DAFTAR
ISI………………………………………………………………………………………………
……………………………i
DAFTAR TABEL..................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 7
2.1 Sejarah....................................................................................................................... 7
2.2 Epidemiologi ............................................................ Error! Bookmark not defined.
2.2.1 Distribusi Penyakit Kusta di Dunia .................. Error! Bookmark not defined.
2.2.2 Distribusi Penyakit Kusta di Indonesia ............ Error! Bookmark not defined.
2.3 Etiologi ..................................................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 2.3 Model skema dinding sel M. lepra10 ................ Error! Bookmark not defined.
2.4 Manifestasi Klinis dan Klasifikasi Penyakit ............ Error! Bookmark not defined.
2.5 Transmisi Penyakit................................................... Error! Bookmark not defined.
2.6 Patogenesis............................................................... Error! Bookmark not defined.
2.7 Patofisiologi ............................................................. Error! Bookmark not defined.
2.8 Pemeriksaan Mycobacterium leprae ........................ Error! Bookmark not defined.
2.8.1 Mikroskopis ..................................................... Error! Bookmark not defined.
2.8.2 Histopatologi .................................................... Error! Bookmark not defined.
2.8.3 Serologi ............................................................ Error! Bookmark not defined.
2.8.4 Molekular ......................................................... Error! Bookmark not defined.
2.9 Penatalaksanaan ....................................................... Error! Bookmark not defined.
2.9.1 Lini pertama ..................................................... Error! Bookmark not defined.
2.9.2 Lini Kedua ....................................................... Error! Bookmark not defined.
2.9.3 Pendekatan Terapi Terbaru .............................. Error! Bookmark not defined.
2.9.4 Efek Samping dan Penanganan ........................ Error! Bookmark not defined.
2.9.5 Resisten Obat ................................................... Error! Bookmark not defined.
2
Tabel ......................................................................................................................................... 3
Tabel ......................................................................................................................................... 4
Tabel ......................................................................................................................................... 5
Tabel ......................................................................................................................................... 6
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar...................................................................................................................................... 3
Gambar...................................................................................................................................... 4
Gambar...................................................................................................................................... 5
Gambar...................................................................................................................................... 6
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran ................................................................................................................................... 3
Lampiran ................................................................................................................................... 4
Lampiran ................................................................................................................................... 5
Lampiran ................................................................................................................................... 6
6
BAB I
PENDAHULUAN
neurologi. Ensefalitis dapat disebabkan oleh beberapa etiologi, salah satu diantaranya
adalah karena autoimun. Penyakit ensefalitis yang disebabkan oleh autoimun ini
menjadi topik yang baru dan hangat beberapa tahun belakangan ini. Penyakit ini
sering menyerang anak-anak dan dewasa muda. Insidensi dari semua tipe antibody
muncul pada antibody mediated encephalitis adalah antibodi yang menyerang protein
membran sel neuron, kanal ion, protein intraselular dan reseptor. Respon immunologi
(Review NMDAR). Manifestasi klinis yang sering muncul dari penyakit ini adalah
Diagnosis yang cepat dan tepat diperlukan untuk memberikan terapi sedini mungkin.
menjadikan alasan yang kuat untuk clinical pathologist mengetahui aspek laboratorium dari
penyakit ini. Tinjauan pustaka ini akan membahas tentang definisi, etiologi, epidemiologi,
klasifikasi, patogenesis, patofisiologi, aspek klinis, aspek laboratorium, penatalaksanaan, dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Definisi
Lanjut usia (lansia) adalah salah satu tahap kehidupan manusia dan pasti akan
dilalui oleh setiap orang. Usia tua mudah untuk dikenali tapi sulit untuk didefinisikan.
World Health Association (WHO) menetapkan batas usia lanjut adalah usia lebih dari
65 tahun. Batas usia tua ini tidak dapat disamakan untuk semua negara karena
8
dipengaruhi oleh faktor genetik, gaya hidup dan kondisi kesehatan secara umum.5
Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 43 tahun 2004 usia lanjut
adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun. Berdasarkan pusat data dan
informasi tahun 2017 jumlah penduduk lansia adalah 23,66 juta jiwa (9,03%). Pada
tahun 2050 diperkirakan jumlah lansia melebihi jumlah usia kelompok anak usia <14
tahun. Hal ini disebabkan oleh menurunnya angka kelahiran dan bertambahnya usia
Pada lansia terjadi proses menua yang ditandai dengan terjadinya penurunan
struktur dan fungsi tubuh, lebih rentan untuk terkena suatu penyakit, berkurangnya
tubuh seperti otot, otak, jantung, paru-paru dan ginjal. Beberapa perubahan tersebut
seperti berkurangnya massa otot, fungsi otak menurun, perubahan resistensi kapiler
Radikal bebas adalah rantai kimia reaktif yang mempunyai elektron yang tidak
hidroksil, superoksida dan hidrogen peroksida. Sebagian besar oksidan adalah produk
sampah yang dihasilkan pada proses pembentukan ATP dari oksigen di mitokondria.
