DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
Intan Monita Herdiani C.0105.19.063
Galuh C.0105.19.0
Tria C.0105.19.0
Sisca dewi C.0105.19.0
A. LATAR BELAKANG
Low Back Pain (LBP) atau Nyeri Punggung Bawah (NPB) adalah suatu gejala
dan bukan merupakan suatu diagnosis. Pada beberapa kasus gejalanya sesuai
dengan diagnosis patologisnya dengan ketepatan yang tinggi, namun sebagian
besar kasus, diagnosisnya tidak pasti dan berlangsung lama (Wagiu, 2012). LBP
atau NPB merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dijumpai di
masyarakat. World Health Organization (WHO) menyatakan kira-kira 150 jenis
gangguan muskuloskeletal di derita oleh ratusan juta manusia yang menyebabkan
nyeri dan inflamasi yang sangat lama serta disabilitas atau keterbatasan fungsional,
sehingga menyebabkan gangguan psikologik dan sosial penderita. Nyeri yang
diakibatkan oleh gangguan tersebut salah satunya adalah keluhan nyeri punggung
bawah yang merupakan keluhan paling banyak ditemukan diantara keluhan nyeri
yang lain. Laporan ini berhubungan dengan penetapan dekade 2000-2010 oleh
WHO sebagai dekade tulang dan persendian (Bone and Joint Decade 2000-2010),
dimana penyakit gangguan musculoskeletal telah menjadi masalah yang banyak
dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia (WHO, 2003). LBP
merupakan keluhan yang spesifik dan paling banyak dikonsultasikan pada dokter
umum. Hampir 70%-80% penduduk negara maju pernah mengalaminya. LBP
merupakan masalah kesehatan yang paling penting di semua negara. Prevalensi
sepanjang hidup (lifetime) populasi dewasa sekitar 70% dan prevalensi dalam 1
tahun antara 15-45%, dengan puncak prevalensi terjadi pada usia 35 dan 55 tahun.
Kebanyakan LBP akut bersifat self limiting dan hanya 2-7% yang menjadi kronis
(Jalaluddin, 2008).
Kelompok Studi Nyeri (Pokdi Nyeri) Persatuan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia (PERDOSSI) melakukan penelitian pada bulan Mei 2002 di 14 rumah sakit
pendidikan, dengan hasil menunjukkan bahwa jumlah penderita nyeri sebanyak 4456
orang (25% dari total kunjungan), 1598 orang (35,86%) merupakan penderita nyeri
kepala dan 819 orang (18,37%) adalah penderita LBP (Meliala, 2003). Sementara di
Indonesia walaupun data epidemiologik mengenai LBP belum ada namun
diperkirakan 40% penduduk Jawa Tengah berusia antara 65 tahun pernah menderita
nyeri punggung dan prevalensinya pada laki-laki 18,2% dan pada perempuan 13,6%
(Meliawan, 2009). LBP merupakan salah satu keluhan yang dapat menurunkan
produktivitas kerja manusia (Suharto, 2005). LBP jarang fatal namun nyeri yang
dirasakan dapat membuat penderita mengalami penurunan kemampuan melakukan
aktivitas sehari-hari, problema kesehatan kerja, dan banyak kehilangan jam kerja
pada usia produktif maupun usia lanjut, sehingga merupakan alasan terbanyak
dalam mencari pengobatan (Yudiyanta, 2007). Penelitian tentang nyeri punggung
bawah yang berhubungan dengan keterbatasan fungsional aktivitas kehidupan
sehari-hari belum banyak dilakukan. Dari 180 penderita nyeri punggung akut yang di
ikuti selama satu tahun ternyata 38% mengalami keterbatasan fungsional yang
menetap. Keterbatasan fungsional yang menetap bukan saja dipengaruhi oleh
beratnya nyeri, tetapi juga faktor premorbid faktor distress psikologi, rendahnya
aktivitas fisik, merokok, ketidakpuasan dalam pekerjaan, dan faktor yang
berhubungan dengan lamanya gejala, luasnya nyeri, dan terbatasnya mobilitas
spinal (Thomas, 1999). Keterbatasan fungsional yang dikarenakan nyeri punggung
bawah mengakibatkan tingginya biaya yang dibutuhkan setiap tahun, sehingga
terhadap penderita perlu dilakukan evaluasi seberapa besar ketidakmampuan
disfungsional yang terjadi dan faktor yang mempengaruhinya (Liebenson, 1999).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan Low Back Pain.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Definisi Low Back Pain.
