Anda di halaman 1dari 23

BAGIAN MATA REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN JANUARI 2019


UNIVERSITAS MUHAMMADIAH MAKASSAR

GANGGUAN LAPANG PANDANG

Disusun Oleh:

Tiara Geminita, S.Ked

1055 0540 0117

Pembimbing:

dr. Miftahul Akhyar Latief, Ph.D, M.Kes, Sp. M

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada Bagian Mata

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2018

1
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Tiara Geminita, S.Ked

NIM : 1055 0540 0117

Judul Referat : Gangguan Lapang Pandang

Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka tugas kepaniteraan

klinik pada Bagian Mata Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Januari 2019

Pembimbing

dr. Miftahul Akhyar Latief, Ph.D, M.Kes, Sp. M

2
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirahim

Segela puji bagi Allah SWT Sang Pemilik kehidupan yang Maha Pengasih
dan Penyayang atas segala limpahan Rahmat dan nikmatNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan referat ini dengan lancar. Sholawat serta salam untuk Rasulullah
Muhammad SAW, sang pembawa cinta yang membimbing manusia menuju surga
serta mengajarkan kepada manusia untuk saling mengasihi.

Alhamdulillah berkat hidayah dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan


tugas referat yang berjudul “Gangguan Lapang Pandang” dalam rangka Kepaniteraan
Klinik di Bagian Mata Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dalam Penyelesaian referat ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih


atas semua bantuan, doa, serta motivasi dari pihak yang ikut memberi andil dalam
penyelesaian tugas ini, terutama kepada dosen pembimbing dr. Miftahul Akhyar
Latief, Ph.D, M.Kes, Sp. M yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing,
memberikan arahan dan koreksi hingga referat ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis sadar bahwa penulisan ini sangat jauh dari kata sempurna, maka dari
itu penulis berharap kepada para pembaca untuk memberi kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan referat ini.

Demikian, semoga laporan kasus ini bisa bermanfaat untuk penulis dan para
pembaca, Insya Allah, Amin.

Makassar, Januari 2019

Penulis

3
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ……………………………………………………………… i


Lembar Pengesahan …………………………………………………………… ii
Kata Pengantar ……………………………………..…………………………. iii
Daftar Isi ………………………………………………………..……………… iv
BAB I : Pendahuluan ………………………………………………..………. . 1
BAB II : Tinjauan Pustaka ……………………………………………………. 2
A. Anatomi dan Fisiologi Retina …………………………………… . 2
B. Anatomi dan Fisiologi Nervus Optikus………………..................... 5
C. Anatomi dan Fisiologi Khiasma Optikum…………………………. 7
D. Jaras Penglihatan Sensorik……..………………………………… . 8
E. Definisi Gangguan Lapang Pandang………………………………. 10
F. Etiologi Gangguan Lapang Pandang …….………………………. . 11
G. Pemeriksaan Lapang Pandang…………………………………… . 11
H. Kelainan Pemeriksaan Lapang Pandang …………………..……. . 15
BAB III : Kesimpulan ………………………………………........................... 18
Daftar Pustaka………………………………………………………………… 19

4
BAB I

PENDAHULUAN

Lapang pandang mata adalah luas lapangan penglihatan seorang individu.

Terdapat tiga jenis lapangan pandang; lapangan makular yaitu lapangan pandang

yang paling jelas dilihat oleh kedua mata, lapangan binokular yang dilihat oleh kedua

mata secara umumnya dan lapangan monokular yaitu kawasan yang bisa dilihat oleh

salah satu mata saja. Jalur penglihatan sendiri merupakan saluran saraf dari retina ke

pusat penglihatan pada daerah oksipital otak.1,2

Jaringan neural penglihatan terjadi apabila cahaya yang masuk ke dalam mata

sampai ke fotoreseptor di retina. Setelah itu, transmisi impuls pada nervus optikus

kepada kiasma optik. Traktus optikus, yaitu serabut saraf optik dari kiasma optik,

membawa impuls ke lobus serebral dimana penglihatan diinterpretasikan. Gangguan

pada jalur penglihatan akan mengakibatkan gangguan pada fungsinya.2

Gangguan lapang pandang dapat disebabkan oleh kelainan disentral seperti

neuropati optic, makular degeneration/ARMD, macular holes, dan kelainan lapang

pandang perifer seperti retinitis pigmentosa, glaucoma, serta retinal detachment.