Antioksidan adalah enzim atau zat kimia yang dapat mencegah stress oksidatif
Perubahan ekspressi gen sangat bervariasi antar spesies dan jaringan. Proses
penuaan akan mempengaruhi regulasi ekspressi gen terhadap inflamasi, perbaikan sel
Salah satu mekanisme tubuh dalam pertahanan adalah dengan proses autophage.
Akumulasi produk sampah (waste) dalam tubuh akan dihancurkan oleh sistem
Aging mengakibatkan terjadinya perubahan pada sistem organ dan organ sehingga
orang yang berusia lanjut lebih rentan terkena suatu penyakit. Diantaranya adalah
(CRP), laju endap darah (LED), dan tumor nekrosis α (TNF- α). Jumlah sel T
10
(terutama naïve T-cell) akan berkurang produksinya karena terjadi atropi timus. Hal
ini yang mengakibatkan respon imunologi lansia rendah dan rentan terhadap infeksi
adalah perubahan pada pembuluh darah. Hipertensi dan aterosklerosis adalah salah
satu tanda awal dari proses penuaan pada pembuluh darah yang akan berkontribusi
untuk terjadinya infark miokard, stroke, penyakit Alzheimer dan dementia. Harman
berpendapat bahwa target utama dari stress oksidatif adalah pembuluh darah dan
perubahan yang terjadi setelah lansia adalah efek sekunder dari kerusakan yang
Aging adalah proses secara alamiah, perubahan struktur dan fungsi sistem organ
terjadi secara irreversibel. Penurunan fungsi ginjal pada geriatri bisa karena proses
aging atau karena penyakit kronis seperti diabetes nefropati. Hal yang sama terjadi
pada paru, penurunan fungsi paru karena proses aging atau patologis.
Perubahan struktur ginjal sebagai akibat dari proses aging bisa berupa perubahan
2.2.1.1 Mikroanatomis
a. Nefrosklerosis
b. Glomerulosklerosis
Glomerulosklerosis bisa fokal atau global. Hasil biopsi dari ginjal donor
global pada subjek yang berusia 75 tahun. Gambar 2.2 menunjukkan deposit
Jumlah nefron pada usia 18-29 tahun adalah sekitar 990.000 perginjal akan
d. Hipertrofi nefron
2.2.1.2 Makroanatomis
renalis (dengan stenosis atau tanpa stenosis). Prevalensi aterosklerosis ini lebih
kurang 25% pada usia 60-75 tahun.15 Penurunan volume ginjal pada geriatri terjadi
setelah usia 50 tahun. Perubahan anatomis lainnya pada aging kidney adalah
kalsifikasi parenkim ginjal, jaringan parut pada korteks ginjal, kista, dan tumor.15, 16
14
dianjurkan untuk menilai fungsi ginjal pada geriatri karena pemeriksaan dengan
biopsi ginjal dan renal imaging jarang dilakukan pada pemeriksaan rutin.
dengan bertambahnya usia.17 Tabel 2.1 dibawah ini menunjukkan penurunan fungsi
sebanyak 7,5 mL/min sampai dengan 9,5 mL/min dalam 10 tahun.18, 19 Dari penelitian
Dasar mekanisme penurunan GFR ini adalah karena penurunan metabolisme dari
masing-masing individu yang berhubungan dengan berat badan dan tinggi badan.
Penelitian yang dilakukan oleh Rule membuktikan bahwa penurunan GFR pada
geriatri tidak berhubungan dengan nefrosklerosis yang terjadi karena aging. Berbeda
halnya dengan penyakit gagal ginjal kronik, dimana penurunan GFR berhubungan
penelitian yang mengukur GFR dan single-nephron GFR. Dari penelitian ini
didapatkan bahwa hasil single-nephron GFR relatif konstan berdasarkan usia, jenis
kelamin dan tinggi badan.21 Hal berbeda yang terjadi pada penyakit gagal ginjal
kronik, single-nephron GFR akan meningkat seiring dengan penurunan GFR. Single
sodium dan ekskresi kalium. Penurunan ekskresi kalium ini berhubungan dengan
menurunnya GFR.
