Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny.

DENGAN GANGGUAN SISTEM


MUSKULOSKELETAL DENGAN GANGGUAN LOW BACK PAIN (LBP)
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah 3

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
Intan Monita Herdiani C.0105.19.063
Galuh C.0105.19.0
Tria C.0105.19.0
Sisca dewi C.0105.19.0

PROGRAM PENDIDIKAN NERS KELAS TRANSFER UMUM


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Low Back Pain (LBP) atau Nyeri Punggung Bawah (NPB) adalah suatu gejala
dan bukan merupakan suatu diagnosis. Pada beberapa kasus gejalanya sesuai
dengan diagnosis patologisnya dengan ketepatan yang tinggi, namun sebagian
besar kasus, diagnosisnya tidak pasti dan berlangsung lama (Wagiu, 2012). LBP
atau NPB merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dijumpai di
masyarakat. World Health Organization (WHO) menyatakan kira-kira 150 jenis
gangguan muskuloskeletal di derita oleh ratusan juta manusia yang menyebabkan
nyeri dan inflamasi yang sangat lama serta disabilitas atau keterbatasan fungsional,
sehingga menyebabkan gangguan psikologik dan sosial penderita. Nyeri yang
diakibatkan oleh gangguan tersebut salah satunya adalah keluhan nyeri punggung
bawah yang merupakan keluhan paling banyak ditemukan diantara keluhan nyeri
yang lain. Laporan ini berhubungan dengan penetapan dekade 2000-2010 oleh
WHO sebagai dekade tulang dan persendian (Bone and Joint Decade 2000-2010),
dimana penyakit gangguan musculoskeletal telah menjadi masalah yang banyak
dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia (WHO, 2003). LBP
merupakan keluhan yang spesifik dan paling banyak dikonsultasikan pada dokter
umum. Hampir 70%-80% penduduk negara maju pernah mengalaminya. LBP
merupakan masalah kesehatan yang paling penting di semua negara. Prevalensi
sepanjang hidup (lifetime) populasi dewasa sekitar 70% dan prevalensi dalam 1
tahun antara 15-45%, dengan puncak prevalensi terjadi pada usia 35 dan 55 tahun.
Kebanyakan LBP akut bersifat self limiting dan hanya 2-7% yang menjadi kronis
(Jalaluddin, 2008).
Kelompok Studi Nyeri (Pokdi Nyeri) Persatuan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia (PERDOSSI) melakukan penelitian pada bulan Mei 2002 di 14 rumah sakit
pendidikan, dengan hasil menunjukkan bahwa jumlah penderita nyeri sebanyak 4456
orang (25% dari total kunjungan), 1598 orang (35,86%) merupakan penderita nyeri
kepala dan 819 orang (18,37%) adalah penderita LBP (Meliala, 2003). Sementara di
Indonesia walaupun data epidemiologik mengenai LBP belum ada namun
diperkirakan 40% penduduk Jawa Tengah berusia antara 65 tahun pernah menderita
nyeri punggung dan prevalensinya pada laki-laki 18,2% dan pada perempuan 13,6%
(Meliawan, 2009). LBP merupakan salah satu keluhan yang dapat menurunkan
produktivitas kerja manusia (Suharto, 2005). LBP jarang fatal namun nyeri yang
dirasakan dapat membuat penderita mengalami penurunan kemampuan melakukan
aktivitas sehari-hari, problema kesehatan kerja, dan banyak kehilangan jam kerja
pada usia produktif maupun usia lanjut, sehingga merupakan alasan terbanyak
dalam mencari pengobatan (Yudiyanta, 2007). Penelitian tentang nyeri punggung
bawah yang berhubungan dengan keterbatasan fungsional aktivitas kehidupan
sehari-hari belum banyak dilakukan. Dari 180 penderita nyeri punggung akut yang di
ikuti selama satu tahun ternyata 38% mengalami keterbatasan fungsional yang
menetap. Keterbatasan fungsional yang menetap bukan saja dipengaruhi oleh
beratnya nyeri, tetapi juga faktor premorbid faktor distress psikologi, rendahnya
aktivitas fisik, merokok, ketidakpuasan dalam pekerjaan, dan faktor yang
berhubungan dengan lamanya gejala, luasnya nyeri, dan terbatasnya mobilitas
spinal (Thomas, 1999). Keterbatasan fungsional yang dikarenakan nyeri punggung
bawah mengakibatkan tingginya biaya yang dibutuhkan setiap tahun, sehingga
terhadap penderita perlu dilakukan evaluasi seberapa besar ketidakmampuan
disfungsional yang terjadi dan faktor yang mempengaruhinya (Liebenson, 1999).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan Low Back Pain.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Definisi Low Back Pain.
b. Untuk mengetahui Etiologi Low Back Pain
c. Untuk mengetahui Patofisiologi Low Back Pain
d. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Low Back Pain
e. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang Low Back Pain
f. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Low Back Pain
g. Untuk mengetahui Masalah Ergonomi yang dapat Menyebabkan Low Back
Pain
h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan Low Back Pain.

C. MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa
Agar mampu memahami tentang bagaimana asuhan keperawatan pada pasien
dengan low back pain sehingga dapat meningkatkan kesehatan pekerja yang ada
di masyarakat.
2. Bagi Institusi
Agar dapat memberikan penjelasan yang lebih luas tentang asuhan keperawatan
pada pasien dengan low back pain dan dapat lebih banyak menyediakan
referensi-referensi buku tentang asuhan keperawatan pasien dengan masalah
ergonomi.
3. Bagi Masyarakat
Agar lebih mengerti dan memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan low back pain untuk meningkatkan mutu kesehatan pekerja yang ada di
masyarakat.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak


menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual maupun potensial.
Definisi keperawatan tentang nyeri adalah, apapun yang menyakitkan tubuh
yang dikatakan individu/seseorang yang mengalaminya, yang ada kapanpun
orang tersebut mengatakannya.
Low Back Pain adalah suatu tipe nyeri yang membutuhkan pengobatan medis
walaupun sering jika ada trauma secara tiba-tiba dan dapat menjadi kronik
pada masalah kehidupan seperti fisik,mental,social dan ekonomi (Barbara).
Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan oleh
terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus
pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang
(Brunner,2012).
Low back pain dapat terjadi pada siapasaja yang mempunyai masalah
pada muskuloskeletal seperti ketegangan lumbosacral akut,ketidakmampuan
ligamen lumbosacral,kelemahan otot,osteoartritis,spinal stenosis serta
masalh pada sendi inter vertebra dan kaki yang tidak sama panjang.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan Low Back Pain
adalah suatu sensasi nyeri yang dirasakan pada daerah lumbasakral dan
sakroiliakal atau pada diskus intervertebralis umumnya lumbal bawah, L4-L5
dan L5-S1, nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran ketungkai
sampai kaki.