Pemeriksaan lapang pandang seperti metode konfrontasi, kampimeter,

perimetri dan kisi-kisi Amsler (Amsler Grid) dapat membantu diagnosis serta dapat

menentukan penanganan yang tepat sesuai penyebabnya.2

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Retina

Lapisan bola mata yang paling dalam yaitu retina, melapisi 3/4 posterior bola

mata dan merupakan awal jalur penglihatan. Dengan oftalmoskop, melalui pupil

dapat terlihat bayangan retina yang diperbesar serta pembuluh darah yang berjalan

pada permukaan anteriornya. Retina merupakan satu-satunya tempat di dalam tubuh

dimana pembuluh darah dapat diamati secara langsung dan dievaluasi kelainan

patologiknya, antara lain pada hipertensi dan diabetes mellitus. Selain pembuluh

darah, terdapat beberapa struktur lain yang dapat diamati; diskus optikus (blind spot,

bintik buta), tempat keluarnya nervus optikus dari bola mata, serta arteri dan vena

sentralis retina yang berjalan bersama nervus optikus.3

Gambar 1 Gambar 2

6
Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung reseptor

yang menerima rangasangan cahaya. Retina terdiri dari epitel pigmen (bagian non-

visual) dan bagian neural (bagian visual). Epitel pigmen merupakan selapis sel epitel

yang mengandung pigmen melanin, terletak di antara koroid dan bagian neural retina.

Melanin pada koroid dan epitel pigmen menyerap cahaya sehingga dapat mencegah

pantulan dan penyebaran cahaya di dalam bola mata.3

Retina terdiri atas 10 lapisan, dari luar ke dalam: epitel pigmen retina, lapisan

fotoreseptor, membran limitans eksterna, lapisan nuklear luar, lepisan pleksiform

luar, lapisan nuklear dalam, lapisan pleksiform dalam, lapisan sel ganglion, lapisan

serat saraf, dan membran limitans interna.2,3

Gambar 3

7
Bagian neural retina merupakan hasil penonjolan otak. Bagian ini memproses

data sebelum dihantarkan oleh impuls saraf ke hipotalamus, kemudian ke korteks

visual primer. Terdapat tiga lapisan utama neuron retina yang dipisahkan oleh dua

zona dimana terjadi sinaps, yaitu lapisan sinaps luar dan dalam. Ketiga lapisan ini

(searah dengan input visualnya) ialah: lapisan-lapisan sel fotoreseptor, sel bipolar,

dan sel ganglion. Juga terdapat sel horisontal dan sel amakrin yang membentuk jalur

lateral untuk mengatur sinyal yang dihantarkan sepanjang jalur sel fotoreseptor ke sel

bipolar dan ke sel ganglion.2,3

Fotoreseptor dikhususkan untuk transduksi gelombang cahaya menjadi

potensial reseptor. Terdapat dua jenis fotoreseptor yaitu sel batang (rod, bacili) dan

kerucut (cone, coni). Pemberian nama berdasarkan bentuk segmen luar sel

fotoreseptor yang terletak di antara tonjolan-tonjolan sel epitel pigmen yang

berbentuk jari. Masing-masing retina mempunyai 6 juta sel kerucut dan 120 juta sel

batang. Sel batang berfungsi untuk penglihatan hitam putih pada cahaya remang-

remang; juga untuk membedakan bayangan gelap atau terang dan melihat bentuk dan

pergerakan. Sel kerucut berfungsi untuk penglihatan warna dan ketepatan penglihatan

pada cahaya terang. Sebagai contoh: pada cahaya bulan kita tidak dapat membedakan

warna karena hanya sel batang yang bekerja.3

Sel kerucut umumnya terpusat pada fovea sentralis yaitu lekukan kecil di

tengah makula lutea yang terletak tepat pada sumbu penglihatan. Fovea sentralis

merupakan daerah dengan ketajaman penglihatan tertinggi karena padatnya sel

kerucut pada daerah tersebut. Sel batang tidak ditemukan pada fovea dan makula dan

