RETINOPATI HIPERTENSI
Oleh:
NIM. 1930912320092
Pembimbing :
BANJARMASIN
Agustus, 2021
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................. 1
B. Retinopati Hipertensi......................................................... 8
1. Definisi.......................................................................... 8
2. Epidemiologi................................................................. 8
3. Etiologi.......................................................................... 9
4. Klasifikasi..................................................................... 10
5. Patofisiologi.................................................................. 13
6. Manifestasi Klinis......................................................... 17
7. Diagnosis....................................................................... 17
8. Komplikasi.................................................................... 23
9. Prognosis....................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 25
ii
DAFTAR TABEL
Gambar Halaman
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi dikenal juga sebagai tekanan darah yang meningkat atau tinggi,
adalah kondisi dimana pembuluh darah mempunyai tekanan yang selalu tinggi.
Tekanan darah dibentuk oleh tekanan darah yang menekan dinding pembuluh
darah (arteri). Diagnosis hipertensi atau tekanan darah tinggi ditegakkan bila
tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg.1
hipertensi di Indonesia adalah 34,1%. Persentase ini meningkat dari tahun 2013
hipertensi dapat menimbulkan komplikasi di jantung, ginjal, otak dan mata. Mata
merupakah organ yang cukup sering menjadi target organ komplikasi dari
penyakit hipertensi. Gangguan okular akibat hipertensi paling sering terjadi pada
retina, koroid dan saraf optik. Jika dari hipertensi tersebut menimbulkan
komplikasi pada retina maka terjadi retinopati hipertensi. Hal ini diakibatkan
hipertensi sistemik.2,3
Retina adalah lapisan yang terletak di belakang bola mata. Lapisan ini
mengubah cahaya menjadi sinyal saraf yang kemudian dikirim ke otak untuk
interpretasi. Ketika tekanan darah terlalu tinggi, dinding pembuluh darah retina
dapat menebal. Hal ini dapat menyebabkan pembuluh darah menjadi menyempit,
1
2
tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah retina,
sehingga membatasi fungsi retina, memberikan tekanan pada nervus optikus, dan
awal tidak menunjukkan gejala. Namun jika hipertensi tidak terkontrol dalam
waktu lama gejala yang dikeluhkan pasien dapat fatal. Hipertensi maligna akut
dapat menyebabkan nyeri pada mata, sakit kepala dan tajam penglihatan yang
menurun.1
dokter spesialis mata untuk pemeriksaan pasien. Umumnya dokter spesialis mata
prevalensi retinopati hipertensi tidak diketahui. Peran aktif dokter sebagai lini
blindness.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga
jaringan ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar (sclera) yang membentuk
bagian putih mata. Di anterior (ke arah depan), lapisan luar terdiri atas kornea
tengah dibawah sklera adalah koroid yang sangat berpigmen dan mengandung
dibawah koroid adalah retina, yang terdiri atas lapisan yang sangat berpigmen di
Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas
dan koroid. Bagian anterior berakhir pada ora serata, di bagian retina yang
penglihatan yang paling peka terhadap cahaya yaitu bintik kuning (fovea). Di
tengah makula lutea terdapat bercak mengkilap yang merupakan reflek fovea.
Kira-kira 3 mm ke arah nasal kutub belakang bola mata terdapat daerah bulat
3
4
mengubah energi cahaya menjadi impuls saraf. Struktur mata manusia berfungsi
retina. Hal ini akan merangsang impuls–impuls saraf ini dan menjalarkannya
ke otak.5
tersusun dalam 10 lapisan dan mengandung sel batang dan sel kerucut , yang
ganglion, sel horizontal, dan sel amakrin. Karena lapisan saraf pada retina
disatukan bersama-sama oleh sel-sel glia yang disebut sel muller. Tonjolan-
Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri
atas 10 lapisan (Gambar 2.1) . Di retina juga dijumpai daerah yang sama sekali
tidak mengandung sel batang ataupun sel kerucut. Bagian ini disebut bintik buta.
Bila cahaya jatuh di daerah ini, kita tidak bisa melihat apa - apa.5
5
badan kaca.
3. Lapisan sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron
kedua.
5. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel
9. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang
Retina mempunyai tebal 0,1 mm pada ora serrata dan 2,3 mm pada kutub
posterior. Di ruang orbita terdapat 3 lubang yang dilalui oleh pembuluh darah,
saraf simpatik.
