Anda di halaman 1dari 6

UKM F2-Kesling Santy

1. Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


Tanggal : 
Lokasi : Ruang Pertemuan Puskesmas Kampung Bugis
Peserta : Masyarakat.
 
Latar Belakang
Perilaku kesehatan merupakan suatu respon seseorang terhadap rangsangan terhadap suatu penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan, serta lingkungan (Mubarak, 2007). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku
yang dilakukan atas kesadaran seseorang sehingga anggota keluarga atau keluarga tersebut dapat menolong dirinya sendiri di
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat (Depkes RI, 2011). Perilaku hidup bersih
dan sehat di Indonesia saat ini masih rendah, hal ini terkait dengan berbagai permasalahan kesehatan atau penyebaran penyakit
berbasis lingkungan yang secara epidemiologis masih tinggi di Indonesia (Trusilowati, Hanifah, 2007). Data Departemen
Kesehatan menyebutkan sebanyak 30 ribu desa di 440 kabupaten di Indonesia memiliki sanitasi lingkungan yang buruk. Masih
banyak kabupaten yang masyarakatnya belum berperilaku hidup sehat, sehingga angka kesakitan masyarakat sangat tinggi
terutama diare, deman berdarah, tifoid dan kolera (Tim Teknis Pembangunan Sanitasi, 2009).
 
Permasalahan
Cakupan indikator PHBS di indonesia bervariasi setiap indikatornya. Hasil Survey Kesehatan Nasional (2004), pencapaian rumah
tangga sehat berkisar 24,38%, masih jauh dari target minimal yaitu 65% pada tahun 2010. Cakupan persalinan oleh tenaga
kesehatan masih sebesar 64% sedangkan target nasional adalah 90%. Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (JPKM)
sangat rendah yaitu sebesar 19%, sedangkan target nasional sebesar 80%. Jenis sumber air sehat yang paling banyak digunakan
adalah air sumur terlindung (35%), rumah tangga yang menggunakan dan memiliki jamban hanya sebesar 27% sedangkan target
yang harus dicapai tahun 2010 adalah 85%. Asi eksklusif yang dikenal dengan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) baru mencapai
30%. Ditinjau dari gaya hidup sehat di masyarakat, perokok usia belia 5-9 tahun meningkat secara signifikan dari 0.4% tahun
2001 menjadi 1,8% pada tahun 2004.
 
Perencanaan dan Pemberian Intervensi
Program kesehatan lingkungan dilaksanakan di bawah penanggung jawab Kesehatan Lingkungan Puskesmas Kampung Bugis
sesuai jadwal yang ditentukan. Rencana intervensi yang dilakukan berupa edukasi terkait PHBS dan praktiknya pada kehidupan
sehari-hari. 
 
Pelaksanaan
Program kesehatan lingkungan terlaksana di Ruang Pertemuan, Puskesmas Kampung Bugis. Pelaksanaan kegiatan kesehatan
lingkungan dilakukan oleh 1 orang dokter dan salah satu peraat. Pelaksanaan kegiatan edukasi PHBS diikuti oleh 14 peserta dari
masyarakat wilayah Puskesmans Kampung Bugis yang sedang menunggu pengobatan.
Terdapat beberapa indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga yang dapat dijadikan acuan untuk mengenali keberhasilan
dari praktek perilaku hidup bersih dan sehat pada tingkatan rumah tangga. Berikut ini 10  indikator PHBS pada tingkatan rumah
tangga :
1. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.
Persalinan yang mendapat pertolongan dari pihak tenaga kesehatan baik itu dokter, bidan ataupun paramedis memiliki standar
dalam penggunaan peralatan yang bersih, steril dan juga aman. Langkah tersebut dapat mencegah infeksi dan bahaya lain yang
beresiko bagi keselamatan ibu dan bayi yang dilahirkan.
2. Pemberian ASI eksklusif
Kesadaran mengenai pentingnya ASI bagi anak di usia 0 hingga 6 bulan menjadi bagian penting dari indikator keberhasilan
praktek perilaku hidup bersih dan sehat pada tingkat rumah tangga.
3. Menimbang bayi dan balita secara berkala
Praktek tersebut dapat memudahkan pemantauan pertumbuhan bayi. Penimbangan dapat dilakukan di Posyandu sejak bayi
berusia 1 bulan hingga 5 tahun. Posyandu dapat menjadi tempat memantau pertumbuhan anak dan menyediakan kelengkapan
imunisasi. Penimbangan secara teratur juga dapat memudahkan deteksi dini kasus gizi buruk.
4. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
Praktek ini merupakan langkah yang berkaitan dengan kebersihan diri sekaligus langkah pencegahan penularan berbagai jenis
penyakit berkat tangan yang bersih dan bebas dari kuman.
5. Menggunakan air bersih
Air bersih merupakan kebutuhan dasar untuk menjalani hidup sehat.
6. Menggunakan jamban sehat
Jamban merupakan infrastruktur sanitasi penting yang berkaitan dengan unit pembuangan kotoran dan air untuk keperluan
pembersihan.
7. Memberantas jentik nyamuk
Nyamuk merupakan vektor berbagai jenis penyakit dan memutus siklus hidup makhluk tersebut menjadi bagian penting dalam
pencegahan berbagai penyakit.
8. Konsumsi buah dan sayur
Buah dan sayur dapat memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral serta serat yang dibutuhkan tubuh untuk tumbuh optimal dan
sehat.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Aktivitas fisik dapat berupa kegiatan olahraga ataupun aktivitas bekerja yang melibatkan gerakan dan keluarnya tenaga.
10. Tidak merokok di dalam rumah
Perokok aktif dapat menjadi sumber berbagai penyakit dan masalah kesehatan bagi perokok pasif. Berhenti merokok atau
setidaknya tidak merokok di dalam rumah dapat menghindarkan keluarga dari berbagai masalah kesehatan.
 