b. Untuk mengetahui Etiologi Low Back Pain
c. Untuk mengetahui Patofisiologi Low Back Pain
d. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Low Back Pain
e. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang Low Back Pain
f. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Low Back Pain
g. Untuk mengetahui Masalah Ergonomi yang dapat Menyebabkan Low Back
Pain
h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan Low Back Pain.
C. MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa
Agar mampu memahami tentang bagaimana asuhan keperawatan pada pasien
dengan low back pain sehingga dapat meningkatkan kesehatan pekerja yang ada
di masyarakat.
2. Bagi Institusi
Agar dapat memberikan penjelasan yang lebih luas tentang asuhan keperawatan
pada pasien dengan low back pain dan dapat lebih banyak menyediakan
referensi-referensi buku tentang asuhan keperawatan pasien dengan masalah
ergonomi.
3. Bagi Masyarakat
Agar lebih mengerti dan memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan low back pain untuk meningkatkan mutu kesehatan pekerja yang ada di
masyarakat.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI
Low back pain dapat berupa rasa sedikit pegal sampai nyeri sekali, sakit ini
dapat timbul secara mendadak ataupun secara perlahan-lahan dalam waktu
beberapa jam sampai beberapa hari. Rasa sakit dapat dirasakan pada tubuh
bagian belakang, dari tulang iga terakhir sampai bagian bawah bokong dan
juga dapat menjalar ketungkai.
B. ETIOLOGI
Penyebab low back pain bermacam-macam dan multifaktor. Diantaranya
adalah:
1. Kelainan kongenital
a. Spondilolisis dan spondilolistesis
Pada spondilolisis tampak bahwa sewaktu pembentukan korpus
vertebrae itu (in utero) arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus
vertebraenya sendiri. Pada spondilolitesis, korpus vertebrae itu sendiri
(biasanya L5) tergeser ke depan.Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu
bayi masih berada dalam kandungan, namun (oleh karena timbulnya
kelainan-kelainan degeneratif) sesudah berumur 35 tahun, barulah
timbul keluhan nyeri pinggang. Nyeri ini dapat berkurang atau hilang
bila penderita duduk atau tidur dan bertambah parah jika penderita
berdiri atau berjalan.
b. Spondylosis lumbal
Penyakit sendi degeneratif yang mengenai vertebra lumbal dan discus
intervertebralis, yang menyebabkan nyeri dan kekakuan.
c. Spondylitis
Suatu bentuk degeneratif sendi yang mengenai tulang belakang. Ini
merupakan penyakit sistemik yang etiologinya tidak diketahui, terutama
mengenai orang muda dan menyebabkan rasa nyeri dan kekakuan
sebagai akibat peradangan sendi-sendi dengan osifikasi sendi tulang
belakang.
2. Trauma dan gangguan mekanis
Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau sudah
lama tidak melakukan kegiatan ini dapat menderita nyeri pinggang bawah
yang akut. Adanya fraktur pada salah satu prosesus tranversus pada
orang-orang yang melakukan kegiatan olahraga yang terlalu dipaksakan
juga dapat menjadi penyebab nyeri pinggang bagian bawah (low back
pain). Selain itu pada penderita dengan obesitas mungkin perut yang
besar dapat mengganggu keseimbangan statik dan kinetik dari tulang
belakang sehingga dapat timbul nyeri pinggang.
3. Radang (inflamasi)
Artritis rematoid dapat melibatkan persendian sinoval pada vertebra.
Artritis rematoid merupakan suatu proses yang melibatkan jaringan ikat
mesenkimal.
4. Tumor (neoplasma)
Tumor vertebra dan medulla spinalis dapat jinak ataupun ganas. Pada
tumor jinak dapat mengenai tulang atau jaringan lunak yang menimbulkan
nyeri yang menetap. Sifat nyeri pada tumor ganas lebih hebat daripada
tumor jinak.