Low back pain dapat berupa rasa sedikit pegal sampai nyeri sekali, sakit ini
dapat timbul secara mendadak ataupun secara perlahan-lahan dalam waktu
beberapa jam sampai beberapa hari.  Rasa sakit dapat dirasakan pada tubuh
bagian belakang, dari tulang iga terakhir sampai bagian bawah bokong dan
juga dapat menjalar ketungkai.  

B. ETIOLOGI
Penyebab low back pain bermacam-macam dan multifaktor. Diantaranya
adalah:
1. Kelainan kongenital
a. Spondilolisis dan spondilolistesis
Pada spondilolisis tampak bahwa sewaktu pembentukan korpus
vertebrae itu (in utero) arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus
vertebraenya sendiri. Pada spondilolitesis, korpus vertebrae itu sendiri
(biasanya L5) tergeser ke depan.Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu
bayi masih berada dalam kandungan, namun (oleh karena timbulnya
kelainan-kelainan degeneratif) sesudah berumur 35 tahun, barulah
timbul keluhan nyeri pinggang. Nyeri ini dapat berkurang atau hilang
bila penderita duduk atau tidur dan bertambah parah jika penderita
berdiri atau berjalan.
b. Spondylosis lumbal
Penyakit sendi degeneratif yang mengenai vertebra lumbal dan discus
intervertebralis, yang menyebabkan nyeri dan kekakuan.
c. Spondylitis
Suatu bentuk degeneratif sendi yang mengenai tulang belakang. Ini
merupakan penyakit sistemik yang etiologinya tidak diketahui, terutama
mengenai orang muda dan menyebabkan rasa nyeri dan kekakuan
sebagai akibat peradangan sendi-sendi dengan osifikasi sendi tulang
belakang.
2. Trauma dan gangguan mekanis
Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau sudah
lama tidak melakukan kegiatan ini dapat menderita nyeri pinggang bawah
yang akut. Adanya fraktur pada salah satu prosesus tranversus pada
orang-orang yang melakukan kegiatan olahraga yang terlalu dipaksakan
juga dapat menjadi penyebab nyeri pinggang bagian bawah (low back
pain). Selain itu pada penderita dengan obesitas mungkin perut yang
besar dapat mengganggu keseimbangan statik dan kinetik dari tulang
belakang sehingga dapat timbul nyeri pinggang.
3. Radang (inflamasi)
Artritis rematoid dapat melibatkan persendian sinoval pada vertebra.
Artritis rematoid merupakan suatu proses yang melibatkan jaringan ikat
mesenkimal.
4. Tumor (neoplasma)
Tumor vertebra dan medulla spinalis dapat jinak ataupun ganas. Pada
tumor jinak dapat mengenai tulang atau jaringan lunak yang menimbulkan
nyeri yang menetap. Sifat nyeri pada tumor ganas lebih hebat daripada
tumor jinak.
5. Gangguan metabolik
Osteoporosis akibat gangguan metabolik yang merupakan penyebab
banyak keluhan nyeri pada pinggang yang dapat disebabkan oleh karena
kekurangan protein ataupun oleh gangguan hormonal misalnya
menupause.
6. Psikis
Banyak gangguan psikis yang dapat memberikan gejalan low back pain,
misalnya ansietas yang dapat menyebabkan tegang otot yang
mengakibatkan rasa nyeri, misalnya di kuduk atai di pinggang. Rasa nyeri
ini dapat pula kemudian menambah meningkatnya keadaan ansietas dan
di ikuti oleh meningkatnya tegang otot dan rasa nyeri.
a. Prosedur degenerasi pada pasien lansia.
b. Penggunaan hak sepatu yang terlalu tinggi.
c. Mengangkat beban dengan cara yang salah.
d. Terlalu lama pada getaran.
e. Gaya berjalan
f.  Merokok.
g. Duduk terlalu lama.
h. Kurang latihan (oleh raga).  

C. MANEFESTASI KLINIS
1. Perubahan dalam gaya berjalan
a)    Berjalan terasa kaku
b)   Tidak bias memutar punggung
c)    Pincang
2. Persyarapan
a) Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien
merasakan sensasi pada kedua anggota badan,tetapi mengalami
sensasi yang lebih kuat pada daerah yang tidak dirangsang.
b)   Tidak terkontrol Bab dan Bak.
3. Nyeri
a)  Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan
b)  Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit
c)   Nyeri otot dalam
d)   Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki
e)   Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis
f)    Nyeri pada pertengahan bokong
g)   Nyeri berat pada kaki semakin meningkat

