Anda di halaman 1dari 19

REFERAT

JARAS PENGLIHATAN / VISUAL PATHWAY

Dokter Pembimbing:

dr. Sophia Marviani, Sp.M

Disusun Oleh:

Siti Azaniah Putri

2017730113

KEPANITERAAN KLINIK STASE MATA

RSUD R. SYAMSUDIN, SH SUKABUMI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

1
2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas referat “Jaras Penglihatan / Visual Pathway”. Terima kasih kepada dr.
Sophia Marviani, Sp.M yang telah membimbing penulis dalam pembuatan referat ini
sehingga referat ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
dalam pembuatan referat ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang membaca
referat ini, agar penulis dapat mengkoreksi diri dan dapat membuat referat yang lebih baik di
lain kesempatan. Demikianlah referat ini dibuat sebagai pemenuhan tugas dari kegiatan
klinis stase mata di RSUD R. SYAMSUDIN, SH Sukabumi, serta untuk menambah
pengetahuan bagi penulis dan khususnya bagi pembaca pada umumnya.

Sukabumi, 21 Agustus 2021

Penulis

2
3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fisiologi
Penglihatan........................................................................................................

2.2 Media Refraksi.................................................................................................................

2.3 Fisiologi Retina................................................................................................................

2.4 Visual Pathway / Jaras Penglihatan


….............................................................................

2.5 Lesi Pada Visual Pathway / Jaras


Penglihatan..................................................................

2.7 Pupillary Reflex Pathway………………………..


……………………………………...

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................

4
5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penglihatan sangat erat kaitannya dengan mata. Sistem penglihatan informasi diterima
dari lingkungan luar, kemudian diubah menjadi impuls saraf dan menghasilkan persepsi visual.
Sistem penglihatan manusia merupakan sesuatu hal yang kompleks dan luas, yang jalurnya
dimulai dari cahaya masuk ke mata kemudian ditangkap oleh retina dan dihantarkan menuju ke
korteks visual. Korteks visual sendiri terdiri dari korteks visual primer dan sekunder yang
menghasilkan persepsi visual. Persepsi visual terbagi menjadi persepsi gerak, persepsi warna,
persepsi kedalaman, dan persepsi ruang. Proses visual untuk menghasilkan persepsi visual
dimulai dari cahaya diterima oleh retina. Retina merupakan bagian pada sistem penglihatan yang
sensitif terhadap cahaya karena memiliki fotoreseptor yang dapat mengubah impuls cahaya
menjadi stimulus elektrik. Stimulus elektrik tersebut akan melewati jaras penglihatan dan
bersinaps dengan sel bipolar, sel ganglion retina, saraf optik, badan genikulatum lateralis dan
kemudian korteks visual.

Jalur visual / Jaras penglihatan merupakan proses perjalanan informasi visual yang
berasal dari lingkungan untuk selanjutnya diolah di dalam otak. Jalur visual meliputi retina, saraf
optikus, kiasma optikus, traktus optikus, korpus genikulatum lateral, radiasio optik hingga
korteks visual. Terjadi proses konversi cahaya di retina menjadi suatu impuls saraf di
fotoreseptor, retina memulai proses visual yang selanjutnya akan di teruskan ke sel ganglion.

6
Akson sel ganglion meninggalkan retina dan membentuk saraf optik, jadi impuls saraf yang akan
dibawa menuju ke korteks visual melewati jalur visual.

Saraf optik merupakan salah satu komponen dalam jaras penglihatan yang berfungsi
untuk menghantarkan informasi visual dari retina ke otak. Saraf optik terdiri dari 1-1,2 juta akson
yang berasal dari sel ganglion retina dan dihantarkan menuju korteks oksipital. Manifestasi
berupa defek lapang pandang yang ditemukan dapat diakibatkan oleh kerusakan pada masing-
masing komponen pada jaras penglihatan (visual pathway).

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fisiologi Penglihatan

Sistem penglihatan meliputi pengambilan informasi dari luar dalam bentuk cahaya yang
dianalisis dan diinterpretasikan dalam informasi visual . Proses penglihatan dan persepsi visual
ini melibatkan sistem struktur yang sangat kompleks, yang masing masing dirancang untuk
tujuan tertentu. Rangkaian proses penglihatan meliputi masuknya cahaya pada media refraksi,
foto transduksi, pengiriman impuls melalui jaras penglihatan serta interpretasi dan persepsi
visual oleh korteks visual .