5. Gangguan metabolik
Osteoporosis akibat gangguan metabolik yang merupakan penyebab
banyak keluhan nyeri pada pinggang yang dapat disebabkan oleh karena
kekurangan protein ataupun oleh gangguan hormonal misalnya
menupause.
6. Psikis
Banyak gangguan psikis yang dapat memberikan gejalan low back pain,
misalnya ansietas yang dapat menyebabkan tegang otot yang
mengakibatkan rasa nyeri, misalnya di kuduk atai di pinggang. Rasa nyeri
ini dapat pula kemudian menambah meningkatnya keadaan ansietas dan
di ikuti oleh meningkatnya tegang otot dan rasa nyeri.
a. Prosedur degenerasi pada pasien lansia.
b. Penggunaan hak sepatu yang terlalu tinggi.
c. Mengangkat beban dengan cara yang salah.
d. Terlalu lama pada getaran.
e. Gaya berjalan
f. Merokok.
g. Duduk terlalu lama.
h. Kurang latihan (oleh raga).
C. MANEFESTASI KLINIS
1. Perubahan dalam gaya berjalan
a) Berjalan terasa kaku
b) Tidak bias memutar punggung
c) Pincang
2. Persyarapan
a) Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien
merasakan sensasi pada kedua anggota badan,tetapi mengalami
sensasi yang lebih kuat pada daerah yang tidak dirangsang.
b) Tidak terkontrol Bab dan Bak.
3. Nyeri
a) Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan
b) Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit
c) Nyeri otot dalam
d) Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki
e) Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis
f) Nyeri pada pertengahan bokong
g) Nyeri berat pada kaki semakin meningkat
D. KLASIFIKASI
1. Viserogenik: LBP yang bersifat viserogenik disebabkan oleh adanya
proses patologik di ginjal atau visera di daerah pelvis, serta tumor
retroperitoneal.
2. Neurogenik: LBP yang bersifat neurogenik disebabkan oleh keadaan
patologik pada saraf yang dapat menyebabkan LBP.
3. Vaskulogenik: Aneurisma atau penyakit vaskular perifer dapat
menimbulkan LBP atau nyeri yang menyerupai iskemi
4. Psikogenik: LBP psikogenik pada umumnya disebabkan oleh ketegangan
jiwa atau kecemasan, dan depresi, atau campuran antara kecemasan dan
depresi.
5. Spondilogenik: LBP spondilogenik ini ialah suatu nyeri yang disebabkan
oleh berbagai proses patologik di kolumna vertebralis yang terdiri dari
unsur tulang (osteogenik), diskus intervertebralis (diskogenik), dan
miofasial (miogenik), dan proses patologik di artikulasio sakroiliaka.
6. Kongenital, misalnya faset tropismus (asimetris), kelainan vertebra
misalnya sakralisasi, lumbalisasi, dan skoliosis serta sindrom ligamen
transforamina yang menyempitkan ruang untuk jalannya nervus spinalis
hingga dapat menyebabkan LBP.
7. Trauma dan gangguan mekanik: Trauma dan gangguan mekanik
merupakan penyebab utama LBP. Orang yang tidak biasa melakukan
pekerjaan otot atau sudah lama tidak melakukannya dapat menderita LBP
akut, atau melakukan 23 pekerjaan dengan sikap yang salah dalam waktu
lama akan menyebabkan LBP kronik. Hal yang sama juga bisa
didapatkan pada wanita hamil, orang gemuk, memakai sepatu dengan
tumit terlalu tinggi. Trauma dapat berbentuk lumbal strain (akut atau
kronik), fraktur (korpus vertebra, prosesus tranversus), subluksasi sendi
faset (sindroma faset), atau spondilolisis dan spondilolistesis.
8. Radang (inflamasi), misalnya artritis rematoid dan spondilitis ankilopoetika
(penyakit Marie-Strumpell)
9. Tumor (neoplasma): Tumor menyebabkan LBP yang lebih dirasakan
pada waktu berbaring atau pada waktu malam. Dapat disebabkan oleh
tumor jinak seperti osteoma, penyakit paget, osteoblastoma,
hemangioma, neurinoma, meningioma. Atau tumor ganas, baik primer
(mieloma multipel) maupun sekunder: (metastasis karsinoma payudara,
prostat, paru tiroid ginjal dan lainlain). Metastasis tumor ganas sangat
sering ke korpus vertebra karena banyak mengandung pembuluh darah
vena. Tumor-tumor ini merangsang ujung-ujung saraf sensibel dalam
tulang dan menimbulkan rasa nyeri lokal atau menjalar ke sekitarnya, dan
dapat terjadi fraktur patologik.