Monitoring dan Evaluasi
Monitoring
Edukasi kesehatan lingkungan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) terlaksana dan dihadiri oleh 14 peserta di
daerah Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Bugis. Kegiatan berjalan dengan lancar. Proses tanya jawab juga berjalan secara
lancar antara dokter, petugas Puskesmas, dan peserta.
 
Evaluasi
Tidak ada evaluasi untuk pelaksanaan Kesehatan Lingkungan saat ini, baik untuk dokter maupun untuk perawat.

2. Edukasi Kesehatan Lingkungan Pada Keluarga Pasien Tuberculosis.


Tanggal : 
Lokasi : Kunungan ke Rumah Pasien TB
Peserta : Pasien dan Keluarga Pasien
 
Latar Belakang
Kesehatan Lingkungan (Kesling) menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu keseimbangan ekologi yang
harus ada antara umat manusia dan lingkungan untuk tercapainya suatu kehidupan yang sehat dan bahagia. Dalam kesehatan
lingkungan, terdapat upaya perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi lingkungan menuju keseimbangan ekologi agar
kesejahteraan manusia semakin meningkat. Beberapa aspek dalam kesling ditetapkan oleh WHO, meliputi penyediaan air minum,
pengelolaan pencemaran, pembuangan sampah padat, pengendalian vektor, pencegahan dan pengendalian pencemaran tanah oleh
ekskreta manusia, higine makanan, pengendalian pencemaran udara, radiasi, kebisingan, kesehatan kerja, perumahan dan
pemukiman, transportasi udara, pencegahan kecelakaan, rekreasi umum dan pariwisata, tindakan sanitasi terkait epidemi dan
wabah, dan pencegahan yang diperlukan dalam menjamin kesehatan lingkungan. Perbaikan dalam kesehatan lingkungan dapat
menjamin peningkatan kualitas kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat.
 
Permasalahan
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis
biasanya memiliki fokus primer di paru, kemudian menyebar ke fokus organ lain. Indonesia merupakan negara nomor 5 dengan
kasus TB terbanyak di dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2017 sebesar 420.994 kasus, dengan kasus pada pria lebih banyak
daripada wanita. Kasus TB semakin meningkat dari 130 kasus per 100.000 penduduk pada tahun 2015, menjadi 161 kasus per
100.000 penduduk pada tahun 2017. Pengobatan pasien secara holistik dapat membantu proses kesembuhan pasien dan
mencegah penularan penyakit TB ke lingkungan sekitar.
Tatalaksana pasien TB tidak hanya menyangkut aspek medis, namun juga harus dilakukan secara holistik sampai ke aspek
lingkungan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pencahayaan, kepadatan hunian, konstruksi rumah seperti jenis lantai,
jendela, ventilasi, dan kontak dengan penderita dapat mempengaruhi kejadian dan penularan tuberculosis. Analisis terdapat
faktor-faktor ini diharapkan dapat menurunkan angka kejadian tuberculosis, minimal mencegah penularan tuberculosis ke
lingkungan sekitar pasien.
 