D. KLASIFIKASI
1. Viserogenik: LBP yang bersifat viserogenik disebabkan oleh adanya
proses patologik di ginjal atau visera di daerah pelvis, serta tumor
retroperitoneal.
2. Neurogenik: LBP yang bersifat neurogenik disebabkan oleh keadaan
patologik pada saraf yang dapat menyebabkan LBP.
3. Vaskulogenik: Aneurisma atau penyakit vaskular perifer dapat
menimbulkan LBP atau nyeri yang menyerupai iskemi
4. Psikogenik: LBP psikogenik pada umumnya disebabkan oleh ketegangan
jiwa atau kecemasan, dan depresi, atau campuran antara kecemasan dan
depresi.
5. Spondilogenik: LBP spondilogenik ini ialah suatu nyeri yang disebabkan
oleh berbagai proses patologik di kolumna vertebralis yang terdiri dari
unsur tulang (osteogenik), diskus intervertebralis (diskogenik), dan
miofasial (miogenik), dan proses patologik di artikulasio sakroiliaka.
6. Kongenital, misalnya faset tropismus (asimetris), kelainan vertebra
misalnya sakralisasi, lumbalisasi, dan skoliosis serta sindrom ligamen
transforamina yang menyempitkan ruang untuk jalannya nervus spinalis
hingga dapat menyebabkan LBP.
7. Trauma dan gangguan mekanik: Trauma dan gangguan mekanik
merupakan penyebab utama LBP. Orang yang tidak biasa melakukan
pekerjaan otot atau sudah lama tidak melakukannya dapat menderita LBP
akut, atau melakukan 23 pekerjaan dengan sikap yang salah dalam waktu
lama akan menyebabkan LBP kronik. Hal yang sama juga bisa
didapatkan pada wanita hamil, orang gemuk, memakai sepatu dengan
tumit terlalu tinggi. Trauma dapat berbentuk lumbal strain (akut atau
kronik), fraktur (korpus vertebra, prosesus tranversus), subluksasi sendi
faset (sindroma faset), atau spondilolisis dan spondilolistesis.
8. Radang (inflamasi), misalnya artritis rematoid dan spondilitis ankilopoetika
(penyakit Marie-Strumpell)
9. Tumor (neoplasma): Tumor menyebabkan LBP yang lebih dirasakan
pada waktu berbaring atau pada waktu malam. Dapat disebabkan oleh
tumor jinak seperti osteoma, penyakit paget, osteoblastoma,
hemangioma, neurinoma, meningioma. Atau tumor ganas, baik primer
(mieloma multipel) maupun sekunder: (metastasis karsinoma payudara,
prostat, paru tiroid ginjal dan lainlain). Metastasis tumor ganas sangat
sering ke korpus vertebra karena banyak mengandung pembuluh darah
vena. Tumor-tumor ini merangsang ujung-ujung saraf sensibel dalam
tulang dan menimbulkan rasa nyeri lokal atau menjalar ke sekitarnya, dan
dapat terjadi fraktur patologik.
10. Gangguan metabolik: Osteoporosis dapat disebabkan oleh kurangnya
aktivitas/imobilisasi lama, pasca menopouse, malabsorbsi/intake rendah
kalsium yang lama, hipopituitarisme, akromegali, penyakit Cushing,
hipertiroidisme/tirotoksikosis, osteogenesis imperfekta, gangguan nutrisi
misalnya kekurangan protein, defisiensi asam askorbat, idiopatik, dan
lain-lain. Gangguan metabolik dapat menimbulkan fraktur kompresi atau
kolaps korpus 24 vertebra hanya karena trauma ringan. Penderita
menjadi bongkok dan pendek dengan nyeri difus di daerah pinggang.
11. Degenerasi, misalnya pada penyakit spondylosis (spondyloarthrosis
deforman), osteoartritis, hernia nukleus pulposus (HNP), dan stenosis
spinal.
12. Kelainan pada alat-alat visera dan retroperitoneum, pada umumnya
penyakit dalam ruang panggul dirasakan di daerah sakrum, penyakit
diabdomen bagian bawah dirasakan didaerah lumbal.
13. Infeksi: Infeksi dapat dibagi ke dalam akut dan kronik. LBP yang
disebabkan infeksi akut misalnya: disebabkan oleh kuman pyogenik
(stafilokokus, streptokokus, salmonella). LBP yang disebabkan infeksi
kronik misalnya spondilitis TB (penyakit Pott), jamur, osteomielitis kronik.
14. Problem psikoneurotik: LBP karena problem psikoneuretik misalnya
disebabkan oleh histeria, depresi, atau kecemasan. LBP karena masalah
psikoneurotik adalah LBP yang tidak mempunyai dasar organik dan tidak
sesuai dengan kerusakan jaringan atau batas-batas anatomis, bila ada
kaitan LBP dengan patologi organik maka nyeri yang dirasakan tidak
sesuai dengan penemuan gangguan fisiknya
E. PATHWAYS

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Fungsi lumbal
Untuk mengetahui warna cairan serebrospinal (jernih air,
kekuningan/xantokram, keruh), adanya kesan sumbatan atau
hambatan aliran cairan serebrospinal secara total atau parsial, jumlah
sel, kadar protein, NaCl dan glukosa.
2. Foto rontgen
Untuk mengidentifikasi adanya fraktur korpus vertebra, arkus atau
prosesus spinosus, juga adanya dislokasi vertebra, spionfilolistesis,
bamboo spine destruksi vertebra, HNP
3. Computed tomografhy ( CT )
Berguna untuk mengetahui penyakit yangmendasari seperti adanya
lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna vertebralis dan
masalah diskus intervertebralis.
4. Ultrasonography
Dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis spinalis.
5. Magneting resonance imaging ( MRI )
Memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi patologi tulang belakang.
6. Meilogram dan discogram
Untuk mengetahui diskus yang mengalami degenerasi atau protrusi
diskus.
7. Venogram efidural
Digunakan untuk mengkaji penyakit diskus lumbalis dengan
memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural.
8. Elektromiogram (EMG)
Digunakan untuk mengevaluasi penyakit serabut syaraf tulang
belakang ( Radikulopati).
9. Pemeriksaan Laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium rutin dilakukan sesuai indikasi, berguna
untuk melihat laju endap darah (LED), morfologi darah tepi, kalsium,
fosfor, asam urat, alkali fosfatase, asam fosfatase, antigen spesifik
prostat (jika ditemukan kecurigaan metastasis karsinoma prostat)
danelektroforesis protein serum (protein myeloma).

G. PENATALAKSANAAN KLINIS
a. Medis Farmakologi
1. Formakoterapi.
NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri
berat), injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri radikuler
2. NPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan
(gabapentin, karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha blocker
(klonidin, prazosin), opioid (kalau sangat diperlukan)
3. Invasif non bedah
- Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati)
- Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik punggung
bawah yang intractable)
4. Bedah
- HNP (Hernia Nukleus Pulposus), indikasi operasi :
 Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat
minggu: nyeri berat/intractable / menetap / progresif.
 Defisit neurologik memburuk.
 Sindroma kauda.

