Anda di halaman 1dari 13

72

BAB IV

PEMBAHASAN

Penulis akan membahas mengenai kesenjangan antara teori dan kasus

pada Tn.R dengan gangguan system pencernaan akibat typoid di ruang kamar

bedah gedung C lantai 3 Rumah Sakit Umum Daerah Cibabat Cimahi

menggunakan pendekatan asuhan keperawatan. Penulis memberikan dan

menetapkan proses asuhan keperawatan yang dibagi menajdi 5 tahap yaitu,

pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi. Dalam penerapan

proses keperawatan tersebut penulis memperoleh beberapa kesenjangan antara

teori dan kenyataan yang terjadi dilapangan, sehingga penulis akan

memaparkan beberapa kesejangan tersebut pada bab ini.

A. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

proses yang sistematis dalam dalam pengumpulan data dari berbagai

sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan

klien (Setiadi, 2015).

Penulis melakukan pendekatan dengan komunikasi kepada keluarga

klien dengan cara membina hubungan saling percaya, menjelaskan maksud

dan tujuan. Pada tahap ini penullis mengumpulkan data melalui observasi

secara langsung pada klien yaitu dengan orang tua klien, pemeriksaan fisik,

serta mendapatkan data dari perawat ruangan dan status klien. Dari hasil

pengumpulan data, penulis tidak menemukan hambatan karena adanya

keterbukaan dari pihak keluarga.


73

Adapun proses pengkajian dalam pengumpulan data yang dapat

diaplikasikan pada kasus typoid dapat di buat langkah-langkah pengkajian

sebagai berikut menurut Nurarif & Kusuma (2016) pengkajian keperawatan

dalam penanganan kasus typhoid yaitu :

a. Pengumpulan Data

1) Identitas pasien

Identitas pasien yang dapat menjadi faktor presipitasi terjadinya

penyakit typhoid yaitu data umur, pada usia anak rentan terkena

typhoid karena kurang pengetahuan anak mengenai personal

hygiene. Selain umur, faktor alamat atau lingkungan padat penduduk

dan sanitasi yang kurang baik dapat mencetuskan penyakit ini.

2) Riwayat Kesehatan

a) Keluhan utama

Keluhan utama yang biasanya dirasakan oleh pasien typhoid yaitu

berupa demam lebih dari satu minggu, diare atau konstipasi,

perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing serta nafsu

makan kurang (terutama saat masa inkubasi).

b) Riwayat penyakit sekarang

Pada kasus yang khas, pasien akan mengalami demam. Demam

berlangsung selama tiga minggu, bersifat febris remiten, dan

suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama suhu tubuh

berangsur-angsur naik setiap harinya, biasanya menurun pada pagi

hari dan meningkat lagi pada sore hari dan malam hari. Dalam

minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan demam. Pada


74

minggu ketiga suhu berangsur angsur turun dan normal kembali

pada akhir minggu ketiga.

c) Riwayat penyakit dahulu

Kaji riwayat penyakit pasien sebelumnya apakah pernah

mengalami penyakit typhoid sebelumnya atau penyakit infeksi

sistemik lainnya dan penyakit yang bersifat menular. Kaji juga

riwayat penyakit tidak menular, riwayat perawatan atau operasi,

riwayat pengobatan dan alergi.

d) Riwayat kesehatan keluarga

Kaji riwayat penyakit pada tiga generasi pasien sebelumnya,

apakah di keluarga ada yang mengalami penyakit typhoid juga atau

penyakit infeksi sistemik lainnya dan penyakit yang bersifat

menular. Kaji juga riwayat penyakit tidak menular dan alergi pada

anggota keluarga.

3) Pengkajian Fisik

a) Keadaan umum pasien typhoid biasanya lemah, nampak gizi

kurang

b) Kesadaran pada pasien typhoid biasanya masih dalam katagori

apatis hingga komposmentis dengan GCS 13-15. Jika pada pasien

yang sudah mengalami dehidrasi berat, nilai GCS nya bisa >13.

c) Orientasi tempat, waktu dan orang pada pasien typhoid relatif baik

d) Tanda-tanda vital pada pasien typhoid biasanya ditandai dengan

meningkatnya temperatur tubuh (rentang normal 36,5-37,5°C).