3. Fissura orbitalis inferior yang dilalui nervus, vena dan arteri infraorbitalis.
Retina menerima darah dari dua sumber yaitu arteri retina sentralis yang
luar membrane Bruch. Arteri retina sentralis memperdarahi dua per-tiga sebelah
dalam dari lapisan retina (membrane limitans interna sampai lapisan inti dalam),
susunan arteriol Vena retina sentralis meninggalkan mata melalui nervus optikus
impuls listrik saraf yang dikirim ke otak. Sebelum cahaya masuk, cahaya harus
menerobos ke dalam kornea mata, cairan mata, selaput pelangi, lensa, dan
7
pembuluh darah kecil yang ada di dalam mata. Tepat sebelum cahaya sampai pada
retina, harus menerobos beberapa lapisan sel saraf yang berada di paling atas
retina (Gambar 2.2). Sel ini membentuk mata rantai yang pertama antara retina
dan otak. Cahaya yang tidak diserap oleh fotoreseptor di dalam retina akan
memantul di sekitar mata. Ketika energi cahaya merangsang sebuah sel batang
dan sel kerucut, energi tersebut diubah menjadi energi listrik. Rangsangan itu
dikirim dari sel-sel reseptor melalui suatu rangkaian perantara yaitu sel-sel
bipolar dan akhirnya akson sel saraf optik. Gambar yang diterima oleh retina
dalam posisi terbalik. Kemudian sel saraf mata mengantarkan ke otak dan otak
dari melanin yang berfungsi menyerap cahaya. Tanpa adanya koroid ini, cahaya
tidak akan terserap oleh fotoreseptors di dalam retina dan cahaya akan memantul
di dalam/sekitar mata sehingga warna atau gambaran dari objek luar (dunia)
B. Retinopati Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi atau darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah
sistolik ≥140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Retinopati
hipertensi adalah kelainan retina dan pembuluh darah retina akibat tekanan darah
sistemik yang tinggi pada populasi yang menderita hipertensi. Kelainan pembuluh
darah yang terjadi dapat berupa penyempitan umum atau setempat, percabangan
pembuluh darah yang tajam, fenomena crossing atau sklerosis pembuluh darah.5,7,8
2. Epidemiologi
menjadi salah satu penyebab utama dari gangguan penglihatan yang dialami
berdasarkan penelitian oleh Kabedi et al ialah sebanyak 83.6% dari total pasien
hipertensi.9,10
Kejadian retinopati hipertensi pada orang dewasa biasanya timbul pada usia
40 tahun atau lebih. Retinopati hipertensi juga memiliki prevalensi yang lebih
tinggi pada usia 75 tahun ke atas dibanding dengan usia yang lebih muda, dan
paling banyak diderita oleh ras Afrika Amerika. Prevalensi pada laki-laki lebih
Penelitian di Afrika pada tahun 2012, sekitar 78% pasien hipertensi menderita
dan 2,2% dengan retinopati grade 3 dan 4. Retinopati grade 3 dan 4 digunakan
sebagai bukti kerusakan target organ. Hasil penelitian lain yang dilakukan di RS
87,5%.11
3. Etiologi
4. Klasifikasi
Salah satu klasifikasi yang juga umum digunakan untuk retinopati hipertensi
temuan funduskopi.7
penglihatan
Stadium IV Stadium III + neuroretinal edema dan/atau papiledema
+ star figure exudate + keluhan penglihatan menurun
dengan tekanan diastol kira-kira 150 mmHg
tanda dari hipertensi emergensi, kondisi akut mengancam jiwa yang terjadi
hard exudates.
optikus.
13
RSCM:7
5. Patofisiologi
baik akut maupun kronik yang bisa terjadi karena hipertensi esensial ataupun
mikrovaskular salah satunya pada organ mata. Kondisi ini seringkali terjadi pada
pasien dengan hipertensi berat dengan tekanan darah sistolik dan diastolik yang
difus tetapi bisa juga ditemukan pada sebagian pembuluh darah (segmental).7,14
endotel yang berlangsung lama dan berlanjut menjadi sklerotik vaskuler. Pada
hipertensi stadium awal sebagian besar pembuluh darah pada fundus dalam
karena pada tunika media terjadi hipertrofi jaringan otot. Tunika intima
(onion skin). Proses yang terjadi tersebut menyebabkan lumen pembuluh darah
menjadi kecil. Kondisi ini semakin lama dapat bermanifestasi sebagai penurunan
visus pada pasien dan pada kasus yang jarang dapat menimbulkan kebutaan.6,15
permukaan dinding arteriol yang konveks terlihat seperti garis tipis yang
mengkilat di tengah kolom darah (refleks cahaya normal). Pada pembuluh darah
15
yang menebal, pantulan refleks cahaya normal hilang dan cahaya terlihat lebih
luas dan buram. Hal ini dianggap sebagai tanda awal terjadinya arteriosklerosis.
