Anda di halaman 1dari 18

Referat

RETINOPATI DIABETIK

Disusun Oleh:
Indi Kurniati 16100701000093
Carolus MT Gurning 16100701000082

Preseptor:

dr. Hondrizal, Sp.M

SMF / BAGIAN MATA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH M. NATSIR SOLOK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
BAITURRAHMAH
2020

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa karena kehendak-Nya
penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “Retinopati Diabetik”. Referat
ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam Kepaniteraan Klinik Mata. Mengingat
pengetahuan dan pengalaman penulis serta waktu yang tersedia untuk menyusun
referat ini sangat terbatas, penulis sadar masih banyak kekurangan baik dari segi
isi, susunan bahasa, maupun sistematika penulisannya. Untuk itu kritik dan saran
pembaca yang membangun sangat penulis harapkan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr.
Hondrizal, Sp.M selaku preseptor Kepaniteraan Klinik Mata di Rumah Sakit
Umum Daerah M. Natsir Solok, yang telah memberikan masukan yang berguna
dalam penyusunan referat ini.
Akhir kata penulis berharap kiranya referat ini dapat menjadi masukan
yang berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan profesi lain
terkait dengan masalah kesehatan pada umumnya, khususnya tentang kelainan
refraksi.

Solok, Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................
i
Daftar Isi...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1

1.1 Latar belakang........................................................................................1

1.2 Tujuan penulisan ...................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................2

2.1 Anatomi .................................................................................................2

2.1.1 Mata.....................................................................................................2

2.1.2 Retina..................................................................................................2
.....................................................................................................
.....................................................................................................

2.2 Retinopati Diabetik................................................................................4

2.2.1 Definisi................................................................................................4

2.2.2 Gejala..................................................................................................4
.....................................................................................................
.....................................................................................................

2.2.3 Faktor resiko.......................................................................................4

2.2.4 Klasifikasi...........................................................................................4

2.2.5 Etiologi................................................................................................6

2.2.6 Patofisiologi........................................................................................7

2.2.7 Gejala Klinik.......................................................................................7

2.2.8 Diagnosis.............................................................................................8

2.2.9 Penatalaksanaan..................................................................................9

2.2.10 Komplikasi......................................................................................11

2.2.11 Prognosis.........................................................................................11

BAB III PENUTUP.............................................................................................12

ii
3.1 Kesimpulan..........................................................................................12

3.1 Saran.....................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Retinopati diabetik merupakan penyebab kebutaan paling sering ditemukan


pada usia dewasa antara 20 sampai 74 tahun, dimana pasien diabetes memiliki
risiko 25 kali lebih  mudah mengalami kebuataan dibanding nondiabetes.
Diabetes yang diderita lebih dari 20 tahun pada tipe I hampir seluruhnya
menderita retinopati dan >60% tipe II menderita retinopati.1 World Health
Organization (WHO) tahun 2004 melaporkan 4,8 persen penduduk di seluruh
dunia menjadi buta akibat retinopati diabetik. Dalam urutan penyebab kebutaan
secara global, retinopati diabetik menempati urutan ke-4 setelah katarak,
glaukoma, dan degenerasi makula.2
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok  penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya. Diabetes mellitus dapat menyebabkan perubahan
pada sebagian besar jaringan okuler. Perubahan ini meliputi kelainan pada kornea,
glaukoma, palsi otot ekstraokuler, neuropati saraf optik dan retinopati.3
Retinopati diabetik adalah penyakit mikrovaskular retina akibat hiperglikemia
kronik pada penderita diabetes mellitus (DM) dan faktor risiko utama terjadinya
retinopati diabetic adalah durasi menderita diabetes, kontrol gula darah buruk /
derajat hiperglikemia, hipertensi, peningkatan lemak darah (hiperkolesterolemia),
dan rokok.4

1.2 Tujuan penulisan


Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui tentang retinopati diabetik.