8
jumlahnya meningkat kearah tepi retina. Oleh karena itu kita bisa melihat cukup baik

pada malam hari kecuali bila melihat langsung ke obyek tertentu.3

Dari sel-sel fotoreseptor informasi diteruskan ke sel bipolar melalui lapisan

sinapsis luar (lapisan pleksiform luar ) dan kemudian ke sel ganglion melalui lapisan

sinapsis dalam (lapisan pleksiform dalam). Akson sel ganglion meluas ke posterior,

ke diskus optikus, dan keluar dari bola mata sebagai nervus optikus. Pada daerah ini

tidak terdapat sel kerucut maupun batang; kita tidak dapat melihat bayangan pada

bintik buta. Dalam keadaan normal, adanya bintik buta ini tidak disadari.3

B. Anatomi dan Fisiologi Nervus Optikus

Nervus optikus memasuki ruang intrakranial melalui foramen optikum. Di

depan tuber sinerium (tangkai hipofisis) nervus optikus kiri dan kanan bergabung

menjadi satu berkas membentuk kiasma optikum, dimana serabut bagian nasal dari

masing-masing mata akan bersilangan dan kemudian menyatu dengan serabut

temporal mata yang lain membentuk traktus optikus dan melanjutkan perjalanan

untuk ke korpus genikulatum lateral dan nukleus pretektalis. Serabut saraf yang

bersinaps di korpus genikulatum lateral merupakan jaras visual sedangkan serabut

saraf yang berakhir di nukleus pretektalis di batang otak menghantarkan impuls

visual(saraf afferent) yang membangkitkan refleks visual seperti refleks pupil.1,3

Selanjutnya, dari korpus genikulatum lateral, jaras visual terus melalui traktus

genikulokalkarina (radiasio optik) ke korteks visual. Daerah berakhirnya serabut di

korteks disebut korteks striatum (area 17/area Brodmann). Ini merupakan pusat

9
persepsi cahaya. Di sekitar area 17, terdapat area yang berfungsi untuk asosiasi

rangsang visual, yaitu area 18 dan 19.

Gambar 4

Setelah sampai di korpus genikulatum lateral, serabut saraf yang membawa

impuls penglihatan akan berlanjut melalui ucleusn optika (optikradiation) atau traktus

genikulokalkarina ke korteks penglihatan primer di girus kalkarina. Korteks

penglihatan primer tersebut mendapat vaskularisasi dari a. kalkarina yang merupakan

cabang dari a. serebri posterior. Serabut yang berasal dari bagian parietal korpus

genikulatum lateral membawa impuls lapang pandang bawah sedangkan serabut yang

berasal dari temporal membawa impuls darlapang pandang atas. Untuk serabut yang

mengurus ucleu pupil, dari ucleus pretektalis, kemudian bersinaps dengan neuron

berikutnya yang mengirimkan serabut ke nucleus Edinger Westphal sisi yang sama

10
dan sisi kontralateral. Dari sini rangsang kemudian diteruskan melalui nervus

okulomotorius ke sfingter pupil.1,2

Gambar 5

C. Anatomi dan Fisiologi Kiasma Optikum

Kiasma optikum terletak disekitar puncak diafragma sella turcica, paling sering

di posterior, menoonjol 1 cm diatasnya dan bersudut 45 derajat terhadap nervus

optikus yang muncul dari kanalis optikus. Lamina terminalis membentuk dinding

posterior ventrikel ketiga. Arteri karotis interna terletak tepat dilateralnya

bersebelahan dengansinus cavernosus. Kiasma dibentuk oleh peretemuan kedua

nervus optikus serta merupakan tempat persilangan serat-serat nasal ke traktur

optikus sisi lain berjalannya serta-serat temporal ke traktus optikus ipsilateral.1

11
D. Jaras Penglihatan Sensorik

Nervus kranialis merupakan indera khusus penglihatan. Cahaya diditeksi oleh

sel-sel batang dan kerucut di retina, yang dapat dianggap sebagai end-organsensoris

khusus pengliahatan. Badan sel dari reseptor reseptor mengeluarkan tonjolan

(prosesus) yang bersinaps dengan sel bipolar, neuron kedua di jaras penglihatan. Sel-

sel bipolar kemudian bersinaps dengan selsel ganglion di retina. Akson-akson sel

ganglion membentuk lapisan saraf-saraf pada retina dan menyatu membentuk nervus

optikus. Saraf keluar dari bagian belakang bola mata dan berjalan ke posterior di

dalam kerucut otot untuk masuk ke dalam organ tengkorak melalui kanalis optikus.1,2

