Pembimbing :
Dr. Rita Sibarani, M.Ked(Neu), Sp.S
Oleh :
Alamsyah prasetyo KS 140100095
Tasya indriani putri 140100038
Robby pandaibesi 140100094
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini
dengan judul “Low Back Pain (LBP)”.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan
laporan kasus selanjutnya. Semoga makalah laporan kasus ini bermanfaat, akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih.
2
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Nyeri punggung bawah (low back pain) merupakan keluhan yang sering dijumpai
di praktek sehari-hari, dan diperkirakan hampir semua orang pernah mengalami nyeri
punggung paling kurangnya sekali semasa hidupnya. Nyeri punggung bawah adalah nyeri
yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal (inflamasi),
maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri yang berasal dari punggung bawah dapat
berujuk ke daerah lain atau sebaliknya yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah
punggung bawah (refered pain). Walaupun nyeri punggung bawah jarang fatal namun
nyeri yang dirasakan menyebabkan penderita mengalami suatu kekurangmampuan
(disabilitas) yaitu keterbatasan fungsional dalam aktifitas sehari-hari dan banyak
kehilangan jam kerja terutama pada usia produktif, sehingga merupakan alasan terbanyak
dalam mencari pengobatan.
3
penduduk mengeluh nyeri punggung bawah dan biaya yang dikeluarkan tiap tahun untuk
pengobatan berkisar 75 juta dolar Amerika.
Prevalensi nyeri punggung bawah pada pemandu seperti supir, pengendara sepeda
motor, atau penarik becak lebih tinggi berbanding pekerjaan-pekerjaan lain, berdasarkan
penelitian Rahmat HS (2009) yang menunjukkan masalah nyeri punggung bawah yang
timbul akibat duduk lama menjadi fenomena yang sering terjadi saat ini. 60% orang dewasa
mengalami nyeri punggung bawah karena masalah duduk yang terjadi pada mereka yang
bekerja atau yang aktivitasnya lebih banyak dilakukan dengan duduk. Duduk lama dengan
posisi yang salah dapat menyebabkan otot-otot punggung menjadi tegang dan dapat
merusak jaringan lunak sekitarnya. Bila keadaan ini berlanjut, akan menyebabkan
penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang mengakibatkan hernia nukleus
pulposus. Beliau juga mengatakan, “Saat manusia duduk, beban maksimal lebih berat 6-7
kali dari berdiri. Tulang atlas yang menyangga tengkorak mengalami beban terberat. Jika
riding position-nya salah, bagian tulang bawah yakni vertebra lumbal 2-3 (mendekati
tulang pinggul) akan terserang nyeri punggung bawah. Jika salah terus, berulang-ulang
apalagi ditambah getaran kontinu, akan timbul radang (artrosis lumbalis) lalu pengapuran
tulang bawah dan terjepitnya syaraf tulang bawah. Jika sudah parah bisa terjadi fraktur atau
patah” (Rahmat HS, 2009).
Dampak negatif nyeri punggung bawah dirasakan hampir semua orang di seluruh
dunia. Menurut penelitian WHO masyarakat bekerja di Amerika Serikat mengeluarkan
hampir lima puluh miliar dollar setahun untuk berobat masalah nyeri punggung bawah
mereka, serta merupakan penyebab utama mengambil cuti sakit syarikat-syarikat besar
yang turut menyebabkan produktivitas berkurang (Waddell G, 1991). Nyeri punggung
bawah juga lebih dampak pada negaranegara sedang membangun. Di Indonesia, menurut
Setyawati bahwa dari para pegawai yang datang berobat ke Poliklinik, pada suatu
perusahaan lebih daripada 57% pekerjanya mengeluh nyeri punggung bawah. Makanya
diperkirakan bahwa lebih 57% tenaga kerja di Indonesia menderita penyakit tersebut
menyebabkan gangguan pada ekonomi, seterusnya secara kaskade menggangu bidang-
bidang lainnya, menggugat ekonomi tempatan.
4
Penanganan nyeri punggung bawah secara umumnya bervariasi mengikut studi,
jenis-jenis pekerjaan, dan persekitaran lokal. Biasanya dalam kondisi biasa nyeri tersebut
akan hilang dengan sendirinya selepas beberapa hari tanpa memerlukan pengobatan, tetapi
tidak selalunya. Menurut Jellema dkk (2001), fokus utama dalam penanganan nyeri
punggung bawah berupa prevalensi untuk masa hadapan agar tidak menderita nyeri
punggung bawah ulang. Aturan antarabangsa (International Guidelines) untuk penanganan
nyeri ini secara umumnya bisa ditangani oleh perawatan primer (Koes BW, dkk). Di
Indonesia, Departemen Kesehatan telahpun mengeluarkan upaya pelayanan kesehatan
primer pada masyarakat tersebut yang diatas meliputi, peningkatan kesehatan (promotif),
upaya pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) (Depkes
RI, 1999). Menurut Hanung P (2008), fisioterapi dalam hal ini memegang peranan untuk
mengembalikan dan mengatasi gangguan impairment dan activity limitation sehingga
pasien dapat beraktivitas kembali. Namun menurut literatur 33% pasien masih mengalami
nyeri hilang-timbul atau nyeri persisten selepas satu tahun, dan satu daripada lima pasien
masih mempunyai kekurangan fungsi gerakan. Hanya 25% telah sembuh total nyeri
punggung mereka selepas satu tahun, dengan ini pencegahan lebih diutamakan daripada
pengobatan.