Kondisi ini akan terlihat sebagai gambaran pembuluh darah seperti tembaga
(copper wire) akibat penebalan dinding dan lumen yang menyempit sehingga
terjadi perubahan pada refleks cahaya arteriol. Dinding arteri yang semakin
menebal menyebabkan lumen hampir tidak terlihat sehingga saat terkena sinar
hanya berbentuk garis putih saja, yang dikenal sebagai silver wire reflex. Kondisi
hipertensi. Dinding arteri yang kaku akan menekan dinding vena yang lebih tipis.
Pada keadaan tertentu vena berada di atas arteri, sehingga akan terlihat elevasi
vena di atas arteri. Tahap selanjutnya akan terjadi stenosis vena di bagian distal
dan berperan dalam terjadinya perdarahan, eksudasi dan edema retina fokal pada
retinopati hipertensi stadium lanjut dengan hipertensi yang berlangsung lama dan
degenerasi serabut saraf yang secara histologi tampak seperti suatu kelompok
cystoid bodies. Kelainan ini dikenal sebagai soft exudates yang pada pemeriksaan
funduskopi terlihat sebagai area putih keabuan seperti kapas berbatas tidak tegas
sehingga disebut juga sebagai cotton wool spot. Cotton wool spot disebabkan oleh
iskemik pada lapisan serabut saraf oleh karena nekrosis fibrin dan penyempitan
edema nervus, dan terutama opasifikasi yang halus. Eksudat terjadi belakangan,
terjadi pada lapisan serabut saraf retina dengan distribusi yang mengikuti alur
Papil edema merupakan kondisi terakhir yang mungkin terjadi pada pasien
retinopati hipertensi. Hal ini disebabkan oleh danya iskemik di daerah papil yang
6. Manifestasi Klinis
sehingga gejala awal penyakit sering tidak dirasakan. Penelitian itu menunjukkan
akan mengeluhkan sakit kepala dan nyeri pada mata. Perubahan vaskuler di retina
dan saraf optik tidak memberi gejala klinis berupa penurunan tajam penglihatan,
perfusi makula. Penurunan penglihatan atau penglihatan kabur hanya terjadi pada
stadium III atau stadium IV oleh karena perubahan vaskularisasi akibat hipertensi
seperti perdarahan, eksudasi dan telah mengenai makula serta adanya edema pada
papil. Pada retinopati hipertensi yang sudah berat, dapat menyebabkan kaburnya
7. Diagnosis
cenderung asimtomatik pada stadium awal. Kondisi ini seringkali diketahui secara
kebetulan pada pemeriksaan funduskopi atau rujukan dari sejawat dokter bidang
kardiovaskular.5
sehingga tidak disadari. Pemeriksaan tekanan darah didapatkan tekanan diastol >
90 mmHg dan tekanan sistol > 140 mmHg, sudah mulai terjadi perubahan pada
untuk mengetahui gambaran pupil, pembuluh darah, retina, macula, dan fovea.
darah yang berwarna lebih pucat, diameter pembuluh darah yang menjadi lebih
kecil dan irregular karena spasme lokal serta percabangan arteriola yang tajam.
