjadinya low back pain
(Kaur, 2015).
harus diperhatikan oleh para pekerja demi kenyamanan pekerja pada saat
dia bekerja. Posisi kerja merupakan penunjang pekerjaan saat dia bekerja
yang terdiri dari postur yang dibentuk secara alamiah oleh tubuh dan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan salah
satu jenis penyakit MsDs. Keluhan low back pain bermula dari keluhan
musculoskeletal yang dibiarkan berlanjut dan mengakibatkan kelainan
yang menetap pada otot dan juga kerangka tubuh. Mekanisme terjadinya
low back pain telah lama dipelajari, namun penyebab pasti masih belum
diketahui pasti. Beberapa kondisi yang mungkin menjadi factor terjadinya
low back pain adalah pekerjaan yang memerlukan kekuatan atau aktivitas
yang dilakukan berulang secara berlebihan, posisi kerja harus diam atau
tidak bergerak dalam jangka waktu yang lama, Gerakan-gerakan seperti
membungkuk dan juga memutar serta waktu lembur berlebihan dan
kurang istirahat (Patrianingrum, 2015).
B. Rumusan Masalah
Adapaun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah:
1. Bagaimana definisi dari Low Back Pain (LBP) ?
2. Bagaimana anatomi dari Low Back Pain (LBP) ?
3. Bagaimana biomekanik dari Low Back Pain (LBP) ?
4. Apa saja klasifikasi dari Low Back Pain (LBP) ?
5. Bagaimana epidemiologi dari Low Back Pain (LBP) ?
6. Apa saja factor predisposisi dari Low Back Pain (LBP) ?
7. Bagaimana pemeriksaan yang Low Back Pain (LBP) ?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari Low Back Pain (LBP) ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang akan dicapai pada makalh ini adalah:
1. Untuk menjelaskan definisi dari Low Back Pain (LBP)
2. Untuk menjelaskan anatomi dari Low Back Pain (LBP)
3. Untuk menjelaskan biomekanik dari Low Back Pain (LBP)
4. Untuk menjelaskan klasifikasi dari Low Back Pain (LBP)
5. Untuk menjelaskan epidemiologi dari Low Back Pain (LBP)
6. Untuk menjelaskan factor predisposisi dari Low Back Pain (LBP)
7. Untuk menjelaskan pemeriksaan yang Low Back Pain (LBP)
8. Untuk menjelaskan penatalaksanaan dari Low Back Pain (LBP)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Otot
1) Muscle Flexion
Rectus abdominis
External oblique
Internal oblique
Psoas major
Psoas minor
Iliacus
2) Muscles Extension
Semispinalis
Erector spine
Interspinalis
Quadratus lumborum
Multifidus
3) Muscle Rotation
Rotatores
Semispinalis
Internal oblique
External oblique
Multifidus
4) Muscles Lateral Fleksi
Intertransversarii
External oblique
Internal oblique
Erector spinae
Quadratus lumborum
Multifidus
c. Ligament
1) Interspinous Ligament
Merupakan ligament tambahan yang tidak begitu penting
pada sebuah tulang melalui sponous process, pengunaannya pada
saat Gerakan significant flexion melawan gaya pada spine. Perlu
diperhatikan bahwa interspinous ligament tidak terdapat pada
L5/S1 dan terdapat sedikit pada L4-L5.
2) Ligamentum Flavum
Merupakan ligament yang kompleks dan kuat, namun kurang
resistance untuk Gerakan flexion karena lebih menahan Gerakan
kearah ventral
3) Anterior Longitudinal Ligament
Merupakan ligament yang relative kuat melekat pada tepi vertebral
body (tidak begitu melekat pada annulus fibrosus) pada setiap
segmental dari spine. Ligament ini berfungsi untuk menahan
Gerakan kearah ekstensi.
4) Posterios Longitudinal Ligament
Ligament ini tidak sekuat anterior longitudinal ligament. Ligament
ini Sebagian besar berdempetan dengan diskus (annulus fibrosus).
5) Casular Ligament
Merupakan ligament yang berperan penting untuk kestabilan
vertebra. Tidak begitu banyak Gerakan namun relative kuat.
d. Diskus Intervetebral
Diskus intervertebralis terletak antara vertebra yang berdekatan
di kolon vertebral. Setiap cakram membentuk sendi fibrokartilaginosa
(simfisis) untuk memungkinkan sedikit Gerakan tulang belakang,
bertindak sebagai ligament untuk menahan tulang belakang.