1.2 Tujuan
1. Untuk memahami tinjauan ilmu teoritis penyakit Low Back Pain (LBP).
2. Untuk mengintegrasikan ilmu kedokteran yang telah didapat terhadap Low Back
Pain (LBP) serta melakukan penatalaksanaan yang tepat, cepat, dan akurat
sehingga mendapatkan prognosis yang baik
Beberapa manfaat yang didapat dari penulisan laporan kasus ini adalah:
5
2. Sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi pembaca mengenai Low
Back Pain (LBP).
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Menurut David (2008) banyak klasifikasi nyeri punggung bawah ditemukan dalam
literatur, tetapi tidak ada yang benar benar memuaskan. Masing- masing mempunyai kelebihan
dan kekurangan. Ada yang berdasarkan struktur anatomis (nyeri pinggang primer, sekunder,
referal dan psikosomatik), ada yang berdasarkan sumber rasa nyeri (viserogenik, neurogenik,
vaskulogenik, spondilogenik dan psikogenik), berdasarkan lama penyakitnya (akut, sub akut,
kronis), berdasarkan etiologinya (spesifik dan non spesifik).
Klasifikasi nyeri punggung struktur anatomis menurut Nicola (2001) dibagi atas
beberapa tingkatan yaitu:
a. Nyeri Punggung Bawah Primer Merupakan LBP yang disebabkan oleh adanya kelainan pada
struktur disekitar lumbal, yang meliputi kelainan atau cedera pada ligamen, otot, persedian,
maupun persarafannya.
b. Nyeri Punggung Bawah Sekunder Merupakan LBP yang disebabkan oleh kelainan pada
struktur diluar lumbal
c. Nyeri Punggung Bawah Referal Merupakan LBP yang disebabkan oleh struktur lain diluar
sendi lumbal yang menjalar ke lumbal
7
d. Nyeri Punggang Bawah Psikosomatik Merupakan nyeri pinggang yang disebabkan oleh
adanya faktor gangguan psikologis penderita.
Sementara klasifikasi sumber nyeri menurut Macnab (2007) dapat dibagi atas beberapa
bagian yaitu:
a. Viserogenik
Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber oleh adanya kelainan pada organ dalam
(viseral) seperti gangguan ginjal, usus, mag dan lain-lain.
b. Neurogenik
Merupakan LBP yang bersumber dari adanya penekanan pada saraf punggung bawah.
c. Vaskulogenik
Merupakan LBP yang bersumber dari adanya gangguan vaskuler disekitar punggung
bawah.
d. Spondilogenik
Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber dari adanya gangguan pada struktur
tulang maupun persendian tulang punggung bawah.
e. Psikogenik
Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber dari adanya gangguan psikologis
pasien.
Adapun gerakan/postur tubuh terbagi 2 yaitu : postur normal dan tidak normal. Dimana,
postur normal dikatakan bila gerakan punggung merupakan kerjasama dari kontraksi otot
dan struktur-struktur ligament untuk menghindari terjadinya strain (penekanan) dan
sebaliknya pada postur yang tidak normal (Rene and Cailliet, 2001)
Everett (2010) menyebutkan pada umumnya LBP disebabkan oleh sebuah peristiwa
traumatis akut, atau trauma kumulatif dimana berat ringannya suatu peristiwa traumatis akut
8
sangatlah bervariasi. LBP akibat trauma kumulatif lebih sering terjadi di tempat kerja, misalnya
karena duduk statis terlalu lama atau posisi kerja yang kurang ergonomis.
Beberapa struktur anatomis elemen-elemen tulang punggung bawah antara lain : tulang,
ligamen, tendon, diskus, otot dan saraf diduga memiliki peran yang besar untuk menimbulkan
rasa nyeri. Struktur disekitar diskus intervertebralis yang sensitif terhadap rasa sakit ialah:
ligamentum longitudinal anterior, ligamentum longitudinal posterior, korpus vertebra, akar
saraf, dan kartílago dari facet joint. Banyak dari komponen-komponen tersebut diatas memiliki
persarafan sensoris yang dapat menghasilkan sinyal nosiseptif yang merupakan reaksi terhadap
adanya suatu kerusakan jaringan. Penyebab lainnya bisa neuropatik, misalkan ischialgia.
Kebanyakan kasus LBP kronis merupakan campuran antara nosiseptif dan neuropatik.
Konsep spiral degeneratif biomekanis memiliki bobot kualitas yang baik serta
mendapatkan penerimaan yang lebih luas para ahli. Secara biomekanik,pergerakan tulang
punggung bawah merupakan gerakan kumulatif dari tulang-tulang vertebra lumbalis, dengan
80-90% merupakan gerakan fleksi dan ekstensi lumbal yang terjadi di diskus intervertebralis
L4-L5 dan L5-S1. Posisi gerakan tulang belakang lumbal yang paling berisiko untuk
mengakibatkan nyeri punggung bawah ialah fleksi ke depan (membungkuk), rotasi (memutar),
dan ketika mencoba untuk mengangkat benda berat dengan tangan terentang kedepan.