10. Gangguan metabolik: Osteoporosis dapat disebabkan oleh kurangnya
aktivitas/imobilisasi lama, pasca menopouse, malabsorbsi/intake rendah
kalsium yang lama, hipopituitarisme, akromegali, penyakit Cushing,
hipertiroidisme/tirotoksikosis, osteogenesis imperfekta, gangguan nutrisi
misalnya kekurangan protein, defisiensi asam askorbat, idiopatik, dan
lain-lain. Gangguan metabolik dapat menimbulkan fraktur kompresi atau
kolaps korpus 24 vertebra hanya karena trauma ringan. Penderita
menjadi bongkok dan pendek dengan nyeri difus di daerah pinggang.
11. Degenerasi, misalnya pada penyakit spondylosis (spondyloarthrosis
deforman), osteoartritis, hernia nukleus pulposus (HNP), dan stenosis
spinal.
12. Kelainan pada alat-alat visera dan retroperitoneum, pada umumnya
penyakit dalam ruang panggul dirasakan di daerah sakrum, penyakit
diabdomen bagian bawah dirasakan didaerah lumbal.
13. Infeksi: Infeksi dapat dibagi ke dalam akut dan kronik. LBP yang
disebabkan infeksi akut misalnya: disebabkan oleh kuman pyogenik
(stafilokokus, streptokokus, salmonella). LBP yang disebabkan infeksi
kronik misalnya spondilitis TB (penyakit Pott), jamur, osteomielitis kronik.
14. Problem psikoneurotik: LBP karena problem psikoneuretik misalnya
disebabkan oleh histeria, depresi, atau kecemasan. LBP karena masalah
psikoneurotik adalah LBP yang tidak mempunyai dasar organik dan tidak
sesuai dengan kerusakan jaringan atau batas-batas anatomis, bila ada
kaitan LBP dengan patologi organik maka nyeri yang dirasakan tidak
sesuai dengan penemuan gangguan fisiknya
E. PATHWAYS
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Fungsi lumbal
Untuk mengetahui warna cairan serebrospinal (jernih air,
kekuningan/xantokram, keruh), adanya kesan sumbatan atau
hambatan aliran cairan serebrospinal secara total atau parsial, jumlah
sel, kadar protein, NaCl dan glukosa.
2. Foto rontgen
Untuk mengidentifikasi adanya fraktur korpus vertebra, arkus atau
prosesus spinosus, juga adanya dislokasi vertebra, spionfilolistesis,
bamboo spine destruksi vertebra, HNP
3. Computed tomografhy ( CT )
Berguna untuk mengetahui penyakit yangmendasari seperti adanya
lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna vertebralis dan
masalah diskus intervertebralis.
4. Ultrasonography
Dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis spinalis.
5. Magneting resonance imaging ( MRI )
Memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi patologi tulang belakang.
6. Meilogram dan discogram
Untuk mengetahui diskus yang mengalami degenerasi atau protrusi
diskus.
7. Venogram efidural
Digunakan untuk mengkaji penyakit diskus lumbalis dengan
memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural.
8. Elektromiogram (EMG)
Digunakan untuk mengevaluasi penyakit serabut syaraf tulang
belakang ( Radikulopati).
9. Pemeriksaan Laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium rutin dilakukan sesuai indikasi, berguna
untuk melihat laju endap darah (LED), morfologi darah tepi, kalsium,
fosfor, asam urat, alkali fosfatase, asam fosfatase, antigen spesifik
prostat (jika ditemukan kecurigaan metastasis karsinoma prostat)
danelektroforesis protein serum (protein myeloma).
