PENDAHULUAN
wilayah tertentu.
Makassar dengan lingkup kerja 4 (empat) kelurahan dengan luas wilayah kerja
22,24 km2. Adapun 4 kelurahan yang masuk dalam lingkup kerja puskesmas
Pattingalloang adalah:
a. Kelurahan Pattingalloang
c. Kelurahan Cambaya
1
Secara demografi, Puskemas Pattingalloang memiliki jumlah penduduk
misinya:
yang komprehensif
kesehatan
nyaman.
partisipasi masyarakat.
2
Puskesmas Pattingalloang mencakup pelayanan rawat jalan dan rawat
inap. Pelayanan rawat jalan merupakan salah satu unit kerja puskesmas yang
melayani pasien yang berobat jalan dan tidak lebih dari 24 jam pelayanan,
adalah puskesmas yang diberi tambahan ruangan dan fasilitas untuk menolong
pasien gawat darurat baik berupa tindakan operatif terbatas maupun asuhan
kunjungan 171 pasien rawat inap, dengan penyakit rawat inap terbanyak tahun
Berikut distribusi penyakit rawat inap umum teratas tahun 2016 dalam
No Nama Penyakit
1 Dyspepsia
2 Demam Thypoid
3 Diare
4 Hipertensi
5 Febris
6 Kolik Abdomen
7 Hiperemesis
8 Campak
3
Grafik 1. Distribusi Penyakit Rawat Inap Teratas Tahun 2016
50 47
41
40 34
30
20
9 6
10 4 3 1
0
B. Perhitungan BOR (Bed Occupancy Rate) Pasien Rawat Inap Tahun 2016
mutu pelayanan dan tingkat efisiensi pelayanan. salah satu indikatornya adalah
pada satu satuan waktu tertentu). Menurut Barber Jhonson nilai ideal BOR adalah
75-85%, sedangkan menurut Dinas Kesehatan RI nilai ideal BOR sebesar 60-
85%.
4
Berikut merupakan angka perhitungan BOR rawat inap tahun 2016, yaitu:
Pasien
Jumlah Jumlah Jumlah
Nama keluar
No tempat hari lama BOR%
Puskesmas (hidup+mati
tidur perawatan dirawat
)
1 Puskesmas
7 370 1480 1110 57,93
Pattingalloang
1 Demam Thypoid 13
2 Dyspepsia 9
3 Hipertensi 7
4 Diare 6
5 Hipermesis Gravidarum 4
6 ISPA 2
7 DM 1
5
Grafik 2. Distribusi Penyakit Rawat Inap Umum Teratas Januari 2017
D. Perhitungan BOR (Bed Occupancy Rate) Pasien Rawat Inap Januari 2017
Pasien
Jumlah Jumlah Jumlah
Nama keluar
No tempat hari lama BOR
Puskesmas (hidup+mati
tidur perawatan dirawat
)
Puskesmas
1 9 40 152 112 54,48
Pattingalloang
Jumlah 9 40 152 112 54,48
6
Tabel diatas menunjukkan angka perhitungan BOR rawat inap umum
bulan januari 2017, yaitu: 54,48%. Angka tersebut menunjukkan angka BOR
Puskesmas Pattingalloang bulan januari 2017 belum mencapai standar ideal BOR.
bulan januari 2017, yaitu: 50,8%. Angka tersebut menunjukkan angka BOR
Dari data puskesmas, didapatkan pula data penyakit terbanyak rawat inap
7
1 Hipertensi 17
2 Demam Thypoid 11
3 GEA 10
4 Dispepsia 8
5 ISPA 4
6 Hiperemesis Gravidarum 3
7 TB 1
8 DBD 1
9 Intoksikasi 1
5 1 Hipertensi
% 2% 2% 2 Demam Thypoid
7% 30%
2% 3 GEA
4 Dispepsia
5 ISPA
14% 6 Hiperemesis Gravidarum
7 TB
8 DBD
9 Intoksikasi
18% 20%
2017
8
Tabel 7. Indikator Kinerja Pelayanan Rawat Inap Umum Perawatan
BOR yang berarti pelayanan masih kurang efisien karena jumlah pasien tidak
bulan februari 2017, yaitu: 63,09 %. Angka tersebut menunjukkan angka BOR
9
efisien. Artinya jumlah pasien perawatan persalinan sebanding dengan tempat
tidur pasien.