Untuk dapat melihat, diperlukan 3 komponen yakni :

1. Media Refraksi (Kornea, Aqueous Humor, Lensa, dan Vitreous Humor)


Cahaya akan masuk ke mata melalui media refraksi. Media refraksi harus selalu
jernih dan transparan sehingga apapun yang menghalanginya makan akan
mengganggu proses penglihatan. Selanjutnya, di media refraksi inilah cahaya akan
mengalami pembiasan sedemikian rupa sehingga nantinya cahaya akan tepat jatuh di
fovea (pusat ketajaman penglihatan yang merupakan temopat penglihatan paling
tajam dan baik).

2. Visual Pathway / Jaras Penglihatan (Retina, Nervus Optikus, dan Traktus Optikus)
Dari retina, gelombang cahaya akan diubah menjadi impuls listrik untuk
kemudian diteruskan ke nervus dan tractus optikus. Jadi, jika terjadi gangguan atau
lesi di retina, nervus optikus, maupun tractus optikus maka akan mengganggu proses
melihat contohnya akan mengalami buta total, buta setengah, ataupun buta
seperempat.

3. Visual Perception / Persepsi Visual (Korteks Oksipital Area Broadman 17)

8
Jika media refraksi jernih dan jaras penglihatannya baik tanpa adanya lesi, namun
ternyuata pasien memngalami stroke iskemik atau hemoragik yang sampai merusak
korteks lobus oksipital, maka secara otomatis sensor yang ditangkap tidak dapat di
terjemahkan atau dipersepsikan untuk mengenali objek apa yang sedang dilihat.

2.3 Media Refraksi

Media refraksi meliputi kornea, aqueous humor, lensa, dan vitreous humor. Cahaya dapat
masuk ke mata melewati media refraksi. Di media refraksi inilah kemudian cahaya akan
mengalami pembiasan sedemikian rupa sehingga nantinya cahaya akan tepat jatuh di fovea yang
merupakan pusat ketajaman penglihatan yang paling sensitive dan tajam. Setelah itu, cahaya di
retina ini akan diubah menjadi impuls listrik untuk kemudian diteruskan diteruskan ke nervus
optic menuju ke otak untuk diterjemahkan dan akhirnya terdapat persepsi melihat.

Media refraksi ini harus tetap jernih dan transparan sehingga apapun yang menghalangi
kejernihannya maka akan mengganggu proses penglihatan. Contohnya, bila terdapat sikatriks
pada kornea oleh ulkus, adanya uveitis yang menyebabkan penyebaran sel inflamasi di aqueous
humor, adanya katarak pada lensa, ataupun perdarahan di korpus vitreous.

 Kornea
Kornea berasal dari bahasa latin cornum yang berarti seperti tanduk. Kornea
adalah selaput bening mata, merupakan bagian selaput mata yang tembus cahaya.
Kornea bersifat sangat sensitif karena semua ujung saraf nervus opthalmicus
berakhir di kornea selain itu, kornea juga dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama
berasal dari saraf siliarlongus, saraf nasosiliar, saraf V. saraf siliar longus berjalan supra
koroid, masukke dalam stroma kornea, menembus membran Boeman melepaskan
selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi samapai kepada kedua lapis
terdepantanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan di
daerahlimbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam
waktu 3 bulan.
Kornea bersifat avaskular, jika ditemukan adanya neovaskularisasi pada kornea
menunjukkan kornea sedang atau pernah mengalami iskemik atau ulkus.