Di dalam tengkorak, dua nervus optikus menyatu membentuk kiasma di kiasma

lebih dari separuh serabut (yang berasal dari separuh retina bagian nasal) mengalami

dekusasi dan menyatu dengan serabut serabut temporal yang tidak menyilang dari

nervus optikus kontralateral untuk membentuk traktus optikus. Masing masing traktus

optikus berjalan mengelilingi pedunculus serebri menuju ke optik genikulatum

lateralis, tempat traktus tersebut akan bersinaps. Semua serabut yang menerima

impuls dari separuh kanan lapangan pandang tiap-tiap mata membentuk traktus

optikus kiri dan berproyeksi pada hemisfer serebrum kiri. Demikian juga, separuh kiri

lapangan pandang berproyeksi pada hemisfer serebrum kanan. 20% serabut di traktus

menjalankan fungsi pupil. Serabut serabut ini meninggalkan tepat di sebelah anterior

optich dan melewati bracium coliculli superioris menuju ke optich pretectalis otak

tengah.1,2

12
Serat-serat lainnya bersinaps pada optik genikulatus lateralis. Badan-badan sel-

sel struktur ini membentuk traktus geniculocalcarinae. Traktus ini berjalan melalui

crus posterius kapsula interna dan kemudian menyebar seperti kipas dalam optichn

optika yang melintasi lobus temporal dan parietalis dalamperjalanan ke korteks

oksipitalis (korteks kalkarina, striata, atau korteks penglihatan primer).1,2,3

Jalur penglihatan merupakan saluran saraf dari retina ke pusat penglihatan pada

daerah oksipital otak. Terdapat beberapa dasar jalur penglihatan, seperti:

 Retina bagian nasal dari macula diproyeksikan optich temporal lapang

pandangan

 Serabut saraf bagian nasal retina menyilang kiasma optic.

 Serabut saraf bagian temporal berjalan tidak bersilang pada kiasma optic.

Gambar 6

13
Proses melihat dimulai dari masuknya cahaya melalui media refraksi yang

kemudian mengalami pembiasan dan jatuh di fovea. Kemudian di retina cahaya

masuk sampai kelapisan sel fotoreseptor, dilapisan ini yang tadinya gelombang

cahaya kemudian diubah menjadi impuls listrik. Setelah itu impuls listrik tersebut

kemudian diantarkan kembali kelapisan serabut saraf untuk diteruskan ke otak

melalui nervus optik. Saraf optic tersebut kemudian akan menghantarkan impuls

listrik tersebut. Nervus optik sehingga sekitar 2/3 akan menyilang dan 1/3 tetap

berjalan lurus. Chiasma optikum terletak tepat di bawah sella tursika atau penonjolan

dari hipofisis. Oleh karena itu jika terdapat adenoma hipofisis dapat menyebabkan

gangguan penglihatan. Setelah itu akan masuk di Corpus geniculatum lateral/inti saraf

dari nervus optic, sebab nucleus N.optik tidak berada di batang otak. Lalu dari corpus

genikulatum lateral kemudian akan diantarkan ke otak di lobus occipital/area

broadman 17 dan 19 melalui traktus optikus.

E. Definisi

Lapang pandang mata adalah luas lapangan penglihatan seorang individu.

Terdapat tiga jenis lapang pandang yaitu lapang pandang macular yang merupakan

lapang pandang yang paling jelas dilihat oleh kedua mata, binocular yang dilihat oleh

kedua mata secara umumnya dan lapang pandang monocular yakni kawasan yang

bisa dilihat oleh slaah satu mata saja. Gangguan lapang pandang adalah gangguan

jaras atau medan penglihatan yang dapat disebabkan oleh berbagai hal.6

14
F. Etiologi Gangguan Lapang Pandang

Kelainan lapang pandang central :6

- Neuropati optic

- Makular degeneration/ARMD

- Macular holes

Kelainan lapang pandang perifer :

- Retinitis pigmentosa

- Glaukoma

- Retinal detachment

G. Pemeriksaan Lapang Pandang

a. Metode Konfrontasi.