Perencanaan dan Pemberian Intervensi
Program kesehatan lingkungan dilaksanakan di bawah penanggung jawab Kesehatan Lingkungan Puskesmas Kampung
Bugis. Dilakukan kunjungan kerumah pasien yang menderita TB. Persiapan meliputi mentoring pemberian obat
 
Pelaksanaan
Program kesehatan lingkungan berupa edukasipasien dan keluarga pasien TB. Pelaksanaan kesehatan lingkungan dilakukan
oleh 1 orang dokter, dengan 1orang perawat. Checklist pemeriksaan ditanyakan kepada pasien dan keluarga meliputi kondisi
rumah yang diintegrasikan dengan pemeriksaan kondisi medis pasien. Selanjutnya keluarga pasien diedukasi terkait kondisi
lingkungan yang dapat diperbaiki untuk menjamin sanitasi dan higine yang baik dalam pencegahan  tuberculosis ke anggota
keluarga lainnya.
 
Monitoring dan Evaluasi
Monitoring
Pasien yang mengalami Tuberculosis adalah Ny. BA, perempuan, berusia 22tahun. Anamnesis dilakukan terhadap
Ny. A yang merupakan kakak pasien.Diagnosis ditegakkan sebagai Tuberculosis on Treatment. Keluarga pasien diedukasi
seputar kesehatan lingkungan meliputi :
1. Edukasi bahwa kondisi fisik rumah saat ini sudah memenuhi syarat, kecuali dalam hal pencahayaan.
2. Keluarga pasien diedukasi untuk tetap membuka gorden jendela meskipun tidak membuka pintu. Hal ini bertujuan agar sinar
matahari bisa masuk ke dalam rumah, dan memiliki pengaruh untuk mematikan bakteri-bakteri tuberculosis yang tersebar di
udara rumah.
3. Keluarga pasien juga diedukasi untuk membawa adik ipar pasien berobat rutin ke dokter spesialis Jiwa, agar kondisi kejiwaannya
segera stabil dan dapat bersosialisasi kembali dengan masyarakat, sehingga tidak ada masalah dalam mengondisikan pintu dan
jendela rumah tetap terbuka.
 
Evaluasi
Tidak ada evaluasi untuk pelaksanaan Kesehatan Lingkungan saat ini, baik untuk dokter maupun untuk perawat.

3. Edukasi Mengenai Penyakit dan Pencegahan COVID-19 saat siaran keliling


Tanggal : 
Lokasi : Wilayah Puskesmas Kampung Bugis
Peserta : Masyarakat 
 
Latar Belakang
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya
dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle
East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini
dinamakan SarsCoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa
SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi
sumber penularan COVID19 ini masih belum diketahui (Kemenkes, 2020). Berdasarkan data kemenkes per tanggal 14 Agustus
2020, pasien terkonfirmasi positif COVID-19 sebanyak 135.123 orang dengan positivity rate sebesar 18,13%. Diantara pasien
terkonfirmasi positif tersebut, 6.021 diantaranya dinyatakan meninggal. Sedangkan kasus COVID-19 di Kaltim per tanggal 14
Agustus 2020 total konfirmasi positif sebesar 2.227 orang dengan 65 diantaranya meninggal dunia. Kota Bontang sendiri
dinyatakan zona merah pada tanggal 15 Agustus 2020 dengan total penambahan kasus sebesar 34 kasus dan total konfirmasi
positif menjadi 89 kasus. 
Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia melalui percikan batuk/bersin (droplet), tidak
melalui udara. Orang yang paling berisiko tertular penyakit ini adalah orang yang kontak erat dengan pasien COVID-19 termasuk
yang merawat pasien COVID-19. Rekomendasi standar untuk mencegah penyebaran infeksi adalah melalui cuci tangan secara
teratur menggunakan sabun dan air bersih, menerapkan etika batuk dan bersin, menghindari kontak secara langsung dengan
ternak dan hewan liar serta menghindari kontak dekat dengan siapapun yang menunjukkan gejala penyakit pernapasan seperti
batuk dan bersin. Selain itu, menerapkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) saat berada di fasilitas kesehatan terutama
unit gawat darurat (Kemenkes, 2020).
 
