RETINOPATI DIABETIK
Disusun Oleh:
Indi Kurniati 16100701000093
Carolus MT Gurning 16100701000082
Preseptor:
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa karena kehendak-Nya
penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “Retinopati Diabetik”. Referat
ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam Kepaniteraan Klinik Mata. Mengingat
pengetahuan dan pengalaman penulis serta waktu yang tersedia untuk menyusun
referat ini sangat terbatas, penulis sadar masih banyak kekurangan baik dari segi
isi, susunan bahasa, maupun sistematika penulisannya. Untuk itu kritik dan saran
pembaca yang membangun sangat penulis harapkan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr.
Hondrizal, Sp.M selaku preseptor Kepaniteraan Klinik Mata di Rumah Sakit
Umum Daerah M. Natsir Solok, yang telah memberikan masukan yang berguna
dalam penyusunan referat ini.
Akhir kata penulis berharap kiranya referat ini dapat menjadi masukan
yang berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan profesi lain
terkait dengan masalah kesehatan pada umumnya, khususnya tentang kelainan
refraksi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................
i
Daftar Isi...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
2.1.1 Mata.....................................................................................................2
2.1.2 Retina..................................................................................................2
.....................................................................................................
.....................................................................................................
2.2.1 Definisi................................................................................................4
2.2.2 Gejala..................................................................................................4
.....................................................................................................
.....................................................................................................
2.2.4 Klasifikasi...........................................................................................4
2.2.5 Etiologi................................................................................................6
2.2.6 Patofisiologi........................................................................................7
2.2.8 Diagnosis.............................................................................................8
2.2.9 Penatalaksanaan..................................................................................9
2.2.10 Komplikasi......................................................................................11
2.2.11 Prognosis.........................................................................................11
ii
3.1 Kesimpulan..........................................................................................12
3.1 Saran.....................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
2.1.1 Mata
Mata adalah organ penglihatan yang terletak dalam rongga orbita.
Anatomi mata terdiri dari beberapa bagian dari luar ke dalam. Anatomi mata
bagian luar terdiri dari supersilia, palpebra superior, silia superior, silia inferior,
angulus oculi medial, angulus oculi lateral, palpebra inferior.5
2.1.2 Retina
2
Retina adalah lembaran transparan tipis jaringan saraf yang melapisi
permukaan dawn 2/3/4 bagian posterior bola mata. Pada pemeriksaan fundus atau
oftalmoskopi, retina normal akan terlihat cerah dan berwarna jingga, karena
terdapat latar belakang pigmen melanin dari lapisan epitel pigmen retina dan
koroid. Bagian sentral retina posterior dikenal sebagai makula lutea yang
bertanggung jawab terhadap penglihatan sentral.4
Retina terdiri atas 10 lapisan, berikut adalah ke-10 lapisan retina pada
potongan lintang dari luar ke dalam:6
1. Epitel pigmen retina (RPE, retinal pigment epithelium) dan lamina basal.
2. Segmen dalam (IS, inner segment) dan segmen luar (OS, outer segmen)
3. Membran limitans ekstem (ELM, internal limiting membrane
4. Lapisan inti luar sel fotoreseptor (ONL, outer nuclear/layer)
5. Lapisan pleksiform luar (OPL, outer pletiform layer)
6. Lapisan inti dalam (INL, inner nuclear layer)
7. Lapisan pleksiform dalam (IPL, inner plexiform layer)
8. Lapisan sel ganglion (GCL. ganglion cell layer)
9. Lapisan serabut saraf (NFL, ganglion cell layer)
10. Membran limitan interna (FILM, inner limiting membrane)
3
2.2 Retinopati Diabetik
2.2.1 Definisi
2.2.2 Epidemiologi
4
Retinopati Diabetik Non-Proliferatif
1. Retinopati nonproliferatif minimal : terdapat ≥ 1 tanda
berupa dilatasi vena, mikroaneurisma, perdarahan intraretina
yang kecil atau eksudat keras.
2. Retinopati nonproliferatif ringan sampai sedang : terdapat ≥
1 tanda berupa dilatasi vena derajat ringan, perdarahan,
eksudat keras, eksudat lunak atau IRMA.
3. Retinopati nonproliferatif berat : terdapat ≥ 1 tanda berupa
perdarahan dan mikroaneurisma pada 4 kuadran retina,
dilatasi vena pada 2 kuadran, atau IRMA pada 1 kuadran.