b. Keperawatan
- Informasi dan edukasi.
-   NPB kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur,
modalitas termal), latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional,
pengaturan berat badan posisi tubuh dan aktivitas.
-
H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Riwayat kesehatan
A. Riwayat Penyakit
a) Keluhan Utama (keluhan yang dirasakan pasien saat
dilakukan pengkajian)
b) Riwayat penyakit sekarang
 Diskripsi gejala dan lamanya
 Dampak gejala terhadap aktifitas harian
 Respon terhadap pengobatan sebelumnya
 Riwayat trauma
c) Riwayat Penyakit Sebelumnya
 Immunosupression (supresis imun)
 Penurunan berat badan tanpa penyebab yang
jelas (kangker)
  Nyeri yang menetap merupakan pertimbangan
untuk kangker atau infeksi.
 Pemberatan nyeri di kala terbaraing (tumor
instraspinal atau infeksi) atau pengurangan
nyeri (hernia nudeus pulposus / HNP)
  Nyeri yang paling berat di pagi hari
(spondiloartropati seronegatif: ankylosing
spondyli-tis, artristis psoriatic, spondiloartropati
reaktif, sindroma fibromialgia)
 Nyeri pada saat duduk (HNP, kelainan faset
sendi, stenosis kanal, kelahinan otot
paraspinal, kelainan sendi sakroilikal,
spondilosis / spondilolisis / spondilolistesis,
NPB-spesifik)
 Adanya demam (infeksi)
 Gangguan normal (dismenore, pasca-
monopause /andropause)
 Keluhan visceral (referred pain)
 Gangguan miksi
 Saddle anesthesia
 Kelemahan motorik ekstremitas bawah
(kemungkinan lesi kauda ekwina)
 Lokasi dan penjalaran nyeri.
d) Riwayat Psikososialspritual
1.  Pola persepsi dan konsep diri
a. Perasaan tidak berdaya,  perasaan putus asa
b. Emosi labil, ketidaksiapan untuk makan sendiri dan
gembira
c. Kesulitan untuk mengekspresikan diri
d.    Pola peran dan hubungan dengan sesama
e.  Masalah hubungan dan peran dengan sesama
2. Riwayat perubahan kepribadian
a. ansietas, depresi, letupan suara hati, gelisah.
b. Hal yang membuat pasien marah, takut, cemas,
tegang.
3. Nilai dan kepercayaan
a. Bagaimana kepercayaan klien, apakah sebelum dan
sejak
sakit sering berdoa
b. Apakah klien menyerahkan sakitnya sepenuhnya
kepada Tuhan.
2. Pemeriksaan fisik
A. Keadaan Umum
B.  Pemeriksaan persistem
a) Sistem persepsi dan sensori
(pemeriksaan panca indera : penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecap, perasa)
b) Sistem persarafan (Pemeiksaan neurologik)
 Pemeriksaan motorik
 Pemeriksaan sens sensorik.
  Straight leg Raising (SLR), test laseque (iritasi
radisks L5 atau S 1) cross laseque(HNP
median) Reverse Laseque (iritasi radik lumbal
atas)
 Sitting knee extension (iritasi lesi iskiadikus)
 Pemeriksaan system otonom
 Tanda Patrick (lasi coxae) dan kontra Patrick
(lesi sakroiliaka)
 Tes Naffziger
 Tes valsava.
c) Sistem pernafasan (Nilai frekuensi nafas, kualitas,
suara, dan jalan nafas.)
d) Sistem kardiovaskuler (Nilai tekanan darah, nadi,
irama, kualitas, dan frekuensi)
e) Sistem Gastrointestin (Nilai kemampuan
menelan,nafsu makan, minum, peristaltic dan
eliminasi)
f) Sistem Integumen (Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit
pasien )
g) Sistem Reproduksi( Untuk pasien wanita )
h)  Sistem Perkemihan (Nilai Frekuensi Bak, warna, bau,
volume )

I. Analisa Data berdasarkan SDKI

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DO : Nyeri akut /
- Tampak meringis Kondisi kronis
- gelisah muskuloskeletal
- Tidak mampu menuntaskan kronis dan agen
aktivitas pencedera fisik
DS :
- Klien mengeluh nyeri

2 DO : Gangguan Ganggun
- Kekuatan otot menurun muskuloskeletal , mobilitas fisik
- ROM menurun nyeri dan kekakuan
- Sendi kaku sendi
- Gerakan tidak terkordinasi
- Gerakan terbatas
- Fisik lemah
DS :
- Mengeluh sulit menggerakan
ekstermitas
- Nyeri saat bergerak
- Enggan melakukan pergerakan
- Merasa cemas saat bergerak
3 DO : - Nyeri Gangguan pola
tidur
DS :
- Klien mengeluh sulit tidur
- Mengeluh sering terjaga
- Mengeluh istirahat tidak cukup
- Mengeluh kempuhan beraktivitas
menurun

J.  Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (fisik, kelainan muskulo
skeletal dan system syaraf vaskuler
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, kerusakan
muskuloskeletal, kekakuan sendi, kontraktur.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan
ketidaknyamanan

K.  Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


1. Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukan Manajemen nyeri
injuri (fisik, kelainan tindakan 1.    Lakukan pengkajian nyeri  secara kom-
muskulo skeletal dan keperawatan selama prehensif (lokasi, karateristik, durasi,
system syaraf vaskuler … x 24 jam nyeri frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi).
berkurang / hilang
2.    Observasi reaksi non verbal dari
Batasan karakteristik : dengan kriteria : ketidaknyamanan.
        Verbal 3.    Gunakan teknik komunikasi terapetik untuk
Menarik nafas pan-jang, Tingkat nyeri mengetahui pengalaman nyeri klien.
merintih           Melaporkan nyeri
4.    Kaji kultur / budaya yang  mempengaruhi
Mengeluh nyeri ber-kurang / hilang respon nyeri.
        Motorik           Frekuensi nyeri
5.    Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
         Menyeringaikan berku-rang / hilang 6.    Evaluasi bersama klien dan tim kesehatan
wajah.           Lama nyeri lain tentang ketidak efektifan kontrol nyeri
         Langkah yang ter- berkurang masa lampau.
seok-seok           Ekspresi oral
7.    Bantu klien dan keluarga untuk mencari
         Postur yang kaku / berkurang / hilang dan menemukan dukungan.
tidak stabil           Ketegangan otot
8.    Kontrol  lingkungan yang dapat mempe-
         Gerakan yang amat berku-rang / hilang ngaruhi nyeri (suhu ruangan, pencahayaan,
lambat atau terpaksa           Dapat istirahat dan kebisingan)
        Respon autonom           Skala nyeri
9.    Kurangi faktor presipitasi nyeri.
         Perubahan vital sign berkurang / menurun10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmokologi, non farmakologi dan inter-
Kontrol Nyeri personal)
          Mengenal faktor-
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk me-
faktor penyebab nentukan intervensi.
          Mengenal onset
12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi.
nyeri 13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
          Jarang / tidak
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
pernah melakukan
15. Tingkatkan istirahat
tindakan pertolongan
16. Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan
dengan non  dan tindakan nyeri tidak berhasil.
analgetik 17. Monitor penerimaan klien tentang mana-
          Jarang / tidak jemen nyeri.
pernah
menggunakan Andministrasi  Analgetik
analgetik 1.    Tentukan lokasi, karateristik kualitas, dan
          Jarang / tidak derajat nyeri sebagai pemberian obat.
pernah melaporkan 
2.    Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
nyeri kepa-da tim dosis dan fekkuensi.
kesehatan. 3.    Cek riwayat alergi
          Nyeri terkontrol 4.    Pilih analgenik yang diperlukan atau
            kombinasi dari analgetik ketika pemberian
Tingkat lebih dari satu.
kenyamanan 5.    Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe
          Klien melaporkan dan beratnya nyeri.
kebu-tuhan istirahat
6.    Tentukan analgetik pilihan rute pemberian
tidur tercukupi dan dosis optimal.
          Melaporkan 7.    Pilih rute pemberian secara iv-im untuk
kondisi fisik baik pengobatan nyeri secara teratur
          Melaporkan 8.    Monitor vital sign sebelum dan sesudah
kondisi psikis baik pemberian analgesik pertama kali
9.    Berikan analgesik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat.
Ø                                 10. Evaluasi efektifitas analgesik tanda dan
            gejala (efek sampingan)
           