Permasalahan
Edukasi mengenai pencegahan COVID-19 ditujukan untuk mencapai suatu peningkatan kewaspadaan secara keseluruhan di
masyarakat, dengan target semua masyarakat. Edukasi mengenai pencegahan COVID-19 diharapkan dapat menguatkan
pemahaman masyarakat di semua elemen tentang tujuan pentingnya pencegahan penularan COVID-19. Terutama dalam hal 3M:
Memakai masker, Menjaga jarak dan Mencuci tangan. Hal ini ditujukan karena masih banyak masyarakat yang tidak patuh
terhadap protokol kesehatan sebagai salah satu upaya pencegahan COVID-19.
 
Perencanaan dan Pemberian Intervensi
DETEKSI DINI DI PUSKESMAS
• Meningkatkan surveilans Influenza Like Illness (ILI) dan pneumonia
• Melakukan surveilans aktif/pemantauan terhadap pelaku perjalanan dari wilayah/negara terjangkit
selama 14 hari sejak kedatangan ke wilayah berdasarkan informasi dari Dinkes setempat
• Mengidentifikasi kontak erat yang berasal dari masyarakat maupun petugas kesehatan
• Melakukan pemantauan terhadap kasus dan kontak erat minimal satu kali masa inkubasi terpanjang.
 
Pelaksanaan
Dilaksanakan dengan siaran keliling dengan menggunakan ambulance ke wilayah kerja puskesmas Kampung Bugis. Edukasi
etika batuk dan pentingnya tinggal #dirumahaja dikala wabah dan 3 M yaitu menjaga jarak, memakai masker dan mencuci
tangan. Corona yang sedang menghebohkan masyarakat serta saran agar pasien tetap menjaga kesehatan diri sendiri dan
lingkungan
 
Monitoring dan Evaluasi
Monitoring
Edukasi mengenai penyakit dan cara pencegahan COVID-19 yang dilaksanakan pada saat melakukan siaran keliling.
Kegiatan ini diharapkan sudah cukup menjelaskan tentang penyakit covid-19 dan bagaimana cara pencegahan COVID-19 untuk
masyarakat
 
Evaluasi
Tidak ada evaluasi pada pelaksanaan kegiatan ini.

4. Edukasi Cuci Tangan 6 langkah dengan Benar Pada Pasien yang Berkunjung di Puskesmas Kampung Bugis
Tanggal : 
Lokasi : Ruang Pertemuan di Puskesmas Kampung Bugis
Peserta : Masyarakat.
 
Latar Belakang
Kebersihan diri adalah upaya individu dalam memelihara kebersihan diri yang meliputi kebersihan rambut, gigi dan mulut,
mata, telinga, kuku, kulit, dan kebersihan dalam berpakaian dalam meningkatkan kesehatan yang optimal (Effendy,
1997). Pemeliharaan kebersihan diri sangat menentukan status kesehatan, dimana individu secara sadardan atas inisiatif pribadi
menjaga kesehatan dan mencegah terjadinya penyakit. Upaya ini lebih menguntungkan bagi individu karena lebih hemat biaya,
tenaga dan waktu dalam mewujudkan kesejahteraan dan kesehatan.
Upaya pemeliharaan kebersihan diri mencakup tentang kebersihan rambut, mata, telinga, gigi, mulut, kulit, kuku, serta
kebersihan dalam berpakaian. Dalam upaya pemeliharaan kebersihan diri ini, pengetahuan akan pentingnya kebersihan diri
tersebut sangat diperlukan. Karena pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (Notoatmodjo,1997). Menurut DEPKES2007,mencuci tangan adalahproses yang secara mekanis melepaskan
kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air.
Mencuci tangan adalah menggosok air dengan sabun secara bersama-sama seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan
ringkas kemudian dibilas dibawah aliran air (Larsan, 1995). Seperti halnya perilaku buang air besar sembarangan, perilaku cuci
tangan, terlebih cuci tangan pakai sabun merupakan masih merupakan sasaran penting dalam promosi kesehatan, khususnya
terkait perilaku hidup bersih dan sehat.
 
Permasalahan
Wabah COVID-19 yang kini meluas di banyak negara termasuk Indonesia, harus terus diwaspadai. Salah satu cara mencegah
COVID-19 dengan membiasakan diri mencuci tangan dengan sabun secara rutin. Pentingnya cuci tangan dengan sabun adalah
untuk mencegah masuknya kuman, virus dan bakteri melalui mulut, hidung dan mata.  Dilansir dari Cleveland Clinic, COVID-19
menyebar melalui tetesan atau droplet pernapasan orang yang terinfeksi. Sehingga, mungkin saja seseorang bisa mendapatkan
COVID-19 dengan menyentuh permukaan atau objek yang memiliki virus di atasnya dan kemudian menyentuh mulut, hidung,
atau mata mereka sendiri.
 