Menurunnya tekanan darah (rentang normal 110-120/70-80

mmHg). Frekuensi nadi relatif menurun (bradikardi) (rentang


75

normal 60-100x/menit). Respiration rate cenderung meningkat

(rentang normal 18-20x/menit).

e) Berat badan pasien biasanya mengalami penurunan dari sebelum

sakit, dengan IMT kurang dari batas normal (rentang normal >18,5-

25,0).

f) Pemeriksaan Fisik Fokus

(1) Sistem Integumen

Saat inspeksi kulit nampak keriput , turgor kulit menurun, muka

tampak pucat akibat dehidrasi, kuku nampak pucat. Saat

dipalpasi tubuh terasa panas dan lembab karena proses

penguapan akibat peningkatan temperatur tubuh.

(2) Sistem Termoregulasi

Temperatur tubuh diatas rentang normal (>37,5°C) karena

akibat proses infeksi.

(3) Sistem Pencernaan

Saat inspeksi bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering,

tanda yang khas adalah lidah kotor (didominasi warna putih),

otot pengunyah dan menelan lemah. Adanya keluhan mual,

muntah, anoreksia, diare atau konstipasi. Hasil auskultasi

peristaltik usus meningkat jika pasien diare dan akan menurun

jika pasien konstipasi (rentang normal bising usus 8-12x/menit).

Pada perkusi didapatkan suara timpani. Terdapat nyeri tekan di

area epigastric dan abdomen saat dipalpasi dan ditemukannya

hepatosplenomegali.
76

(4) Sistem Respirasi

Pergerakan dada nampak cepat, respiration rate cenderung

meningkat (rentang normal 18-20x/menit).

(5) Sistem Kardiovaskular

Frekuensi nadi relatif menurun (bradikardi) (rentang normal 60-

100x/menit). Menurunnya tekanan darah (rentang normal 110-

120/70-80 mmHg). CRT memanjang (>3detik).

(6) Sistem Muskuloskeletal

Pasien nampak lemah, tonus otot menurun. Kemampuan

beraktivitas menurun.

(7) Sistem Persepsi Sensori

Mata nampak cekung. Pada konjungtiva mata biasanya anemis.

B. Diagnosa Keperawatan

Dari hasil analisa data di atas, maka dapat ditegakkan diagnosa

keperawatan, yaitu diantaranya:

1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi d.d demam, menggigil,

temperatur di atas normal (>37,5°C), kulit teraba hangat hingga panas,

leukositosis (≥35.000/mcL), hasil tes widal (+), dan diaforesis

2. Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal d.d urgensi

defekasi, nyeri/keram abdomen. Defekasi ≥3x/24 jam. Konsistensi feses

lembek atau cair. Bradikardi (≤60x/menit). Frekuensi peristaltik usus

meningkat. Bising usus meningkat (≥12x/menit). Hasil tes widal (+).

Membran mukosa pucat. Mata cekung, konjungtiva anemis, turgor

menurun. CRT memanjang (≥3detik). Hepatosplenomegali. Faal hati

meningkat, Kadar SGOT ≥40µ/L, Kadar SGPT ≥56µ/L.


77

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan HCl d.d mual, muntah,

nafsu makan berkurang. BB menurun minimal 10% di bawah rentang

ideal / sebelum sakit. Nilai IMT <18. Bising usus meningkat (≥12x/menit).

Hepatosplenomegali. Otot pengunyah dan menelan lemah, kondisi diare.

4. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal d.d Nyeri tekan

di area epigastrik, hepar dan splen. Hepatosplenomegali. Tampak

meringis. Bersikap protektif pada area abdomen, gelisah. Frekuensi nadi

relatif normal hingga meningkat (rentang normal 60-100x/menit).

Frekuensi napas cenderung meningkat (>20x/menit Sulit tidur. Nafsu

makan menurun. Proses berfikir terganggu. Menarik diri. Berfokus pada

diri sendiri

5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas usus d.d Defekasi

<2x/minggu. Pengeluaran feses lama dan sulit. Mengejan saat defekasi.

Begah, Feses keras. Peristaltik usus menurun. Nyeri di abdomen

kuadran bawah. Bising usus menurun (<8x/menit). Teraba massa pada

rektal.

6. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas d.d tidak

mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara

mandiri. Minat melakukan perawatan diri kurang, bedrest, tonus otot

menurun, kelelahan dan kelemahan.