Gambar 7.
Metode Konfrontasi

Penderita diperiksa dengan duduk berhadapan terhadap pemeriksa pada jarak

33 cm. Mata kanan pasien dengan mata kiri pemeriksa saling berhadapan. Mata kiri

pasien mata kanan pemeriksa diminta untuk ditutup. Sebuah benda dengan jarak yang

sama digeser perlahan-lahan dari perifer lapang pandang ke tengah. Bila pasien sudah

15
melihatnya ia diminta memberi tahu. Pada keadaan ini bila pasien melihat pada saat

yang bersamaan dengan pemeriksa berarti lapang pandang pasien adalah normal.

Syarat pada pemeriksaan ini adalah lapang pandang pemeriksa adalah normal.2

b. Metode Kampimeter

Gambar 8.
Metode Kampimeter

Alat pengukur atau pemetaan lapang pandang terutama daerah sentral atau

parasentral. Disebut juga sebagai uji tangent screen. Pasien duduk 2 meter dari layar

tangent screen Bjerrum dengan berfiksasi dengan satu mata pada titik tengahnya.

Objek digeser perlahan-lahan dari tepi kea rah titik tengah. Dicari batas-batas pada

seluruh lapangan pada saat mana benda mulai terlihat. Pada akhirnya didapatkan

pemetaan daripada lapang pandang pasien. Dengan cara ini dapat ditemukan defek

lapang pandang dan adanya skotoma.2

16
c. Perimeter

Gambar 9.
Metode Perimeter

Perimeter alat ini berbentuk setengah bola dengan jari-jari 30 cm dan pada

pusat parabola ini mata penderita diletakkan untuk diperiksa. Mata berfiksasi pada

bagan sentral parabola perimeter. Obyek digeser perlahan-lahan dari tepi kearah titik

tengah. Dicari batas-batas pada seluruh lapangan pada saat mana benda mulai terlihat.

Batas lapang pandang perifer 90 derajat temporal, 70 derajat inferior, 50 derajat nasal,

dan 60 derajat superior.2

d. Kisi-kisi Amsler (Amsler Grid)

Gambar 11. Hasil


Abnormal Pada Amsler
Gambar 10. Amsler Grid Grid

17
Kisi-kisi Amsler dipakai untuk menguji lapangan pandang sentral 20 derajat.

Kisi-kisi ini diamati oleh masing-masing mata secara terpisah pada jarak baca normal

dan dengan memakai kacamata baca jika pasien memang memakainya. Alat ini

paling sering dipakai untuk menguji fungsi macula. Mata yang satu dibandingkan

dengan mata sebelahnya. Sebuah skotoma atau daerah yang tak terlihat (baik sentral

maupun parasentral) dapat menunjukkan penyakit macula atau nervus optikus. Garis-

garis yang mengalami istorsi bergelombang (metamorfopsia) dapat menunjukkan

edema macula atau cairan submakula.1

Kisi-kisi ini dapat digunakan pasien dirumah untuk menguji penglihatan

sentralnya sendiri. Misalnya pasien dengan degenerasi makula terkait usia dapat

memanfaatkan kisi-kisi ini untuk memantau metamorfopsia mendadak. Gejala ini

sering kali merupakan gejala paling dini adanya penumpukan cairan di bawah makula

yang terjadi akut akibat rembesan dari neovaskularisasi subretina. Karena pembuluh-