Pada stadium lanjut dapat ditemukan adanya gambaran sklerosis seperti copper
wire reflex, silver wire reflex, lumen pembuluh darah yang irregular dan
eksudat retina yang terdapat pada daerah makula dapat memberikan gambaran
a. Cotton wool patches yang merupakan edema serat saraf retina akibat
hipertensi yang berat dapat terlihat perdarahan retina pada lapisan dekat
diapedesis biasanya kecil dan berbentuk lidah api (flame shaped). (Gambar
2.2)7
20
8. Penatalaksanaan
jika timbul komplikasi yang lebih berat. Mengatasi penyebab primer hipertensi
antara lain pada pasien berusia 60 tahun ke atas, target tekanan darah sistolik
adalah <150 mmHg, dan target tekanan darah pada pasien dewasa dengan diabetes
atau penyakit ginjal kronis menjadi <140 mmHg. Jika telah terjadi perubahan
pada fundus akibat arteriosklerosis, maka kelainan klinis yang terjadi tidak dapat
segera dirujuk kepada spesialis penyakit dalam yang penting untuk mengeksklusi
faktor penyebab retinopati lain seperti diabetes mellitus dan untuk memeriksa
darah dan pemeriksaan berkala merupakan hal yang wajib dilakukan. Retinopati
laksana dari penyebab utama bisa menghentikan progres perubahan retina, tapi
adalah mencegah kerusakan akhir organ. Tekanan darah harus diturunkan dengan
perlahan, hati-hati, dan terkontrol untuk mencegah kerusakan akhir organ. Jika
terlalu kencang, bisa menyebabkan iskemia saraf optik, otak, dan organ vital lain.
dapat mengurangi penebalan dinding arteri akibat hipertrofi. Berikut adalah jenis-
memiliki tingkat mortalitas yang tinggi. Sistem tubuh lain seperti ginjal,
vascular. Jika sudah terjadi eksudasi pada makula dan sudah terjadi komplikasi
salah satu terapi dalam penanganan komplikasi tersebut. Terapi laser retina
terbukti memperbaiki oksigenasi retina bagian dalam. Oksigen akan lebih mudah
23
dan venula. Hal ini diharapkan akan menurunkan aliran cairan dari kompartemen
9. Komplikasi
(Branch Retinal Vein Occlusion/BRAO), dan oklusi vena retina cabang (Branch
Retinal Vein Occlusion/BRVO). Penyebab dari oklusi arteri retina paling umum
akibat adanya emboli. Emboli bisa berasal dari jantung atau arteri karotis yang
secara jelas mengarah langsung ke mata. Gambaran klinis dari oklusi arteri retina
dapat berupa oklusi arteri retina sentral, dan oklusi arteri retina cabang.7
10. Prognosis
kasus komplikasi tidak dapat dihindari walaupun dengan kontrol tekanan darah
yang baik. Pada hipertensi maligna yang tidak diobati, mortalitasnya lebih tinggi
yaitu 50% dalam 2 bulan setelah diagnosis dan 90% dalam kurun waktu 1 tahun.
optik sekunder akibat papil edem yang memanjang maupun perubahan pigmen
retina setelah pelepasan eksudat retina. Keith Wagener Barker menentukan 5 year
PENUTUP
merupakan tekanan diastolik > 90 mmHg dan tekanan sistolik > 140
terhadap tekanan darah sistemik dan pemeriksaan berkala. Pada kasus yang
pada retina.
vena atau arteri lokal sehingga prognosis penyakit ini sangat bergantung
25
DAFTAR PUSTAKA
4. McCannel CA. 2018-2019 BCSC (Basic and clinical science course), section
12: retina and vitreous . American Academy of Ophthalmology. 2018.
5. Budiono S, Saleh TT, Moestidjab, Eddyanto. Buku ajar ilmu kesehatan mata.
Airlangga University Press: Surabaya; 2013: 252-4
11. Yastina SD, Afriant R, Yenita. Gambaran kejadian retinopati hipertensi pada
penderita hipertensi yang dirawat di bagian penyakit dalam RSUP dr. m
26
djamil pada buan januari-desember 2013. Jurnal Kesehatan Andalas.
2017;6(3):603-7.
12. Jogi R. Basic opthtalmology 4th edition. Jaypee brothers medical publishers.
New Delhi; 2009: 311-5
14. Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan & Asbury oftalmologi umum edisi 17.
EGC: Jakarta; 2009: 316
16. Lee HM, Lee WH, Kim KN, Joo JY, Kim JY. Changes in thickness of central
macula and retinal nerve fibre layer in severe hypertensive retinopathy: a 1-
year longitudinal study. Acta Ophtalmologica. 2018; 96: 386
18. Dai G, He W, Xu L, Pazo EE, Lin T, Liu et al. Exploring the effect of
hypertension on retinal microvasculature using deep learning on east Asian
population. Plos One. 2020;15(3):1-13.
19. Akram MU, Akbar S, Hassan T, Khawaja SG, Yasin U, Imran B. Data on
fundus image for vessels segmentation, detection of hypertensive retinopathy,
diabetic retinopathy and papilledema. Data in brief. 2020;29(1):3.
27