penyakit Demam Thypoid tidak pernah lepas dari 10 penyakit teratas tahun 2016
dan 2017 sehingga pada refarat ini penulis akan membahas penyakit Demam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
paratifoid. Demam tifoid dan paratifoid termasuk ke dalam demam enterik. Pada
daerah endemik, sekitar 90% dari demam enterik adalah demam tifoid. Nama lain
penyakit ini adalah enteric fever, tifus, dan paratifus abdominalis. Tifoid karier
adalah seseorang yang kotorannya (feses atau urin) mengandung S.typhi setelah
B. Epidemiologi
Di Indonesia, insidens demam tifoid banyak dijumpai pada populasi yang berusia
10
3-19 tahun. Selain itu, demam tifoid di Indonesia juga berkaitan dengan rumah
tangga, yaitu adanya anggota keluarga dengan riwayat terkena demam tifoid, tidak
adanya sabun untuk mencuci tangan, menggunakan piring yang sama untuk
makan, dan tidak tersedianya tempat buang air besar dalam rumah. Transmisi
terjadi melalui air yang tercemar S.thypi pada daerah endemik sedangkan pada
utama.1
C. Etiologi
hidup selama berhari-hari di air tanah, air kolam, atau air laut dan selama
berbulan-bulan dalam telur yang sudah terkontaminasi atau tiram yang dibekukan.
Pada daerah endemik, infeksi paling banyak terjadi pada musim kemarau atau
(mulut, esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dstnya). S.typhi
masuk ke tubuh manusia bersama bahan makanan atau minuman yang tercemar.
Cara penyebarannya melalui muntahan, urin, dan kotoran dari penderita yang
kemudian secara pasif terbawa oleh lalat (kaki-kaki lalat). Lalat itu
11
kuman masuk ke saluran pencernaan manusia, sebagian kuman mati oleh asam
lambung dan sebagian kuman masuk ke usus halus. Dari usus halus itulah kuman
bening, ke pembuluh darah, dan ke seluruh tubuh (terutama pada organ hati,
empedu, dan lain-lain). Jika demikian keadaannya, kotoran dan air seni penderita
bisa mengandung kuman S.typhi yang siap menginfeksi manusia lain melalui
makanan atau pun minuman yang dicemari. Pada penderita yang tergolong carrier
(pengidap kuman ini namun tidak menampakkan gejala sakit), kuman Salmonella
bisa ada terus menerus di kotoran dan air seni sampai bertahuntahun. S.thypi
hanya berumah di dalam tubuh manusia. Oleh karena itu, demam tifoid sering
saluran darah dan tubuh akan merespons dengan menunjukkan beberapa gejala
seperti demam.2
E. Gejala Klinis
Setelah 7-14 hari tanpa keluhan atau gejala, dapat muncul keluhan atau
gejala yang bervariasi mulai dari yang ringan dengan demam yang tidak tinggi,
malaise, dan batuk kering sampai dengan gejala yang berat dengan demam yang
berangsur makin tinggi setiap harinya, rasa tidak nyaman di perut, serta beraneka
12
Gejala yang biasanya dijumpai adalah demam tinggi sore hari dan rendah
pagi hari dengan serangkaian keluhan klinis, seperti nyeri kepala, anoreksia,
mialgia, nyeri abdomen, dan obstipasi atau diare. Dapat disertai dengan lidah
kotor, nyeri tekan perut, gangguan kesadaran dan pembengkakan pada stadium
lebih lanjut dari hati atau limpa atau kedua-duanya. Pada anak, diare sering
dijumpai pada awal gejala yang baru, kemudian dilanjutkan dengan konstipasi.
dapat dijadikan indikator demam tifoid. Pada sekitar 25% dari kasus, ruam
makular atau makulopapular (rose spots) mulai terlihat pada hari ke 7-10,
terutama pada orang berkulit putih, dan terlihat pada dada bagian bawah dan
yang sudah sakit selama lebih dari 2 minggu. Komplikasi yang sering dijumpai
tifosa, serta gangguan pada sistem tubuh lainnya mengingat penyebaran kuman
adalah secara hematogen. Bila tidak terdapat komplikasi, gejala klinis akan
F. Diagnosis
Diagnosis dini demam tifoid dan pemberian terapi yang tepat bermanfaat
untuk mendapatkan hasil yang cepat dan optimal sehingga dapat mencegah
13
penting untuk membantu mendeteksi dini penyakit ini, terutama dalam pelayanan
dan petanda gangguan kesadaran. Jadi sindrom tifoid didapatkan belum lengkap.