2 Gangguan mobilitas fi-  Setelah dilakukan


1.    Koreksi tingkat kemampuan mobilisasi de-
sik b.d nyeri, kerusakan tindakan ngan sekala 0-4 :
muskuloskeletal, keka- keperawatan selama
Ø  0 : Klien tidak tergantung pada orang lain
kuan sendi atau kon- … X 24 jam klien
Ø  1 : Klien butuh sedikit bantuan
traktur mampu mencapai
Ø  2 : Klien butuh bantuan sederhana
mobilitas fisik dengan
Ø  3 : Klien butuh bantuan banyak
Batasan karakteristik : kri-teria : Ø  4 : Klien sangat tergantung pada pemberian
          Postur tubuh kaku pelayanan
tidak stabil. Mobility Level 2.    Atur posisi klien
          Jalan terseok-seok -      Klien dapat
3.    Bantu klien melakukan perubahan gerak.
          Gerak lambat melakukan mobilitas
4.    Observasi / kaji terus kemampuan gerak
          Membatasi secara bertahap motorik, keseimbangan
perubahan ge-rak yang dengan tanpa
5.    Ukur tanda-tanda vital sebelum dan
mendadak atau cepat merasakan nyeri. sesudah melakukan latihan.
          Sakit berbalik -      Penampilan 6.    Anjurkan keluarga klien untuk melatih dan
seimbang memberi motivasi.
-      Menggerakkan otot
7.    Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
dan sendi (fisioterapi untuk pemasangan korset)
-      Mampu pindah
8.    Buat posisi seluruh persendian dalam letak
tempat tanpa anatomis dan nyaman dengan memberikan
bantuan penyangga pada lekukan lekukan sendi
-      Berjalan tanpa serta pastikan posisi punggung lurus.
bantuan

3. Gangguan pola tidur b.d Setelah dilakukan Peningkatan Tidur / Sleep Enhancement
nyeri, tidak nyaman tindakan 1.    Kaji  pola tidur / pola aktivitas
keperawatan selama
2.    Anjurkan klien tidur secara teratur
Batasan karakteristik : … X 24 jam klien
3.    Jelaskan tentang pentingnya tidur yang
          Pasien menahan sa- dapat terpenuhi cukup  selama sakit dan terapi.
kit (merintih, me- kebutuhan tidurnya
4.    Monitor pola tidur dan catat keadaan fisik,
nyeringai) dengan criteria : psykososial yang mengganggu tidur
          Pasien 5.    Diskusikan pada klien dan keluarga
mengungkapkan tidak Tidur tentang tehnik peningkatan pola tidur
bisa tidur karena nyeri        Jumlah jam tidur
cukup Manajemen lingkungan
       Pola tidur normal      Batasi pengunjung
       Kualitas tidur cukup     Jaga lingkungan dari bising
       Tidur secara teratur     Tidak melakukan tindakan keperawatan
       Tidak sering pada saat klien tidur
terbangun
       Tanda  vital dalam Anxiety Reduction
batas normal      Jelaskan semua prosedur termasuk pera-
saan yang mungkin dialami selama men-
Rest (0003) jalani prosedur
          Istirahat Cukup      Berikan objek yang dapat memberikan rasa
          Kualitas istirahat aman
baik      Berbicara dengan pelan dan tenang
          Istirahat fisik     Membina hubungan saling percaya
cukup      Dengarkan  klien  dengan penuh perhatian
          Istirahat psikis     Ciptakan suasana saling percaya
cukup      Dorong orang tua mengungkapkan pera-
saan, persepsi dan cemas secara verbal
Anxiety control      Berikan peralatan / aktivitas yang  meng-
          Tidur   adekuat hibur untuk mengurangi ketegangan
          Tidak ada     Anjurkan untuk menggunakan teknik re-
manifestasi fisik laksasi
          Tidak ada
10  Berikan lingkungan yang tenang
manifestasi perilaku 11  Batasi pengunjung
          Mencari informasi
untuk mengurangi
cemas
          Menggunakan
teknik re-laksasi
untuk mengu-rangi
cemas
          Berinteraksi sosial
BAB III

LAPORAN KASUS

I. BIODATA
a. Identitas pasien
1. Nama Pasien : Ny.
2. Umur / tanggal lahir : 48 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Status pernikahan : Menikah
5. Agama :-
6. Pendidikan :-
7. Pekerjaan : Karyawan Pabrik
8. Suku / Bangsa :-
9. Bahasa yang digunakan :-
10. Alamat rumag :-
11. Sumber biaya :-
12. Diagnosa medis : LBP
b. Penanggung jawab
1. Nama :-
2. Umur :-
3. Hubungan dengan klien :-
4. Pekerjaan :-
5. Pendidikan :-
6. Alamat :-
II. RIWAYAT KESEHATAN KLIEN
1) Keluhan Utama
Nyeri pada punggung bagian bawah
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri punggung
bagian bawah yang tak kunjung henti..
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
4) Riwayat Kesehatan keluarga

III. PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL


a. Pengkajian Psikologis
b. Pengkajian social
c. Support system
d. System Kepercayaan

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran :-
Tekanan Darah : 142/88 MmHg
Nadi : 79x /menit
Respirasi :-
Suhu : 35,8 ºC
BB/TB : 65kg/170 cm
2. Pemeriksaan Fisik persistem
a. Sistem penglihatan
b. Sistem Pendengaran
c. Sistem Wicara
d. Sistem Pernafasan
e. Sistem Kardiovaskular
f. Sistem Neurologi
g. Sistem Pencernaan
h. Sistem Endokrin
Fungsi ginjal dan hepar tidak menunjukan adanya
kelainan.
i. Sistem Integumen
j. Sistem Muskuloskeletal
Deformintas spinal (-)
Tanda neurologis (-)

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan Diagnostik
 Pemeriksaan : Labolatorium Darah rutin

Kesan

 Fungsi ginjal dan hepar tidak menunjukan


adanya kelainan

VI. PENATALAKSANAAN
1) Paracetamol 1gr TID
2) Diclofenac 50mg BID
3) Fluoxentine 20mg OD

VII. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS : Kontraksi punggung Nyeri Akut


- Klien mengeluh
nyeri pada
punggung Tulang belakang
bagian bawah menyerap goncangan
yang tak vertikal
kunjung hilang
- Nyeri yang
dirasakan terjadi perubahan
menyebar, struktur atas
nyeri menjalar fibrofertilago dan
sampai ke martiks gelanitus
bagian pinggul
kiri
Fibrokartilago padat
dan tidak teratur
DO :
- Tekanan darah
meningkat
Menekan akar saraf
- Klien tampak
meringis
kesakitan
Nyeri dipersepsikan

Nyeri Akut

2. DS : Kontraksi punggung Gangguan


- Posisi duduk mobilitas Fisik
dalam waktu
lama yang Tulang belakang
lama dan menyerap goncangan
melakukan vertikal
pekerjaan
rumah semakin
memperparah terjadi perubahan
nyeri yang struktur atas
dirasakan fibrofertilago dan
martiks gelanitus
DO :
- Klien tampak
meringis
otot abdominal dan
kesakitan
toraks melemah

Mobilitas fisik
terganggu

Gangguan mobilitas
fisik

VIII. PRIORITAS DIAGNOSA MASALAH


1. Nyeri Akut

IX. PERENCANAAN KEPERAWATAN

NO Dx. KEP TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


1. Nyeri akut TUPAN : Manajemen nyeri
1.    Lakukan pengkajian
Setelah
nyeri  secara kom- -Untuk mengetahui
dilakukan
prehensif (lokasi, keadaan klien saat ini
tindakan
karateristik, durasi,
keperawatan
frekuensi, kualitas, -Untuk mengetahui tingkat
selama 3 x 24
dan faktor presipitasi). nyeri klien
jam nyeri
2.    Observasi reaksi non
berkurang /
verbal dari -Membantu proses
hilang dengan
ketidaknyamanan. penyembuhan klien
kriteria :
3.    Gunakan teknik - untuk membantu klien
1. Tingkat nyeri
komunikasi terapetik mengurangi rasa nyeri
          Melaporkan
untuk mengetahui
nyeri ber-kurang
pengalaman nyeri
/ hilang
klien.
          Frekuensi
4.    Kaji kultur / budaya
nyeri berku-rang
yang  mempengaruhi
/ hilang
respon nyeri.
          Lama nyeri
5.    Evaluasi pengalaman
berkurang
nyeri masa lampau.
          Ekspresi oral
6.    Evaluasi bersama
berkurang /
klien dan tim
hilang
kesehatan lain
          Ketegangan
tentang ketidak
otot berku-rang /
efektifan kontrol nyeri
hilang
masa lampau.
          Dapat
7.    Bantu klien dan
istirahat
keluarga untuk
          Skala nyeri
mencari dan
berkurang /
menemukan
menurun
dukungan.
8.    Kontrol  lingkungan
Kontrol Nyeri
yang dapat mempe-
          Mengenal
ngaruhi nyeri (suhu
faktor-faktor
ruangan,
penyebab
pencahayaan, dan
          Mengenal
kebisingan)
onset nyeri 9.    Kurangi faktor
          Jarang / presipitasi nyeri.
tidak pernah
10. Pilih dan lakukan
melakukan penanganan nyeri
tindakan (farmokologi, non
pertolongan farmakologi dan inter-
dengan non  personal)
analgetik 11. Kaji tipe dan sumber
          Jarang / nyeri untuk me-
tidak pernah nentukan intervensi.
menggunakan 12. Ajarkan tentang teknik
analgetik non farmakologi.
          Jarang 13. Berikan
/ analgetik
tidak pernah untuk mengurangi
melaporkan  nyeri.
nyeri kepa-da
14. Evaluasi keefektifan
tim kesehatan. kontrol nyeri
          Nyeri 15. Tingkatkan istirahat
terkontrol 16. Kolaborasi dengan
            dokter jika ada
TUPEN : keluhan dan tindakan
Setelah nyeri tidak berhasil.
dilakukan 17. Monitor penerimaan
tindakan klien tentang mana-
keperawatan jemen nyeri.
selama 1x24jam
diharapkan : Andministrasi 
- Rasa Analgetik
nyeri 1.    Tentukan lokasi,
berkuran karateristik kualitas,
g dan derajat nyeri
sebagai pemberian
obat.
2.    Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis dan fekkuensi.
3.    Cek riwayat alergi
4.    Pilih analgenik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgetik ketika
pemberian lebih dari
satu.
5.    Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya
nyeri.
6.    Tentukan analgetik
pilihan rute pemberian
dan dosis optimal.
7.    Pilih rute pemberian
secara iv-im untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
8.    Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
9.    Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat.
10. Evaluasi efektifitas
analgesik tanda dan
gejala (efek
sampingan)
2. Gangguan  TUPAN: Peningkatan Tidur / 1. Untuk membantu
Mobilitas Setelah Sleep Enhancement klien dapat
Fisik dilakukan 1.    Kaji  pola tidur / pola beraktifias kembali
tindakan aktivitas 2. Untuk membantu
keperawatan 2.    Anjurkan klien tidur klien kembali
selama … X 24 secara teratur beradaptasi
jam klien
3.    Jelaskan tentang dengan lingkugan
mampu pentingnya tidur yang 3. Untuk mengetahui
mencapai cukup  selama sakit rasa aman klien
mobilitas fisik dan terapi. agar dapat kembali
dengan kri-
4.    Monitor pola tidur beraktifitas
teria : dan catat keadaan
fisik, psykososial yang
Mobility Level mengganggu tidur
-      Klien dapat
5.    Diskusikan pada
melakukan klien dan keluarga
mobilitas secara tentang tehnik
bertahap peningkatan pola tidur
dengan tanpa
merasakan Manajemen
nyeri. lingkungan
-      Penampilan      Batasi pengunjung
seimbang      Jaga lingkungan dari
-      Menggerakka bising
n otot dan sendi      Tidak melakukan
-      Mampu tindakan keperawatan
pindah tempat pada saat klien tidur
tanpa bantuan
-      Berjalan tanpa Anxiety Reduction
bantuan      Jelaskan semua
Setelah prosedur termasuk
dilakukan pera-saan yang
tindakan mungkin dialami
keperawatan selama men-jalani
selama 1x24jam prosedur
diharapkan :      Berikan objek yang
Klien bisa untuk dapat memberikan
melakukan rasa aman
aktifitas sendiri      Berbicara dengan
pelan dan tenang
     Membina hubungan
saling percaya
     Dengarkan  klien 
dengan penuh
perhatian
     Ciptakan suasana
saling percaya
     Dorong orang tua
mengungkapkan
pera-saan, persepsi
dan cemas secara
verbal
     Berikan peralatan /
aktivitas yang  meng-
hibur untuk
mengurangi
ketegangan
     Anjurkan untuk
menggunakan teknik
re-laksasi
10  Berikan lingkungan
yang tenang
11  Batasi pengunjung
BAB VI