9
Kornea merupakan lapisan jaringan yang menutupi bola mata sebelah depan dan
terdiri atas 5 lapis, yaitu:

1. Epitel
o Tebalnya 50 µm, terdiri atas 5 lapis selepitel tidak bertanduk yang saling tumpang
tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
o Epithelium merupakan tempat melekatnya tear film yang berperan dalam
perlindungan mekanis dan proteksi imun mata
o Lapisan epitel selalu beregenarasi
o Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan
menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi selgepeng, sel basal
berikatan erat berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel poligonal di
depannya melalui desmosom dan makulaokluden; ikatan ini menghambat
pengaliran air, eliktrolit, dan glukosa yang merupakan barrier.
o Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi
gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
o Epitel berasal dari ektoderm permukaan

2. Membran Bowman
o Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
o Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi

3. Stroma
o Merupakan lapisan paling tebal dari kornea dan bening yang menentukan
kejernihan mata

10
o Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satudengan
lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sadangkandibagian perifer
serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali seratkolagen memakan waktu
lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.Keratosit merupakan sel stroma
kornea yang merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga
keratosit membentuk bahan dasardan serat kolagen dalam perkembangan embrio
atau sesudah trauma.

4. Membran Descement
o Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stromakornea
dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya
o Bersifat sangat tipis, elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai
tebal 40 µm.5

5. Endotel
o Berasal dari mesotelium, berlapis satu,bentuk heksagonal, besar 20-40 µm.
o Endotel melekat pada membran descement melalui hemi desmosom dan zonula
okluden
o Bersifat degenerasi dan jumlahnya akan terus berkurang karena tidak dapat
berproliferasi
o Humor aqueous membawa nutrisi untuk kornea melalui endotel

 Aqueous Humor
Aqueous humor diproduksi dari badan siliar lalu dialirkan ke anterior chamber
melalui celah dengan iris kearah pupil dan mengisi camera oculi anterior untuk kemudian
dibuang melalui sistem trabecular. Jika terdapat hambatan pada sistem trabekular atau
produksi aqueous humor yang berlebih, maka dapat terjadi akumulasi aqueous humor dan
menyebabkan klinis berupa glaukoma.
Aqueous humor mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan lensa, keduanya tidak
memiliki pasokan darah. Karena adanya pembuluh darah di kedua struktur ini dapat
mengganggu lewatnya cahaya ke fotoreseptor.

 Lensa
Lensa merupakan jaringan yang berasal dari ektoderm permukaan. Lensa di
dalam bola mata terletak di belakang iris danterdiri dari zat tembus cahaya (transparan)
berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodas
Lensa berbentuk pipih bikonveks, namun bagian anteriornya lebih datar / flat
sedangkat bagian posteroiornya lebih cembung. Lensa sering disebut lensa Kristalina
karena jernih seperti kristal. Lensa dibungkus oleh kapsul anterior di bagian anteriornya

11
dan kapsul posterior di bagian posteriornya. Lensa memiliki sifat fisiologis k enyal atau
lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk mengubah
bentuknya menjadi lebih cembung atau cekung.
Lensa digantung oleh serabut yang disebut zonula zenii yang berorigo di pars
plicata badan siliaris dan terfiksasi di bagian ekuator lensa

 Vitreous Humor
Korpus vitreous menempati daerah mata di balakang lensa. Struktur ini
merupakan gel transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen, dan
molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous mengandungsangat
sedikit sel yang menyintesis kolagen dan asam hialuronat Peranannya mengisi ruang
untuk meneruskan sinar dari lensa keretina. Kebeningan badan vitreous disebabkan tidak
terdapatnya pembuluh darahdan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhanbadan
vitreous akanmemudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftalmoskopi penting
untuk mempertahankan bentuk bola mata yang sferis (berbentuk seperti bola).

2.2 Fisiologi Retina

Retina merupakan tempat menangkap sensor penglihatan. Retina terdiri dari 10 lapisan,
yakni :

1. Retina Pigmen Epithelium / RPE yang tidak berfungsi dalam proses fotosensorik dan
berhubungan keluar dengan koroid / sklera
2. Layer of Rod and Cones
3. External Limiting Membrane
4. Outer Nuclear Layer
5. Outer Plexiform Layer
6. Inner Nuclear Layer
7. Inner Plexiform Layer
8. Ganglion Cell Layer
9. Optic Nerve Fiber Layer
10. Internal Limiting Membrane yang berhubungan dengan corpus vitreous

Proses visual diawali saat sel fotoreseptor retina mendeteksi adanya sinyal cahaya. Sel
fotoreseptor retina memiliki 2 tipe sel, yaitu sel batang dan sel kerucut. Manusia memiliki 120
juta sel batang dan 6 juta sel kerucut yang terpusat di bagian sentral atau bagian makula dari
retina. Sel fotoreseptor memiliki segmen luar, segmen dalam, dan badan sel yang ikut berperan
dalam proses fototransduksi di retina.