Diagnosis suspek tifoid hanya dibuat pada pelayanan kesehatan dasar. Sedangkan
diagnosis demam tifoid klinis (Probable case) didapatkan dari suspek demam
peningkatan SGOT/SGPT.1
didasarkan pada 3 prinsip, yaitu isolasi bakteri, deteksi antigen mikroba, titrasi
positif pada 60-80% dari pasien, bila darah yang tersedia cukup (darah yang
terjadi penggunaan antibiotik yang tinggi, sensitivitas kultur darah rendah (hanya
14
Peran pemeriksaan Widal (untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen
hari 6-8 dan antibodi terhadap antigen H dijumpai pada hari 10-12 setelah sakit.
Pada orang yang telah sembuh, antibodi O masih tetap dapat dijumpai setelah 4-6
bulan dan antibodi H setelah 10-12 bulan. Karena itu, Widal bukanlah
kenaikan titer sebanyak 4 kali pada dua pengambilan berselang beberapa hari atau
bila klinis disertai hasil pemeriksaan titer Widal di atas rata-rata titer orang sehat
setempat. Titer antibodi O > 1/320 atau antibodi H > 1/640 menguatkan diagnosis
dipakai pada pemeriksaan ini adalah O9 dan hanya dijumpai pada Salmonella
G. Penatalaksanaan
d. Kontrol dan monitor tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, kesadaran),
15
e. Terapi simptomatik untuk menurunkan demam (antipiretik) dan
trimetroprim-sulfametoxazole (kotrimoksazol)
g. Bila pemberian salah satu antibiotik lini pertama dinilai tidak efektif,
dapat diganti dengan antibiotik lain atau dipilih antibiotik lini kedua
b. Pasien dengan kesadaran jelek dan tidak dapat makan minum dengan
baik.
serta kurang paham tentang petanda bahaya yang akan timbul dari
tifoid.
16
1) Dokter bertanggung jawab penuh terhadap pengobatan dan
perawatan pasien.
3) Dokter dapat mengunjungi pasien setiap hari. Bila tidak bisa harus
keluarga pasien.
a. Pengobatan dan perawatan serta aspek lain dari demam tifoid yang
untuk perawatan
17
b. Peningkatan higiene makanan dan minuman
5. Kriteria Rujukan4
mencukupi.
pengendalian tifoid
18
Kegiatan pokok pengendalian tifoid, meliputi:5
Manajemen rawat inap pasien dapat berasal dari poli, UGD dan kamar
bersalin. Ketika pasien datang, pasien akan masuk tergantung dari kondisi
penyakit pasien. Jika bersifat darurat maka pasien akan masuk ke UGD, jika
sedangkan apabila penyakit pasien bersifat emergensi pasien akan melalui loket
19
pendaftaran untuk diteruskan ke poli tergantung bentuk penyakit pasien, baik ke
EKG, penyakit yang ada di poli dapat di diagnosis dan segera dilakukan rawat
inap jika memang di indikasikan untuk rawat inap. Begitupun pasien yang
masuk melalui UGD. Selama perawatan pasien akan di observasi oleh dokter
sampai beberapa hari belum ada perubahan segera dipikirkan untuk merujuk.
dibutuhkan sebuah proses tertentu. Tindakan atau proses yang umum digunakan
dalam pertolongan korban banyak ialah triage. Triage berasal dari bahasa
20
Gambar. Diagram Alur Triage.
Setiap Puskesmas baik rawat jalan maupun rawat inap ataupun rumah sakit
Pasien meliputi:6
a. Hak pasien
21
d. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
pasien.