pembuluh yang abnormal ini dapat diobati dengan laser, deteksi dini penting

dilakukan.1

18
H. Kelainan Pada Pemeriksaan Lapang Pandang

Gambar 12. Lintasan impuls visual dan Gangguan Medan Penglihatan

Jika terdapat lesi disepanjang lintasan nervus optikus (N.II) hingga korteks

sensorik, akan menunjukkan gejala gangguan penglihatan yaitu pada lapang pandang

atau medan penglihatan. Lesi pada nervus optikus akan menyebabkan hilangnya

penglihatan monocular atau disebut anopsia (No.1) pada mata yang disarafinya.1,6

Lesi pada lateral khiasma optikum akan menyebabkan hemianospia binasal

(no.2), sedangkan lesi pada bagian medial kiasma akan menghilangkan medan

penglihatan temporal yang disebut hemianopsia bitemporal (no.3).1,6

Lesi pada traktus optikus akan menyebabkan hemianopsia homonim

kontralateral (no.4).1,6

19
Selain kelainan lapang pandang diatas fenomena terkait yang dapat terdeteksi

pada pemeriksaan lapang pandang adalah skotoma sentral yang merupakan hilangnya

penglihatan sentral umumnya berhubungan dengan penurunan ketajaman penglihatan

dan merupakan karakteristik penyakit nervus optikus dan penyakit makula retina.1,6

Secara umum gangguan lapangan pandang yang dapat muncul di susunan visual

adalah:5

 Buta ipsilateral jika lesi merusak salah satu nervus optikus

 Buta ipsilateral dengan hemianopia temporal kontralateral bila suatu

lesi merusak salah satu nervus optikus tepat pada tempat masuknya

kiasma optikus

 Hemianopsia bitemporal jika bagian medial kiasma optikum tertekan

 Hemianopia homonim yang inkongruen bila salah satu saraf optikus

terganggu

 Hemianopsia homonim yang meliatkan penglihatan sentral jika bagian

posterior traktus optikus didekat masuknya korpus genikulatum

mengalami kerusakan

 Hemianopsia kuadran atas homonim yang tidak mutlak inkongruen

jika radiatio optik mengalami kerusakan di lobus temporal bagian

depan secara unilateral

20
 Hemianopsia kuadran bawah homonim yang tidak mutlak inkongruen

jika suatu lesi merusak radiation optik di lobus temporalis bagian

tengah secara unilateral

 Hemianopsia homonim yang kongruen dalam penglihatan sentral

masih utuh jika radiation optik mendapat lesi di bagian oksipital secara

unilateral

 Hemianopsia homonim yang tidak mutlak kongruen jika radiatio optik

mendapat lesi di daerah perieto-temporo-oksip[ital secara unilateral

 Hemianopsia sentral homonim yang kongruen jika lesi menduduki

kutub oksipital secara unilateral.

21
BAB III

KESIMPULAN

Lapang pandang mata adalah luas lapangan penglihatan seorang individu.

Terdapat tiga jenis lapangan pandang; lapangan makular yaitu lapangan pandang

yang paling jelas dilihat oleh kedua mata, lapangan binokular yang dilihat oleh kedua

mata secara umumnya dan lapangan monokular yaitu kawasan yang bisa dilihat oleh

salah satu mata saja. Jalur penglihatan sendiri merupakan saluran saraf dari retina ke

pusat penglihatan pada daerah oksipital otak.

Gangguan lapang pandang dapat disebabkan kelainan disentral seperti

neuropati optic, makular degeneration/ARMD, macular holes, dan kelainan lapang

pandang perifer seperti retinitis pigmentosa, glaucoma, serta retinal detachment.

Pemeriksaan lapang pandang seperti metode konfrontasi, kampimeter,

perimetri dan kisi-kisi Amsler (Amsler Grid) dapat membantu diagnosis serta dapat

menentukan penanganan yang tepat sesuai penyebabnya.2

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Riordan-Eva P, Whitcher JP. Oftalmologi umum Vaughan & Asbury. Edisi 17.

Jakarta: Widya Medika; 2014.

2. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata Edisi ke 4. Jakarta: FKUI, 2012.

3. Sunny Wangko. Histofisiologi Retina. Fakultas Kedokteran Universitas Sam

Ratulangi Manado., 2013.

4. Sidharta, P. Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi. Dian Rakyat: Jakarta. hlm.222-226

2010.

5. Fletcher, E. C., Chong V. : Retina, in Vaughan and Asbury’s General

Ophthalmology 17th ed., McGraw-Hill co., New York, 2007.

6. Sidlova S,J, Benes P, Holoubkova Z. Visual Field. Department of Optometry

and Orthoptics. Czech Republic. 2013.

7. Lumbantobing, S.M. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Fakultas

Kedokteran Indonesia: 2010. Hlm 25-26.

23

Anda mungkin juga menyukai