BAB II

1
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi
2.1.1 Mata
Mata adalah organ penglihatan yang terletak dalam rongga orbita.
Anatomi mata terdiri dari beberapa bagian dari luar ke dalam. Anatomi mata
bagian luar terdiri dari supersilia, palpebra superior, silia superior, silia inferior,
angulus oculi medial, angulus oculi lateral, palpebra inferior.5

Gambar 2.1 Mata Bagian Luar5


Anatomi mata bagian dalam terdiri dari konjungtiva, sklera, kornea, Uvea,
pupil, lensa mata, badan kaca, retina atau selaput jala, saraf optik yang keluar dari
polus posterior bola mata membawa 2 jenis serabut saraf, yaitu: saraf penglihat
dan serabut pupilomotor.5

Gambar 2.2 Mata Bagian Dalam.5

2.1.2 Retina

2
Retina adalah lembaran transparan tipis jaringan saraf yang melapisi
permukaan dawn 2/3/4 bagian posterior bola mata. Pada pemeriksaan fundus atau
oftalmoskopi, retina normal akan terlihat cerah dan berwarna jingga, karena
terdapat latar belakang pigmen melanin dari lapisan epitel pigmen retina dan
koroid. Bagian sentral retina posterior dikenal sebagai makula lutea yang
bertanggung jawab terhadap penglihatan sentral.4
Retina terdiri atas 10 lapisan, berikut adalah ke-10 lapisan retina pada
potongan lintang dari luar ke dalam:6
1. Epitel pigmen retina (RPE, retinal pigment epithelium) dan lamina basal.
2. Segmen dalam (IS, inner segment) dan segmen luar (OS, outer segmen)
3. Membran limitans ekstem (ELM, internal limiting membrane
4. Lapisan inti luar sel fotoreseptor (ONL, outer nuclear/layer)
5. Lapisan pleksiform luar (OPL, outer pletiform layer)
6. Lapisan inti dalam (INL, inner nuclear layer)
7. Lapisan pleksiform dalam (IPL, inner plexiform layer)
8. Lapisan sel ganglion (GCL. ganglion cell layer)
9. Lapisan serabut saraf (NFL, ganglion cell layer)
10. Membran limitan interna (FILM, inner limiting membrane)

Gambar 2.3 Gambaran lapisan-lapisan retina6

3
2.2 Retinopati Diabetik

2.2.1 Definisi

Retinopati diabetik adalah penyakit mikrovaskular retina akibat


hiperglikemia kronik pada penderita diabetes mellitus. Retinopati akibat diabetes
melitus lama berupa aneurisma, melebarnya vena, pedarahan dan eksudat lemak.4

2.2.2 Epidemiologi

Resiko mengalami retinopati pada pasien diabetes meningkat sejalan


dengan lamanya diabetes. Pada waktu diagnosis diabetes tipe I ditegakkan,
retinopati diabetik hanya ditemukan pada <5% pasien. Setelah 10 tahun,
prevalensi meningkat menjadi 40-50% dan sesudah 20 tahun lebih dari 90%
pasien sudah menderita rerinopati diabetik. Pada diabetes tipe 2 ketika diagnosis
ditegakkan, sekitar 25% sudah menderita retinopati diabetik non proliferatif.
Setelah 20 tahun, prevalensi retinopati diabetik meningkat menjadi lebih dari 60%
dalam berbagai derajat.7
2.2.3 Faktor Resiko

Faktor resiko retinopati diabetik antara lain:4


1. Durasi diabetes
2. Kontrol glukosa darah yang buruk
3. Tipe Diabetes, dimana retinopati diabetik mengenai hampir seluruh DM
tipe 1 dan 75% DM tipe 2 setelah 15 tahun.
4. Kehamilan, meliputi kontrol diabetes prakehamilan yang buruk.
5. Hipertensi yang tidak terkontrol
6. Faktor resiko lain meliputi merokok, obesitas, anemia dan hiperlipidemia.
2.2.4 Klasifikasi

Early Treatment Diabetik Retinopathy Study Research Group (ETDRS)


membagi retinopati diabetik atas nonproliferatif dan proliferatif. Retinopati
diabetik digolongkan ke dalam retinopati diabetik non proliferatif (RDNP) apabila
hanya ditemukan perubahan mikrovaskular dalam retina. Neovaskuler merupakan
tanda khas retinopati diabetik proliferatif.12