Pembebanan aksial dengan durasi pendek ditahan oleh serat kolagen annular diskus.
Pembebanan aksial dengan durasi yang lebih lama menciptakan tekanan ke anulus fibrosus
lebih lama dan mengakibatkan tekanan menyebar ke endplates. Jika anulus dan endplate dalam
keadaan baik, kekuatan beban dapat dengan baik ditahan. Namun tekanan yang dihasilkan dari
kontraksi otot lumbal dapat bergabung dengan tekanan beban dan dapat meningkatkan tekanan
intradiskal yang melebihi kekuatan serat annular diskus intervertbralis.
Beban kompresi pada diskus yang berulang-ulang seperti pada gerakan fleksi dan torsi
lumbal saat mengangkat suatu benda, menempatkan diskus pada resiko untuk mengalami
kerobekan annulus fibrosus. Isi anulus fibrosis yaitu nukleus pulposus dapat menerobos
annulus fibrosus yang robek. Serat paling dalam dari annulus fibrosus ini tidak mempunyai
persarafan sehingga bila mengalami kerobekan tidak menimbulkan rasa nyeri. Tetapi apabila
nukleus pulposus sudah mencapai tepi luar dari annulus fibrosus, kemungkinan akan
menimbulkan rasa nyeri karena tepi aspek posterior dari annulus fibrosus mendapat persarafan
dari beberapa serabut saraf dari n.sinuvertebral dan aspek lateral dari diskus disarafi pada
bagian tepinya oleh cabang dari rami anterior dan gray rami communicants (Everet, 2010).
9
Penelitian sejak akhir abad ke-20 menunjukkan bahwa penyebab kimia dapat berperan
dalam produksi nyeri punggung bawah. Konsep ini merumuskan bahwa robeknya serat annular
memungkinkan enzim fosfolipase A2 (Phospholipase A2/ PLA2), glutamat dan mungkin
senyawa lainnya yang belum diketahui yang merupakan komponen dari nukleus pulposus,
masuk ke ruang epidural dan menyebar ke Dorsal Root Ganglion (DRG). Komponen dari
nukleus pulposus, yang paling terkenal adalah enzim fosfolipase A2 (PLA2). PLA2 ini dapat
berpengaruh secara langsung pada jaringan saraf, atau mungkin berperanan dalam mengatur
respons inflamasi kompleks yang bermanifestasi sebagai nyeri punggung bawah.
Pada gerakan fleksi lumbal, ketegangan tertinggi dicatat pada ligamen interspinous dan
supraspinous, diikuti oleh ligamen intracapsular dan ligamentum flavum. Pada gerakan
ekstensi lumbal, ligamen yang mengalami ketegangan tinggi ialah ligamentum longitudinal
anterior. Gerakan fleksi ke lateral menghasilkan ketegangan tertinggi di ligamen kontralateral.
Gerakan rotasi menghasilkan ketegangan tertinggi di ligamen kapsuler. Pembebanan yang
berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan pada ligament tersebut diatas dan menimbulkan
rasa nyeri (Mario, 2005).
Nyeri adalah salah satu mekanisme perlindungan tubuh yang penting. Rangsangan
nyeri dapat membangkitkan dua reaksi yang secara sadar mengalami rasa nyeri dan reaksi yang
tidak sadar berapa reflek-reflek yang menyertai nyeri seperti menghindar, immobilisasi sendi
yang mengalami kerusakan dan ketegangan otot.
10
Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan sistem saraf untuk mengubah
berbagai stimuli mekanik, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan ke
sistem saraf pusat. Untuk menghantar nyeri, pada jaringan lunak terdapat ujung saraf aferen
sebagai reseptor nyeri (nociceptor).
Reseptor tersebut bersambung dengan saraf aferen yang terdiri dari saraf A alfa, A delta
dan saraf C. Saraf A alfa adalah saraf bermielin yang menghambat nyeri, saraf A delta adalah
saraf bermielin yang menghantar rasa suhu dan nyeri yang bersifat cepat dan tajam sedangkan
C adalah saraf yang menghantar rasa nyeri lambat yang kronik. (Guyton, 2004). Saraf A delta
dan saraf C meneruskan impuls nyeri menuju kolumna dorsalis medulla spinalis. Saraf aferen
A delta masuk ke sel saraf di lamina I dan bagian luar lamina II, sedangkan saraf C masuk ke
sel saraf lamina II dan V. Selanjutnya menyeberang kontra lateral yaitu ke antero medulla
spinalis terus berjalan keatas menuju batang otak dan thalamus melalui dua jalur. Jalur
langsung yang melalui spinothalamikus ke korteks somatosensoris sehingga nyeri mulai bisa
dirasakan, sedangkan jalur yang tidak langsung melalui formasio retikularis ke korteks selebri
dan korteks asosiasi sensoris sehingga dapat dirasakan intensitas, lokasi dan lamanya nyeri.
Proses perjalanan diatas disebut transmisi (Guyton, 2004).