4. Retinopati nonproliferatif sangat berat : ditemukan ≥ 2 tanda
pada retinopati non proliferative berat.
5
Gambar 2.4 Funduskopi pada PDR. Tanda panah menunjukkan adanya
preretinal neovascularisation.9
2.2.5 Etiologi
2.2.6 Patofisiologi
Patofisiologi retinopati diabetik melibatkan lima proses dasar yang terjadi
di tingkat kapiler yaitu (1) pembentukkan mikroaneurisma, (2) peningkatan
permeabilitas pembuluh darah, (3) penyumbatan pembuluh darah, (4) proliferasi
pembuluh darah baru (neovascular) dan jaringan fibrosa di retina, (5) kontraksi
dari jaringan fibrous kapiler dan jaringan vitreus. Penyumbatan dan hilangnya
perfusi menyebabkan iskemia retina sedangkan kebocoran dapat terjadi pada
semua komponen darah.10
Retinopati diabetik merupakan mikroangiopati okuler akibat gangguan
metabolik yang mempengaruhi tiga proses biokimiawi yang berkaitan dengan
hiperglikemia yaitu jalur poliol, glikasi non-enzimatik dan protein kinase C.10
6
Kesulitan membaca
Penglihatan kabur disebabkan karena edema macula
Penglihatan ganda
Penglihatan tiba-tiba menurun pada satu mata
Melihat lingkaran-lingkaran cahaya jika telah terjadi perdarahan vitreus
Melihat bintik gelap & cahaya kelap-kelip
- Gejala objektif pada retina yang dapat dilihat yaitu :
Mikroaneurisma, merupakan penonjolan dinding kapiler terutama daerah
vena dengan bentuk berupa bintik merah kecil yang terletak dekat
pembuluh darah terutama polus posterior. Perdarahan dapat dalam bentuk
titik, garis, dan bercak yang biasanya terletak dekat mikroaneurisma
dipolus posterior.
NPDR PDR
Mikroaneurisma (+) Mikroaneurisma (+)
Perdarahan intraretina (+) Perdarahan intraretina (+)
Hard eksudat (+) Hard eksudat (+)
Oedem retina(+) Oedem retina (+)
Cotton Wool Spots (+) Cotton Wool Spots (+)
IRMA (+) IRMA(+)
Neovaskularisasi (-) Neovaskularisasi (+)
Perdarahan Vitreous (-) Perdarahan Vitreous (+)
Pelepasan retina secara traksi (-) Pelepasan retina secara traksi (+)
2.2.8 Diagnosis
Retinopati diabetik dan berbagai stadiumnya didiagnosis berdasarkan
pemeriksaan stereoskopik fundus dengan dilatasi pupil. Oftalmoskopi dan foto
funduskopi merupakan gold standard bagi penyakit ini. Angiografi Fluoresensi
(FA) digunakan untuk menentukan jika pengobatan laser diindikasikan. FA
diberikan dengan cara menyuntikkan zat fluoresensi secara intravena dan
kemudian zat tersebut melalui pembuluh darah akan sampai di fundus.13
7
Gambar 2.5 Neovaskularisasi retina perifer lebih terlihat jelas dengan
angiography daripada funduskopi.13
2.2.9 Penatalaksanaan
1. Pemeriksaan rutin ke spesialis mata
Prinsip utama penatalaksanaan dari retinopati diabetik adalah penceg
ahan dengan pemeriksaan rutin pada ahli mata. Penderita diabetes melitus tipe I
retinopati jarang timbul hingga lima tahun setelah diagnosis. Sedangkan pada
sebagian besar penderita diabetes melitus tipe II telah menderita retinopati saat
didiagnosis diabetes pertama kali. Pasien- pasien ini harus melakukan
pemeriksaan mata saat diagnosis ditegakkan. 14
Tabel 4 : Jadwal Pemeriksaan Berdasarkan Umur atau Kehamilan.14
8
2) focal photocoagulation
3) grid photocoagulation
9
Gambar 2.8 Vitrektomi.14
2.2.10 Komplikasi4
1. Rubeosis iridis progresif
2. Glaukoma neovaskular
3. Perdarahan vitreus rekuren
4. Ablasio retina
2.2.11 Prognosis
Kontrol optimum glukosa darah (HbA1c < 7%) dapat
mempertahankan atau menunda retinopati. Detachment retinal tractional dan
edema macula dapat menyebabkan kegagalan visual yang berat atau kebutaan.