Setiap Puskesmas baik rawat jalan maupun rawat inap ataupun rumah sakit
22
BAB III
No. 15, kelurahan Pattingaloang Baru, Kecamatan Ujung Tanah, Kota Makassar,
Pattingalloang Baru, Cambaya dan Camba Berua yang terdiri dari rumah
1. VISI
2. MISI
23
c. Peningkatan upaya promotif dan preventif dalam pemeliharaan
pelayanan kesehatan
nyaman
partisipasi masyarakat
B. Keadaan Demografi
a. Kelurahan Pattingalloang: 5 RW 15 RT
c. Kelurahan Cambaya: 5 RW 22 RT
24
C. Keadaan Sarana Wilayah Todoppuli
TK : 8 buah
SD/Sederajat : 9 buah
SMP/Sederajat : 2 buah
SMA/Sederaja : 2 buah
5. SKM : 1 orang
6. Perawat : 13 orang
7. Apoteker : 2 orang
8. Farmasi : 2 orang
9. Sanitarian : 1 orang
25
10. Bidan : 7 orang
berikut:
a. Promosi Kesehatan
b. KIA / KB
c. Kesehatan Lingkungan
d. Pelayanan Gizi
c. Kesehatan Jiwa
d. Kesehatan Olahraga
a. Pelayanan Poli Umum, Gigi, UGD dan Rawat Inap serta persalinan
26
b. Pelayanan Kefarmasian
c. Pelayanan Laboratorium
a. Puskesmas Keliling
b. Puskesmas Terpadu
27
BAB IV
LAPORAN KASUS
A. Anamnesis
1. Identitas Pasien
c. Umur : 36 tahun
2. Riwayat Penyakit
malam hari
keluhan demam sejak 7 hari yang lalu, timbul hilang, terutama pada sore
dan malam hari. Pola demam yang dirasakan adalah dimulai dengan badan
28
Pasien juga mengeluh nyeri kepala, seperti tertusuk-tusuk,
diseluruh kepala yang muncul terutama saat pasien demam. Pada 2 hari
terakhir pasien mengeluh mual atau seperti ingin muntah, rasa tidak
nyaman diperut dan nyeri pada uluhati. Malam sebelum pasien masuk
UGD, muntah 2x di rumah, isi makanan dan air. Nafsu makan menurun,
namun pasien kuat minum. Pasien mengatakan belum BAB sejak 3 hari
yang lalu. Sejak keluhan awal muncul sampai hari dirawat pasin hanya 3x
BAB.
4. Riwayat Pengobatan
gambaran klinis bleum khas dan hanya didapatkan faring yang hiperemis
karena keluhan tidak membaik, dan dokter poli pun menyarankan untuk
berupa cefadroxyl 3x500 mg, dan dilihat dari keadaan umum pasien yang
masih baik, sehingga dokter poli menyarankan untuk rawat jalan dengan
29
muntah, sehingga pasien memutuskan untuk ke UGD pada tanggal
Setiap hari pasien bekerja mulai pukul 08.00 pagi hingga pukul 17.00. hal
B. Pemeriksaan Fisik
1. Status Present
30
d. Nadi : 88 x/m
e. Suhu : 38 oC
f. Pernafasan : 20 x/m
2. Status Generalis
a. Kepala
(+/+)
6) Mulut : Bibir kering (+), sianosis (-), lidah kotor (+), perdarahan
b. Leher
1) Trakhea : Di tengah
c. Thoraks
1) Bentuk : Simetris
d. Jantung
31
3) Perkusi : Batas atas sela iga II garis parasternal kiri; batas kanan
sela IV garis para sternal kanan; batas kiri sela iga IV garis
midclavicula kiri
e. Paru
3) Perkusi : Sonor
(-/-)
f. Abdomen
2) Palpasi : hepar dan lien tidak teraba; nyeri tekan (+) daerah
epigastrium
3) Perkusi : Timpani
g. Gentalia eksternal
Tidak dievaluasi
h. Ektremitas
32
C. Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium)
D. Resume
menggigil (+), nyeri kepala (+), mual (+), muntah (+) 2x isi makanan dan air,
nyeri uluhati (+). Pasien tidak BAB 3 hari trakhir. BAK lancar.