2.1.5 Epidemiologi
LBP merupakan suatu sindrom yang mempunyai dampak sangat luas .tidak hanya bagi
penderita itu sendiri, tetapi juga bagi lingkungan kerja dan lingkungan sosialnya. Bagi
penderita selain rasa nyeri dan kecacatan yang mungkin timbul, juga dapat mengakibatkan
terganggunya karier kerja, bahkan kehilangan pekerjaan. Bagi lingkungan kerja, dapat
mengakibatkan penurunan produktifitas kerja (Riddle, 1998)
11
Di Amerika, sudah dikalkulasi bahwa sekitar 4,5 juta orang mengalami ketidak
mampuan yang disebabkan oleh LBP. Diantara sepuluh dari dua puluh persen orang dewasa
yang menderita LBP, menghasilkan tiga belas juta kunjungan ke dokter. LBP merupakan salah
satu dari kondisi yang paling sering didiagnose dan menghasilkan sepuluh persen dari
keseluruhan diagnose medis kronis. Di Amerika Serikat diperkirakan ada enam sampai tujuh
juta kasus LBP setiap tahunnya ,dua puluh dua persen dari semua kejadian tersebut
berhubungan dengan kerja (work related accident) merupakan cedera punggang (Susan, 2006).
Rata-rata tiga puluh hari kerja per seratus pegawai hilang pertahun disebabkan oleh
LBP, dan ini merupakan urutan ke lima dari penyebab opname kerumah sakit. LBP juga urutan
kedua dari alasan kunjungan kedokter setelah jantung. Sebagai tambahan, kondisi LBP
merupakan urutan ke tiga alasan intervensi operasi dan yang paling sering merupakan
penyebab dari ketidak mampuan sehubungan dengan kerja pada orang dibawah umur empat
puluh lima.
Gejala penyakit punggung yang sering dirasakan adalah nyeri, kaku, deformitas, dan
nyeri serta paraestesia atau rasa lemah pada tungkai. Gejala serangan pertama sangat penting.
Dari awal kejadian serangan perlu diperhatikan, yaitu apakah serangannya dimulai dengan tiba
– tiba, mungkin setelah menggeliat, atau secara berangsur – angsur tanpa kejadian apapun. Dan
yang diperhatikan pula gejala yang ditimbulkan menetap atau kadang – kadang berkurang.
Selain itu juga perlu memperhatikan sikap tubuh, dan gejala yang penting pula yaitu apakah
adanya sekret uretra, retensi urine, dan inkontinensia (Apley, 2013).
12
2.1.7 Etiologi
Etiologi nyeri punggung bermacam – macam, yang paling banyak adalah penyebab
sistem neuromuskuloskeletal. Disamping itu LBP dapat merupakan nyeri rujukan dari
gangguan sistem gastrointestinal, sistem genitorinaria atau sistem kardiovaskuler. Proses
infeksi, neoplasma dan inflasi daerah panggul dapat juga menimbulkan LBP. Penyebab sistem
neuromuskuloskeletal dapat diakibatkan beberapa faktor, ialah (a) otot, (b) discus
intervertebralis, (c) sendi apofiseal, anterior, sakroiliaka, (d) kompresi saraf / radiks, (e)
metabolik, (f) psikogenik, (g) umur (Dachlan, 2009).
Nyeri punggung dapat disebabkan oleh berbagai kelaianan yang terjadi pada tulang
belakang, otot, discus intervertebralis, sendi, maupun struktur lain yang menyokong tulang
belakang. Kelainan tersebut antara lain: (1) kelainan kongenital / kelainan perkembangan,
seperti spondylosis dan spondilolistesis, kiposcoliosis, spina bifida, ganggguan korda spinalis,
(2) trauma minor, seperti regangan, cedera whiplash, (3) fraktur, seperti traumatik misalnya
jatuh, atraumatik misalnya osteoporosis, infiltrasi neoplastik, steroid eksogen, (4) hernia discus
intervertebralis, (5) degeneratif kompleks diskus misalnya osteofit, gangguan discus internal,
stenosis spinalis dengan klaudikasio neurogenik, gangguan sendi vertebra, gangguan sendi
atlantoaksial misalnya arthritis reumatoid, (6) arthritis spondylosis, seperti artropati facet atau
sacroiliaka, autoimun misalnya ankylosing spondilitis, sindrom reiter, (7) neoplasma, seperti
metastasisi, hematologic, tumor tulang primer, (8) infeksi / inflamasi, seperti osteomyelitis
vertebral, abses epidural, sepsis discus, meningitis, arachnoiditis lumbal. (9) metabolik
osteoporosis – hiperparatiroid, (10) vaskuler aneurisma aorta abdominalis, diseksi arteri
vertebral, (11) lainnya, seperti nyeri alih dari gangguan visceral, sikap tubuh, psikiatrik,
sindrom nyeri kronik.
1) Spondylosis
a) Definisi
13
kantong durameter yang mengakibatkan iskemik dan radang (Harsono dan
Soeharso, 2005).
Pasien biasanya berusia di atas 40 tahun dan memiliki tubuh yang sehat.