Bagaimanapun juga, retinopati diabetik dapat terjadi walaupun diberi terapi
optimum.4
10
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Retinopati diabetik adalah penyakit mikrovaskular retina akibat
hiperglikemia kronik pada penderita diabetes mellitus. 4,8 persen penduduk di
dunia menjadi buta akibat retinopati diabetik. Early Treatment Diabetik
Retinopathy Study Research Group (ETDRS) membagi retinopati diabetik atas
nonproliferatif dan proliferatif. Meskipun penyebab retinopati diabetik sampai
saat ini belum diketahui secara pasti, namun keadaan hiperglikemik lama
dianggap sebagai faktor resiko utama. Patofisiologi retinopati diabetik melibatkan
lima proses dasar yang terjadi di tingkat kapiler. Gejala klinis retinopati diabetik
proliferatif dibedakan menjadi gejala subjektif dan obyektif. Oftalmoskopi dan
foto funduskopi merupakan gold standard untuk mendiagnosis penyakit ini.
Angiografi Fluoresensi (FA) digunakan untuk menentukan jika pengobatan laser
diindikasikan. Prinsip penatalaksanaan dari retinopati diabetik adalah
Pemeriksaan rutin ke spesialis mata, Kontrol Glukosa Darah dan Hipertensi,
Fotokoagulasi, Injeksi Anti VEGF, Vitrektomi.
SARAN
11
Bagi penulis selanjutnya diharapkan dapat menambahkan sumber pustaka
lebih banyak. Hal ini bertujuan agar hasil penulisan tentang kelainan refraksi lebih
lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S, Yulianti SR. 2014. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Kelima. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI.
2. Suyono, dkk. Diabetes Melitus di Indonesia Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi keempat jilid III. Balai Penerbit FK UI, Jakarta.2006.
3. IDF. IDF Diabetes Atlas Sixth Edition, International Diabetes Federation.
IDF; 2014.
4. Sitorus RS., Sitompul R., dkk. 2017. Buku Ajar Oftalmologi. Edisi Pertama.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
5. Pabst R, Putz R. Sobotta Atlas of Human Anatomy: Head, Neck, Upper Limb.
22nd ed. Elsevier Inc; 2013. 136-139 p.
6. Basic and Clinical Science Course. Section 12. Retina and Vitreous. American
Academy of Opthalmology 2011-2012
7. Sitorus RS, Oktariana VD, Affandi ES, Harmani B, Widyawati S, Adriono
GA, Djatikusumo A, Rahayu T, Moeloek NF; The Jakarta Urban Eye Health
Study Group. Prevalence and Causes of Blindness and Visual Impairment in
Urban Indonesian Adult Population: The Urban Jakarta Eye Health Study.
Presented in The Association for Research in Vision and Opthalmology
(ARVO) Annual Meeting. Fort Lauderdale; 2010.
12
8. Yau JWY, Rogers SL, Kawasaki R, Lamoureux EL, et al; The Meta –Analysis
For Eye Disease (Meta-Eye) Study Group. Global Prevalence and Major Risk
Factors of Diabetic Retinophaty. Diabetes Care 2012;35:556-64
9. Mitchell P.Guidelines for the Management of Diabetic Retinopathy : Diabetic
Retinopathy. Australia : National Health and Medical Research Council ;
2008. p 26-31,44-47,96-104.
10. Eshaq RS, Aldalati AMZ, Alexander JS, Harris NR. Diabetic retinopathy:
Breaking the barrier. Pathophysiology. 2017;24(4):229-41
11. Antonetti DA, Klein R, Gardner TW. Mechanisms of disease diabetic
retinopathy. NEJM. 2012;13:1227-39.
12. Helmy YM, Allah HRA. Optical coherence tomography classification of
diabetic cystoid macular edema. Clin Ophthalmol. 2013;7:1731-7.
13. Diabetic macular oedema based on optical coherence tomography and
fluorescein angiography. Br J Ophthalmol. 2014;98:1612-7.
14. Royle P, Mistry H, Auguste P, Shyangdan D, Freeman K, Lois N, et al. Pan-
retinal photocoagulation and other forms of laser treatment and drugs
therapies for nonproliferative diabetic retinopathy: Systemic review and
economic evaluation. Health Technol Assess. 2015;19(51):v-xxviii, 1-24
13