G. PENATALAKSANAAN KLINIS
a. Medis Farmakologi
1. Formakoterapi.
NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri
berat), injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri radikuler
2. NPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan
(gabapentin, karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha blocker
(klonidin, prazosin), opioid (kalau sangat diperlukan)
3. Invasif non bedah
- Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati)
- Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik punggung
bawah yang intractable)
4. Bedah
- HNP (Hernia Nukleus Pulposus), indikasi operasi :
Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat
minggu: nyeri berat/intractable / menetap / progresif.
Defisit neurologik memburuk.
Sindroma kauda.
b. Keperawatan
- Informasi dan edukasi.
- NPB kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur,
modalitas termal), latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional,
pengaturan berat badan posisi tubuh dan aktivitas.
-
H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Riwayat kesehatan
A. Riwayat Penyakit
a) Keluhan Utama (keluhan yang dirasakan pasien saat
dilakukan pengkajian)
b) Riwayat penyakit sekarang
Diskripsi gejala dan lamanya
Dampak gejala terhadap aktifitas harian
Respon terhadap pengobatan sebelumnya
Riwayat trauma
c) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Immunosupression (supresis imun)
Penurunan berat badan tanpa penyebab yang
jelas (kangker)
Nyeri yang menetap merupakan pertimbangan
untuk kangker atau infeksi.
Pemberatan nyeri di kala terbaraing (tumor
instraspinal atau infeksi) atau pengurangan
nyeri (hernia nudeus pulposus / HNP)
Nyeri yang paling berat di pagi hari
(spondiloartropati seronegatif: ankylosing
spondyli-tis, artristis psoriatic, spondiloartropati
reaktif, sindroma fibromialgia)
Nyeri pada saat duduk (HNP, kelainan faset
sendi, stenosis kanal, kelahinan otot
paraspinal, kelainan sendi sakroilikal,
spondilosis / spondilolisis / spondilolistesis,
NPB-spesifik)
Adanya demam (infeksi)
Gangguan normal (dismenore, pasca-
monopause /andropause)
Keluhan visceral (referred pain)
Gangguan miksi
Saddle anesthesia
Kelemahan motorik ekstremitas bawah
(kemungkinan lesi kauda ekwina)
Lokasi dan penjalaran nyeri.
d) Riwayat Psikososialspritual
1. Pola persepsi dan konsep diri
a. Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa
b. Emosi labil, ketidaksiapan untuk makan sendiri dan
gembira
c. Kesulitan untuk mengekspresikan diri
d. Pola peran dan hubungan dengan sesama
e. Masalah hubungan dan peran dengan sesama
2. Riwayat perubahan kepribadian
a. ansietas, depresi, letupan suara hati, gelisah.
b. Hal yang membuat pasien marah, takut, cemas,
tegang.
3. Nilai dan kepercayaan
a. Bagaimana kepercayaan klien, apakah sebelum dan
sejak
sakit sering berdoa
b. Apakah klien menyerahkan sakitnya sepenuhnya
kepada Tuhan.
2. Pemeriksaan fisik
A. Keadaan Umum
B. Pemeriksaan persistem
a) Sistem persepsi dan sensori
(pemeriksaan panca indera : penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecap, perasa)
b) Sistem persarafan (Pemeiksaan neurologik)
Pemeriksaan motorik
Pemeriksaan sens sensorik.
Straight leg Raising (SLR), test laseque (iritasi
radisks L5 atau S 1) cross laseque(HNP
median) Reverse Laseque (iritasi radik lumbal
atas)
Sitting knee extension (iritasi lesi iskiadikus)
Pemeriksaan system otonom
Tanda Patrick (lasi coxae) dan kontra Patrick
(lesi sakroiliaka)
Tes Naffziger
Tes valsava.
c) Sistem pernafasan (Nilai frekuensi nafas, kualitas,
suara, dan jalan nafas.)