Berdasarkan analisa keperawatan yang telah dirumuskan, diagnose

keperawatan yang ditemukan pada Tn.R adalah :

1. Hipetermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi ditandai


dengan adanya demam
78

2. Defisit nutrisi b.d intek yang tidak adekuat di tandai dengan tidak nafsu
makan / porsi makan sedikit.

3. Defisit perawatan diri b.d kurangnya kemapuan keluarga dalam


melakukan personal hygiene di tandai dengan klien terlihat kucel dan
kuku kotor.

4. Defisit pengetahuan b.d kuarangnya informasi mengenai pencegahan,


dan penanganan typhoid di tandai dengan klien dan keluarga klien
tampak bingung.

Melihat adanya kesenjangan antara teori dengan kenyataan di lapangan

mengenai dignosa yang muncul pada klien maka penulis akan memaparkan

mengapa terjadi kesenjangan tersebut :

1. Penulis mengambil diagnose tersebut karena ada tanda dan gejala

Hipertermia yang berhubungan dengan proses infeksi d.d demam,

menggigil, temperatur di atas normal (>37,5°C), kulit teraba hangat

hingga panas, leukositosis (≥35.000/mcL), hasil tes widal (+), dan

diaphoresis makadari itu penulis menganggkat dx tersebut.

2. Penulis tidak mengambil diagnosa tessebut karena tidak ada keluhan

dan tanda dan gejala yang berhub dengan Diare yang berhubungan

dengan inflamasi gastrointestinal d.d urgensi defekasi, nyeri/keram

abdomen. Defekasi ≥3x/24 jam. Konsistensi feses lembek atau cair.

Bradikardi (≤60x/menit). Frekuensi peristaltik usus meningkat. Bising

usus meningkat (≥12x/menit). Hasil tes widal (+). Membran mukosa

pucat. Mata cekung, konjungtiva anemis, turgor menurun. CRT

memanjang (≥3detik). Hepatosplenomegali. Faal hati meningkat, Kadar

SGOT ≥40µ/L, Kadar SGPT ≥56µ/L.


79

3. Penulis mengambil diagnose tersebut karena tanda dan gejala

menunjukan Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan HCl d.d

mual, muntah, nafsu makan berkurang. BB menurun minimal 10% di

bawah rentang ideal / sebelum sakit. Nilai IMT <18. Bising usus

meningkat (≥12x/menit). Hepatosplenomegali. Otot pengunyah dan

menelan lemah, kondisi diare.

4. Penullis tidak mengambil diagnose tersebut karenaa kiln tidak

mengatakan Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal

d.d Nyeri tekan di area epigastrik, hepar dan splen. Hepatosplenomegali.

Tampak meringis. Bersikap protektif pada area abdomen, gelisah.

Frekuensi nadi relatif normal hingga meningkat (rentang normal 60-

100x/menit). Frekuensi napas cenderung meningkat (>20x/menit Sulit

tidur. Nafsu makan menurun. Proses berfikir terganggu. Menarik diri.

Berfokus pada diri sendiri.

5. Penulis tidak mengmbil diagnose tersebut karena tidak ada konstipasi

Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas usus d.d Defekasi

<2x/minggu. Pengeluaran feses lama dan sulit. Mengejan saat defekasi.

Begah, Feses keras. Peristaltik usus menurun. Nyeri di abdomen

kuadran bawah. Bising usus menurun (<8x/menit). Teraba massa pada

rektal.

6. Penulis mngambil dignosa tersebut karena klien tampak kotor, Defisit

Perawatan Diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas d.d tidak

mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara

mandiri. Minat melakukan perawatan diri kurang, bedrest, tonus otot

menurun, kelelahan dan kelemahan.


80

C. Perencanaan

Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam

proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan

keperawatan dalam usaha membantu,mmeringankan, memecahkan

masalah atau untuk memenuhi kebutuhan klien (Setiadi, 2012)

1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi d.d demam, menggigil,

temperatur di atas normal (>37,5°C), kulit teraba hangat hingga panas,

leukositosis (≥35.000/mcL), hasil tes widal (+), dan diaphoresis

Intervensi :

DEFISINI :

Mengidentifikasi dan mengelola peningkatan suhu tubuh akibat pyrogen

endogen

TINDAKAN :

Observasi :

- Monitor tanda-tanda vital (suhu tubuh, frekuensi nadi,napas dan

tekanan darah).

- Monitor intake dan output cairan

- Monitor komplikasi akibat demam (kejang, penurunan kesadaran,

kadar elektrolit, abnormal dll)

Terapeutik

- Tutupi badan klien dengan selimbut/pakaian dengan tepas

(misalnya. Selimbut/pakaian tebal saat merasa dingin dan selimbutn/

pakaian tippis saat merasa panas).