Tabel 1 : Klasifikasi Retinopati Diabetik berdasarkan ETDRS. 12

4
Retinopati Diabetik Non-Proliferatif
1. Retinopati nonproliferatif minimal : terdapat ≥ 1  tanda
berupa dilatasi vena, mikroaneurisma, perdarahan intraretina
yang kecil atau eksudat keras.
2. Retinopati nonproliferatif ringan sampai sedang : terdapat ≥ 
1 tanda berupa dilatasi vena derajat ringan, perdarahan,
eksudat keras, eksudat lunak atau IRMA.
3. Retinopati nonproliferatif berat : terdapat ≥ 1 tanda berupa
perdarahan dan mikroaneurisma pada 4 kuadran retina,
dilatasi vena pada 2 kuadran, atau IRMA pada 1 kuadran.
4. Retinopati nonproliferatif sangat berat : ditemukan ≥ 2 tanda
pada retinopati non proliferative berat.

Tabel 2 : Klasifikasi Retinopati Diabetik berdasarkan ETDRS.12

Retinopati Diabetik Proliferatif


1. Retinopati proliferatif ringan (tanpa risiko tinggi) : bila
ditemukan minimal adanya neovaskular pada diskus (NVD)
yang mencakup <1/4 dari daerah diskus tanpa disertai
perdarahan preretina atau vitreus, atau neovaskular dimana
saja di retina (NVE) tanpa disertai perdarahan preretina atau
vitreus.
2. Retinopati proliferatif risiko tinggi :  apabila ditemukan 3
atau 4 dari faktor resiko sebagai berikut, a) ditemukan
pembuluh darah baru dimana saja di retina, b) ditemukan
pembuluh darah baru pada atau dekat diskus optikus, c)
pembuluh darah baru yang tergolong sedang atau berat yang
mencakup > ¼ daerah diskus, d) perdarahan vitreus.
Adanya pembuluh darah baru yang jelas pada diskus
optikus atau setiap adanya pembuluh darah baru yang
disertai perdarahn, merupakan dua gambaran yang paling
sering ditemukan pada retinopati proliferatif dengan resiko
tinggi.

5
Gambar 2.4 Funduskopi pada PDR. Tanda panah menunjukkan adanya
preretinal neovascularisation.9

2.2.5 Etiologi

Meskipun penyebab retinopati diabetik sampai saat ini belum diketahui


secara pasti, namun keadaan hiperglikemik lama dianggap sebagai faktor resiko
utama.Lamanya terpapar hiperglikemik menyebabkan perubahan fisiologi dan
biokimia yang akhinya menyebabkan perubahan kerusakan endotel pembuluh
darah.8

2.2.6 Patofisiologi
Patofisiologi retinopati diabetik melibatkan lima proses dasar yang terjadi
di tingkat kapiler yaitu (1) pembentukkan mikroaneurisma, (2) peningkatan
permeabilitas pembuluh darah, (3) penyumbatan pembuluh darah, (4) proliferasi
pembuluh darah baru (neovascular) dan jaringan fibrosa di retina, (5) kontraksi
dari jaringan fibrous kapiler dan jaringan vitreus. Penyumbatan dan hilangnya
perfusi menyebabkan iskemia retina sedangkan kebocoran dapat terjadi pada
semua komponen darah.10
Retinopati diabetik merupakan mikroangiopati okuler akibat gangguan
metabolik yang mempengaruhi tiga proses biokimiawi yang berkaitan dengan
hiperglikemia yaitu jalur poliol, glikasi non-enzimatik dan protein kinase C.10

2.2.7 Gejala Klinik


Gejala klinis retinopati diabetik proliferatif dibedakan menjadi dua yaitu
gejala subjektif dan gejala obyektif.11
-          
Gejala Subjektif yang dapat dirasakan :

6
 Kesulitan membaca
 Penglihatan kabur disebabkan karena edema macula
 Penglihatan ganda
 Penglihatan tiba-tiba menurun pada satu mata
 Melihat lingkaran-lingkaran cahaya jika telah terjadi perdarahan vitreus
 Melihat bintik gelap & cahaya kelap-kelip
- Gejala objektif pada retina yang dapat dilihat yaitu :
 Mikroaneurisma, merupakan penonjolan dinding kapiler terutama daerah
vena dengan bentuk berupa bintik merah kecil yang terletak dekat
pembuluh darah terutama polus posterior. Perdarahan dapat dalam bentuk
titik, garis, dan bercak yang biasanya terletak dekat mikroaneurisma
dipolus posterior. 