d) Sistem kardiovaskuler (Nilai tekanan darah, nadi,
irama, kualitas, dan frekuensi)
e) Sistem Gastrointestin (Nilai kemampuan
menelan,nafsu makan, minum, peristaltic dan
eliminasi)
f) Sistem Integumen (Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit
pasien )
g) Sistem Reproduksi( Untuk pasien wanita )
h) Sistem Perkemihan (Nilai Frekuensi Bak, warna, bau,
volume )
2 DO : Gangguan Ganggun
- Kekuatan otot menurun muskuloskeletal , mobilitas fisik
- ROM menurun nyeri dan kekakuan
- Sendi kaku sendi
- Gerakan tidak terkordinasi
- Gerakan terbatas
- Fisik lemah
DS :
- Mengeluh sulit menggerakan
ekstermitas
- Nyeri saat bergerak
- Enggan melakukan pergerakan
- Merasa cemas saat bergerak
3 DO : - Nyeri Gangguan pola
tidur
DS :
- Klien mengeluh sulit tidur
- Mengeluh sering terjaga
- Mengeluh istirahat tidak cukup
- Mengeluh kempuhan beraktivitas
menurun
J. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (fisik, kelainan muskulo
skeletal dan system syaraf vaskuler
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, kerusakan
muskuloskeletal, kekakuan sendi, kontraktur.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan
ketidaknyamanan
K. Rencana Keperawatan
3. Gangguan pola tidur b.d Setelah dilakukan Peningkatan Tidur / Sleep Enhancement
nyeri, tidak nyaman tindakan 1. Kaji pola tidur / pola aktivitas
keperawatan selama
2. Anjurkan klien tidur secara teratur
Batasan karakteristik : … X 24 jam klien
3. Jelaskan tentang pentingnya tidur yang
Pasien menahan sa- dapat terpenuhi cukup selama sakit dan terapi.
kit (merintih, me- kebutuhan tidurnya
4. Monitor pola tidur dan catat keadaan fisik,
nyeringai) dengan criteria : psykososial yang mengganggu tidur
Pasien 5. Diskusikan pada klien dan keluarga
mengungkapkan tidak Tidur tentang tehnik peningkatan pola tidur
bisa tidur karena nyeri Jumlah jam tidur
cukup Manajemen lingkungan
Pola tidur normal Batasi pengunjung
Kualitas tidur cukup Jaga lingkungan dari bising
Tidur secara teratur Tidak melakukan tindakan keperawatan
Tidak sering pada saat klien tidur
terbangun
Tanda vital dalam Anxiety Reduction
batas normal Jelaskan semua prosedur termasuk pera-
saan yang mungkin dialami selama men-
Rest (0003) jalani prosedur
Istirahat Cukup Berikan objek yang dapat memberikan rasa
Kualitas istirahat aman
baik Berbicara dengan pelan dan tenang
Istirahat fisik Membina hubungan saling percaya
cukup Dengarkan klien dengan penuh perhatian
Istirahat psikis Ciptakan suasana saling percaya
cukup Dorong orang tua mengungkapkan pera-
saan, persepsi dan cemas secara verbal
Anxiety control Berikan peralatan / aktivitas yang meng-
Tidur adekuat hibur untuk mengurangi ketegangan
Tidak ada Anjurkan untuk menggunakan teknik re-
manifestasi fisik laksasi
Tidak ada
10 Berikan lingkungan yang tenang
manifestasi perilaku 11 Batasi pengunjung
Mencari informasi
untuk mengurangi
cemas
Menggunakan
teknik re-laksasi
untuk mengu-rangi
cemas
Berinteraksi sosial
BAB III
LAPORAN KASUS
I. BIODATA
a. Identitas pasien
1. Nama Pasien : Ny.
2. Umur / tanggal lahir : 48 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Status pernikahan : Menikah
5. Agama :-
6. Pendidikan :-
7. Pekerjaan : Karyawan Pabrik
8. Suku / Bangsa :-
9. Bahasa yang digunakan :-
10. Alamat rumag :-
11. Sumber biaya :-
12. Diagnosa medis : LBP
b. Penanggung jawab
1. Nama :-
2. Umur :-
3. Hubungan dengan klien :-
4. Pekerjaan :-
5. Pendidikan :-
6. Alamat :-
II. RIWAYAT KESEHATAN KLIEN
1) Keluhan Utama
Nyeri pada punggung bagian bawah
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri punggung
bagian bawah yang tak kunjung henti..
