REFERAT
RETINOPATI
Oleh:
Muhammad Hafizh Pane
G1A220118
Pembimbing:
dr. Vonna Riasari, Sp.M
i
HALAMAN PENGESAHAN
REFERAT
RETINOPATI
DISUSUN OLEH
Muhammad Hafizh Pane
G1A220118
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas pada Kepaniteraan Klinik Senior di
Bagian Mata Fakultas Kedokteran Universitas Jambi yang berjudul, “Retinopati”.
Tugas ini bertujuan agar penulis dapat memahami lebih dalam mengenai
teori-teori yang diberikan selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian
Mata RSUD Raden Mattaher Jambi dan RSUD H. Abdul Manap Jambi dan
melihat penerapannya secara langsung di lapangan. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada dr. Vonna Riasari, Sp.M selaku preseptor yang
telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis.
Penulis menyadari keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan, sehingga
diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang
membacanya. Semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………...i
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..iv
BAB 1
PENDAHULUAN………………………………………………………...1
BAB 2 TINJAUAN
PUSTAKA…………………………………………………..2
2.1 Anatomi
Retina………………………………………………………………...2
2.1.1 Lapisan Retina…………………………………………………………...2
2.2 Retinopati……………………………………………………………………...
4
2.2.1 Definisi………………………………………………………………….
4
2.3 Retinopati
Diabetik…………………………………………………………….5
2.3.1 Definisi………………………………………………………………….
5
2.3.2 Epidemiologi…………………………………………………………….
5
2.3.3 Etiologi………………………………………………………………….
5
2.3.4
Patofisiologi……………………………………………………………...6
2.3.5 Diagnosis dan Klasifikasi………………………………………………..6
2.3.6 Pencegahan dan Pengobatan……………………………………………
10
iv
v
2.5.8 Prognosis……………………………………………………………….
20
2.6 Retinopati Anemia……………………………………………………………
20
2.7 Retinopati Akibat Trauma Non
Okuli………………………………………...20
2.7.1 Retinopati
Purtscher…………………………………………………….21
2.7.2 Retinopati Embolisasi Lipid……………………………………………21
2.7.3 Retinopati Valsalva…………..…………………………………………
21
2.8 Retinopati
Toksik……………………………………………………………..22
2.8.1 Klorokuin dan Hidroklorokuin…………………………………………22
2.8.2 Isoretinoin………………………………………………………………
22
2.8.3 Sildenafil………………………………………………………………
22
2.8.4 Vigabatrin………………………………………………………………23
2.8.5 Tamoxifen……………………………………………………………...
23
2.8.6 Phenotiazine……………………………………………………………
23
2.9 Age-Related Macular Degeneration………………………………………….23
2.10 Retinitis Pigmentosa………………………………………………………...24
2.10.1 Definisi………………………………………………………………..24
2.10.2 Etiologi………………………………………………………………..25
2.10.3 Patogenesis………………...………………………………………….25
2.10.4 Manifestasi Klinis…………………………………………………….
26
2.10.5 Diagnosis……………………………………………………………...27
vii
2.10.6
Penatalaksanaan……………………………………………………….31
2.10.7 Prognosis……………………………………………………………...
33
BAB 3
KESIMPULAN………………………………………………………….34
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...
35
BAB 1
PENDAHULUAN
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor
yang menerima rangsangan cahaya. Warna retina biasanya jingga, kadang pucat
pada anemia dan iskemia, merah pada hiperemia. Pembuluh darah di dalam retina
merupakan cabang arteri oftalmika, arteri retina sentral masuk retina melalui papil
saraf optic yang akan memberikan nutrisi pada retina dalam. Lapisan luar retina
atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid.1
Retina terdiri dari beberapa lapis, yaitu: retinal pigment epithelium (RPE);
lapis fotoreseptor; membrane limitan eksterna; lapis nukleus luar; lapis pleksiform
luar; lapis nukleus dalam; lapis sel ganglion; lapis serabut saraf; membrane
limitan interna.1
Untuk melihat fungsi retina maka dilakukan pemeriksaan subyektif retina
seperti: tajam penglihatan, penglihatan warna, dan lapang pandang. Pemeriksaan
obyektif seperti: elektroretinografi (ERG), elektrookulalografi (EOG), dan visual
evoked respons (VER).1
Retinopati merupakan kelainan pada retina yang tidak disebabkan radang.
Kelainan retina yang berhubungan dengan penurunan penglihatan seperti
retinopati akibat anemia, diabetes melitus, hipotensi, hipertensi, dan retinopati
leukimia. Retinopati dibagi berdasarkan etiologi seperti retinopati anemia,
retinopati diabetik, retinopati hipotensi, retinopati hipertensi, retinopati
pigmentosa, dan retinopati prematuritas.1
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2
3
Keterangan:
a. umbo; b. foveola; c. fovea; c-d. parafoveal
macula; d-e. perifoveal macula; e. macula
Gambar 2.2 Anatomi Makula2
Untuk melihat fungsi retina maka dilakukan pemeriksaan subyektif retina
seperti: tajam penglihatan, penglihatan warna, dan lapang pandang.