Glomerular Filtration Rate (GFR) adalah sebanding dengan kecepatan filtrasi dari
semua nefron yang fungsional. Ginjal menyaring lebih kurang 180 liter plasma per
hari (125 mL/min). Hasil GFR tergantung pada usia, jenis kelamin dan indeks massa
tubuh (IMT). Nilai normal GFR ini berkisar antara 120 dan 130 mL/min/1,73 m2
untuk perempuan dan laki-laki.22 Nilai GFR dapat dilakukan dengan pengukuran
Measured GFR adalah pemeriksaan yang kompleks dan rumit apabila digunakan
dalam pelayanan rutin. Measured GFR digunakan apabila klinisi membutuhkan hasil
yang lebih akurat sebelum memberikan terapi terutama untuk obat-obatan yang toksik
pengukuran GFR ini dilakukan dengan cara mengukur kliren dari suatu marker.
Marker yang digunakan bisa endogen atau eksogen. Contoh marker endogen
jumlah marker yang didapatkan dari diet dan sel dikurangi proses eliminasi
ekstrarenal.
metabolisme kreatin pada sel otot dan dari makanan yang dikonsumsi. Kreatinin
ginjal, hanya saja 10-40% disekresikan oleh tubulus ginjal.24 Penurunan GFR akan
meningkat dengan asumsi produksi kreatinin dan sekresi kreatinin stabil atau konstan.
Dengan demikian didapatkan bahwa kadar kreatinin dalam darah berbanding terbalik
dengan GFR. Gambar dibawah ini menunjukkan hubungan antara kadar serum
ini hanya bisa digunakan pada pasien yang mempunyai fungsi ginjal normal atau
meningkatkan kadar kreatinin darah. Beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi
penurunan pada fungsi ginjal (GFR). Misalnya pada pasien yang baru mengalami
penyakit ginjal akan mengalami penurunan GFR menjadi 60-80 mL/min (pengukuran
tubular ginjal). Apabila kadar kreatinin melebihi 1,5-2 mg/dL, sekresi kreatinin oleh
tubular mencapai puncaknya, sehingga jika pengukuran GFR stabil mempunyai arti
Beberapa kondisi lain yang mempengaruhi kadar kreatinin darah adalah pertama,
sekresi kreatinin yang meningkat. Dapat terjadi pada pasien dengan sindrom nefrotik
dan anemia bulan sabit.25 Kedua, ekresi kreatinin oleh organ nonrenal meningkat
pada kondisi gagal ginjal tahap lanjut (dengan GFR <15mL/min per 1,73 m2),
sehingga hasil serum kreatinin darah lebih rendah dibandingkan dengan GFR yang
juga menghasilkan variasi dari pengukuran kadar kreatinin.27 Semenjak tahun 2003
kurang akurat (mengakibatkan rendah atau tingginya kadar kreatinin urin) dan
Inulin adalah salah satu contoh marker eksogen. Marker eksogen biasanya lebih
ideal untuk digunakan karena difiltrasi secara bebas pada glomerulus, tidak toksik,
tidak ada reasorbsi dan sekresi dari tubulus ginjal, dan zat yang digunakan stabil
selama proses eksresi. Jika semua kriteria diatas memenuhi sehingga akan didapatkan
klirens suatu marker akan sama dengan banyaknya marker yang dimasukkan kedalam
Cx = Ax : Px
Cx = (Ux X V) : Px
GFR X Px = (Ux X V)
Standar baku emas marker yang digunakan dalam mengukur filtrasi ginjal adalah
inulin. Jumlah inulin yang disaring di glomerulus sama dengan jumlah inulin yang
diekskresikan di urin.23 Kekurangan dari pemeriksaan inulin ini adalah mahal dan
rumit karena memerlukan injeksi intravena, pengambilan sampel darah secara berkala
dan pemasangan kateter. Di Amerika Serikat, sekarang inulin sulit untuk didapatkan.