Merupakan struktur penghubung antara ruas vertebra yang cukup
besar. Fungsi discus intervertebralis yaitu memperluas gerak antar
tulang vertebra, sebagai shock absorber, melindungi permukaan sendi
ruas vertebra serta sebagai stabilisator tulang vertebra. Derajat gerakan
(Sudaryanto, 2013) yaitu :
E. Epidemiologi
Di Swedia, low back pain adalah penyebab tersering penyakit kronis
pada usia kurang dari 65 tahun ke atas. Low back pain masalah sosial
utama ekonomi utama di Inggris karena 13% alas an seseorang tidak
masuk kerja disebabkan oleh low back pain. Insiden tiap tahun pada orang
dewasa mencapai 45% paling banyak menyerang usia 36-55 tahun
(Amroiso, 2006 dalam
F. Faktor Predisposisi
1. Faktor Individu
a. Usia
Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada
tulang dan keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30
tahun, berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi
jaringan parut, pengurangan cairan. Hal tersebut menyebabkan
stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang (Andini, 2015)
b. Jenis kelamin
Beberapa penelitian menujukan prevalensi terjadinya LBP lebih
banyak pada wanita dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini terjadi
karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah dari
pada pria (Andini, 2015).
c. Indeks masa tubuh
Hasil penelitian Purnamasari (2010) menyatakan bahwa seseorang
yang overweight lebih berisiko 5x menderita LBP dibandingkan
dengan orang yang memiliki berat ba dan ideal. Ketika berat badan
bertambah, tulang belakang akan tertekan menerima beban yang
membebani sehingga mengakibatkan terjadi kerusakan dan bahaya
pada stuktur tulang belakang.
d. Masa kerja
Penelitian yang dilakukan oleh Umami (2013) bahwa pekerja yang
paling banyak mengalami keluhan LBP adalah pekerja yang
memiliki masa kerja >10 tahun dibandingkan dengan mereka
dengan masa kerja <5 tahun ataupun 5-10 tahun (Andini, 2015).
2. Factor Pekerjaan
a. Beban kerja
Beban yang berat akan menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan
otot, kerusakan otot, tendon dan jaringan lainnya. Penelitian
Nurwahyuni melaporkan bahwa persentase tertinggi responden
yang mengalami keluhan LBP adalah pekerja dengan berat beban >
25 kg (Andini, 2015).
b. Posisi kerja
Termasuk ke dalam posisi janggal adalah pengulangan atau waktu
lama dalam posisi menggapai, berputar, memiringkan badan,
berlutut, jongkok, memegang dalam posisi statis (Andini, 2015).
c. Repetitive
Merupakan pengulangan gerakan kerja dengan pola yang sama.
Frekuensi gerakan yang terlampau sering akan mendorong fatigue
dan ketegangan otot tendon. Dampak gerakan berulang akan
meningkat gerakan tersebut dilakukan dengan postur janggal
dengan beban yang berat dalam waktu yang lama (Andini, 2015).
d. Durasi
Durasi didefinisikan sebagai durasi singkat jika 2 jam per hari.
Durasi terjadinya postur janggal yang berisiko bila postur tersebut
dipertahankan lebih dari 10 detik. Gerakan yang berulang terlalu
cepat menyebabkan oksigen belum mencapai jaringan maka akan
terjadi kelelahan otot (Andini, 2015).
G. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
b. Palpasi
Palpasi merupakan cara pemeriksaan dengan cara meraba,
menekan dan memegang organ atau bagian tubuh pasien dimana
untuk mengetahui adanya nyeri tekan, spasme otot, suhu local,
tonus otot, dan oedema.
c. Fungsi Gerak
Pemeriksaaan fungsi gerak adalah suatu cara pemeriksaan dengan
melakukan yang terdiri dari pemeriksaan gerak aktif, pasif, dan
isometrik melawan tahanan.
2. Pemeriksaan Spesifik
a. Tes Lasseque
Tes dilakukan dengan cara pasif, pasien posisi tidur terlentang
dengan tungkai lurus normal, hip medial rotasi dan adduksi lutut
ekstensi, terapis memfleksikan atau mengangkat tungkai anatara
30-70 derajat. Positif jika pasien mengeluh nyeri yang menjalar
sepanjang perjalanan saraf ischiadikus karena adanya penekanan
pada akar saraf.
b. Tes Neri
Gerakan sama dengan tes SLR hanya ditambah gerakan fleksi
kepala secara aktif dan biasanya dilakukan pada 40-60 derajat.
Positif bila dirasakan nyeri sepanjang distribusi n. Ischiadicus. Dari
pemeriksaan yang dilakukan pada kedua tungkai diperoleh hasil
negatif.
c. Tes Bragard
Tes ini sama seperti SLR namun adanya penambahan Gerakan
yaitu mengangkat tungkai yang disertai dengan dorsoflexi ankle.