12
Impuls listrik yang terbentuk di dalam lapisan fotoreseptor retina akan diteruskan oleh sel
bipolar menuju sel ganglion. Serabut saraf sel ganglion dari seluruh bagian retina menyatu di
diskus optikus. Serabut saraf dari bagian temporal retina akan mengikuti bentuk arkuata
melingkari makula dan masuk ke kutub superior dan inferior dari diskus optikus. Serabut bentuk
papilomakular berjalan langsung dari fovea menuju diskus optikus. Serabut-serabut saraf yang
berasal dari bagian nasal retina akan berjalan radial menuju sisi nasal diskus optikus.
Vaskularisasi di daerah retina didapatkan melalui dua sumber, yaitu pembuluh darah koriokapiler
untuk retina bagian luar dan arteri retina sentral untuk retina bagian dalam

Fototransduksi adalah proses penangkapan energi cahaya oleh sel fotoreseptor untuk
diubah menjadi stimulus elektrik. Sel batang sangat sensitif terhadap cahaya dan akan bekerja
saat keadaan redup. Sel kerucut akan bekerja saat keadaan terang dan bertanggung jawab untuk
penglihatan warna dan ketajaman visual yang tinggi atau fotopik. Proses fototransduksi terjadi
pada bagian segmen luar dari sel fotoreseptor retina. Informasi visual kemudian akan
dihantarkan melalui jaras penglihatan dan diinterpretasikan oleh korteks visual primer yang
berada di lobus oksipital. Area visual yang berada di korteks memiliki kemampuan untuk
memproses bentuk, gerak, warna, atau kedalaman, yang disebut persepsi visual.

13
Dalam proses transduksi, sel batang ataupun kerucut mengandung bahan kimia berupa
Rhodopsin dan pigmen kerucut yang akan terurai bila terpapar cahaya. Bila rhodopsin sudah
mengabsorbsi energi cahaya, rhodopsin akan segera terurai akibat fotoaktivasi electron menjadi
batorodopsin, yang merupakan kombinasi terpisah pisah Sebagian kombinasi dari retianal all-
trans dan opsin. Batorodopsin sendiri merupakan senyawa yang sangat tidak stabil dan dalam
waktu singkat akan rusak menjadi lumirodopsin yang lalu berubah lagi menjadi metarodopsin I.
Metarododopsin ini selanjutkan akan menjadi produk pecahan akhir yaitu metarodopsin II yang
disebut juga rhodopsin teraktivasi, yang, yang menstimulasi perubahan elektrik dalam sel batang
yang selanjutnya diteruskan sebagai sinyal ke otak.

Rhodopsin selanjutnya akan dibentuk Kembali dengan mengubah all trans retinal menjadi
11-cis retinal. Hal ini didapat demngan mula mula mengubah all trans retinal menjadi all trans
retinol yang merupakan salah satu bentuk vitamin A. Selanjutnya dibawah pengaruh enzim
isomerase, all trans retinol diubah menjadi 11-cis retinol lalu diubah lagi menjadi 11-cis retinal
yang lalu bergabung dengan skotopsin membentuk rhodopsin.

2.4 Visual Pathway / Jaras Penglihatan

Informasi berupa cahaya pertama kali ditangkap oleh retina untuk kemudian diteruskan
ke nervus optik. Kemudaian akan mengalami persilangan di chiama optikum untuk dilanjutkan
ke tractus optikus, kemudian ke lateral geniculatum nucleus untuk melewati radiasio optic dan
terakhir akan dipersepsikan di primary visual korteks pada korteks oksipital area broadman 17.

Gambaran retina yang diterima pada objek visual terbalik atas bawah dan kanan kiri
seperti gambaran film di kamera. Setelah sampai di di korteks visual barulah objek tersebut
diubah dan akan Kembali seperti posisi awalnya.