Edukasi

- Anjurkan memperbanyak minum


81

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena

- Kolaborasi pemberian antipiretik

- Kolaborasi pemberian antibiotik.

2. Defisit nutrisi b.d intek yang tidak adekuat di tandai dengan tidak nafsu

makan / porsi makan sedikit.

Intervensi :

DEFISIT

Mengindentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang seimbang

TINDAKAN

Observasi

- Identifikasi status nutrisi

- Identifikasi makanan yang disukai

- Monitor asupan makanan

- Monitor BB

- Monitor hasil lab

Terapeutik

- Lakukan oral hygiene sebelum makan

- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

- Berikan makanan tinngi kalori dan tinggiprotein

Edukasi

- Ajarkan diet yang di programkan

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan


82

3. Defisit perawatan diri b.d kurangnya kemapuan keluarga dalam

melakukan personal hygiene di tandai dengan klien terlihat kucel dan

kuku kotor.

DEFINISI

Memfasilitasi kebutuhan kebersihan diri.

TINDAKAN

Observasi

- Identifikasi budaya dalam membantu kebersihan diri.

- Identifikasi jenis yng dibutuhkan

- Monitor kebersihan tubuh (kuku,rambut, mulut, kulit).

- Monitor integriras kulit

Teraeutik

- Sediakan peralatan mandi (sabun, sikat gigi, shampoo, pelembab kulit)

- Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman

- Fasilitasi menggosok gigi

- Fasilitasi mandi sesuai dengan kebutuhannya

- Pertahankan kebiasaan membersihkan diri

- Berikan kemampuan sesuai dengan tingkat kemandirian

Edukasi

- Jelaskan manfaat mandi dan dampak tidak mandi terhadap Kesehatan

- Ajarkan kepada keluarga tentang kebersihan pasien.

4. Defisit pengetahuan b.d kuarangnya informasi mengenai pencegahan,

dan penanganan typhoid di tandai dengan klien dan keluarga klien

tampak bingung.

DEFINISI
83

Mengajarkan pengelolaan faktor resiko penyakit dan perilaku hidup bersih

serta sehat.

TINDAKAN

Observasi

- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

- Identifikasi factor-faktor yang dapat menigkatkan dan menurunkan

motivasi perilaku hidup

Bersih dan sehat

Terapeutik

- Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan

- Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan

- Berikan kesempatan bertanya

Edukasi

- Jelaskan factor resiko yang dapat berpengaruh kepada Kesehatan

- Ajarkan perilaku bersih dan sehat

- Ajarkan stategi yang digunakan untuk memperbaiki dan bisa

meningkatkan perilaku hidup sehat

D. Impementasi

Implementasi adalah pengelolaan da perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada perencanaan.

Penulis melakukan kreteria sama dengan perawat ruangan untuk

melakukan implementasi dengan dilakukan secara penuh selama 24 jam

karena keterbatasan waktu dalam melakukan tindakan tersebut.

Sedangkan implementasi yang dilakukan penulis sesuai rencana yang

telah disusun sebelumnya adalah :


84

1. Mengobervasi ttv setiap hari

2. Melakukan pengkajian dan pemeriksaan fisik

3. Memandikan klien

4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang typoid

5. Memberikan teraoi obat-obatan

6. Memberikan obat sesuai terapi

E. Evaluasi

Evaluasi merupkan tahap akhir dari proses keperawatan yang

dilakukan. Evaluasi yang dilakukan dalam 6 hari dan mencatat segala

perkembangan klien, penulis tidak menemukan kesenjangan dalam

proses keperawatan. Dari observasi dan pengukuran klien mengalami

kemajuan.

Diagnosa pertama Hipetermia berhubungan dengan proses infeksi

salmonella thypi ditandai dengan adanya demam diagnose kedua Defisit

nutrisi b.d intek yang tidak adekuat di tandai dengan tidak nafsu makan /

porsi makan sedikit.diagnosa ktiga Defisit perawatan diri b.d kurangnya

kemapuan keluarga dalam melakukan personal hygiene di tandai dengan

klien terlihat kucel dan kuku kotor.diagnosa keempat Defisit pengetahuan

b.d kuarangnya informasi mengenai pencegahan, dan penanganan

typhoid di tandai dengan klien dan keluarga klien tampak bingung.

Anda mungkin juga menyukai