Alternatif marker lain yang dapat digunakan untuk pemeriksaan kliren adalah zat
bisa melalui subkutan atau intravena. Pengukurannya juga bisa dilakukan dengan
menggunakan kliren urin atau kliren plasma. Adapun kelebihan dan kekurangan dari
berbagai metode pada pemeriksaan measured GFR disimpulkan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Kelebihan dan Kekurangan Berbagai Metode Pemeriksaan measured GFR
22
dengan bertambahnya usia dan meningkat pada orang dengan berat badan yang lebih
besar. Hanya saja pada era sekarang besarnya berat badan tidak selalu menunjukkan
masa otot yang lebih besar, karena dewasa ini besarnya berat badan disebabkan oleh
obesitas penimbunan lemak dan bukan massa otot. Adapun formulanya adalah
sebagai berikut:
untuk usia muda sekitar 10-40 % dan underestimasi pasien dengan usia lebih dari 70
Berbeda halnya dengan formula Cockroft-Gault, pada saat formula ini dihasilkan
GFR (mL/min per 1.73 m2) = 175 x SCr (exp[-1.154]) x Age (exp[-0.203]) x (0.742 jika
perempuan) x (1.21 jika kulit hitam)
Formula MDRD dapat digunakan pada pasien rawat jalan yang telah didiagnosis
CKD. Hanya saja formula ini kurang akurat pada pasien dengan obesitas dan etnik
selain Amerika.29
Formula MDRD dan Cockroft-Gault kurang akurat untuk populasi normal atau
hasil GFR yang lebih akurat untuk individu normal. Hasil perbandingan dengan
rumus MDRD, didapatkan bahwa CKD-EPI lebih superior untuk hasil GFR pada
eGFR = 141 x min(SCr/κ, 1)α x max(SCr /κ, 1)-1.209 x 0.993 Age x 1.018 [if female]
x 1.159 [if Black]
Keterangan: eGFR (estimated glomerular filtration rate) = mL/min/1.73 m2
SCr (standardized serum creatinine) = mg/dL
κ = 0.7 (females) or 0.9 (males)
α = -0.329 (females) or -0.411 (males)
min = indicates the minimum of SCr/κ or 1
max = indicates the maximum of SCr/κ or 1
age = years
kadar serum kreatinin. Adapun pada populasi tertentu, seperti pasien diabetes dengan
hasil GFR yang tinggi, etnik (Asia), ibu hamil, dan obesitas produksi kreatinin sangat
bervariasi. Penghitungan GFR menggunakan Cistatin C atau GFR kreatinin-cistatin,
kliren kreatinin atau pengukuran kliren dari marker eksogen lebih disarankan untuk
Tabel 2.3 Penggunaan measured GFR digunakan untuk konfirmasi hasil GFR
Penggunaan BUN sebagai indikator fungsi ginjal tidak dianjurkan karena berbagai
hal, seperti kecepatan produksi urea yang tidak stabil di dalam tubuh (dipengaruhi
oleh diet tinggi protein, trauma, dan terapi glukokortikoid) dan pada tubulus
Pasien gagal ginjal kronik dengan kadar kreatinin lebih dari 2,5 mg/dL disarankan
CrCl + CUrea
Estimated GFR = ————————
2
Keterangan: CrCl = kliren kreatinin
Curea = kliren ureum
fungsi ginjal kurang disarankan karena proses metabolisme di tubulus ginjal. Kadar
cistatin-C tidak dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin dan massa otot, akan tetapi
hipotiroidisme.36
tes konfirmasi untuk menentukan fungsi ginjal sangat diperlukan, seperti pada orang
tua, anak-anak, pasien sirosis, gagal jantung dan lain-lain. Tes konfirmasi bisa
dan radioisotop.
2.3.5 Imaging
radioisotop eksogen di ginjal dan kandung kemih. Radioisotop yang biasa digunakan
99m
adalah Tc-DTPA. Zat kontras yang digunakan bersifat toksik terhadap ginjal,
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen atau pemantauan
a. Tidak ada obat yang bisa diberikan untuk mencegah proses penurunan GFR
akan berbahaya terhadap sel nefron yang masih normal. Berbeda halnya
BAB III
RINGKASAN
Pemahaman proses penuaan ginjal relevan dan penting untuk mengelola pasien
kortikal ginjal, dan terbentuknya kista ginjal. Di sisi lain volume glomerulus dan GFR
Penurunan GFR pada penuaan mengikuti distribusi yang normal (Gaussian), yang
usia, batas atas referensi GFR menurun, sejalan dengan menurunnya batas bawah
referensi GFR. Hal ini konsisten dengan penurunan fungsi ginjal yang hampir
menyeluruh.