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
4) Riwayat Kesehatan keluarga
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan : Labolatorium Darah rutin
Kesan
VI. PENATALAKSANAAN
1) Paracetamol 1gr TID
2) Diclofenac 50mg BID
3) Fluoxentine 20mg OD
Nyeri Akut
Mobilitas fisik
terganggu
Gangguan mobilitas
fisik
PEMBAHASAN
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon
manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual / potensial) dari
individu atau kelompok tempat perawat secara legal mengidentifikasi dan
perawat dapat memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan atau mencegah
perubahan.Pada tinaun teoritis ditemukan 6 diagnosa keperawatan
sedangkan pada tinjauan kasus ditemuakan 3 diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan Low Back
Pain, yaitu :
1) Nyeri akut
2) Gangguan mobilitas fisik
3) Pola nafas tidak efektif
4) Kurang pengetahuan
5) Defisit perawatan diri
6) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah pengembangan strategi desain untuk
mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah –masalah yang telah
diidentifikasi dalam diagnosa keperawatan. Desain perencanaan
menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan cara
menyelesaikan masalah dengan efektif dan efesien.Dalam menyusun
rencana tindakan keperawatan kepada klien berdasarkan prioritas masalah
yang ditemukan, tidak semua rencaana tindakan pada tinjauan kasus
disesuaikan dengan keluhan dan keadaan klien.
a) Untuk diagnosa pertama.Nyeri akut.
Manajemen nyeri Lakukan pengkajian nyeri secara kom-prehensif
(lokasi, karateristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor
presipitasi).Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
Gunakan teknik komunikasi terapetik untuk mengetahui pengalaman
nyeri klien. Kaji kultur / budaya yang mempengaruhi respon nyeri.
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau. Evaluasi bersama klien dan
tim kesehatan lain tentang ketidak efektifan kontrol nyeri masa
lampau. Bantu klien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan. Kontrol lingkungan yang dapat mempe-ngaruhi nyeri
(suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan) Kurangi faktor
presipitasi nyeri. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmokologi,
non farmakologi dan inter-personal) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
me-nentukan intervensi. Ajarkan tentang teknik non farmakologi.
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri Tingkatkan istirahat Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak berhasil. Monitor penerimaan klien tentang
mana-jemen nyeri.
Andministrasi Analgetik
Tentukan lokasi, karateristik kualitas, dan derajat nyeri sebagai
pemberian obat. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan
fekkuensi. Cek riwayat alergi Pilih analgenik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgetik ketika pemberian lebih dari satu. Tentukan
pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri. Tentukan
analgetik pilihan rute pemberian dan dosis optimal. Pilih rute
pemberian secara iv-im untuk pengobatan nyeri secara teratur Monitor
vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat. Evaluasi
efektifitas analgesik tanda dan gejala (efek sampingan)
4. Implementasi
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan
tindakan, serta menilai data yang baru.
A. Kesimpulan
Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan oleh
terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus
pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang (Brunner,1999).
Low back pain dapat terjadi pada siapasaja yang mempunyai masalah pada
muskuloskeletal seperti ketegangan lumbosacral akut,ketidakmampuan ligamen
lumbosacral,kelemahan otot,osteoartritis,spinal stenosis serta masalah pada sendi
inter vertebra dan kaki yang tidak sama panjang.
Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai
masalah muskuloskeletal (misal regangan lumbosakral akut, ketidakstabilan ligamen
lumbosakral dan kelemahan otot, osteoartritis tulang belakang, stenosis tulang
belakang, masalah diskus intervertebralis, ketidaksamaan panjang tungkai).
Penyebab lainnya meliputi obesitas, gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor
retroperitoneal, aneurisma abdominal dan masalah psikosomatik. Kebanyakan nyeri
punggung akibat gangguan muskuloskeletal akan diperberat oleh aktifitas,
sedangkan nyeri akibat keadaan lainnya tidak dipengaruhi oleh aktifitas.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mampu memahami tentang bagaimana asuhan keperawatan pada
pasien dengan low back pain sehingga dapat meningkatkan kesehatan pekerja
yang ada di masyarakat.
2. Bagi Institusi
Diharapkan dapat memberikan penjelasan yang lebih luas tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan low back pain dan dapat lebih banyak
menyediakan referensi-referensi buku tentang asuhan keperawatan pasien
dengan masalah ergonomi.