Perencanaan dan Pemberian Intervensi
- Melakukan intervensi secara aktif.
- Melakukan edukasi pada pasien untuk cuci tangan yang benar, waktu untuk mencuci tangan pada pasien yang berobat di
puskesmas Kampung Bugis
 
Pelaksanaan
Telah dilakukan edukasi tatacara mencuci tangan yang benar untuk pasien yang berobat di Puskesmas  Kampung Bugis  pada
pukul 08-00 sampai selesai.
Pasien juga dapat  melakukan diskusi dan tanya jawab. Kesimpulan yang bisa didapatkan dari penyuluhan ini adalah masih
rendahnya tingkat pengetahuan para pasien terhadap pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari
untuk mencegah Covid-19.
 
Monitoring dan Evaluasi
Edukasi mengenai cara mencuci tangan 6 langkah dengan benar dapat dilaksanakan kepada pasien yang berobat di puskesmas
Kampung Bugis. Kegiatan berjalan dengan lancar. Proses tanya jawab juga berjalan secara lancar antara dokter, dan pasien.
 
Evaluasi
Tidak ada evaluasi untuk pelaksanaan kegiatan saat ini, baik untuk dokter maupun untuk perawat.

5. Penyuluhan Diare Dan Phbs Di Puskesmas Kampung Bugis


Tanggal : 
Lokasi : Ruang Pertemuan di Puskesmas Kampung Bugis
Peserta : Masyarakat.
 
Latar Belakang
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dilakukan seseorang untuk selalu memperhatikan
kebersihan, kesehatan, dan berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh Pusat Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat yang saat ini disebut Pusat Promosi Kesehatan. Program PHBS dilaksanakan dalam berbagai tatanan,
seperti tatanan rumah tangga, tatanan pasar dan sebagainya. Provinsi Jawa Tengah memfokuskan pada tiga tatanan, yaitu tatanan
rumah tangga, tatanan tempat ibadah dan institusi pendidikan. Alasan pemilihan pada tiga jenis tatanan tersebut karena ketiganya
mempunyai daya ungkit yang besar dalam pencapaian derajat kesehatan (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2006).
Upaya peningkatan perilaku sehat di masyarakat belum menunjukkan hasil optimal. Data hasil Survei Sosial Ekonomi
Nasional (SUSENAS) tahun 2014 menunjukkan bahwa di Indonesia sebanyak 38,5% masyarakat masih merokok di dalam rumah
ketika bersama anggota keluarga yang lain. Perokok laki-laki lebih tinggi dari perempuan (72% dibanding 28%). Selanjutnya
77,3% penduduk usia 15 tahun ke atas kurang melakukan aktivitas fisik, dengan katagori (82%) kurang bergerak dan (11%) tidak
terbiasa melakukan aktivitas fisik. Berdasarkan hasil pendataan untuk PHBS tatanan rumah tangga provinsi Jawa Tengah
sebanyak 68% keluarga belum menjadi peserta dana sehat dan sebesar 72% keluarga belum bebas asap rokok (Badan Pusat
Statistik, 2015).
Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, di Indonesia memang telah terjadi penurunan angka period prevalence diare dari
9,0% tahun 2007 menjadi 3,4% pada tahun 2014. Kelompok umur balita merupakan kelompok yang paling tinggi menderita
diare. Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan (7,4%), laki-laki (5,4%), tinggal di daerah
pedesaan (5,8%), dan kelompok kuintil indeks kepemilikan akses terhadap air bersih dan jamban sehat terbawah (6,4%).
Selanjutnya insiden malaria penduduk Indonesia tahun 2007 sebesar 3,1% dan tahun 2014 menjadi 1,8%. 
Permasalahan
• Masih banyak warga yang belum memiliki ketersediaan jamban sehat dan air bersih 

Perencanaan dan Pemberian Intervensi


- Melakukan intervensi secara aktif.
- Pemberian penyuluhan mengenai PHBS dan diare pada ibu penderita serta praktik cuci tangan
 
Pelaksanaan
Telah pemaparan materi terkait Diare dan PHBS yang bersangkutan dengan penyakit pada pasien yang berobat di
Puskesmas Kampung Bugis  pada pukul 08-00 sampai selesai.
Pasien juga dapat  melakukan diskusi dan tanya jawab. Kesimpulan yang bisa didapatkan dari penyuluhan ini adalah masih
rendahnya tingkat pengetahuan para pasien terhadap pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat.
 