Pedoman yang dihasilkan pada "The Kidney Disease Improving Global Outcomes
GFR dan albuminuria. Ketidakpastian mengenai diagnosis CKD pada pasien lanjut
hingga 59 mL / menit / 1,73 m2, kemudian di saat bukti CKD lain seperti albuminuria
tidak ditemukan, atau ketika massa otot lebih tinggi dari rata-rata untuk usia pasien.
Ketika timbul ketidakpastian ini, klirens kreatinin urin atau pengukuran GFR
langsung dapat digunakan untuk menilai fungsi ginjal pasien lanjut usia.
Pada akhirnya, penurunan GFR terkait usia yang bersifat fisiologis memiliki sedikit
atau bahkan tidak berpengaruh pada harapan hidup atau kebutuhan dialisis nantinya.
30
Summary
Senescent changes in the kidney are relevant and important to managing older
Rates of GFR decline with aging follow a fairly normal (Gaussian) distribution,
suggesting that it is primarily driven by a physiological process. Not only does the
lower reference limit for GFR decrease with age, but the upper reference limit also
function.
define and stage CKD by levels of GFR and albuminuria. Uncertainty regarding the
diagnosis of CKD in older adults may exist, particularly when the patient's
albuminuria is lacking, or when the muscle mass is higher than average for the
patient's age. When such uncertainty exists regarding the diagnosis of CKD based
Overall, the typical age-related declines in GFR have little, if any, effect on life
expectancy or the future need for dialysis, and this point is important in discussions
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of medical physiology. 11th ed. Philadelphia:
Elsevier Saunders. xxxv, 1116 p. p.
2. 2002. K/DOQI clinical practice guidelines for chronic kidney disease: evaluation,
classification, and stratification. Am J Kidney Dis 39(2 Suppl 1):S1-266.
3. Moynihan R, Glassock R, Doust J. 2013. Chronic kidney disease controversy: how
expanding definitions are unnecessarily labelling many people as diseased. Bmj 29(347).
4. Delanaye P, Glassock RJ, Pottel H, Rule AD. 2016. An Age-Calibrated Definition of
Chronic Kidney Disease: Rationale and Benefits. Clin Biochem Rev 37(1):17-26.
5. Singh S, Bajorek B. 2014. Defining 'elderly' in clinical practice guidelines for
pharmacotherapy. Pharmacy practice 12(4):489-. Epub 2014/03/15.
6. Weinert BT, Timiras PS. 2003. Invited Review: Theories of aging. Journal of
Applied Physiology 95(4):1706-16.
7. Kasper DL. Harrison's principles of internal medicine. 19th edition / editors, Dennis
L. Kasper, MD, William Ellery Channing, Professor of Medicine, Professor of Microbiology,
Department of Microbiology and Immunobiology, Harvard Medical School, Division of
Infectious Diseases, Brigham and Women's Hospital, Boston, Massachusetts and five others .
ed. 1 volume (various pagings) p.
8. Lubran MM. 1995. Renal function in the elderly. Annals of clinical and laboratory
science 25(2):122-33.
9. Rule AD, Amer H, Cornell LD, Taler SJ, Cosio FG, Kremers WK, et al. 2010. The
association between age and nephrosclerosis on renal biopsy among healthy adults. Annals of
internal medicine 152(9):561-7.
10. Wiggins JE, Goyal M, Sanden SK, Wharram BL, Shedden KA, Misek DE, et al.
2005. Podocyte hypertrophy, "adaptation," and "decompensation" associated with glomerular
enlargement and glomerulosclerosis in the aging rat: prevention by calorie restriction. J Am
Soc Nephrol 16(10):2953-66.
11. Martin JE, Sheaff MT. 2007. Renal ageing. J Pathol 211(2):198-205.
12. Kubo M, Kiyohara Y, Kato I, Tanizaki Y, Katafuchi R, Hirakata H, et al. 2003. Risk
factors for renal glomerular and vascular changes in an autopsy-based population survey: the
Hisayama study. Kidney Int 63(4):1508-15.
13. Denic A, Lieske JC, Chakkera HA, Poggio ED, Alexander MP, Singh P, et al. 2017.
The Substantial Loss of Nephrons in Healthy Human Kidneys with Aging. J Am Soc Nephrol
28(1):313-20.