Tabel 3 : Perbedaan NPDR dan PDR.11

NPDR PDR
Mikroaneurisma (+) Mikroaneurisma (+)
Perdarahan intraretina (+) Perdarahan intraretina (+)
Hard eksudat (+) Hard eksudat (+)
Oedem retina(+) Oedem retina (+)
Cotton Wool Spots (+) Cotton Wool Spots (+)
IRMA (+) IRMA(+)
Neovaskularisasi (-) Neovaskularisasi (+)
Perdarahan Vitreous (-) Perdarahan Vitreous (+)
Pelepasan retina secara traksi (-) Pelepasan retina secara traksi (+)

2.2.8 Diagnosis
Retinopati diabetik dan berbagai stadiumnya didiagnosis berdasarkan
pemeriksaan stereoskopik fundus dengan dilatasi pupil. Oftalmoskopi dan foto
funduskopi merupakan gold standard bagi penyakit ini. Angiografi Fluoresensi
(FA) digunakan untuk menentukan jika pengobatan laser diindikasikan. FA
diberikan dengan cara menyuntikkan zat fluoresensi secara intravena dan
kemudian  zat tersebut melalui pembuluh darah akan sampai di fundus.13

7
Gambar 2.5 Neovaskularisasi retina perifer lebih terlihat jelas dengan
angiography daripada funduskopi.13

2.2.9 Penatalaksanaan
1. Pemeriksaan rutin ke spesialis mata
Prinsip utama  penatalaksanaan dari retinopati diabetik adalah penceg
ahan dengan pemeriksaan rutin pada ahli  mata. Penderita diabetes melitus tipe I
retinopati jarang timbul hingga lima tahun setelah diagnosis. Sedangkan pada
sebagian besar penderita diabetes melitus tipe II telah menderita retinopati saat
didiagnosis diabetes pertama kali. Pasien- pasien ini harus melakukan
pemeriksaan mata saat diagnosis ditegakkan. 14
Tabel 4 : Jadwal Pemeriksaan Berdasarkan Umur atau Kehamilan.14

Jadwal Pemeriksaan Berdasarkan Temuan Pada Retina


Abnormalitas retina Follow-up yang disarankan
Normal atau mikroaneurisma yang Setiap tahun
sedikit
Retinopati Diabetik non proliferatif Setiap 9 bulan
ringan
Retinopati Diabetik non proliferative Setiap 6 bulan
Retinopati Diabetik non proliferative Setiap 4 bulan
Edema makula Setiap 2-4 bulan
Retinopati Diabetik  proliferative Setiap 2-3 bulan
2. Kontrol Glukosa Darah dan Hipertensi
3. Fotokoagulasi
Ada 3 metode terapi fotokoagulasi yaitu :

1) scatter (panretinal) photocoagulation (PRP)

8
2) focal photocoagulation
3) grid photocoagulation

Gambar 2.6 Panretinal fotokoagulasi pada PDR.14

Gambar 2.7 Grip fotokoagulasi untuk diabetik makular edema.14

4. Injeksi Anti VEGF


5. Vitrektomi
            Vitrektomi dini perlu dilakukan pada pasien yang mengalami kekeruhan
(opacity) vitreus dan yang mengalami neovaskularisasi aktif. Vitrektomi juga
diindikasikan bagi pasien yang mengalami ablasio retina, perdarahan vitreus
setelah fotokoagulasi, RDP berat, dan perdarahan vitreus yang tidak mengalami
perbaikan.14

9
Gambar 2.8 Vitrektomi.14

       Pasien dengan diabetes tipe 1 secara jelas menunjukan keuntungan vitrektomi


awal, tetapi tidak pada tipe 2.14

2.2.10 Komplikasi4
1. Rubeosis iridis progresif
2. Glaukoma neovaskular
3. Perdarahan vitreus rekuren
4. Ablasio retina

2.2.11 Prognosis
Kontrol optimum glukosa darah (HbA1c < 7%) dapat
mempertahankan atau menunda retinopati. Detachment retinal tractional dan
edema macula dapat menyebabkan kegagalan visual yang berat atau kebutaan.
Bagaimanapun juga, retinopati diabetik dapat terjadi walaupun diberi terapi
optimum.4