Pemeriksaan obyektif seperti: elektroretinografi (ERG), elektrookulalografi
(EOG), dan visual evoked respons (VER).1
2.2 Retinopati
2.2.1 Definisi
Retinopati merupakan kelainan pada retina yang tidak disebabkan
radang. Kelainan retina yang berhubungan dengan penurunan penglihatan
seperti retinopati akibat anemia, diabetes melitus, hipotensi, hipertensi,
dan retinopati leukimia. Retinopati dibagi berdasarkan etiologi seperti
retinopati anemia, retinopati diabetik, retinopati hipotensi, retinopati
hipertensi, retinopati pigmentosa, dan retinopati prematuritas.1
2.3 Retinopati Diabetik
2.3.1 Definisi
Retinopati diabetik iaIah suatu kelainan mata pada pasien diabetes
yang disebabkan karena kerusakan kapiler retina dalam berbagai tingkatan,
sehingga menimbulkan gangguan penglihatan mulai dari yang ringan
sampai berat bahkan sampai terjadi kebutaan total dan permanen.3
5
2.3.2 Epidemiologi
Prevalensi retinopati diabetik pada pasien diabetes tipe 1 setelah 10-15
tahun sejak diagnosis ditegakkan berkisar antara 25-50%. Sesudah 15
tahun prevalensi meningkat menjadi 75-95% dan setelah 30 tahun
mencapai 100%. Pasien diabetes tipe 2 ketika diagnosis diabetes
ditegakkan sekitar 20% di antaranya sudah ditemukan retinopati diabetik.
Setelah 15 tahun kemudian prevalensi meningkat menjadi lebih dari 60-
85%. Di Amerika Utara dilaporkan sekitar 12.000-24.000 pasien diabetes
mengalami kebutaan setiap tahun. Di Inggris dan Wales tercatat sekitar
1000 pasien diabetes setiap tahun mengalami kebutaan sebagian sampai
kebutaan total. Di Indonesia belum ada data mengenai prevalensi
retinopati diabetik secara nasional. Namun apabila dilihat dari jumlah
pasien diabetes yang meningkat dari tahun ke tahun, maka dapat
diperkirakan bahwa prevalensi retinopati diabetik di Indonesia juga cukup
tinggi.3
2.3.3 Etiologi
Meskipun penyebab retinopati diabetik sampai saat ini belum diketahui
secara pasti, namun keadaan hiperglikemia yang berlangsung lama
dianggap sebagai faktor risiko utama. Beberapa proses biokimiawi yang
terjadi pada hiperglikemia dan diduga berkaitan dengan timbulnya
retinopati diabetik yaitu aktivasi jalur poliol, glikasi nonenzimatik dan
peningkatan diasilgliserol yang menyebabkan aktivasi PKC. Selain itu,
hormon pertumbuhan dan beberapa faktor pertumbuhan lain seperti VEGF
diduga juga berperan dalam progresifitas retinopati diabetik.3
2.3.4 Patofisiologi
Patofisiologi retinopati diabetik melibatkan lima proses yang terjadi
ditingkat kapiler yaitu: 1. pembentukan mikroaneurisma; 2. peningkatan
permeabilitas; 3. Penyumbatan; 4. proliferasi pembuluh darah baru
(neovaskular) dan pembentukan jaringan fibrosis; 5. kontraksi jaringan
fibrosis kapiler dan vitreus. Penyumbatan dan hambatan perfusi
6
Makulopati Diabetik
Makulopati diabetik merupakan penyebab kebutaan paling sering pada
pasien diabetes. Makulopati diabetik cenderung berhubungan dengan
diabetes tipe 2 usia lanjut, sedangkan retinopati diabetik proliferatif
cenderung ditemukan pada usia muda. Tergantung perubahan utama yang
terjadi pada kapiler retina, makulopati diabetik dapat dibedakan dalam
beberapa bentuk yaitu makulopati iskemik, makulopati eksudatif dan
edema makula.3
Makulopati iskemik terjadi akibat penyumbatan yang luas dari kapiler
di daerah sentral retina. Makulopati eksudatif terjadi karena kebocoran
setempat sehingga terbentuk eksudat keras seperti yang ditemukan pada
RDNP Makulopati eksudatif perlu segera dilakukan terapi fotokoagulasi
untuk mencegah hilangnya visus secara permanen. Edema makula terjadi
akibat kebocoran yang difus. Apabila keadaan tersebut menetap, maka
akan terbentuk kista berisi cairan yang dikenal sebagai edema makula
kistoid. Bila keadaan ini terjadi maka gangguan visus akan menetap dan
sukar diperbaiki. Dibanding dengan metode diagnostik yang lain, optical
coherence tomography (OCT) merupakan metode yang paling baik untuk
mendiagnosis makulopati diabetik.3
peredaran darah yang sempurna. Bila bayi terlahir prematur, maka akan
terjadi gangguan perkembangan mata. Pembuluh darah berhenti
berkembang atau berkembang secara patologis kedalam badan kaca.