Nyeri sering timbul di daerah punggung dan pantat. Hal ini akan menimbulkan
keterbatasan gerak pada regio lumbal dan dapat menimbulkan nyeri pada area
ini. Pemeriksaan neurologis dapat memperlihatkan tanda – tanda sisa dari
prolaps diskus yang lama (misalnya tiadanya reflek fisiologis). Pada tahap
sangat lanjut, gejala dan tanda – tanda stenosis spinal atau stenosis saluran akar
unilateral dapat timbul (Appley, 2013).
c). Patologi
Bila usia bertambah maka akan terjadi perubahan degeneratif pada tulang
belakang, yang terdiri dari dehidrasi dan kolaps nukleus pulposus serta
14
penonjolan ke semua arah dari anulus fibrosus. Anulus mengalami klasifikasi
dan perubahan hipertrofik terjadi pada pinggir tulang korpus vertebra,
membentuk osteofit atau spur atau taji. Dengan penyempitan rongga
intervertebra, sendi intervertebra dapat mengalami subluksasi dan
menyempitkan foramina intervertebra, yang dapat juga ditimbulkan oleh
osteofit (Mansjoer dkk, 2005).
d). Problematik
15
e). Prognosis
2) Spondilolistesis
a) Definisi
c) Patologi
Pada tipe ini terjadi penipisan atau destruksi pada pars interartikularis,
pedikel, pacet dan terjadi pergeseran vertebrata. Tipe ini mempunyai dua sub
tipe:
16
- Generalized: gambaran patologis bersifat umum. Beberapa penyakit
yang berhubungan dengan tipe ini: Paget’s disease, hyperthyroidism,
osteopetrosis dan sifilis.
- Lokal: gambaran patologis bersifat lokal. Tipe ini terjadi oleh karena
infeksi lokal, tumor atau proses destruksi lainnya.
- Derajat pergeseran
e) Pengobatan
1. Non operative
2. Operative
17
dengan serial x-ray disarankan untuk operasi stabilisasi. Jika
progresivitas slip menjadi lebih 50% atau jika slip 50% pada waktu
diagnosis, ini indikasi untuk fusi. Pada high grade spondilolistesis
walaupun tanpa gejala fusi harus dilakukan. Dekompresi tanpa fusi
adalah logis pada pasien dengan simptom oleh karena neural kompresi.
Bila manajemen operative dilakukan pada adolescent, dewasa muda
maka fusi harus dilakukan karena akan terjadi peningkatan slip yang
bermakna bila dilakukan operasi tanpa fusi.
Jadi indikasi fusi antara lain: usia muda, progresivitas slip lebih
besar 25%, pekerja yang sangat aktif, pergeseran 3mm pada
fleksi/ekstensi lateral x-ray. Fusi tidak dilakukan bila multi level
disease, motivasi rendah, aktivitas rendah, osteoporosis, habitual
tobacco abuse.
Alat ukur yang direkomendasi WHO untuk melakukan pengukuran terhadap nyeri
punggung bawah yaitu: Visual Analog Scale untuk mengukur intensitas nyeri,
Menurut International Association For The Study Of Pain (1979) dalam Nugroho DS
(2001) sifat nyeri merupakan pengalaman subyektif dan bersifat individual. Dengan dasar ini
dapat dipahami adanya kesamaan penyebab tidak secara otomatis menimbulkan perasaan nyeri
yang sama. Nyeri adalah pengalaman umum dari manusia. Beberapa jenis penyakit, injury dan
prosedur medis serta surgical berkaitan dengan nyeri. Beberapa pasien mungkin mempunyai
pengalaman nyeri yang berbeda dengan jenis dan derajat patologis yang sama. Selain patologi
fisik, kultur/budaya, ekonomi, sosial, demografi dan faktor lingkungan mempengaruhi persepsi
nyeri seseorang. Keadaan psikologis seseorang, riwayat personal dan faktor situasional
memberikan kontribusi terhadap kualitas dan kuantitas nyeri seseorang (Turk & Melzack,
1992).
Visual Analogue Scale (VAS) adalah alat ukur lainnya yang digunakan untuk
memeriksa intensitas nyeri dan secara khusus meliputi 10-15 cm garis, dengan setiap ujungnya
ditandai dengan level intensitas nyeri (ujung kiri diberi tanda “no pain” dan ujung kanan diberi
18
tanda “bad pain” (nyeri hebat). Pasien diminta untuk menandai disepanjang garis tersebut
sesuai dengan level intensitas nyeri yang dirasakan pasien. Kemudian jaraknya diukur dari
batas kiri sampai pada tanda yang diberi oleh pasien (ukuran mm), dan itulah skorenya yang
menunjukkan level intensitas nyeri. Kemudian skore tersebut dicatat untuk melihat kemajuan
pengobatan/terapi selanjutnya. Secara potensial, VAS lebih sensitif terhadap intensitas nyeri
daripada pengukuran lainnya. Begitu pula, VAS lebih sensitif terhadap perubahan pada nyeri
kronik daripada nyeri akut (Carlson, 1983 ; McGuire, 1984) . Dalam penelitian ini penulis
melakukan pemeriksaan derajat atau intensitas nyeri dengan menggunakan skala VAS.
Latihan Menurut Sukadiyanto (2002) istilah latihan berasal dari kata dalam bahasa
Inggris yang dapat mengandung beberapa makna seperti: practice, exercises, dan training.
Pengertian latihan yang berasal dari kata practise adalah aktivitas untuk meningkatkan
keterampilan (kemahiran) berolahraga dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan
tujuan dan kebutuhan cabang olahraganya.