Monitoring dan Evaluasi
Edukasi mengenai PHBS, cara mencuci tangan 6 langkah dengan benar dapat dilaksanakan kepada pasien yang berobat di
puskesmas Kampung Bugisguna evaluasi angka kejadian diare di wilayah Puskesmas Kampung Bugis
 
Evaluasi
Tidak ada evaluasi untuk pelaksanaan kegiatan saat ini, baik untuk dokter maupun untuk perawat.

6. Edukasi Mengenai Penyakit dan Pencegahan COVID-19 Di Puskesmas Kampung Bugis


Tanggal : 
Lokasi : Ruang Pertemuan Puskesmas Kampung Bugis
Peserta : Masyarakat 
 
Latar Belakang
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya
dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle
East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini
dinamakan SarsCoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa
SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi
sumber penularan COVID19 ini masih belum diketahui (Kemenkes, 2020). Berdasarkan data kemenkes per tanggal 14 Agustus
2020, pasien terkonfirmasi positif COVID-19 sebanyak 135.123 orang dengan positivity rate sebesar 18,13%. Diantara pasien
terkonfirmasi positif tersebut, 6.021 diantaranya dinyatakan meninggal. Sedangkan kasus COVID-19 di Kaltim per tanggal 14
Agustus 2020 total konfirmasi positif sebesar 2.227 orang dengan 65 diantaranya meninggal dunia. Kota Bontang sendiri
dinyatakan zona merah pada tanggal 15 Agustus 2020 dengan total penambahan kasus sebesar 34 kasus dan total konfirmasi
positif menjadi 89 kasus. 
Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia melalui percikan batuk/bersin (droplet), tidak
melalui udara. Orang yang paling berisiko tertular penyakit ini adalah orang yang kontak erat dengan pasien COVID-19 termasuk
yang merawat pasien COVID-19. Rekomendasi standar untuk mencegah penyebaran infeksi adalah melalui cuci tangan secara
teratur menggunakan sabun dan air bersih, menerapkan etika batuk dan bersin, menghindari kontak secara langsung dengan
ternak dan hewan liar serta menghindari kontak dekat dengan siapapun yang menunjukkan gejala penyakit pernapasan seperti
batuk dan bersin. Selain itu, menerapkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) saat berada di fasilitas kesehatan terutama
unit gawat darurat (Kemenkes, 2020).
 
Permasalahan
Edukasi mengenai pencegahan COVID-19 ditujukan untuk mencapai suatu peningkatan kewaspadaan secara keseluruhan di
masyarakat, dengan target semua masyarakat. Edukasi mengenai pencegahan COVID-19 diharapkan dapat menguatkan
pemahaman masyarakat di semua elemen tentang tujuan pentingnya pencegahan penularan COVID-19. Terutama dalam hal 3M:
Memakai masker, Menjaga jarak dan Mencuci tangan. Hal ini ditujukan karena masih banyak masyarakat yang tidak patuh
terhadap protokol kesehatan sebagai salah satu upaya pencegahan COVID-19.
 
Perencanaan dan Pemberian Intervensi
DETEKSI DINI DI PUSKESMAS
• Meningkatkan surveilans Influenza Like Illness (ILI) dan pneumonia
• Melakukan surveilans aktif/pemantauan terhadap pelaku perjalanan dari wilayah/negara terjangkit
selama 14 hari sejak kedatangan ke wilayah berdasarkan informasi dari Dinkes setempat
• Mengidentifikasi kontak erat yang berasal dari masyarakat maupun petugas kesehatan
• Melakukan pemantauan terhadap kasus dan kontak erat minimal satu kali masa inkubasi terpanjang.
 
Pelaksanaan
Dilaksanakan di Ruang Pertemuan Puskesmas Kampung bugis yang datang untuk berobat. E dukasi etika batuk dan pentingnya
tinggal #dirumahaja dikala wabah, dan 3 M yaitu menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan. Corona yang sedang
menghebohkan masyarakat serta saran agar pasien tetap menjaga kesehatan diri sendiri dan lingkungan
 
Monitoring dan Evaluasi
Monitoring
Edukasi mengenai penyakit dan cara pencegahan COVID-19. Kegiatan ini diharapkan sudah cukup menjelaskan tentang
penyakit covid-19 dan bagaimana cara pencegahan COVID-19 untuk masyarakat
 
Evaluasi
Tidak ada evaluasi pada pelaksanaan kegiatan ini.

Anda mungkin juga menyukai