10
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Retinopati diabetik adalah penyakit mikrovaskular retina akibat
hiperglikemia kronik pada penderita diabetes mellitus. 4,8 persen penduduk di
dunia menjadi buta akibat retinopati diabetik. Early Treatment Diabetik
Retinopathy Study Research Group (ETDRS) membagi retinopati diabetik atas
nonproliferatif dan proliferatif. Meskipun penyebab retinopati diabetik sampai
saat ini belum diketahui secara pasti, namun keadaan hiperglikemik lama
dianggap sebagai faktor resiko utama. Patofisiologi retinopati diabetik melibatkan
lima proses dasar yang terjadi di tingkat kapiler. Gejala klinis retinopati diabetik
proliferatif dibedakan menjadi gejala subjektif dan obyektif. Oftalmoskopi dan
foto funduskopi merupakan gold standard untuk mendiagnosis penyakit ini.
Angiografi Fluoresensi (FA) digunakan untuk menentukan jika pengobatan laser
diindikasikan. Prinsip penatalaksanaan dari retinopati diabetik adalah
Pemeriksaan rutin ke spesialis mata, Kontrol Glukosa Darah dan Hipertensi,
Fotokoagulasi, Injeksi Anti VEGF, Vitrektomi.

SARAN

11
Bagi penulis selanjutnya diharapkan dapat menambahkan sumber pustaka
lebih banyak. Hal ini bertujuan agar hasil penulisan tentang kelainan refraksi lebih
lengkap.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S, Yulianti SR. 2014. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Kelima. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI.
2. Suyono, dkk. Diabetes Melitus di Indonesia Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi keempat jilid III. Balai Penerbit FK UI, Jakarta.2006.
3. IDF. IDF Diabetes Atlas Sixth Edition, International Diabetes Federation.
IDF; 2014.
4. Sitorus RS., Sitompul R., dkk. 2017. Buku Ajar Oftalmologi. Edisi Pertama.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
5. Pabst R, Putz R. Sobotta Atlas of Human Anatomy: Head, Neck, Upper Limb.
22nd ed. Elsevier Inc; 2013. 136-139 p.
6. Basic and Clinical Science Course. Section 12. Retina and Vitreous. American
Academy of Opthalmology 2011-2012
7. Sitorus RS, Oktariana VD, Affandi ES, Harmani B, Widyawati S, Adriono
GA, Djatikusumo A, Rahayu T, Moeloek NF; The Jakarta Urban Eye Health
Study Group. Prevalence and Causes of Blindness and Visual Impairment in
Urban Indonesian Adult Population: The Urban Jakarta Eye Health Study.
Presented in The Association for Research in Vision and Opthalmology
(ARVO) Annual Meeting. Fort Lauderdale; 2010.

12
8. Yau JWY, Rogers SL, Kawasaki R, Lamoureux EL, et al; The Meta –Analysis
For Eye Disease (Meta-Eye) Study Group. Global Prevalence and Major Risk
Factors of Diabetic Retinophaty. Diabetes Care 2012;35:556-64
9. Mitchell P.Guidelines for the Management of Diabetic Retinopathy : Diabetic
Retinopathy. Australia : National Health and Medical Research Council ;
2008. p 26-31,44-47,96-104.
10. Eshaq RS, Aldalati AMZ, Alexander JS, Harris NR. Diabetic retinopathy:
Breaking the barrier. Pathophysiology. 2017;24(4):229-41
11. Antonetti DA, Klein R, Gardner TW. Mechanisms of disease diabetic
retinopathy. NEJM. 2012;13:1227-39.
12. Helmy YM, Allah HRA. Optical coherence tomography classification of
diabetic cystoid macular edema. Clin Ophthalmol. 2013;7:1731-7.
13. Diabetic macular oedema based on optical coherence tomography and
fluorescein angiography. Br J Ophthalmol. 2014;98:1612-7.
14. Royle P, Mistry H, Auguste P, Shyangdan D, Freeman K, Lois N, et al. Pan-
retinal photocoagulation and other forms of laser treatment and drugs
therapies for nonproliferative diabetic retinopathy: Systemic review and
economic evaluation. Health Technol Assess. 2015;19(51):v-xxviii, 1-24

13

Anda mungkin juga menyukai