Pengertian latihan yang berasal dari kata exercises adalah perangkat utama dalam
proses latihan harian untuk meningkatkan kualitas fungsi sistem organ tubuh dalam
penyempurnaan geraknya.. Latihan berasal dari kata training adalah penerapan dari suatu
perencanaan untuk meningkatkan kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori dan
praktek, metode, dan aturan pelaksanaan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai.
Jackson and Brown (2003) menyatakan beberapa alasan untuk memberikan back
exercise pada penderita LBP:
19
d. Untuk meningkatkan kebugaran
Back exercise salah satu bentuk latihan yang bertujuan mengurangi nyeri punggung
bawah. Caranya adalah dengan penguatan (strengthening) otot-otot abdomen dan gluteus
berupa fleksi lumbosakral. Untuk dapat diaplikasikan dengan tepat, maka syaratnya adalah :
Sebagai hasil kontraksi dipertahankan 6-8 detik kemudian rileks, gerakan ini akan
diikuti interval relaksasi secara spontan, sehingga nyeri akan berkurang dan mobilitas lebih
memungkinkan terjadi. Durasi kontraksi setelah 8 detik juga dapat memberikan relaksasi otot
1. Latihan untuk mengulur otot punggung bawah berbaring terlentang, kedua lutut
ditekuk, tarik kedua lutut ke arah dada, lalu turunkan kedua kali ke bawah dan
luruskan lutut
2. Latihan untuk mengulur otot punggung dan memperkuat otot perut. Kedua lutut
20
.
3. Latihan untuk memperkuat otot perut. Kedua lutut ditekuk, tangan disilangkan di
belakang kepala, angkat kepala dan tubuh bagian atas sambil mengencangkan
Angkat tubuh bagian atas dengan cara menekan siku, pertahankan pinggul di
5. Latihan untuk memperkuat otot punggung. Angkat tubuh bagian atas dan pinggang
sampai posisi kedua tangan lurus, tahan 6 hitungan lalu kembali ke posisi awal.
21
6. Latihan untuk mengulur otot punggung, memperkuat otot-otot perut dan
punggung, dan fleksibilitas sendi panggul. Bertumpu pada tangan dan lutut
7. Latihan untuk mengulur otot punggung dan otot paha bagian belakang.
22
9. Latihan untuk mengulur otot punggung bagian samping, kanan dan kiri. Letakkan
Latihan bukan merupakan barang instan yang sekali telan langsung bebas persoalan.
Latihan harus dilakukan terus menerus dan dianggap sebagai kebutuhan, seperti kita butuh
makan dan minum. Frekuensi latihan diatur sesuai dengan kemampuan tubuh, sehingga tubuh
Pada Latihan nyeri punggung bawah untuk mendapatkan yang baik, di mulai dengan
15 menit kerja aerobik ringan per hari, 2 sampai 3 kali per minggu, dan kemudian secara
bertahap tingkatkan hingga 30 sampai 40 menit per hari, 4 sampai 5 kali per minggu. Latihan
peregangan dapat dilakukan setiap hari. Latihan penguatan harus dilakukan tiga atau empat
kali per minggu .Untuk melihat hasilnya diperlukan waktu 6 minggu - 8 minggu.
23
BAB III
3.1 Anamnesis
Identitas Pribadi
No. Rekam Medis : 042456
Nama : ML
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 51 Tahun
Suku Bangsa : Padang
Agama : Islam
Alamat : Jl. Bambu Gg. Sakiran No.37
Status : Sudah Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk : 11 November 2018
24
dirawat dengan keluhan nyeri punggung bawah ± 1 minggu
sebelum masuk rumah sakit.