PEMBAHASAN

Penulis melakukan Asuhan Keperawatan Pada pasien dengan Low Back


Pain (Nyeri Punggung bawah) ada beberapa hal yang perludibahasdan diperhatikan
dalam penerapan kasus keperawatan tersebut.
Penulis telah berusaha mencoba menerapkan dan mengaplikasikan proses
Asuahn Keperawatan Pada Klien dengan Low Back Pain (Nyeri Punggung Bawah)
sesuai dengan teori –teori yang ada. Untuk melihat lebih jelas asuhan keperawatan
yang diberikan dan sejauh mana keberhasilan yang dicapai, akan diuraikan sesuai
dengan tahap –tahap proses keperawatan di mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap yang sistematis dalam mengumpulkan data
tentang individu, keluarga, dan kelompok (Carpenito & Moyet, 2007). Dalam
melakukan pengkajian pada klien Tn. I data didapatkan dari klien, beserta
keluarga catatan medis serta tenagakesehatan lainnya.

Riwayat kesehatan sekarang


Pinggang klien terasa sakit,nyeri Punggung bagian bawah yang tak kunjung
nyeri. Klien melakukan aktivitas dibantu oleh keluarga, nyeri bertambah berat
saat beraktivitas.

Riwayat kesehatan dahulu


Klien tidak mempunyai riwayat penyakit dahulu.

Riwayat kesehatan keluarga


Klien tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon
manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual / potensial) dari
individu atau kelompok tempat perawat secara legal mengidentifikasi dan
perawat dapat memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan atau mencegah
perubahan.Pada tinaun teoritis ditemukan 6 diagnosa keperawatan
sedangkan pada tinjauan kasus ditemuakan 3 diagnosa keperawatan.

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan Low Back
Pain, yaitu :
1) Nyeri akut
2) Gangguan mobilitas fisik
3) Pola nafas tidak efektif
4) Kurang pengetahuan
5) Defisit perawatan diri
6) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Sedangkan pada kasus ditemukan 2 diagnosa keperawatan yaitu :


1) Nyeri akut
2) Gangguan mobilitas fisik

Diagnosa pada kasus yang tidak ditemukan di teori adalah :


1) Pola nafas tidak efektif
2) Kurang pengetahuan
3) Defisit perawatan diri
4) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah pengembangan strategi desain untuk
mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah –masalah yang telah
diidentifikasi dalam diagnosa keperawatan. Desain perencanaan
menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan cara
menyelesaikan masalah dengan efektif dan efesien.Dalam menyusun
rencana tindakan keperawatan kepada klien berdasarkan prioritas masalah
yang ditemukan, tidak semua rencaana tindakan pada tinjauan kasus
disesuaikan dengan keluhan dan keadaan klien.
a) Untuk diagnosa pertama.Nyeri akut.
Manajemen nyeri Lakukan pengkajian nyeri  secara kom-prehensif
(lokasi, karateristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor
presipitasi).Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
Gunakan teknik komunikasi terapetik untuk mengetahui pengalaman
nyeri klien. Kaji kultur / budaya yang  mempengaruhi respon nyeri.
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau. Evaluasi bersama klien dan
tim kesehatan lain tentang ketidak efektifan kontrol nyeri masa
lampau. Bantu klien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan. Kontrol  lingkungan yang dapat mempe-ngaruhi nyeri
(suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan) Kurangi faktor
presipitasi nyeri. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmokologi,
non farmakologi dan inter-personal) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
me-nentukan intervensi. Ajarkan tentang teknik non farmakologi.
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri Tingkatkan istirahat  Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak berhasil. Monitor penerimaan klien tentang
mana-jemen nyeri.
Andministrasi  Analgetik
 Tentukan lokasi, karateristik kualitas, dan derajat nyeri sebagai
pemberian obat. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan
fekkuensi. Cek riwayat alergi Pilih analgenik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgetik ketika pemberian lebih dari satu. Tentukan
pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri. Tentukan
analgetik pilihan rute pemberian dan dosis optimal. Pilih rute
pemberian secara iv-im untuk pengobatan nyeri secara teratur Monitor
vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat. Evaluasi
efektifitas analgesik tanda dan gejala (efek sampingan)

b) Untuk diagnosa kedua gangguan mobilitas fisik.