Pembuluh darah sangat rentan dan mudah memberikan perdarahan
kedalamnya. Terbentuk jaringan parut yang akan menarik retina dari
dasarnya.1
Dahulu pengikatan pemberian oksigen pada bayi prematur akan
membangkitkan pertumbuhan pembuluh darah baru. Sekarang akibat
oksigen telah dapat dimonitor secara tepat, kelainan ini sudah jarang
terjadi. Pada saat ini risiko ROP tergantung beratnya prematuritas saat
lahir. Bayi yang lahir 1,5 kg dan lahir kurang dari 30 minggu perlu
diperiksa untuk kelainan ini.1
Risiko terjadinya ROP terdapat pada keadaan berikut:
1. Pernapasan berhenti (apneu)
2. Penyakit jantung
3. Kadar CO2 tinggi dalam darah
4. Infeksi
5. Keasaman daarah rendah (pH)
6. Kadar oksigen darah rendah
7. Gangguan pernapasan
8. Bradikardi
9. Transfusi
2.5.3 Manifestasi Klinis
Retinopati yang berat bisa menyebabkan gejala berikut: Leukokoria
(pupil berwarna putih), Nistagmus (gerakan bola mata yang abnormal),
Strabismus (juling), Miopia (rabun dekat).1
2.5.4 Klasifikasi
Klasifikasi retinopati prematuritas berdasarkan zonasi (batas pembuluh
darah terbentuk):
Zonasi 1: 60o dari papil (sekitar makula)
Zonasi 2: Sampai ora serrata bagian anterior
18
Obat antiestrigen ini biasa digunakan untuk ca. mammae, ca. ovarium,
ca. pankreas, dan melanoma maligna. Gejala retina timbul bila
mengkonsumsi lebih dari 180 mg perhari. Pada saat akut, dapat timbul
pandangan hilang, edema retina, perdarahan retina, dan pembengkakan
saraf optik.2
2.8.6 Phenotiazine
Obat ini digunakan untuk depresi, involusi, senil, psikosis organik, dan
skizofrenia. Setiap phenotiazine berpotensi menyebabkan efek samping
pada retina. Efek samping yang sering terjadi antara lain visus menurun,
akibat gangguan antikolinergi.2
2.9 Age-Related Macular Degeneration
Makula degenerasi sering disebut sebagai age-related macular
degeneration (AMD), merupakan kelainan mata yang berhubungan dengan
usia sehingga mengakibatkan gangguan penglihatan. Degenerasi macula
merupakan degenerasi menahun yang merupakan kelainan progresif yang
mengenai bagian sentral retina atau macula lutea sehingga mengakibatkan
perlahan-lahan berkurangnya tajam penglihatan atau penglihatan sentral.
Kelainan ini memberat dengan bertambahnya usia, terutama usia 70-80 tahun.
Perempuan lebih banyak terkena penyakit ini dibandingkan dengan laki-laki.1
Terdapat 2 bentuk AMD (Adult Macular Degeneration):
1. Degenerasi macula kering (dry).
Kelainan ini terdapat sebanyak 90%. Makula yang menipis sesuai
dengan perjalanan usia akan mengakibatkan penurunan penglihatan sentral.
Kelainan dry AMD lebih sering 70-90% terjadi dibanding wet AMD. Dry
AMD biasanya mengenai kedua mata, kadang-kadang dimulai terlebih
dahulu pada satu mata dan biasanya mengenai kedua mata bersama-sama
(perjalanannya lambat). Salah satu gejala dry AMD adalah Drusen. Drusen
merupakan timbunan bintik kuning kecil dibawah retina yang sering
ditemukan pada usia 60 tahun. Tanda paling dini adalah terdapatnya drusen.
23
pandang sentral yang pada akhirnya juga akan hilang. Pada stadium
ini,nervus optikus mulai menjadi waxy pallor. Stadium lanjut ditandai
dengan tampaknya pembuluh darah koroid yang berukuran besar,
arteriolar attenuation yang tampak jelas dan discus optic yang tampak
pucat. Ketiga tipe makulopati yang mungkin dijumpai adalah atrofi,
cellophane dan edema macular sistoid. Tipe terakhir dapat diberikan terapi
acetazolamid sistemik. Keparahan penyakit, seperti jumlah pigmen, luas
kelainan diskus optikus dan derajat penyempitan arteriolar, bertambah
seiring dengan bertambahnya usia.1
A B C
Keterangan:
A. Kumpulan Pigmen
B. Gambaran Pigmentasi Bone Spikula Yang Khas
C. Stadium Lanjut Dengan Pembuluh Koroid Yang Tampak
28
33
DAFTAR PUSTAKA
34