14
Jaras penglihatan merupakan rangkaian proses pengiriman informasi visual yang terdapat
pada impuls saraf menuju korteks visual. Retina meneruskan impuls saraf ke saraf optik, kiasma
optik, traktus optik, badan genikulatum lateralis, radiasi optik hingga korteks visual. Korteks
visual terdiri dari area korteks visual primer dan sekunder. Area lain yang berhubungan dengan
penglihatan adalah area korteks frontal. Di dekat area broadman 17, terdapat area 18 (korteks
parastriata) dan area 19 (korteks peristriata) sebagai area asosiasi visual dimana pada area ini
akan terjadi integrasi visual sehingga suatu benda akan terlihat seperti apa adanya.

Dalam perjalanannya dalam jaras penglihatan, retina dibagi menjadi 2 bagian


yaitu retina bagian nasal yang menangkap informasi dari lapang pandang mata sisi
temporal dan retina bagian temporal yang menangkap informasi dari lapang pandang
mata sisi nasal. Dari retina, impuls kemudian diteruskan ke nervus optikus.

Dari nervus optikus ini, Sebagian dari serabut nervus optik akan menyilang di
chiasma optikum. Serabut yang menyilang adalah serabut yang berasal dari retina bagian
nasal, sedangkat serabut yang tidak menyilang adalah serabut yang berasal dari retina
bagian temporal. Hal ini menyebabkan pada tractus opticus aka n terdiri atas serabut
bagian temporal retina ipsilateral dan serabut bagian nasal retina yang kontralateral.

Kesimpulannya, pada tractus opticus kanan akan membawa informasi lapang


pandang sisi kiri dari masing masing kedua mata. Sedangkan, pada tractus opticus kiri
akan membawa informasi lapang pandang sisi kanan dari masing masing kedua mata.

Serabut saraf dari traktus optikus memiliki 3 daerah tujuan, yaitu badan
genikulatum lateralis, nukleus pretektal, dan kolikulus superior. Dari tractus opticus,

15
impuls akan bersinaps di lateral geniculatum nucleus dan diteruskan melalui radiasio
optic ke korteks primary visual untuk kemudian dipersepsikan. Nukleus pretektal
bertangggung jawab untuk konstriksi pupil. Kolikulus superior berperan untuk respon
terhadap refleks cahaya.

2.5 Lesi Pada Visual Pathway / Jaras Penglihatan

 Lesi pada no 1 : Nervus Opticus

Jika terdapat lesi pada nervus opticus maka akan terjadi gangguan penglihatan
berupa total blindness pada sisi nervus yang mengalami lesi. Hal ini terjadi karena
seluruh informasi dari retina pada seluruh mata sisi yang mengalami lesi tidak akan
sampai ke korteks untuk dipersepsikan. Maka, jika terjadi lesi pada nervus opticus kanan
maka akan mengalami kebutaan total / total blindness pada mata kanan sementara jika
terdapat lesi pada nervus opticus kiri maka akan mengalami kebutaan total / total
blindness pada mata kiri.

 Lesi pada no 2 : Sisi Lateral Chiasma Opticum


Pada sisi lateral chiasma opticum, yang melewati dareah tersebut adalah serabut
nervus dari retina temporal. Serabut nervus dari retina temporal membawa informasi
lapang pandang dari sisi nasal, sehingga disebut nasal hemianopia. Jika sisi lateral yang

16
mengalami lesi adalah sebelah kanan maka disebut right nasal hemianopia sedangkan jika
sisi lateral yang mengalami lesi adalah sebelah kiri maka disebut left nasal hemianopia
dan jika kedua sisi kanan dan kiri yang mengalami lesi, maka disebut binasal hemianopia.