Peningkatan Tidur / Sleep Enhancement
Kaji  pola tidur / pola aktivitas Anjurkan klien tidur secara teratur
Jelaskan tentang pentingnya tidur yang cukup  selama sakit dan
terapi. Monitor pola tidur dan catat keadaan fisik, psykososial yang
mengganggu tidur Diskusikan pada klien dan keluarga tentang tehnik
peningkatan pola tidur
Manajemen lingkungan
 Batasi pengunjung Jaga lingkungan dari bising Tidak melakukan
tindakan keperawatan pada saat klien tidur
Anxiety Reduction
Jelaskan semua prosedur termasuk pera-saan yang mungkin dialami
selama men-jalani prosedur Berikan objek yang dapat memberikan
rasa aman berbicara dengan pelan dan tenang bina hubungan saling
percaya dengarkan  klien  dengan penuh perhatian ciptakan suasana
saling percaya dorong orang tua mengungkapkan pera-saan, persepsi
dan cemas secara verbal Berikan peralatan / aktivitas yang  meng-
hibur untuk mengurangi ketegangan anjurkan untuk menggunakan
teknik re-laksasi Berikan lingkungan yang tenang batasi pengunjung.

4. Implementasi
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan
tindakan, serta menilai data yang baru.

Setelah rencana tindakan ditetapkan, maka dilanjutkan dengan melakukan


rencana tersebut dalam bentuk nyata, dalam melakukan asuhan keperawatan
pada klien low back pain, hal ini tidaklah mudah. Terlebih dahulu penulis
mengatur strategi agar tindakan keperawatan dapat terlaksana, yang dimulai
dengan melakukan pendekatan pada klien agar nantinya klien mau
melaksanakan apa yang akan perawat anjurkan, sehingga seluruh rencana
tindakan keperawatan yang dilaksanakan sesuai dengan masalh yang
dihadapkan klien.
1) Untuk diagnosa pertama.Nyeri akut.
Manajemen nyeri melakukan pengkajian nyeri  secara kom-prehensif
(lokasi, karateristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi).
mengobservasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
mengguunakan teknik komunikasi terapetik untuk mengetahui
pengalaman nyeri klien. Kaji kultur / budaya yang  mempengaruhi
respon nyeri. mengevaluasi pengalaman nyeri masa
lampau. mengevaluasi bersama klien dan tim kesehatan lain tentang
ketidak efektifan kontrol nyeri masa lampau. membantu klien dan
keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan. mengkontrol 
lingkungan yang dapat mempe-ngaruhi nyeri (suhu ruangan,
pencahayaan, dan kebisingan) Kurangi faktor presipitasi nyeri. Pilih
dan lakukan penanganan nyeri (farmokologi, non farmakologi dan
inter-personal) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk me-nentukan
intervensi. Ajarkan tentang teknik non farmakologi. memerikan
analgetik untuk mengurangi nyeri. mengevaluasi keefektifan kontrol
nyeri Tingkatkan istirahat  Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak berhasil. Monitor penerimaan klien tentang
mana-jemen nyeri.
Andministrasi  Analgetik
menententukan lokasi, karateristik kualitas, dan derajat nyeri sebagai
pemberian obat. mengecek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis
dan fekkuensi. mengecek riwayat alergi memilih analgenik yang
diperlukan atau kombinasi dari analgetik ketika pemberian lebih dari
satu. menentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya
nyeri. menentukan analgetik pilihan rute pemberian dan dosis optimal.
Pilih rute pemberian secara iv-im untuk pengobatan nyeri secara
teratur memonitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali Berikan analgesik tepat waktu terutama saat
nyeri hebat. Evaluasi efektifitas analgesik tanda dan gejala (efek
sampingan)

2) Untuk diagnosa kedua gangguan mobilitas fisik


Peningkatan Tidur / Sleep Enhancement
mengkaji  pola tidur / pola aktivitas , menganjurkan klien tidur secara
teratur, menjelaskan tentang pentingnya tidur yang cukup  selama
sakit dan terapi. Memonitor pola tidur dan catat keadaan fisik,
psykososial yang mengganggu tidur mendiskusikan pada klien dan
keluarga tentang tehnik peningkatan pola tidur
Manajemen lingkungan
membatasi pengunjung Jaga lingkungan dari bising Tidak melakukan
tindakan keperawatan pada saat klien tidur
Anxiety Reduction
Menjelaskan semua prosedur termasuk pera-saan yang mungkin
dialami selama men-jalani prosedur, memberikan objek yang dapat
memberikan rasa aman berbicara dengan pelan dan tenang Membina
hubungan saling percaya dengarkan  klien  dengan penuh perhatian,
menciptakan suasana saling percaya dorong orang tua
mengungkapkan pera-saan, persepsi dan cemas secara verbal
Memberikan peralatan / aktivitas yang  meng-hibur untuk mengurangi
ketegangan anjurkan untuk menggunakan teknik re-laksasi Berikan
lingkungan yang tenang batasi pengunjung.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan oleh
terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus
pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang (Brunner,1999).
Low back pain dapat terjadi pada siapasaja yang mempunyai masalah pada
muskuloskeletal seperti ketegangan lumbosacral akut,ketidakmampuan ligamen
lumbosacral,kelemahan otot,osteoartritis,spinal stenosis serta masalah pada sendi
inter vertebra dan kaki yang tidak sama panjang.
Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai
masalah muskuloskeletal (misal regangan lumbosakral akut, ketidakstabilan ligamen
lumbosakral dan kelemahan otot, osteoartritis tulang belakang, stenosis tulang
belakang, masalah diskus intervertebralis, ketidaksamaan panjang tungkai).
Penyebab lainnya meliputi obesitas, gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor
retroperitoneal, aneurisma abdominal dan masalah psikosomatik. Kebanyakan nyeri
punggung akibat gangguan muskuloskeletal akan diperberat oleh aktifitas,
sedangkan nyeri akibat keadaan lainnya tidak dipengaruhi oleh aktifitas.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mampu memahami tentang bagaimana asuhan keperawatan pada
pasien dengan low back pain sehingga dapat meningkatkan kesehatan pekerja
yang ada di masyarakat.
2. Bagi Institusi
Diharapkan dapat memberikan penjelasan yang lebih luas tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan low back pain dan dapat lebih banyak
menyediakan referensi-referensi buku tentang asuhan keperawatan pasien
dengan masalah ergonomi.

Anda mungkin juga menyukai