tubuh 38oC (febris). Pada pemeriksaan fisik didapatkan lidah kotor (+), faring
hiperemis (+), nyeri tekan epigastrium (+), tidak ada pembesaran hepar, lien
test didapatkan hasil positif pada beberapa titer. Pada pemeriksaan widal ke-2
33
Riwayat keluarga didapatkan adanya anggota keluarga yaitu
keponakan pasien yang menderita penyakit yang sama dan sempat dirawat di
makanan di sekitar tempat kerjanya yang tidak dijamin kebersihannya dan ada
E. Diagnosis
F. Diagnosis Banding
3. Faringitis
G. Terapi
1. IVFD RL 28 tpm
2. Paracetamol 3 x 500 mg
3. Antasida 3 x 1 tablet
4. Thyamphenicol 3 x 500 mg
6. Tirah baring
34
8. Observasi suhu
H. Edukasi
I. Follow Up
35
Bak : lancar 10mg 2x1 (kp)
PF : TD : 120/90 - Thyamphenicol
N : 80x/i 500mg 3x1
P : 20x/i
S : 39 C
Lidah kotor (+)
Bising usus (+) kesan
normal
Nyeri tekan (+)
epigastric
D/ : Demam typhoid
01/03/2017 KU : Demam (-), nyeri - Ivfd RL 28 tpm
kepala (-), mual (-), - Paracetamol
muntah (-), nyeri ulu hati 500mg 3x1
(-) - Antasida tab
Bab : baik 3x1
Bak : lancar - Domperidone
PF : TD : 120/80 10mg 2x1 (kp)
N : 80x/i - Thyamphenicol
P : 20x/i 500mg 3x1
S : 36.7 C - Vit. Bcomp 1x1
Lidah kotor (-)
Bising usus (+) kesan
normal
Nyeri tekan (-) epigastric
D/ : Demam typhoid
02/03/2017 KU : Demam (-), nyeri - Aff infus
kepala (-), mual (-), - Paracetamol
muntah (-), nyeri ulu hati 500mg 3x1
(-) - Antasida tab
Bab : baik 3x1
Bak : lancar - Thyamphenicol
PF : TD : 110/80 500mg 3x1
N : 80x/i - vit. Bcomp 1x1
P : 20x/i
S : 37 C
Lidah kotor (-)
Bising usus (+) kesan
normal
Nyeri tekan (-) epigastric
D/ : Demam typhoid
03/03/2017 KU : Demam (-), nyeri - Paracetamol
kepala (-), mual (-), 500mg 3x1
muntah (-), nyeri ulu hati - Antasida tab
(-) 3x1
Bab : baik - Thyamphenicol
36
Bak : lancar 500mg 3x1
PF : TD : 100/80 - Vit. Bcomp 1x1
N : 80x/i Pulang
P : 20x/i
S : 36.9 C
Lidah kotor (-)
Bising usus (+) kesan
normal
Nyeri tekan (+)
epigastric
D/ : Demam typhoid
37
BAB V
PEMBAHASAN
Patingngaloang dengan keluhan demam sejak 7 hari yang lalu, timbul hilang,
terutama pada sore dan malam hari. Pola demam yang dirasakan adalah dimulai
dengan badan terasa dingin, kemudian panas dalam beberapa menit dan
ini terjadi 3-5 kali dalam sehari. Pasien juga mengeluh nyeri kepala, seperti
diperut dan nyeri pada uluhati dan muntah 2x. Pasien juga mengatakan belum
regular, suhu 38oC (febris), dan pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya bibir
suspek demam typhoid karena adanya gejala demam dan gangguan saluran cerna,
serta nyeri epigastrium dan lidah kotor yang merupakan tanda khas dari demam
didapatkan hasil positif pada beberapa titer. Sehingga pada pasien tersebut dapat
dilakukan pada pasien suspek typhoid. Dimana dengan adanya hasil positif dapat
38
memastikan diagnosis demam tifoid. Pemeriksaan Widal ini bertujuan untuk
O dijumpai pada hari 6-8 dan antibodi terhadap antigen H dijumpai pada hari 10-
12 setelah sakit. Pada orang yang telah sembuh, antibodi O masih tetap dapat
penyebab demam thypoid. Basil ini adalah gram negative, bergerak, tidak
berkapsul, tidak membentuk spora, tetapi memiliki fimbria, bersifat aerob dan
anaerob fakultatif. Ukuran antara (2-4) x 0,6 µm. Suhu optimum untuk tumbuh
adalah 370C dengan PH antara 6-8. Perlu diingat bahwa basil ini dapat hidup
sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air, es, sampah dan debu.
makanan atau minuman yang dikonsumsi manusia telah tercemar oleh komponen
feses atau urin dari pengidap typhoid. Beberapa kondisi kehidupan manusia yang
tidak terbiasa.
contoh untuk ini diantaranya : makanan yang dicuci dengan air yang
39
dipupuk dengan tinja manusia, makanan yang tercemar dengan debu,
sebagainya.