Hasil positif sama dengan pemeriksaan SLR ataupun lasseque.
H. Penatalaksanaan
1. InfraRed
Infrared memiliki efek fisiologis yang dapat meningkatkan proses
metabolisme, vasodilatasi pembuluh darah, pigmentasi, pengaruh
terhadap syaraf sensoris dengan pemanasan jaringan membentuk efek
sedative, pengaruh terhadap jaringan otot adalah untuk relaksasi serta
mengaktifkan kelenjar keringat. Efek terapeutik pada infrared dapat
mengurangi atau menghilangkan rasa sakit, meingkatkan suplai darah,
relaksasi otot dan menghilangkan sisa hasil metabolisme. Waktu yang
digunakan untuk terapi pada kondisi aku 10-15 menit, sedangkan
kondisi kronis 15-30 menit.
Indikasi:
a. Kondisi peradangan setelah subacute (cuntosio, muscle strain,
muscle sprain dan trauma synovitis)
b. Arthritis (rheumatoid arthritis, osteoarthritis, myalgia, lumbago,
neuralgia dan neuritis)
c. Penyakit kulit (folliculitis, furuncolosi dan wound)
d. Gangguan sirkulasi darah (troboangitisobliterans, tromboplebitis
dan raynould’s disease)
e. Persiapan exercise dan massage
Kontraindikasi:
4. Edukasi
a. Melakukan Latihan seperti yang telah diberikan dan dianjarkan
oleh terapis (William flexion exercise) dilakukan setiap hari, tidak
hanya saat sakit saja
b. Kompres hangat pada otot-otot punggung bawah dengan cara
merendam handuk pada air hangat, kemudian dibalutkan pada otot
yang mengalami spasme
c. Kurangi mengangkat barang berlebih, dan angkat barang dengan
posisi yang benar (lifting technic)
- Beban harus sedekat mungkin dengan tubuh
- Punggung dalam keadaan lurus
- Hindari Gerakan rotasi/ berputar pada vertebra
- Pemakaian korset untuk mengurangi mobilitas vertebra yang
berlebih
BAB III
PEMBAHASAN
A. Keaslian Penelitian
KESIMPULAN
Ahmad, A., & Budiman, F. 2014. Hubungan Posisi Duduk Dengan Nyeri
Punggung Bawah Pada Penjahit Vermak Levis Di Pasar Tanah Pasir
Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara . Jurnal Medical, Vol. 11, No. 3
Allegri, M. 2016. Mechanisms of Low Back Pain : A Guide for Diagnosis and
Therapy [ Version 2 ; Referees : 3 Approved ]. F1000Research 2016, (5):
1–11. Aszar, F. D. D., Imandiri, A., & Mustika, A. 2018. Therapy for Low
Back Pain with Acupuncture and Turmeric. Journal of Vocational
Health Studies, 2(2), 74-79.
Ehrlich, G.E. 2010. Low Back Pain. Philadelphia: WHO. Huldani. 2012. Nyeri
Punggung. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat.
Gomes-Neto, M., Lopes, J. M., Conceicao, C. S., Araujo, A., Brasileiro, A.,
Sousa, C., ... & Arcanjo, F. L. (2017). Stabilization exercise compared to general
exercises or manual therapy for the management of low back pain: a
systematic review and meta-analysis. Physical therapy in Sport, 23, 136
142.
Hayati, K., & Devi, T. (2020). Efektifitas Terapi Ice Massage Dan Back Massage
Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Pada Pasien Low Back Pain Di
Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam Tahun 2020. Jurnal keperawatan
dan fisioterapi (JKF), 2(2), 139-146.
Kumar, K.H., Elavarasi,P. 2016.Definition of pain and classification of pain
disorders. Journal of Advanced Clinical & Research Insights Vol. 3. Pp.
87–90
Patrianingrum, M. 2015. Prevalensi dan Faktor Risiko Nyeri Punggung Bawah di
Lingkungan Kerja Anestesiologi Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin
Bandung. Jurnal Anestesi Perioperatif, 3(1): 47–56
Sipayung, I. J. F., & Anggiat, L. (2020). Terapi Konvensional dan Metode
McKenzie Pada Lansia Dengan Kondisi Low Back Pain Karena
Hernia Nukleus Pulposus Lumbal: Studi Kasus. Jurnal Fisioterapi dan
Rehabilitasi (JFR), 4(2), 44-57.
LAMPIRAN
Surat permohonan
Penyuluhan individu