 Lesi pada no 3 : Chiasma Opticum


Pada chiasma opticum merupakan tempat persilangan dari serabut nervus yang
membawa informasi dari retina nasal. Karena serabut retina di bagian nasal membawa
informasi lapang pandang sisi temporal pada kedua mata, maka masien tidak dapat
melihat sisi temporal pada keduamatanya yang disebut bitemporal hemianopia

 Lesi pada no 4 : Tractus opticus


Di tractus opticus, terdapat serabut nasal retina yang kontralateral dan serabut
temporal yang ipsilateral. Lesi pada tractus opticus kanan, maka akan membawa
informasi lapang pandang sisi kiri dari kedua mata yang disebut left homonymous
hemianopia. Sedangkan lesi pada tractus opticus kiri akan membawa informasi lapang
pandang dari sisi kanan pada kedua mata yang disebut right homonymous hemianopia

 Lesi pada no 5 : Bagian Superior Radiasio Optic


Lesi pada bagian superior radiasio optic hanya akan mengenai ¼ lapang
pandangnya. Karena mengenai bagian superior, maka yang mengalami kebutaan justru
bagian inferiornya. Hal ini disbebkan karena informasi yang ditangkap di retina itu
terbalik atas bawah. Lesi pada bagian superior radiasio optic kanan disebut left
homonymous inferior quadratanopia sedangkan lesi pada bagian superior radiasio optic
kiri disebut right homonymous inferior quadratanopia.

 Lesi pada no 6 : Bagian Inferior Radiasio Optic


Lesi pada bagian inferior radiasio optic hanya akan mengenai ¼ lapang
pandangnya juga. Sama seperti lesi pada no 5, karena mengenai bagian inferior, maka
yang mengalami kebutaan justru bagian superiornya. Hal ini disbebkan karena informasi
yang ditangkap di retina terbalik atas bawah. Lesi pada bagian inferior radiasio optic
kanan disebut left homonymous superior quadratanopia sedangkan lesi pada bagian
inferior radiasio optic kiri disebut right homonymous superior quadratanopia.

 Lesi pada no 7 : Seluruh Bagian (Inferior dan Superior) Radiasio Optic


Manifestasi jika terdapat lesi pada seluruh baian radiasio optic, maka akan sama
seperti lesi yang terdapat pada tractus opticus. Sehingga, jika lesi terdapat di sebelah
kanan pada seluruh bagian (inferior dan superior) radiasio optic maka akan mengalami
left homonymous hemianopia. Sedangkan jika lesi terdapat di sebelah kiri pada seluruh
bagian (inferior dan superior) radiasio optic maka akan mengalami right homonymous
hemianopia.

17
2.6 Pupillary Reflex Pathway

Stimulus berupa cahaya yang masuk di mata kanan akan dikirim melalui nervus
opticus sebagai impuls aferen ke midbrain (kolikulus superior). Dari sana, nervus optik
akan berganti neuron menuju ke nukleus edinger westphal pada ipsilateral. Serat serat
berlanjut menjadi nervus III untuk kedua mata lalu menuju ke ganglion cilliary dan
menjadi nervus cilliary brevis yang akan mempersarafi muskulus sphincter pupillae. Pada
mata kanan respon ini akan dianmggap sebagai refleks cahaya langsung sedangkan pada
mata kiri sebagai refleks caya tidak langsung.

Respon terhadap cahaya diperantarai oleh fotoreseptor retina yang menghantarkan


sinyal ke nukleus pretektal. Serat dari retina nasal menyilang di kiasma optikum dan
memasuki nukleus pretektal kontralateral. Sedangkan serat dari retina temporal tidak
menyilang dan mengirimkan informasi ke nukleus pretektal ipsilateral di otak tengah.

Impuls dari nukleus pretektal kemudian ditransmisikan ke nukleus edinger


westphal. Informasi dari nukleus pretektal ipsilateral menyampaikan informasi ke
nukleus westphal edinger kontralateral dan ipsilateral, yang menjelaskan mengapa

18
stimulasi cahaya pada satu mata menyebabkan konstriksi pupil yang sama dan simetris
pada mata yang lain.

DAFTAR PUSTAKAx

1. FK UI. 2020. Buku Ajar Oftalmologi. 1st Ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

2. Paul RE, Whitcher JP. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. 17th ed. Paul RE,
Whitcher JP, editors. Jakarta: EGC; 2010

3. Sidarta l, Sri R. Ilmu Penyakit Mata. 4th ed. Sidarta l, Sri R, editors. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

4. Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta : EGC

5. Sherwood, LZ., 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC

19

Anda mungkin juga menyukai