25
Persendian : Dislokasi sendi (-)
3.3.4 GENITALIA
Toucher : Tidak dilakukan pemeriksaan
26
Tanda Brudzinski I :-
Tanda Brudzinski II :-
27
Pupil
Lebar : Ø 3 mm Ø 3 mm
Bentuk : bulat bulat
Refleks Cahaya Langsung: + +
Refleks Cahaya tidak Langsung: + +
Rima Palpebra : 7 mm 7 mm
Deviasi Konjugate : - -
Fenomena Doll’s Eye : tdp tdp
Strabismus : - -
28
Produksi Kelenjar Ludah : Dalam batas normal
Hiperakusis : Tidak dilakukan pemeriksaan
Refleks Stapedial : Tidak dilakukan pemeriksaan
Nervus IX, X
Pallatum Mole : Medial
Uvula : Medial
Disfagia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Disartria : Tidak dilakukan pemerikaan
Disfonia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Refleks Muntah : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pengecapan 1/3 Belakang Lidah : Tidak dilakukan pemeriksaan
Nervus XII
Lidah
Tremor :-
Atrofi :-
Fasikulasi :-
29
Ujung Lidah Sewaktu Istirahat : Medial
Ujung Lidah Sewaktu Dijulurkan : Medial
30
Strumple : ++ ++
Refleks Patologis
Babinski : - -
Oppenheim : - -
Chaddock : - -
Gordon : - -
Schaefer : -
-
Hoffman-Tromner : - -
Klonus Lutut : - -
Klonus Kaki : - -
Refleks Primitif : - -
3.4.9 Koordinasi
Lenggang : Baik
Bicara : Baik
Menulis : Tidak dilakukan pemeriksaan
Percobaan Apraksia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Mimik : Sudut mulut simetris
Test Telunjuk-Telunjuk : Tidak dilakukan pemeriksaan
Test Telunjuk-Hidung : Tidak dilakukan pemeriksaan
Diadokhokinesia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Test Tumit-Lutut : Tidak dilakukan pemeriksaan
Test Romberg : Tidak dilakukan pemeriksaan
3.4.10 Vegetatif
Vasomotorik : Tidak dilakukan pemeriksaan
Sudomotorik : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pilo-Erektor : Tidak dilakukan pemeriksaan
Miksi : Dalam batas normal
Defekasi : Dalam batas normal
Potens dan Libido : Tidak dilakukan pemeriksaan
3.4.11 Vertebra
31
Bentuk
Normal :+
Scoliosis :-
Hiperlordosis :-
Pergerakan
Leher : Dalam batas normal
Pinggang : Sulit dinilai
32
Diri : Baik
Tempat : Baik
Waktu : Baik
Situasi : Baik
Intelegensia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Daya Pertimbangan : Tidak dilakukan pemeriksaan
Reaksi Emosi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Afasia
Ekspresif :+
Reseptif :-
Apraksia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Agnosia
Agnosia visual :-
Agnosia Jari-jari :-
Akalkulia :-
Disorientasi Kanan-Kiri :-
33
3.5 Pemeriksaan Penunjang
34
3.5.2 Interpretasi Foto Lumbo-sacral
Curve dalam batas normal, corpus vertebra lumboacral dalam batas normal. Discus
dan foramen intervertebralis tidak menyempit. Tidak tampak frktur. Tampak osteofit
vertebrae lumbalis.
Kesimpulan : Spondylosis lumbalis dengan spondylolistesis lumbal.
3.6 HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hb : 13.44 g/dl (12-14 g/dl)
35
MCH : 32,9 pg (27,0-31,0 pg)
Hitung Jenis
KIMIA KLINIK
36
Riwayat Penyakit Terdahulu : Asam Urat, hiperkolesterolemia
Riwayat Penggunaan Obat : Tidak Jelas
Status Presens
Sensorium : Compos mentis
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Frekuensi Nafas : 20 x/menit
Temperature : 36,2°C
Nervus Kranialis
N. I : Tidak dilakukan pemeriksaan
N. II,III : Refleks cahaya (+/+), pupil isokor Ø=3mm
N. III,IV,VI : Gerakan bola mata (+)
N. V : Buka tutup mulut (+)
N. VII : Sudut mulut simetris
N. VIII : Dalam batas normal
N. IX, X : Uvula medial (+)
N. XI : Mengangkat bahu (+/+)
N. XII : Lidah istirahat medial, lidah saat dijulurkan medial
STATUS NEUROLOGIS
Sensorium : Compos mentis
Peningkatan TIK : Sakit kepala (-)
Muntah proyektil (-)
Kejang (-)
Rangsang Meningeal :-
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
B/T : ++/++ ++/++
APR/KPR : ++/++ ++/++
Refleks Patologis Kanan Kiri
H/T : -/- -/-
Babinski : - -
Kekuatan Motorik : ESD : 55555 / 55555 ESS: 55555 / 55555
EID : 55555 / 55555 EIS : 55555 / 55555
37
Numeric Rating Scale :6
3.7. DIAGNOSIS
3.8. Penatalaksanaan
1. IVFD Ringer Lactat 20 tetes/menit
2. Injeksi Ketorolac 1 amp/8 jam
3. Injeksi Ranitidin 1 amp/12 jam
R/ -Darah lengkap
- Foto Lumbo-sacral
- Fisioterapi
38
BAB IV
STATUS NEUROLOGIS
Sensorium : Compos mentis
Peningkatan TIK : Sakit kepala (-)
Muntah proyektil (-)
Kejang (-)
Rangsang Meningeal :-
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
B/T : ++/++ ++/++
APR/KPR : ++/++ ++/++
Refleks Patologis Kanan Kiri
H/T : -/- -/-
39
Babinski : - -
Kekuatan Motorik : ESD : 55555 / 55555 ESS: 55555 / 55555
EID : 55555 / 55555 EIS : 55555 / 55555
NRS : 5-6
1. Bed Rest
2. IVFD Ringer Lactat 20 tetes/menit
3. Injeksi Ketorolac 1 amp/8 jam
P 4. Injeksi Ranitidin 1 amp/12 jam
40
STATUS NEUROLOGIS
Sensorium : Compos mentis
Peningkatan TIK : Sakit kepala (-)
Muntah proyektil (-)
Kejang (-)
Rangsang Meningeal :-
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
B/T : ++/++ ++/++
APR/KPR : ++/++ ++/++
Refleks Patologis Kanan Kiri
H/T : -/- -/-
Babinski : - -
Kekuatan Motorik : ESD : 55555 / 55555 ESS: 55555 / 55555
EID : 55555 / 55555 EIS : 55555 / 55555
NRS : 1-2
A LBP + Radikulopati lumbal ec Spondylosis lumbal + Spondylolistesis lumbal
P 1. Bed Rest
2. IVFD Ringer Lactat 20 tetes/menit
3. Natrium Diklofenak 25mg/12 jam
4. Injeksi Ranitidin 1 amp/12 jam
R Fisioterapi
41
BAB V
DISKUSI
No Teori Kasus
1 Definisi:
Low back pain adalah nyeri yang Pasien perempuan, Ny. M, 51 tahun
dibatasi daerah superior oleh garis datang ke IGD Rumah Sakit Putri
transversal imajiner yang melalui Hijau Kesdam I BB Medan dengan
ujung prosesus spinosus dari vertebra keluhan nyeri punggung bawah yang
thorakal terakhir, daerah inferior oleh dialami ± 6 jam sebelum masuk rumah
garis transversal imajiner yang melalui sakit.