14. Hodgin JB, Bitzer M, Wickman L, Afshinnia F, Wang SQ, O'Connor C, et al. 2015.
Glomerular Aging and Focal Global Glomerulosclerosis: A Podometric Perspective. J Am
Soc Nephrol 26(12):3162-78.
15. Lorenz EC, Lieske JC, Vrtiska TJ, Krambeck AE, Li X, Bergstralh EJ, et al. 2011.
Clinical characteristics of potential kidney donors with asymptomatic kidney stones. Nephrol
Dial Transplant 26(8):2695-700.
16. Rule AD, Sasiwimonphan K, Lieske JC, Keddis MT, Torres VE, Vrtiska TJ. 2012.
Characteristics of renal cystic and solid lesions based on contrast-enhanced computed
tomography of potential kidney donors. Am J Kidney Dis 59(5):611-8.
17. Pottel H, Delanaye P, Weekers L, Selistre L, Goffin K, Gheysens O, et al. 2017. Age-
dependent reference intervals for estimated and measured glomerular filtration rate. Clin
Kidney J 10(4):545-51.
18. Hollenberg NK, Fisher ND, McCullough ML. 2009. Flavanols, the Kuna, cocoa
consumption, and nitric oxide. J Am Soc Hypertens 3(2):105-12.
19. Hollenberg NK, Rivera A, Meinking T, Martinez G, McCullough M, Passan D, et al.
1999. Age, renal perfusion and function in island-dwelling indigenous Kuna Amerinds of
Panama. Nephron 82(2):131-8.
20. Rule AD, Cornell LD, Poggio ED. 2011. Senile nephrosclerosis--does it explain the
decline in glomerular filtration rate with aging? Nephron Physiol 119(1):6-11.
21. Denic A, Mathew J, Lerman LO, Lieske JC, Larson JJ, Alexander MP, et al. 2017.
Single-Nephron Glomerular Filtration Rate in Healthy Adults. The New England journal of
medicine 376(24):2349-57.
22. Stevens LA, Coresh J, Greene T, Levey AS. 2006. Assessing kidney function--
measured and estimated glomerular filtration rate. The New England journal of medicine
354(23):2473-83.
23. Stevens LA, Levey AS. 2009. Measured GFR as a confirmatory test for estimated
GFR. J Am Soc Nephrol 20(11):2305-13.
24. Shemesh O, Golbetz H, Kriss JP, Myers BD. 1985. Limitations of creatinine as a
filtration marker in glomerulopathic patients. Kidney Int 28(5):830-8.
25. Branten AJ, Vervoort G, Wetzels JF. 2005. Serum creatinine is a poor marker of
GFR in nephrotic syndrome. Nephrol Dial Transplant 20(4):707-11.
26. Dunn SR, Gabuzda GM, Superdock KR, Kolecki RS, Schaedler RW, Simenhoff ML.
1997. Induction of creatininase activity in chronic renal failure: timing of creatinine
degradation and effect of antibiotics. Am J Kidney Dis 29(1):72-7.
27. Killeen AA, Ashwood ER, Ventura CB, Styer P. 2013. Recent trends in performance
and current state of creatinine assays. Arch Pathol Lab Med 137(4):496-502.
28. Levey AS, Bosch JP, Lewis JB, Greene T, Rogers N, Roth D. 1999. A more accurate
method to estimate glomerular filtration rate from serum creatinine: a new prediction
equation. Modification of Diet in Renal Disease Study Group. Annals of internal medicine
130(6):461-70.
29. Gera M, Slezak JM, Rule AD, Larson TS, Stegall MD, Cosio FG. 2007. Assessment
of changes in kidney allograft function using creatinine-based estimates of glomerular
filtration rate. Am J Transplant 7(4):880-7.
30. Earley A, Miskulin D, Lamb EJ, Levey AS, Uhlig K. 2012. Estimating equations for
glomerular filtration rate in the era of creatinine standardization: a systematic review. Annals
of internal medicine 156(11):785-95.
31. Stevens LA, Schmid CH, Greene T, Zhang YL, Beck GJ, Froissart M, et al. 2010.
Comparative performance of the CKD Epidemiology Collaboration (CKD-EPI) and the
Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) Study equations for estimating GFR levels
above 60 mL/min/1.73 m2. Am J Kidney Dis 56(3):486-95.
34