Dari beberapa cara penularan diatas pada pasien ini ditemukan riwayat
penyakit yang sama dalam keluarga dan lingkungan tempat kerja nya. Ini
menunjukkan terdapat pola penularan dari orang yang ada disekitarnya. Pola
pasien. Kondisi tersebut menjadi salah satu faktor terjadinya penularan demam
typhoid. Selain itu, gaya hidup pasien juga diketahui lebih sering mengkonsumsi
makanan yang dibeli sehingga hygenitas dari makanan yang di konsumsi tidak
terjamin.
40
2. Sumber air yang digunakan untuk mandi, cuci, kakus adalah air sumur
bor dan untuk memasak air minum menggunakan air PAM yang
terbatas
mengkonsumsi buah
Demam Tifoid.
1. Terapi farmakologi :
a. IVFD RL 28 tpm
b. Paracetamol 3x 500 mg
c. Antasida 3x 1 tablet
d. Thyamphenicol 3x 500mg
a. Tirah baring
41
3. Edukasi
1. Terapi Farmakologis
Terapi pada pasien ini dimulai dengan pemberian cairan Ringer laktat
28 tetes per-menit, karena pada pasien thypoid harus mendapatkan cairan yang
cukup, baik secara oral maupun parenteral. Dosis cairan parenteral adalah
elektrolit dan kalori yang optimal. Adapun terapi simptomatik yang diberikan
antipiretik, domperidon sebagai anti emetic karena pasien mengeluh mual dan
muntah, antasida untuk mengurangi nyeri ulu hati dengan menurunkan tingkat
Anti mikroba segera diberikan bila diagnosis klinis demam tifoid telah
klinis yang khas dan pemeriksaan widal yang memberikan hasil positif pada
42
dan efektifitas tiamfenikol pada demam tifoid sama dengan kloramfenikol.
demam tifoid dapat turun 5-6 hari. Hal ini terbukti dengan pemberian hari ke-
2. Terapi Non-farmakologis
perdarahan dan perforasi. Jika keadaan umum pasien membaik maka akan
Selain itu pemberian diet yang sesuai dengan keadaan umum pasien juga
gastrointersinal berupa mual, muntah dan nyeri uluhati, sehingga diet yang
penyuluhan kepada pasien dan keluarga saat kunjungan rumah, demi memutus
hygiene personal.
43
a. Usaha perbaikan sanitasi lingkungan
mencuci pakaian, mandi, memasak, dll. Air bersih tersebut tidak boleh
3) Mengelola air limbah, kotoran dan sampah dengan benar, dengan rutin
sampah, tidak dihinggap oleh lalat atau serangga lain, dan tidak
mencemari lingkungan.
makanan, maka hygiene makanan dan minum sangat penting dijaga pasien
yaitu “Golden rule of WHO”, maka yang harus dilakukan pasien dan
keluarga adalah:
44
1) memilih air minum yang terjamin kebersihannya seperti air gallon/air
miniral yang terjamin atau air PAM yang dimasak sampai mendidih
benar.
menggunakan sabun dan air mengalir, saat ingin makan, sesudah makan,
rantai penularan, menurunkan angka kejadian kasus baru demam tifoid dan
45
BAB VI
KESIMPULAN
Thypoid tidak pernah lepas dari 10 penyakit teratas tahun 2016 dan 2017 di
Puskesmas Pattingalloang.
dengan hasil pemeriksaan laboratorium yaitu widal test didapatkan hasil positif
pada beberapa titer. Sehingga pasien dalam pembahasan ini dapat di diagnosis
Pada pasien ditemukan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga dan
lingkungan tempat kerjanya. Selain itu, gaya hidup pasien juga diketahui lebih
yang di konsumsi tidak terjamin. Hal ini yang menjadi faktor terjadinya penularan
lokasi, sumber air, penyediaan jamban, dan makanan yang dikonsumsi memang
46
Penatalaksanaan terapi farmakologi pada pasien ini sesuai dengan
hari ke-5 tiamfenikol, pasien bebas demam. Begitu juga terapi non farmakologi
terhadap penularan penyakit demam tifoid ini, maka diberikan penyuluhan kepada
pasien dan keluarga saat kunjungan rumah, demi memutus rantai penularan dan
47
DAFTAR PUSTAKA
Ilmu Penyakit Dalam. 4 ed. Vol. III. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
6. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/56301/4/Chapter%20II.pdf.
48