ujung processus spinosus dari vertebra
sakralis pertama dan lateral oleh garis
vertikal yang ditarik dari batas lateral
spina lumbalis
2 Manifestasi klinis:
Sindroma lumbal adalah nyeri. Pasien merasakan nyeri di punggung
Sindroma nyeri muskulo skeletal yang bawah kanan dan menjalar ke daerah
menyebabkan LBP termasuk sindrom bokong hingga lutut kanan. Nyeri
nyeri miofasial dan fibromialgia. dirasakan terus menerus tidak
Nyeri miofasial khas ditandai nyeri dipengaruhi oleh aktifitas.
dan nyeri tekan seluruh daerah yang
bersangkutan, kehilangan ruang gerak
kelompok otot yang tersangkut dan
nyeri radikuler yang terbatas pada
saraf tepi.
3 Diagnostik: Curve dalam batas normal, corpus
vertebra lumboacral dalam batas
Ditegakkan berdasarkan foto polos, normal. Discus dan foramen
CT-Scan, atau MRI lumbal intervertebralis tidak menyempit. Tidak
tampak frktur. Tampak osteofit
vertebrae lumbalis.
42
Kesimpulan : Spondylosis
lumbalis dengan spondylolistesis
lumbal.
4 Tatalaksana:
Pengobatan untuk spondilolistesis 1. Bed rest
dengan gejala low back pain 2. IVFD Ringer Lactat 20
umumnya konservatif. Pengobatan tetes/menit
non operative diindikasikan untuk 3. Injeksi Ketorolac 1 amp/8 jam
semua pasien tanpa defisit neurologis 4. Injeksi Ranitidin 1 amp/12 jam
atau defisit neurologis yang stabil. Hal
ini dapat merupakan pengurangan
berat badan, stretching exercise,
pemakaian brace, pemakain obat anti
inflamasi. Obat anti-inflamasi
diberikan sesuai skala nyeri.
43
BAB VI
KESIMPULAN
Ny. M, 51 tahun datang ke IGD Rumah Sakit Putri Hijau Kesdam I BB Medan dengan
keluhan nyeri punggung bawah yang dialami ± 6 jam sebelum masuk rumah sakit. Nyeri
dirasakan terus menerus tidak dipengaruhi oleh aktifitas dan di diagnosa dengan LBP +
Radikulopati lumbal ec Spondylosis lumbal + Spondylolistesis lumbal dan diberi tatalaksana
dengan Bed rest, IVFD Ringer Lactat 20 tetes/menit, Injeksi Ketorolac 1 amp/8 jam, Injeksi
Ranitidin 1 amp/12 jam.
44
DAFTAR PUSTAKA
Abdul. 2014. “Pengaruh Terapi William Flexion Exercise Terhadap Nyeri Punggung
Andryanto, dkk.2014. Intervensi William Flexion Exercise Lebih Baik dari Masase
Appley, A. G dan Louis Solomon. 1995. Terjemah Ortopedi dan Fraktur Sistem
Carolyn Richardson, Et, Al, 1999, Therapeistic Exercise For Spinal Segmental
Devlin, V.J.2012. Spine Secrets Plus. United State Of America: Elsevier Mosby
45
Skeletal System, Lea And Fiber , Philadelpia
Jurnal Ikatan Fisioterapi Indonesia No. 4 Vol. 02/Juni/2002, “Kepmen Kes No.
Jennifer M. Lee. Mc, Segi Praktis Fisioterapi Edisi Ke 2 Alih Bahasa Dr. Hartono
Satmoko.
Kisner, Carolyn And Lynn Allen Colby, 2007, Therapeutik Exercise Foundation
Nugroho. D.S, 7-10 Maret 2001, Neurofisiologi Nyeri Dari Aspek Kedokteran
Pramita. 2014. Tesis Core Stability Exercise Lebih Baik Meningkatkan Aktivitas
Fungsional dari pada William’s Flexion Excercise pada Pasien Nyeri Punggung
Bawah Miogenik. Program Pascasarjana Universitas Udayana: Denpasar
Rubenstein, 2005, Irv Exercise Ideas For Case Strengthening, USA : Visual
Healt Informasi.
Fisioterapi”, Jakarta
46
Syarifuddin, 1994, Anatomi fisiologi Untuk Siswa Perawat, Jakarta
Twoney Lt, Tayler Jr, 1994. Physical Therapy Of The Law Back, Pain
47